Refka
Refka
PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) adalah suatu sindrom klinik dengan gejala berupa
sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik 2+), hipoalbuminemia 2,5 g/dL, edema, dan
adalah 2-4 kasus baru per 100.000 anak per tahun.1 Di negara berkembang
insidensnya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun, dengan
ekskresi albumin dalam urin dan meningkatnya degradasi dalam tubulus renal
underfille dan teori overfille. Pada teori underfille dijelaskan pembentukan edema
1
merupakan transudasi cairan dari ruang inravaskular ke interstitiel. Penurunan
kolektivus. Karena tekanan onkotik kurang maka cairan dan natrium yang telah
Sedangkan pada teori overfille dijelaskan retensi natrium dan air diakibatkan
karena mekanisme intra renal primer dan tidak bergantung pada stimulasi sistemik
kapiler di seluruh tubuh serta ginjal. Retensi natrium primer akibat defek
Edema yang terjadi diakibatkan overfilling cairan ke dalam ruang interstitiel. 3,4
yang paling menonjol, kadang-kadang mencapai 40% dari pada berat badan dan
didapatkan anasarka. Edema biasanya diawali pada wajah dan palpebra, kemudian
pada perut (asites) karena adanya akumulasi cairan di intraperitoneal dan kaki
serta edema scrotum. Selain itu, dapat pula terjadi sesak napas karena adanya
cairan pada rongga pleura (efusi pleura) ataupun akibat tekanan abdominal yang
meningkat akibat asites. Pada asites yang berat dapat terjadi hernia umbilikalis
2
tubuh bagian atas seperti kelopak mata. Disaat siang hari cairan terakumulasi di
bagian bawah tubuh yaitu tungkai bawah. Selama edema masih banyak, biasanya
produksi urin berkurang. Penderita sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Selain
< 2,5 gr/dl, hiperkolesterolemia (> 250 mg/dl). Selain gejala-gejala tersebut di atas
gejala lain yang dapat dijumpai pada penderita SN adalah anoreksia, fatique, nyeri
dosis 2 mg/kgBB/hari dibagi menjadi tiga atau empat dosis. Waktu yang
ditetapkan pada saat urin bebas protein 3 hari berturut-turut. Jika anak berlanjut
menderita proteinuria (+2 atau lebih) setelah 1 bulan pemberian prednison dosis
terbagi secara terus menerus setiap hari, maka disebut resisten steroid dan
tepat. Lima hari setelah urin bebas protein (negatif, sedikit sekali atau +1 pada
sebagai dosis tunggal bersamaan dengan makan pagi. Setelah periode selang
protein tidak diperlukan bahkan sekarang dianggap kontra indikasi karena akan
3
diberikan diit protein normal sesuai dengan RDA (recommended daily
malnutrisi energi protein (MEP) dan hambatan pertumbuhan anak. Diit rendah
garam (1-2 g/hari) hanya diperlukan selama anak penderita edema.2). Pengobatan
4. Penyulit lain yang dapat terjadi diantaranya hipertensi, gagal ginjal akut,
dalam 2-18 bulan akan terjadi kematian karena gagal ginjal. Sedangkan prognosis
anak berespon terhadap steroid; sekitar 50% mengalami 1-2 kali relaps dalam 5
tahun dan 20% dapat relaps dalam kurun waktu 10 tahun setelah didiagnosis.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. A
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. umur : 29 Juni 2009/ 8 Tahun 10 blan
d. Agama : Islam
e. Kebangsaan : Indonesia
f. Suku bangsa : Poso
g. Nama ibu : Ny. Bela Umur : 30
h. Nama ayah : Tn. Alamsyah Umur : 33
i. Pekerjaan ayah : Wiraswasta
j. Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
k. Alamat : Desa Matako Kabupaten Poso
l. No. Telp :-
m. Dikirim oleh : RSUD Poso
n. Masuk dengan diagnose : Sindroma Nefrotik Relaps
o. Tanggal /jam masuk rumah sakit : 26 April 2017 / 22.40
p. Masuk ke ruangan : Nuri Bawah bed 8
q. Diagnosis : Sindroma Nefrotik Idiopatik
r. Anamnesis : oleh ibu pasien
s. Anak : Ke 1 dari 3 bersaudara
t. Tanggal lahir : 29 Juni 2009
u. Partus / oleh : Normal / bidan
22
FAMILY TREE
Ayah Ibu
= Laki- laki
Anak = Perempuan
= Meninggal
Penderita Laki-laki Perempuan
B. ANAMNESIS
23
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien belum pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya.
7. Riwayat Kehamilan :
1) Riwayat ANC lengkap
2) Riwayat sakit saat awal kehamilan tidak ada
3) Riwayat sakit dan hipertensi saat kehamilan : -
8. Riwayat Persalinan :
1) Anak lahir spontan dirumah bersalin dengan BB lahir 3000 gr dan PB : 48 cm
2) Saat lahir anak langsung menangis, kebiruan dan kuning patologis saat lahir
(-) dan gerak bebas
24
9. Kemampuan dan kepandaian bayi :
1) Membalik : 3 bulan
2) Tengkurap : 4 bulan
3) Duduk : 6 bulan
4) Merangkak : 8 bulan
5) Berdiri : 1 tahun
6) Berjalan : 1 tahun 2 bulan
7) Tertawa : 1 tahun
8) Berceloteh : 1 tahun 2 bulan
9) Memanggil papa : 11 bulan
25
13. Ikhtisar Penyakit menurut status UGD
1) Bengkak seluruh badan sejak 2 minggu yang lalu
2) Sedikit kencing (+)
3) Dirujuk dari RS Poso karena bengkak yang tidak turun setelah pemberian Vip
Albumin sachet
C. PEMERIKSAAN FISIK
26
8) Turgor : < 2 detik
9) edema : Edema periorbita, pretibia, pitting edem (+)
6. Kepala
1) Wajah : Bulat (+), kesan edema, edema periorbital (+)
2) Deformitas : Tidak ada
3) Bentuk : Normocephal
4) Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
5) Ubun ubun besar : Menutup
7. Mata
1. Exopthalmus : Tidak ditemukan
2. Tekanan Bola Mata : Palpasi normal
3. Konjungtiva : Anemis -/-
4. Sklera : Ikterik -/-
5. Corneal refleks : Positif
6. Pupil : Isokor, RCL+/+, RCTL+/+
7. Lensa : jernih
8. Fundus : tidak dilakukan
9. Visus : tidak dilakukan
10. Gerakan : baik kesegala arah
27
14. Leher
1) Trachea : letak di tengah
2) Kelenjar : pembesaran KGB (-), thiroid (-)
3) Kaku kuduk : tidak dilakukan
4) Dan lain lain : tidak dilakukan
15. Thorax
1) Bentuk : simetris bilateral
2) Rachitic rosary : tidak ditemukan
3) Ruang intercosta : tidak melebar
4) Pericordial bulding : tidak ditemukan
5) Lain-lain : tidak ditemukan
6) Xiphosternum : tidak ditemukan
7) Hamstons grove : tidak ditemukan
8) Pernapasan paradoxal : tidak ditemukan
9) Retraksi : tidak ditemukan
16. Paru-paru
1) Inspeksi : Simetris, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
2) Palpasi : Vokal fremitus (+) sama kiri kanan, Nyeri tekan (-)
3) Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
4) Auskultasi : Bunyi vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
17. Jantung
1) Detak jantung : 96 kali / menit
2) Ictus cordis : Ictus Cordis tampak dan teraba pada SIC V linea
midclavicula sinistra
3) Batas kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
4) Batas kanan : SIC V linea Parasternal dextra
5) Batas atas : SIC II linea midclavikula sinistra
6) Bunyi jantung apex :
7) Bising jantung : tidak ditemukan
28
18. Abdomen
1) Bentuk : Cembung (+), massa (-), distensi (-), sikatris (-)
2) Lain-lain : peristaltik (+), kesan normal, ascites (+), perkusi
` redup (+) shifting dullnes (+)
3) Lien : tidak teraba
4) Hepar : tidak teraba
19. Genital : Labia mayor edema (-)
20. Kelenjar : tidak ada pembesaran KGB
21. Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat (+).
Edema (+/+) pretibial
22. Tulang belulang : Skoliosis (-), Lordosis (-), Kyphosis (-)
23. Otot-otot : Atrofi (-), eutrofi (+)
24. Refleks : Refleks fisiologis normal, patologis (-)
Laboratorium :
Darah Lengkap
RBC = 4,1 x106 /m2 Nilai rujukan 4.8 10.8 106 /m2
WBC = 9,2 x103/ m2 Nilai rujukan 4 10 x103/ m2
HGB = 11,7 g/dl Nilai rujukan 14-18 g/dl
HCT = 31,7 % Nilai rujukan 42-52 %
PLT = 366x103/ m2 Nilai rujukan 150-450 x 103/Ul
Kimia Darah
Lemak :
Kolesterol : 554 Nilai rujukan < 200 mg/dl
Faal ginjal :
Ureum : 21 Nilai rujukan10,0-50,0 mg/dl
Creatinin : 0,38 Nilai rujukan 0,70 1,20 mg/dl
Faal hati :
Total Protein : 2,7 Nilai rujukan6,6 - 8,7 mg/dl
29
Albumin : 1,6 Nilai rujukan 3,4 4,8 mg/dl
Urinalisis
PH 6,0 Nilai rujukan 4,8-8,0
BJ 1,020 Nilai rujukan 1,003-1,022
Protein +3 Nilai rujukan Negatif
Reduksi - Nilai rujukan Negatif
Urobilinogen - Nilai rujukan Negatif
Bilirubin - Nilai rujukan Negatif
Keton - Nilai rujukan Negatif
Nitrit - Nilai rujukan Negatif
Blood - Nilai rujukan Negatif
Leukosit - Nilai rujukan Negatif
Sedimen
- Leukosit 1-2 Nilai rujukan 0-5
- Eritrosit 0-1 Nilai rujukan 0-3
- Kristal Ca Oxalat - Nilai rujukan Negatif
- Granula - Nilai rujukan Negatif
- Epitel sel + Nilai rujukan Negatif
- Hyfa - Nilai rujukan Negatif
- Amoeba - Nilai rujukan Negatif
Resume :
Pasien masuk dengan keluhan edema yang dialami sejak 2 minggu yang lalu,
hal ini timbul tiba-tiba dan timbul dipagi hari. Awalnya hanya edema pada
periorbita, kemudian abdomen dan pretibia.
Pasien juga mengalami oligouri sejak gejala edema dialami, ibu pasien
mengatakan bahwa pasien sering mengkonsumsi teh gelas > 5 tiap hari, dan tidak
suka minum air putih. Gejala ini baru pertama kali dialami dan tidak ada keluarga
yang mengalami hal yang sama.
30
Pada pemeriksaan fisis didapatkan : Keadaan Umum : Sakit Sedang, kesadaran
: kompos mentis, BB : 23 kg (BB koreksi 20 kg), TB : 125 cm, Status gizi : Gizi
baik (CDC = 95%). Pada pemeriksaan fisik kepala : edema palpebra +/+, paru -
paru : auskultasi : vesikuler (+/+), Jantung : auskultasi : BJ I/II Reguler, abdomen
tampak cembung, asites (+), Perkusi : redup (+) Shifting dullness (+),dan
ekstremitas bawah : edema pretibial +/+ ( pitting edema ).
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dalam batas normal, Kimia darah
Kolesterol : 554 (kolesterolemia). Faal hati total protein : 2,7 (hipoproteinemia)
dan albumin : 1,6 (hipoalbuminemia) Urinalalisis : protein +3 (proteinuri masif)
Terapi :
- IVFD RL mikrodrip arnet
- Prednison 5 mg 3-3-2 tab
- El kana Cl syr 1 x 1 cth
- Vip albumin 1 x 1 sachset
- Zink 20 mg 1x1 tab
31
FOLLOW UP
S : Panas (-), batuk (-), sesak (+) kadang-kadang, muntah (-), nyeri
perut (-), dan BAB/BAK lancar
A : Sindrom Nefrotik
P :
- IVFD RL 10 asnet
- Diit Rendah garam tinggi protein 1800 kkal/hari
- Inj. Ceftriaxone 500mg/12mg/IV
- Prednison 5 mg 3-3-2 tab
- Vip Albumin sachet 1/12 jam PO
- Elkana Cl syr 1x1 cth
- Zink 20 mg tab 1x1 tab
32
TANGGAL 28 APRIL 2017 (Perawatan hari ke-3)
S : Panas (-), batuk (-), mual (+), muntah (-),edema (+), kadang sesak
(+), dan BAB/BAK lancar
A : Sindrom Nefrotik
P :
- IVFD RL mikro drip arnet
- Diit bebas garam tinggi protein 1800 kkal/hari
- Inj. Ceftriaxone 500 mg/12mg/IV
- Prednison 5 mg 3-3-2 tab
- Elkana Cl syr 1x1 cth
- Zink 20 mg tab 1x1 tab (3)
- Inj Ranitidin 25 mg/12 jam K/P mual
33
Status gizi : Gizi baik (CDC = 95%)
Kepala : Palpebra : Edema +/+
Abdomen : Inspeksi : Cembung, Asites (+)
Perkusi : Shifting dullness (+)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-)
Genitalia : Edema labium (-)
Ekstremitas bawah : Edema pretibial (-)
A : Sindrom Nefrotik
P :
S : Panas (-), batuk (-), mual (-), muntah (-), bengkak sudah turun,
sesak (+). BAB/BAK lancar
A : Sindrom Nefrotik
34
P :
- Diit bebas garam tinggi protein 1800 kkal/hari
- Obs. infus
- Prednison 5 mg 3-3-2 tab
- Elkana Cl syr 1x1 cth
- Zink 20 mg tab 1x1 tab (5)
- Takar urine
S : Bengkak sudah turun, Panas (-), batuk (-), mual (-), muntah (-)
,sesak (-). BAB/BAK lancar
P :
- Diit bebas garam , protein normal sesuai RDA
- Obs. infus
- Prednison 5 mg 3-3-2 tab
- Elkana Cl syr 1x1 cth
- Zink 20 mg tab 1x1 tab (6)
- Cek UL 3 hari berturut-turut
35
Hasil Urinalisis tgl 1 Mei 2017
S : Bengkak(-), panas (-), batuk (-), mual (-), muntah (-) ,sesak (-).
BAB/BAK lancar
36
Perkusi : Shifting dullness (-)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-)
Ekstremitas bawah : Edema pretibial -/-
P :
- Diit bebas garam , protein normal sesuai RDA
- Obs. infus
- Prednison 5 mg 3-3-2 tab
- Elkana Cl syr 1x1 cth
- Zink 20 mg tab 1x1 tab (7)
- Cek UL (2/5/17)
37
- Epitel sel + Nilai rujukan Negatif
- Hyfa - Nilai rujukan Negatif
- Amoeba - Nilai rujukan Negatif
S : Bengkak sudah turun, Panas (-), batuk (-), mual (-), muntah (-)
,sesak (-). BAB (+), BAK(+)
P :
- Diit bebas garam , protein normal sesuai RDA
- Obs. infus
- Prednison 5 mg 3-3-2 tab
- Elkana Cl syr 1x1 cth
- Zink 20 mg tab 1x1 tab (8)
- Cek UL (3/5/17), protein (-) BLPL
38
Hasil Urinalisis tgl 3 Mei 2017
Pasien boleh pulang setelah keadaan pasien membaik dan hasil urinalisis
proteinuria (-) 3 hari berturut-turut.
39
BAB III
DISKUSI KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun masuk RSU. Anutapura Palu pada
tanggal 25 APRIL 2017, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis
didapatkan:
- Keluhan utama berupa bengkak seluruh badan atau sembab
- Lokasi sembab pada daerah kelopak mata (palpebra), perut, lengan, tungkai,
dan genitalia (skrotum)
Berdasarkan hal diatas diagnosis sementara yang dapat ditegakkan pada kasus
ini adalah sindrom nefrotik (SN). Untuk lebih memastikannya maka dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan diperoleh hasil :
- Kadar albumin serum 1,2 gr/dl (hipoalbuminemia)
- Kadar protein total 3.0 gr/dl (hipoproteinemia)
- Kadar kolesterol total 408 mg/dl (hiperkolesterolemia)
- Terdapat protein dalam urin (poteinuria +1)
Pada pasien ini bengkak dimulai dari kelopak mata yang timbul mendadak
dipagi hari, kemudian berlanjut hingga terjadi edema pada seluruh tubuh. Hal ini
menunjukan bahwa bengkak pada pasien ini mengarah pada kelainan ginjal.
Untuk membantu menegakkan diagnosis maka dibutuhkan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan laboratorium darah lengkap, kimia darah dan urin
lengkap.
40
normal membran basal glomerulus (MBG) mempunyai mekanisme penghalang
untuk mencegah kebocoran protein. Mekanisme penghalang pertama berdasarkan
ukuran molekul (size barrier) dan yang kedua berdasarkan muatan listrik (charge
barrier). Pada SN kedua mekanisme penghalang tersebut ikut terganggu. Selain
itu konfigurasi molekul protein juga menentukan lolos tidaknya protein melalui
MBG. Proteinuria dibedakan menjadi selektif dan non-selektif berdasarkan ukuran
molekul protein yang keluar melaui urin. Proteinuria selektif apabila yang keluar
terdiri dari molekul kecil misalnya albumin. Sedangkan non-selektif apabila
protein yang keluar terdiri dari molekul besar seperti immunoglobulin. Seletivitas
proteinuria ditentukan oleh keutuhan struktur MBG. 2,3,4
41
Proteinuria
Hipoalbuminemia
Volume plasma
Sistem RAA
ADH ANP N/
EDEMA
Retensi Na
Volume plasma
ADH/N ANP
Aldosteron
Tubulus resisten
terhadap ANP
EDEMA
42
Dyslipidemia diakibatkan oleh karena kolesterol serum, very low density
lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), trigliserida meningkat
sedangkan high density lipoprotein (HDL) dapat menurun. Hal ini disebabkan
peningkatan sintesis lipid di hepar dan penurunan katabolisme di perifer
(penurunan pengeluaran lipoprotein, VLDL, kilomikron dan intermediate density
lipoprotein dari darah). Peningkatan sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh
penurunan albumin serum dan penurunan tekanan onkotik. Oleh karena
proteinuria sehingga kompensasi hati untuk meningkatkan kadar protein dalam
darah. 2,3,4
Batasan
1. Remisi: proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/jam) 3
hari berturut-turut dalam 1 minggu
2. Relaps: proteinuria 2+ (proteinuria >40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu
3. Relaps jarang: relaps kurang dari 2 x dalam 6 bulan pertama setelah
respons awal atau kurang dari 4 x per tahun pengamatan
4. Relaps sering(frequent relaps): relaps 2 x dalam 6 bulan pertama
setelah respons awal atau 4 x dalam periode 1 tahun
5. Dependen steroid: relaps 2 x berurutan pada saat dosis steroid diturunkan
(alternating) atau dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan
6. Resisten steroid: tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis
penuh (full dose) 2 mg/kgbb/hari selama 4 minggu.
7. Sensitif steroid: remisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh
selama 4 minggu. 7,8
Dari hasil pemerikasaan laboratorium didapatkan total protein total 3,0 g/dl,
kolestrol 408 mg/dl, albumin 1,2 g/dl, ureum 26 mg/dl, kreatinin 0,35 mg/dl,
protein urin +1.
43
Hasil pemeriksaan laboratorium ini mendukung ditegakkannya diagnosis
sindrom nefrotik. Hal ini sesuai dengan definisi SN yaitu keadaan klinis yang
terdiri dari edema generalisata (anasarka), hipoalbuminemia, hiperlipidemia
(hiperkolesterolemia) dan proteinuria.
Penyebab utama terjadinya SN pada anak ini tidak dapat diketahui secara
pasti, karena sebenarnya untuk lebih memastikan tipe (penyebab) dari SN ini
dengan melakukan biopsi ginjal. Namun pada anak ini tidak dilakukan
pemeriksaan biopsi ginjal.
SN pada kasus ini didiagnosis banding dengan GNA karena gejala klinis
kedua penyakit ini sama yakni berupa edema, pada GNA didapatkan adanya
hipertensi dan hematuria.
Untuk pengobatan pada pasien ini diberikan steroid full dose sesuai dengan
International Study on Kidney Diseases in Children (ISKDC) diberikan prednison
44
60 mg/m2LPB/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/hari dalam dosis
terbagi untuk menginduksi remisi). Untuk pemberian dosis prednison sesuai berat
badan ideal (BB terhadap TB) (KDIGO, 2012). Berdasarkan WHO Growth Chart
Standart, pada pasien ini BB ideal nya di umur 4 tahun dengan TB 89 cm, dan BB
koreksi 30% adalah 10,64 kg, sehingga dosis prednison yang diberikan adalah
10,64 kg x 2 mg/kgBB/hari = 21,28 mg/hari, dibulatkan menjadi 25 mg/hari
dikarenakan :
1. Satu tablet prednison mengandung 5 mg sehingga mempermudah dalam
penentuan jumlah tablet yang akan diberikan dan mempermudah dalam
pengkonsumsian obat
2. Dosis pembulatan menjadi 25 mg masih dalam dosis aman prednison yaitu
maksimal 80 mg/hari.
Lalu, untuk mengatasi edema pada pasein ini diberikan diuretik furosemide
dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari sehingga dosis yang diberikan pada pasien ini
adalah 10,64g x 2 mg/kgBB/hari jadi 21,8 mg/hari, Pemberian furosemid ini
diindikasikan untuk edema berat, tetapi pada pasien ini tidak diberikan.2,3 Tetapi
diberikan terapi albumin dengan indikasi pemberian albumin 20% 1 g/kgBB.
Bila tidak terjadi remisi selama 4 minggu, maka kasus ini disebut resisten
steroid. Penelitian sekarang memperlihatkan bahwa disebut resisten bila
45
respon sampai 8 minggu. Pada kasus resisten prednisone, maka dapat di
tambahkan obat-obat imunosupresif yang lain seperti siklofosfamid,
siklosporin, atau levamizole. Mengingat obat tersebut mahal dan susah didapat
dipasaran, maka bisa dipakai levamizole yang lebih murah dan mudah didapat
dalam bentuk tablet yaitu askamex.8
Levamizole merupakan derivat tetramizole,immunomodulator dapat
merangsang pembentukan antibody terhadap beberapa antigen melalui
imunitas seluler,lovamizole meningkatkan respon sel T dengan merangsang
aktivitas sel T, mempotensiasi monosit dan makrofag, termasuk
fagositosis,kemotoksis dan lain-lain.8
46
DAFTAR PUSTAKA
47