Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL SKRIPSI

PERENCANAAN KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV

PADA DUSUN BANDUNG KULONPROGO

Disusun oleh :
Ario Wijanarto
No. Mhs : 311114063/E/S1

Kepada
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

PERENCANAAN KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV

PADA DUSUN BANDUNG KULONPROGO

Disusun oleh :
Ario Wijanarto
No. Mhs : 311114063/E/S1

Telah diperiksa dan disetujui oleh :


Pembimbing Utama Tanggal :

_________________
NIK :

Pembimbing Pendamping Tanggal :

_________________
NIK :
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan dalam bidang
ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup,
maka pemerintah berupaya luas melalui berbagai usaha untuk mengatasi masalah
yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Usaha usaha tersebut dirumuskan
dalam bentuk program dengan pendekatan insektoral cara terpadu dengan penataan
kawasan dengan memberikan peran serta penuh langsung dalam pembangunan di
wilayahnya. Peningkatan dan perencanaan listrik desa ditujukan untuk meningkatkan
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana tenaga listrik guna mendorong
pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat serta membuka
keterisolasian wilayah pedalaman dan terpencil.
Dalam kaitan dengan perencanaan listrik pedesaan (lisdes), maka kepentingan
masyarakat dan kondisi wilayah pedusunan di kabupaten Kulonprogo yang terlibat
dalam wilayah tersebut adalah obyek utama dalam perumusan perencanaan lisdes
tersebut. Kondisi yang demikian ini akan memberi arah pengembangan dengan
memberdayakan potensi yang ada dan membuka peluang bagi partisipasi masyarakat
secara lebih luas dalam penyusunan Design Engineering Detail (DED) Lisdes
Pembangunan Listrik Pedesaan Di Kabupaten Kulonprogo dan implementasi yang
melibatkan seluruh warga dalam meningkatkan kesejahteraan mereka nantinya.
Dalam upaya mempercepat kebutuhan akan prasarana dan sarana saat ini serta
mengantisipasi kebutuhan prasarana tenaga listrik di masa yang akan datang,
khususnya dalam usaha meningkatkan kualitas hidup dan mendorong laju
pertumbuhan ekonomi masyarakat luas, pemerintah telah berupaya keras melalui
berbagai usaha untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kebutuhan prasarana
tenaga listrik khususnya di wilayah kabupaten Kulonprogo.
Berkaitan dengan judul penelitian yang dilakukan, maka berdasrkan latar
belakang tersebut penulis mengambil judul Perencanaan Konstruksi Jaringan
Distribusi 20 KV Pada Dusun Bandung Kulonprogo

1.2. Perumusan Masalah


Permasalahan yang muncul pada perencanaan konstruksi jaringan listrik
pedesaan ini antara lain :
a. Bagaimana menentukan konstruksi jaringan listrik pada kondisi jalan yang
berliku
b. Penentuan komponen konstruksi jaringan listrik yang sesuai dengan kondisi
jalan yang berliku

1.2. Batasan Masalah


Batasan masalah yang dibahas dalam perencanaan konstruksi jaringan listrik
diantaranya adalah :
a. Dasar teori tentang instalasi listrik tegangan menengah
b. Teori terapan tentang konstruksi jaringan listrik

1.3. Keaslian Penelitian


Penelitian yang berkaitan dengan perencanaan jaringan tegangan menengah
oleh kalangan peneliti lain diantaranya adalah :
1. Arfita Yuana Dewi Rachman, 2012, Perencanaan Saluran Udara Tegangan
Menengah (Sutm) 20 KVPada Komlek Perkebunan AMP (Agra Masang
Perkasa) Bawan Lubuk Basung
2. Prama Gangga Sadewa, Perencanaan Pembangunan Jaringan Distribusi
Listrik Pedesaan Kabupaten Purworejo, CV. Graha Rekha, makalah seminar.
3. Febrian Nugroho Winarto, Perencanaan Pembangunan Jaringan Distribusi
Listrik Pedesaan Kabupaten Wonogiri, CV. Graha Rekha, makalah seminar.
Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki perbedaan signifikan terletak pada
lokasi penelitian dan metode penyelesaian yang terkait dengan contour tanah serta
mencamtumkan ncana anggaran biaya.

1.4. Faedah yang diharapkan


Faedah yang diharapkan dalam penelitian yang akan dilakukan ini antara lain
bagi :
a. Ilmu pengetahuan
Dapat memberikan ilmu ketenaga listrikan, khusunya yang berkaitan
pembangunan konstruksi jaringan listrik bagi mahasiswa maupun para
praktisi pemasangan konstruksi jaringan listrik.
b. Masyarakat industri
Memberikan dan membantu bagi PT. PLN dalam mempermudah dan
mempercepat pembangunan dan pemasangan konstruksi jaringan listrik di
dusun Bandung, Kulonprogo.

II. TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan penelitian yang dilakukan ini dalam perencanaan konstruksi
jaringan listrik pedesaan yang meliputi :
a. Penentuan lokasi rencana rute pembangunan jaringan listrik
b. Pembuatan detil desain pembangunan.
c. Penyusunan rencana anggaran biaya (RAB) pembangunan jaringan
listrik pedesaan.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Penelitian yang dilakukan oleh Arfita Yuana Dewi Rachman, 2012,
memberikan penjelasan bahwa dalam pembahaannya melakukan perhitungan
impedansi, drop tegangan, arus jaringan, drop tegangan jaringan dan besar andongan
kawat. Besaran andongan yang diperhitungkan menghasilkan jarak antar tiang 50,58
meter antar tiang dan drop tegangan 21,08 Volt.
Sedangkan menurut Febrian Nugroho Winarto, Pemilihan spesifikasi dari tiang
menyesuaikan dengan kondisi jalur jaringan, yang ditunjukkan dengan kode kode
yang ada pada gambar perencanaan. Begitu pula spesifikasi peralatan pendukung
lainnya. Selain itu hal yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi trafo antara
lain total beban, persebaran atau distribusi beban dan letak dead end atau tiang JTR
yang paling akhir.

IV. DASAR TEORI


Kajian teknis perencanaan jaringan distribusi tenaga listrik yang dibahasa antara lain
meliputi : Konsep dasar sistem tenaga listrik, konstruksi jaringan distribusi tegangan
menengah dan rendah, termasuk dalam perencanan gardu distribusi dan standar
konstruksi JTM maupun JTR yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Secara
rinci pembahasannnya dijelaskan sebagai berikut :

Aspek Perencanaan Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi Tegangan Menengah saluran udara dipakai umumnya untuk
daerah dengan jangkauan luas, daerah padat beban rendah atau daerahdaerah
penyangga antara kota dan desa.
Biaya investasi Saluran Udara relatif murah, mudah dalam pembangunannya,
mudah pada aspek pengoperasian, akan tetapi padat pemeliharaan. Tingkat
kontinuitas rendah dengan konfigurasi sistem umumnya radial (Fishbone).
Jaringan distribusi Tegangan Menengah saluran bawah tanah dipakai umumnya
untuk daerah padat beban tinggi (beban puncak lebih dari 2,5 MVA/km 2 dengan
luas minimal 10 km2 dengan jangkauan terbatas. Biaya investasi mahal, sulit
dalam pembangunan, mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan, tingkat
kontinuitas tinggi. Pada jaringan dengan saluran bawah tanah selalu
direncanakan dalam bentuk loop guna menghindari pemadaman (black out)
akibat gangguan.

Pada sistem distribusi Tegangan Rendah dan Sambungan Tenaga Listrik


digunakan konfigurasi sistem radial murni. Hanya pada pelangganpelanggan
tertentu diberikan pasokan alternatif jika terjadi pemadaman. Konstruksi
jaringan umumnya saluran udara. Pemakaian saluran bawah tanah umumnya
untuk kabel daya (kabel naik, opstik kabel), pada daerahdaerah eksklusif atas
permintaan khusus, pada daerahdaerah bisnis khusus serta atas dasar kebijakan
perencanaan otoritas setempat.

Konsep perencanaan
Jaringan distribusi tenaga listrik saluran udara ini, terutama untuk distribusi
tenaga listrik yang beroperasi secara radial, dengan jangkauan luas, biaya
murah, dengan keandalan kontunuitas penyaluran minimal tingkat tingkat.
Secara ideal tingkat keandalan kontinuitas penyaluran dibagi atas 5 tingkat :
Tingkat 1 : Pemadaman dalam orde beberapa jam. Umumnya terjadi
pada sistem saluran udara dengan konfigurasi radial.
Tingkat 2 : Pemadaman dalam orde kurang dari 1 jam. Mengisolasi
penyebab gangguan dan pemulihan penyaluran kurang
dari 1 jam. Umumnya pada sistem dengan pasokan
penyulang cadangan atau sistem loop.
Tingkat 3 : Pemadaman dalam orde beberapa menit. Umumnya pada
sistem yang mempunyai sistem SCADA.
Tingkat 4 : Pemadaman dalam orde detik. Umumnya pada sistem
dengan fasilitas automatic switching pada sistem fork.
Tingkat 5 : Sistem tanpa pemadaman. Keadaan dimana selalu ada
pasokan tenaga listrik, misalnya pada sistem spotload,
transformator yang bekerja parallel.
Untuk mengurangi luasnya dampak pemadaman akibat gangguan dipasang
fasilitasfaslitas Pole Top Switch / Air Break Switch, PBO, SSO, FCO pada
posisi tertentu. Pemakaian Saluran Udara sebagai sistem distribusi daerah
perkotaan dapat dilakukan dengan memperpendek panjang saluran dan
didesain menjadi struktur Radial Open Loop.

Pemakaian penghantar berisolasi guna mengurangi akibat gangguan tidak


menetap dan pemasangan kawat petir dapat meningkatkan tingkat kontinuitas
penyaluran. Untuk perencanaan di suatu daerah baru, pemilihan PBO, SSO,
FCO merupakan satu kesatuan yang memperhatikan koordinasi proteksi dan
optimasi operasi distribusi dan sistem pembumian transformator Gardu Induk
pada jaringan tersebut.
Pada penyulang utama sistem radial, disisi pangkal harus dipasang PBO
dengan setiap percabangan dipasang pemutus FCO khusus untuk sistem
dengan pembumian langsung. Untuk sistem pembumian dengan tahanan tidak
direkomendasikan penggunaan FCO. Pada sistem jaringan tertutup (loop)
dengan instalasi gardu phisection, seluruh pemutus menggunakan SSO.

Tujuan daripada suatu sistem proteksi pada Saluran Udara Tegangan

Menengah (SUTM) adalah mengurangi sejauh mungkin pengaruh gangguan

pada penyaluran tenaga listrik serta memberikan perlindungan yang maksimal

bagi operator, lingkungan dan peralatan dalam hal terjadinya gangguan yang

menetap (permanen). Sistem proteksi pada SUTM memakai :


Proteksi jaringan
A. Relai hubung tanah dan relai hubung singkat fasafasa untuk kemungkinan
gangguan penghantar dengan bumi dan antar penghantar.
B. Pemutus Balik Otomatis PBO (Automatic Recloser), Saklar Seksi Otomatis
SSO (Automatic Sectionaizer). PBO dipasang pada saluran utama,
sementara SSO dipasang pada saluran pencabangan, sedangkan di Gardu
Induk dilengkapi dengan auto reclosing relay.
C. Lightning Arrester (LA) sebagai pelindung kenaikan tegangan peralatan
akibat surja petir. Lightning Arrester dipasang pada tiang awal/tiang akhir,
kabel TeeOff (TO) pada jaringan dan gardu transformator serta pada
isolator tumpu.
D. Pembumian bagian konduktif terbuka dan bagian konduktif extra pada
tiaptiap 4 tiang atau pertimbangan lain dengan nilai pentanahan tidak
melebihi 10 Ohm.
E. Kawat tanah (shield wire) untuk mengurangi gangguan akibat sambaran
petir langsung. Instalasi kawat tanah dapat dipasang pada SUTM di daerah
padat petir yang terbuka.
F. Penggunaan Fused CutOut (FCO) pada jaringan pencabangan.
G. Penggunaan Sela Tanduk (Arcing Horn)

Pemasangan Pemutus Balik Otomatis (PBO), Saklar Seksi Otomatis (SSO),


Pengaman Lebur dan Pemutus Tenaga (PMT) pada SUTM di pengaruhi oleh
nilai tahanan pembumian sisi 20 kV transformator tenaga di Gardu Induk.
Monogram sistem proteksi dapat dilihat pada gambar berikut :

Konstruksi SUTM
Konstruksi jaringan dimulai dari sumber tenaga listrik / Gardu Induk dengan
kabel tanah Tegangan Menengah kearah tiang pertama saluran udara. Tiang
pertama disebut tiang awal, tiang tengah disebut tiang penumpu (line pole)
atau tiang penegang (suspension pole), jika jalur SUTM membelok disebut
tiang sudut dan berakhir pada tiang ujung (end pole).

Untuk saluran yang sangat panjang dan lurus pada titiktitik tertentu dipasang
tiang peregang. Fungsi tiang peregang adalah untuk mengurangi besarnya
tekanan mekanis pada tiang awal / ujung serta untuk memudahkan operasional
dan pemeliharaan jaringan. Topang tarik (guy wire) dapat dipakai pada tiang
sudut dan tiang ujung tetapi tidak dipasang pada tiang awal. Pada tempat
tempat tertentu jika sulit memasang guy wire pada tiang akhir atau tiang
sudut, dapat dipakai tiang dengan kekuatan tarik besar.

Isolator digunakan sebagai penumpu dan pemegang penghantar pada tiang,


hanya dipakai 2 jenis isolator yaitu isolator peregang (hang
isolator/suspension isolator) dan isolator penumpu (linepost/pinpost/pin
insulator). Isolator peregang dipasang pada tiang awal / akhir / sudut. Isolator
penumpu dipasang pada tiang penumpu dan sudut.
Konfigurasi konstruksi (Pole Top Construction) dapat berbentuk vertikal,
horizontal atau delta. Konstruksi sistem pembumian dengan tahanan (R = 12
Ohm, 40 Ohm dan 500 Ohm) atau dengan multi grounded common netral
(solid grounded) yaitu dengan adanya penghantar netral bersama TM, TR
(Jawa Timur menggunakan system pembumian 500 Ohm, dengan tambahan
konstruksi penghantar pembumian diatas penghantar fasa). Isolator dipasang
pada palang (cross arm / bracket / travers) tahan karat (Galvanized Steel
Profile). Penghantar Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ini dapat
berupa:
1. A3C (All Alumunium Alloy Conductor)
2. A3C S (Half insulated A3C, HIC) ; atau full insulated (FIC).
3. Full insulated A3C twisted (A3CTC)
Luas penampang penghantar 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2, 150 mm2, 240 mm2.

Penggunaan tiang
Saluran udara Tegangan Menengah memakai tiang dengan beban kerja
(working load) 200 daN, 350 daN dan 500 daN, dengan panjang tiang 11
meter, 12 meter, 13 meter dan 14 meter.
Penggunaan tiang dengan beban kerja tertentu disesuaikan dengan banyaknya
sirkit perjalur saluran udara, besar penampang penghantar dan posisi/fungsi
tiang (tiang awal, tiang tengah, tiang sudut).

Standar konstruksi SUTM


A. Ruang Bebas (Right Of Way) dan Jarak Aman (Safety Distance)
Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari jaringan terhadap
benda-benda disekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis
yang tidak memberikan pengaruh membahayakan. Secara rinci Jarak
aman jaringan terhadap bangunan lain dapat dilihat pada tabel 4.2.

Khusus terhadap jaringan telekomunikasi, jarak aman minimal adalah 1 m


baik vertikal atau horizontal. Bila dibawah JTM terdapat JTR, jarak
minimal antara JTM dengan kabel JTR dibawahnya minimal 120 cm
Tabel 4.2. Jarak aman SUTM

B. Spesifikasi Konstruksi SUTM


Secara rinci standar konstruksi Saluran Udara Tegangan Menengah
sebagai berikut :

B1. Konstruksi SUTM sistem 3 Kawat


B1.1. Konstruksi SUTM Sirkit Tunggal
a). Konstruksi tiang Penumpu (Line Pole) dan kelengkapannya
Konstruksi ini dipasang untuk lintasan jaringan SUTM 0 - 15
dengan 3 buah isolator tumpu dan 1 buah cross arm UNP 10 x 2000.
b). Konstruksi tiang Sudut Kecil dengan sudut 15 s/d 30 dan
kelengkapannya
Konstruksi ini dipasang untuk jaringan SUTM dengan sudut 15-
30 dengan 6 buah isolator tumpu, 2 buah cross arm UNP 10 x
2200.
c). Konstruksi tiang sudut besar dengan sudut lintasan 30- 60 dan
kelengkapannya
Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 3 buah isolator tumpu
dan 2 buah cross arm UNP 10 x 2200.
d). Konstruksi tiang sudut besar dengan sudut lintasan 60- 90 dan
kelengkapannya
Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 1 buah isolator tumpu
dan 4 buah cross arm UNP 10 x 2000
e). Konstruksi tiang awal (Riser Pole) dan kelengkapannya
Konstruksi tiang awal ini dipasang pada awal jaringan dimana
terdapat kabel naik dari gardu induk/pusat listrik. Pada tiang ini
terpasang 3 set isolator tarik, 2 buah cross arm UNP 10 x 2000,
lightning arrester, pipa galvanis pelindung kabel diameter 4 inci, dan
instalasi pembumian. Kekuatan tiang disesuaikan dengan besarnya
penampang penghantar yang digunakan.
f). Konstruksi tiang Peregang (Tension Pole) dan kelengkapannya
Konstruksi tiang peregang ini di pasang pada tiap-tiap 10 gawang
jaringan. Kekuatan tiang (Working Load) sama dengan kekuatan
tiang awal atau tiang dengan kekuatan tiang lebih kecil namun harus
di tambah 2 set konstruksi Topang tarik dengan arah berlawanan.
Pada konstruksi ini terpasang 6 set isolator tarik, 3 buah isolator
tumpu dan 2 buah cross arm UNP 10 x 2000.
g). Konstruksi tiang pencabangan ( Tee- Off Pole)
Konstruksi ini adalah gabungan antara konstruksi tiang penumpu
dan tiang awal tanpa lightning arrester, kabel naik, namun di tambah
dengan 1 buah isolator tumpu dan 1 set Topang tarik, jika tidak
memungkinkan penggantian tiang dengan kekuatan tarik yang lebih
besar.
h). Konstruksi saklar tiang (Pole Switch)
Konstruksi ini di pasang untuk maksud - maksud manuver jaringan
atau pemeliharaan . Terdapat 2 jenis saklar tiang
Pole Top Switch yang hanya berfungsi sebagai pemisah.
Pole Top Load Break Switch yang berfungsi sebagai pemutus
beban.
Konstruksi ini memakai tiang dengan kekuatan tarik sekurang-
kurangnya 350 daN. Semua BKT harus di bumikan.
i). Konstruksi Pembumian.
Bagian-bagian yang harus dibumikan adalah Bagian Konduktif
Terbuka konstruksi tiang untuk setiap 3 gawang dan instalasi
lightning arrester. Konstruksi ini memakai penghantar pembumian
jenis tembaga, bimetal joint, penghantar alumunium dan elektroda
pembumian.
j). Konstruksi tiang akhir (End Pole).
Konstruksi tiang akhir ini sebagaimana konstruksi tiang awal
dengan atau tanpa kabel naik. Tiang yang di pakai dengan kekuatan
tarik sesuai penampang penghantar atau dengan kekuatan tarik lebih
kecil di tambah konstruksi topang tarik.
k). Konstruksi penopang tiang
Terdapat 3 macam konstruksi penopang tiang yang dipakai :
- Topang tarik ( Down Guy Wire / Trekskur)
- Topang tekan (Strut Pole / Drukskur)
- Kontramast (Span Guy Wire)
B.1.2. Konstruksi SUTM Sirkit Ganda
Konstruksi SUTM sirkit ganda pada dasarnya sama dengan
konstruksi SUTM sirkit tunggal, dengan pertimbangan sebagai
berikut :
1) Panjang tiang sekurang-kurangnya 12 meter.
2) Posisi tiang sudut, tiang akhir harus diperkuat dengan
konstruksi penopang.
3) Tidak menggunakan satu tiang awal untuk atau arus kabel
naik TM.
4) Kebutuhan material konstruksi menjadi dua kali lebih
banyak pada satu tiang konstruksi.
5) Tidak memasang saklar tiang pada tiang yang sama.
6) SUTM dioperasikan dari Transformator yang sama.
7) Instalasi Load Break Switch pada jaringan SUTM Lurus
B.1.3. Konstruksi Penopang Tiang
a). Instalasi guywire/treckschoor
Konstruksi ini ditujukan untuk penambahan kekuatan tiang
agar dapat memikul beban mekanisnya. Jenis konstruksi
penopang tiang adalah :
Konstruksi guy wire/treckschoor.
Konstruksi down Guy wire/treckschoor ( topang tarik ).
Konstruksi over head guy wire/treckschoor
( kontramast).
Konstruksi drukschoor / Strut Pole.
Instalasi patok guywire/treckschoor.
b). Konstruksi penghantar pengikat (bending wire) SUTM
pada isolator tumpu dengan menggunakan bending wire
atau Preformed Tie
c). Konstruksi transisi SUTM horizontal ke SUTM Vertikal
SUTM vertikal digunakan bilamana jarak aman penghantar
dengan bangunan sekitarnya sangat terbatas sehingga tidak
dimungkinkan pemasangan cross arm horizontal. Konstruksi
isolator yang berjajar vertikal menggunaan tiang beton
dengan panjang tinggi 12 m.
Konstruksi SUTM Underbuild pada SUTM eksisting tiang 11
m, sebaiknya dihindari mengingat kemungkinan dipakai
bersama Jaringan Tegangan Rendah.
d). Konstruksi Khusus
Konstruksi SUTM crossing sungai/tebing dengan
menggunakan 3 tiang beton 500 daN untuk bentang
maksimum 70 m.
Konstruksi SUTM crossing sungai / tebing dengan
menggunakan 4 tiang 500 daN beton untuk bentang
maksimum 70 m.
Konstruksi ini tidak distandarkan mengingat sifatnya dalah
konstruksi khusus.
B.2. Konstruksi SUTM sistem 4 Kawat ( Jaringan SUTM dengan
Penghantar Netral )
Konstruksi SUTM sistem 4 kawat merupakan konstruksi SUTM
dengan ciri-ciri pemakaian panghantar Netral pada sistem
Tegangan Menengah yang di bumikan pada tiap-tiap tiang.
Penghantar Netral sisi Tegangan Menengah ini juga merupakan
penghantar Netral sisi Tegangan Rendah, sehingga dinamakan
sistem distribusi dengan Penghantar Netral Bersama ( Multi
Grounded Common Netral ).

Pada sistem ini konstruksi satuan udara menggunakan banyak


model konstruksi , vertikal, delta, horizontal simetris, baik untuk
konstruksi Fasa-3 maupun Fasa-1.
B.2.1. Konstruksi SUTM Tunggal
a). Konstruksi Tiang Penumpu dan Kelengkapannya
Konstruksi dipasang vertikal, Delta, Horizontal. Untuk
konstruksi Vertikal dan Delta memakai Cross Arm Pole
Mounted Bracket dengan Post Insulator, Line Post dan String
Insulator. Sementara Penghantar Netral memakai konstruksi
Insulator Shakle ANSI 53-4 dan Pin 52-2, dan di bumikan
pada tiap tiang.
b). Konstruksi tiang Sudut kecil
Pada konstruksi Fasa-1 dengan Pole Mounting Bracket dan
Horizontal Bracket memakai isolator jenis Post type dan
Penghantar Netral memakai insulator Rusi 52-2 (0 - 10)
dan Ansi 53-4 (10 - 25).
Untuk sudut lintasan sampai dengan 30, memakai 2 buah
Horizontal Bracket.
Untuk Fasa-3 sama dengan konstruksi Fasa-3 sistem 3 kawat
pada butir IV.2.1.
c). Konstruksi tiang Awal
Konstruksi tiang awal Fasa-3 pada sistem 4 kawat sama
dengan uraian pada butir IV.2.1 hanya terdapat batasan
isolator Ansi 53-4 untuk Penghantar Netral.
d). Konstruksi tiang Peregang
Konstruksi tiang peregang hanya dipakai pada sistem Fasa-3
dengan uraian sama dengan butir IV.2.1.
(Di dalam aplikasi sistem Fasa-3 4 kawat ini di Jawa
Tengah tidak mengenal konstruksi Tiang Peregang ).
e). Konstruksi tiang Pencabangan
Pada konstruksi tiang pencabangan Fasa-1 dari Fasa-3
( saluran utama ) memakai konstruksi Fused Cut-Out sebagai
pengaman jaringan dan konstruksi Isolator supension.
Untuk konstruksi pencabangan pada Fasa-3 konstruksi
pencabangan yang dipakai sama dengan uaraian pada butir
IV.2.1.
f). Konstruksi tiang Akhir
Pada konstruksi Fasa-1, tiang akhir pada umumnya juga
adalah konstruksi gardu Trafo Fasa-1 yang dilengkapi dengan
Lightning Arrester dengan isolator suspension TM dan
isolator Ansi 33-4 Penghantar netral. Sementara pada
konstruksi Fasa-3 nya sama dengan uraian pada butir IV.2.1.
Pada konstruksi Vertikal tetap memakai konstruksi Dead End
Isolator suspension.
g). Konstruksi Penopang Tiang
Pada sistem Fasa-3 4 kawat ini, Penopang tiang / Guy wire
tidak dilengkapi dengan isolator Guy ( TOEI Insulator ).
Pada bagian atas langsung di bumikan menjadi satu dengan
pembumian Penghantar netral.
i). Konstruksi Pembumian
Penghantar Netral di bumikan pada tiap tiang. Pembumian
dengan elektroda bumi pada konstruksi Lightning Arrester,
gardu distribusi dan pada tiap-tiap 3 gawang / jarak tiang.
Nilai satuan Pembumian tidak melebihi 10 ohm. Pada jaringan
dan 1 ohm pada Lightning Arrester dan gardu.
j). Konstruksi saklar Tiang
Saklar tiang baik merupakan pemisah atau pemutus beban di
bumikan seluruh bagian konduktif terbukanya. Instalasi
pembumian juga dijadikan satu dengan pembumian Penghantar
netral.
Saklar tiang dari jenis pemutus beban dilindungi terhadap
akibat petir dengan Lightning Arrester 5 KA pada sisi kiri
kananya.
B.2.2. Konstruksi SUTM Dua Sirkit (Ganda)
Konstruksi sirkit ganda pada saluran udara TM di bagi atas 2
proses :
a) Tambahan saluaran pada tiang saluran yang sudah
ada
b) Konstruksi saluran ganda yang sama sekali baru
Pada tiang dengan saluran yang lama, jarak antara cross-arm
lama dan baru sekurang-kurangnya 80 cm; dengan tinggi
andongan / lendutan yang sama. Kebutuhan material sama
dengan kebutuhan material untuk sirkit tunggal, dengan
tambahan topang tarik/tekan pada tiang sudut, tiang
pencabangan dan tiang akhir.
Untuk jaringan dari pusat listrik/gardu induk yang sama,
kebutuhan konstruksi pembumian dapat di paralelkan saja pada
konstruksi pembumian yang sudah ada. Untuk konstruksi
saluran udara TM ganda yang baru, kebutuhan material
jaringan sebanyak 2 kali konstruksi sirkit ganda. Instalasi
pembumian dapat dijadikan satu, sementara kekuatan tarik
(Working Load) tiang sama dengan saluran dengan sirkit ganda
di tambah topang tarik. Kekuatan tarik tiang awal sekurang-
kurangnya sebesar 2 x 500 daN dengan panjang sekurang-
kurangnya 12 meter.
B.2.3. Konstruksi SUTM Tiga Sirkit
Konstruksi SUTM 3 sirkit pada 1 tiang sebaiknya dihindari,
mengingat masalah operasi pemeliharaan dan kontinuitas
pelayanan.

V. HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori, maka dapat diambil praduga
sementara bahwa hasil perencanaan yang tepat jika memenuhi standar aturan
konstruksi yang tepat sesuai dengan Buku Standar Konstruksi Jaringan Tegangan
Menengah Tenaga Listrik terbitan PT. PLN (Persero) tahun 2010. Terjadinya
kesalahan perhitungan penerapan konstruksi akan berakibat terjadinya hubung
singkat antar konduktor.

VI. CARA PENELITIAN


1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain :
a. Data topografi dusun Bandung, kabupaten Kulonprogo
b. Data jalur/jalan yang akan dipasang konstruksi jaringan listrik
2. Alat Alat
Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer yang difungsikan sebagai
alat pembantu penyelesaian penulisan dan program excell yang digunakan untuk
perhitungan RAB, dan program aplikasi autocad untuk gambar perencanaan
konstruksi jaringan listrik pedesaan.

3. Jalannya penelitian.
Dalam memperoleh data - data yang diperlukan, peneliti menggunakan
beberapa cara, adapun langkah - langklah yang dilakukan adalah :
a. Studi literatur, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari tinjauan pustaka yang berhubungan dengan judul penelitian.
Melakukan pengukuran dilokasi penelitian untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan dalam perencanann konstruksi jaringan listrik dan sebagainya
yang berhubungan dengan judul penelitian.
b. Pemrosesan data data yang didapat secara software maupun manual.
c. Pembahasan dan Analisa hasil, setelah mendapatkan semua data yang
dibutuhkan dianalisa yang dibandingkan dengan teori maupun data
empiris yang didapatkan.

VII. JADUAL PENELITIAN


Bulan ke
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6
1 Persiapan x x
2 Pengambilan data x x x x
3 Pemrosesan dan Pembahasan data x x x
4 Pembuatan laporan x x

VIII. DAFTAR PUSTAKA


[1] Aris Munandar, A, Kuwahara, S, 1991, Teknik Tenaga Listrik, penerbit
Pradnya Paramita, Jakarta.
[2] Pabla A.S. 1986, Distribusi Sistem Tenaga Listrik, Penerbit Erlangga
[3].,2010 Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik,
PT. PLN (Persero).

Anda mungkin juga menyukai