Isi Refka Susp Hiv Aids
Isi Refka Susp Hiv Aids
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Dokter jaga : dr. Irwansyah
Nama : An. K Dokter ruangan : dr. Christina Kolondam, Sp.A
Jenis kelamin : Perempuan Dokter muda : Rani Winda Paramuditha, S.Ked
Alamat : Poso
No. Telp :-
FAMILY TREE
ANAMNESIS (diberikan oleh : Nenek Pasien/Heteroanamnesis)
Keluhan sekarang :
Pasien atas nama An.K usia 3 tahun 4 bulan masuk rumah sakit dengan
keluhan sariawan diseluruh bagian mulut. Keluhan ini dirasakan sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit. Sariawan ini dirasakan sangat perih sehingga pasien tidak mau
makan. Pasien juga merasakan nyeri saat menelan. Keluhan ini disertai demam, yang
dirasakan 1 hari setelah timbul sariawan. Demam dirasakan naik turun, turun hanya
jika diberikan obat penurun panas. Pasien juga mengalami batuk (+) berlendir warna
putih sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas (-), nyeri dada (-), mual (-)
muntah (-), BAB biasa, BAK lancar.
kali dirasakan
Kulit :
Warna : sawo matang Turgor : Baik
Efloresensi :- Tonus : Baik
Pigmentasi :- Oedema : (-)
Jaringan parut : -
Lapisan lemak :-
Lain-lain :-
Kepala :
Bentuk : Normochepal Ubun-ubun besar : Menutup
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut, tebal, alopesia (-)
Mata :
Exophtalmus / Enophtalmus : (-/-)
Tekanan bola mata : Normal (N) Lensa : Jernih
Konjungtiva : Anemia -/- Fundus : tidak
dilakukuan
Sklera : Ikterik -/- Visus : tidak dilakukan
Refleks Kornea : sulit dinilai Gerakan : sulit
dinilai
Telinga : Othore (-)
Hidung : Rhinore (-)
Mulut
Bibir : kering (+) kebiruan (-) Selaput mulu: Stomatitis (+),
moniliasis/candidiasis (+)
Lidah : Kotor (+) Gusi : perdarahan (-)
Gigi : Lubang Bau napas : SDN
Tenggorokan : hyperemia (+) Tonsil : T1 /T1
hiperemia SDN
Pharynx : hyperemia (+)
Leher : Trachea : Letak ditengah
Kelenjar : pembesaran KGB : (-)
Kaku kuduk : (-)
Lain-lain : pembesaran tiroid (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), jejas (-),
Palpasi : Vokal fremitus sulit dinilai, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru,
Auskultasi : Bunyi vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Detik jantung : 114 x / menit
Ictus : Ictus Cordis tidak tampak dan teraba di SIC V linea
midclavicula sinistra
Batas kiri : di SIC V linea midclavicula sinistra
Batas kanan : di linea Parasternal dextra
Batas atas : di SIC II linea midclavicula
Bunyi jantung apex : Bunyi jantung I/II murni regular
Bising : (-)
Abdomen
Bentuk : Kesan datar, massa (-), distensi (-), jejas (-),
Lain-lain : Nyeri Tekan (-), peristaltik kesan normal
Turgor : < 2 detik
Lien : Pembesaran (-)
Hepar : Pembesaran (-)
Genital : Tidak ditemukan kelainan
Kelenjar : Tidak ada pembesaran
Anggota gerak
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Tulang-belulang : tidak ada kelainan
Otot-otot : Eutrofi nyeri (-)
Refleks-refleks : Fisiologis (+/+/+/+) , patologis (-/-)
Pemeriksaan Penunjang : Laboratotium Darah Rutin Dari IGD : 04-05-
2017
PARAMETER HASIL NILAI
RUJUKAN
WBC 10,5 4,0-10,0 103/ l
RBC 4,25 3,80-6,50 106/l
HGB 10.2 14-18 g/dl
HCT 31,5 37,0-54,0 %
PLT 100 150-500 103/l
MCV 74 80-99 fL
MCH 23,9 27-31 Pg
MCHC 32.4 33-37 g/dL
RDW-CV 14,2 %
RESUME:
Pasien atas nama An.K usia 3 tahun 4 bulan masuk rumah sakit dengan keluhan
sariawan diseluruh bagian mulut. Keluhan ini dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Sariawan ini dirasakan sangat perih sehingga pasien tidak mau makan.
Pasien juga merasakan nyeri saat menelan. Keluhan ini disertai demam, yang
dirasakan 1 hari setelah timbul sariawan. Demam dirasakan naik turun, turun hanya
jika diberikan obat penurun panas. Pasien juga mengalami batuk (+) berlendir warna
putih sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. BAB biasa, BAK lancar.
Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, BB: 10,2, TB: 84,
status gizi: kurang, TD: 110/80, S: 38.2 C, N:123x/m, P: 24x/m, bibir kering, mulut:
stomatitis (+), moniliasis/ candidiasis (+), thorax: dbn, jantung: dbn, abdomen: dbn,
pemeriksaan lab: SGOT : 45 (6-30 U/L), CD4 ABSOLUT : 53 (410-1590), elektrolit
darah N :135.02 (135.38-145.00 mmol/L), RDW-CV 15,7 %, LYM# 4,7,103/l,
LED#1,5 103/l, WBC 10,5 (4,0-10,0 103/ l), RBC 4,4 (3,80-6,50)106/l, HGB 11
(14-18 g/dl)
Diagnosis sementara :
Susp. HIV AIDS + Candidiasis orofaring + Gizi kurang
Anjuran : tes VCT dan DL kontrol
Pengobatan :
Diit nasi lauk + 1000 kkl/ hri
IVFD KAEN 3B 16 tpm
Inj. Ceftriaxone 400 mg/12j/iv (II)
Inj. Santagesik 100 mg/8 j / iv (kp)
Nystatin drop 2x 1cc
Elkana CL syr cth 1/24jm/ p.o
FOLLOW UP
PERIKSA MULAI DARI SINI
Perawatan Hari ke 2
Tanggal : 06 Mei 2017
Subjek (S)
Panas (+) hari ke-3, batuk (+), nyeri menelan (+), Muntah (-), BAB (+) biasa, BAK
(-) lancar
Objek (O)
Tanda Vital
Denyut Nadi : 120 kali/menit
Respirasi : 23 x/m
Suhu : 37,10C
Kesadaran : CM GCS :15
Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor kembali cepat.
Kepala : konjungtiva hiperemis (-/-), sklera Ikterik (-/-), mata cekung
(-)
Mulut : stomatitis (+), moniliasis/candidiasis (+)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-) Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Sonor (+), vesikular (+), Rhonki -/-
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+), timpani (+)
Assesment (A) : Susp HIV AIDS + Candidiasis orofaring + Gizi
kurang
Planning (P) : Cek CD4,Viral load, Profil lipid, SGOT/SGPT, Ureum /creatinin,
Elektrolit
ELEKTROLIT
1. K 4.19 3.48-5.50 mmol/L
2. N 135.02 135.38-145.00 mmol/L
3. CL 99.57 96.0-106.00 mmol/L
4. CALSIUM 9-11 mg/dl
5. MAGNESIUM 1.8-2.6 mg/dl
Perawatan Hari ke 3
Tanggal : 07 Mei 2017
Subjek (S)
Panas (+) hari ke-3, batuk (+), nyeri menelan (+), Muntah (-), BAB (+) biasa, BAK
(-) lancar
Objek (O)
Tanda Vital
Denyut Nadi : 84 x/m
Respirasi : 22 x/m
Suhu : 38,60C
Kesadaran : CM GCS :15
Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor kembali cepat.
Kepala : konjungtiva hiperemis (-/-), sklera Ikterik (-/-), mata cekung
(-)
Mulut : stomatitis (+), moniliasis/candidiasis (+)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-) Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Sonor (+), vesikular (+), Rhonki -/-
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+), timpani (+)
Assesment (A) : Susp HIV AIDS + Candidiasis orofaring + Gizi
kurang
Planning (P) :
Diit nasi lauk + 1000 kkl/ hri
IVFD KAEN 3B 16 tpm
Inj.Ceftriaxone 400 mg/12j/iv (IV)
Inj. Metronidazole 100mg/8jm /iv(II)
Inj.Santagesik 100 mg/8 j / iv (kp)
Nystatin drop 4x 1cc
Elkana CL syr 1X1 cth/24jm/ p.o
Milan 1-0-0
Perawatan Hari ke 4
Tanggal : 08 Mei 2017
Subjek (S)
Panas (+) hari ke-3, batuk (+), nyeri menelan (+), Muntah (-), BAB (+) biasa, BAK
(-) lancar
Objek (O)
Tanda Vital
Denyut Nadi : 96 x/m
Respirasi : 2 x/m
Suhu : 37,80C
Kesadaran : CM GCS :15
Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor kembali cepat.
Kepala : konjungtiva hiperemis (-/-), sklera Ikterik (-/-), mata cekung
(-)
Mulut : stomatitis (+), moniliasis/candidiasis (+)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-) Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Sonor (+), vesikular (+), Rhonki -/-
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+), timpani (+)
Assesment (A) : Susp HIV AIDS + Candidiasis orofaring + Gizi
kurang
Planning (P) :
Diit nasi lauk + 1000 kkl/ hri
IVFD KAEN 3B 16 tpm
Inj.Ceftriaxone 400 mg/12j/iv (IV)
Inj. Metronidazole 100mg/8jm /iv(II)
Inj.Santagesik 100 mg/8 j / iv (kp)
Nystatin drop 4x 1cc
Elkana CL syr 1X1 cth/24jm/ p.o
Milan 1-0-0
Perawatan Hari ke 5
Tanggal : 09 Mei 2017
Subjek (S)
Panas (-), batuk (+), nyeri menelan (+), Muntah (-), BAB (+) biasa, BAK (-) lancar
Objek (O)
Tanda Vital
Denyut Nadi : 102 x/m
Respirasi : 24 x/m
Suhu : 36,90C
Kesadaran : CM GCS :15
Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor kembali cepat.
Kepala : konjungtiva hiperemis (-/-), sklera Ikterik (-/-), mata cekung
(-)
Mulut : stomatitis (+), moniliasis/candidiasis (+)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-) Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Sonor (+), vesikular (+), Rhonki -/-
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+), timpani (+)
Assesment (A) : Susp HIV AIDS + Candidiasis orofaring + Gizi
kurang
Planning (P) :
Diit nasi lauk + 1000 kkl/ hri
Obs infus
Cefixime25mg pulv/12jm(p.o)
Milan 1-0-0
Nystatin drop 5x 1cc
Elkana CL syr 1X1 cth/24jm/ p.o
Milan 1-0-0
BAB III
DISKUSI KASUS
Infeksi HIV merupakan masalah kesehatan anak yang penting di banyak negara. Kasus
penularan transmisi vertikal merupakan penyebab utama kasus HIV pada anak, Infeksi HIV pada
anak menunjukkan gambaran klinis yang sangat bervariasi.
Pada ilustrasi kasus, pasien anak perempuan usia 3th 4bln, BB 10.2 kg dibawa ke RSU dengan
keluhan demam sejak 2 hari SMRS, demam naik turun. Demam dapat disebabkan oleh infeksi
maupun non infeksi. Demam 2 hari, memiliki banyak kemungkinan diantaranya infeksi virus
dengue, campak, chikunguya, malaria, leptospirosis, infeksi saluran nafas, demam tifoid, infeksi
saluran kemih, dehidrasi ataupun imunokompromais.
Keluhan demam, demamnya naik turun 2 hari sebelum masuk RS. Demam tidak
disertai kejang ataupun menggigil, tidak ada tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah, mimisan,),
Pasien juga mengeluh adanya sariawan yang banyak pada mulut, keluhan ini sudah
dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien sudah berobat di
puskesmas namun tidak ada perubahan. Keadaan imunokompromais pada pasien dapat
disebabkan oleh infeksi virus HIV, ataupun keganasan Kemungkinan imunokompromais dapat
diperkuat oleh adanya demam (>380C) persisten yang tidak dapat dijelaskan > 1 bulan dan pasien
mengalami infeksi,
Melalui anamnesis, didapatkan bahwa pasien merupakan anak pertama dari perkawinan orang
tuanya. Pasien berasal dari keluarga dengan sosioekonomi baik. Ibu dan ayah pasien pernah
diperiksa tes HIV, dan hasilnya (+), namun belum pernah mendapat ARV sebelumnya. Kedua
orang tua pasien kini sudah meninggal. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien
memiliki risiko tertular infeksi HIV dari ibu pasien. selain itu, risiko tertular infeksi HIV pada pasien
ini semakin diperbesar karena selama kehamilan ibu pasien tidak pernah meminum ARV, pasien
lahir secara pervaginam, sejak lahir pasien mendapat ASI.
Pada literature disebutkan bahwa risiko transmisi vertikal meliputi: risiko saat kehamilan,
persalinan, dan menyusui. Selama kehamilan (tidak minum ARV), risiko transmisi sekitar 5-10%.
Untuk PMTCT (prevention mother to child transmission), semua ibu hamil diberikan ARV
pencegahan tanpa melihat jumlah CD4 atau limfosit, namun pada kasus ini ibu pasien tidak pernah
meminum ARV sebelumnya.
Risiko saat persalinan per vaginam 10-20%. Hal ini dapat terjadi karena saat terjadi kontraksi,
maka akan terjadi penekanan plasenta, sehingga kemungkinan akan terjadi pencampuran darah ibu
dan bayi, resiko meningkat jika ada infeksi (malaria, sifilis,chorioamnitis, dll), selain itu bayi mudah
terpapar dengan darah dan cairan servikovaginal.Paparan jalan lahir tergantung : kadar HIV cairan
vagina ibu & kadar CD4 pada ibu, lesi pada serviks atau vagina, perlukaan dinding vagina, infeksi
cairan ketuban, ketuban pecah dini (risiko meningkat 2 % tiap 1 jam setelah membran rupture,
persalinan premature, prosedur obstetric (amniotomy, episiotomy, forceps) yang dapat meningkatkan
pajanan terhadap darah & secret ibu. Pada kasus ini tidak diketahui status kesehatan ibu saat hamil
dan riwayat rinci persalinan ibu. Dalam literature disebutkan bahwa persalinan pervaginam dapat
dilakukan jika memenuhi persyaratan yaitu ibu minum ARV teratur, atau Muatan Virus/ Viral Load
tidak terdeteksi, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan muatan virus/ viral load pada usia
kehamilan 36 minggu ke atas. Selain itu ibu hamil dengan HIV (+) dianjurkan SC elektif (Sectio
Caesaria terjadwal dan sebelum terjadi tanda-tanda persalinan) karena menurunkan infeksi
HIVsampai 50% tanpa ARV dan sampai 80% dengan ARV (ZDV). Sectio Caesar dapat
menurunkan hingga 50-80% risiko transmisi.
Risiko transmisi dari ASI 10-20%. Pada kasus ini, didapatkan bahwa pada saat lahir lahir hingga
bayi mendapatkan ASI dari ibunya samapai umur 2 bulan. Pada teori disebutkan bahwa risiko
tambahan terhadap penularan HIV melalui pemberian ASI berkisar 10-20%, dan tingkat infeksi pada
bayi yang menyusui meningkat seiring dengan lamanya menyusu. Konsentrasi virus HIV pada
makrofag dan sel T yang terinfeksi, kadarnya lebih tinggi pada kolostrum, juga disebutkan bahwa
kandungan Cathepsin D pada ASI dapat meningkatkan replikasi virus dan modifikasi afinitas gp120
sebagai ko-reseptor. Selain itu risiko transmisi selama pemberian ASI juga tergantung dari status ibu
dan bayinya, apakah ada lesi yang dapat meningkatkan risiko. Jika ibu diketahui HIV (+) dan
status anak tidak diketahui, harus dilakukan konseling bagi ibu mengenai untuk perencanaan
pemberian susu pengganti dengansyarat AFASS. Berdasarkan hal yang disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pasienmemiliki risiko sebesar 25-50% terinfeksi HIV dari ibunya
Dari pemeriksaan fisik lab bahwa Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, BB:
10,2, TB: 84, status gizi: kurang, TD: 110/80, S: 38.2 C, N:123x/m, P: 24x/m, bibir kering, mulut:
candidiasis.
Berdasarkan literature bahwa Stadium Klinis WHO untuk bayi dan anak dengan infeksi
HIV/AIDS yang sudah terbukti, (2006) 3
Dari hasil pemeriksaan lab :SGOT : 45 (6-30 U/L, CD4 ABSOLUT : 53 (410-1590), Elektrolit
darah N :135.02 (135.38-145.00 mmol/L), RDW-CV 15,7 %, LYM# 4,7,103/l, MXD# 1,5 103/l,
WBC 10,5 (4,0-10,0 103/ l),RBC 4,4 (3,80-6,50)106/l, HGB 11 (14-18 g/dl),
Selain itu juga didapatkan limfositosis. Limfositosis pada kasus ini masih
mungkin terjadi, karena pada anak umur < 5 tahun kadar limfosit tinggi pada
anak,sehingga pada anak umur < 5 tahun, kadar limfosit tidak ditentukan berdasarkan
jumlah absolute, melainkan berdasarkan persentasenya,
Berdasarkan literature CD4+ adalah parameter terbaik untuk mengukur
imunodefsiensi. Digunakan bersamaan dengan penilaian klinis. CD4+ dapat
menjadi petunjuk dini progresivitas penyakit karena nilai CD4+ menurun lebih
dahulu dibandingkan kondisi klinis. Pemantauan CD4+ dapat digunakan untuk
memulai pemberian ARV atau penggantian obat Makin muda umur, makin tinggi
nilai CD4+. Untuk anak< 5 tahun digunakan persentase CD4+. Bila 5 tahun,
persentase CD4+ dan nilai CD4+ absolut dapat digunakan. Ambang batas kadar
CD4+ untuk imunodefsiensi berat pada anak 1 tahun sesuai dengan risi mortalitas
dalam 12 bulan (5%). Pada anak < 1 tahun atau bahkan < 6 bulan, nilai CD4+ tidak
dapat memprediksi mortalitas, karena risiko kematian dapat terjadi bahkan pada nilai
CD4+ yang tinggi.
Hitung limfosit total (TLC) digunakan bila pemeriksaan CD4+ tidak tersedia
untuk kriteria memulai ART (imunodefsiensi berat) pada anak dengan stadium 2.
Hitung TLC tidak dapat digunakan untuk pemantauan terapi ARV. (Perhitungan TLC
= % limfosit X hitung total leukosit.)
Bagan pemberian kotrimoksazol pada bayi yang lahir dari ibu HIV
positif
DAFTAR PUSTAKA