Anda di halaman 1dari 12

Pengendalian vektor dan binatang

pengganggu
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian
Di Indonesia penyakit ditularkan serangga dan masih merupakan masalah dalam
kesehatan masyarakat adalah ,laria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, dan pes. Penyakit
pes hanya terdapat didaerah boyobali, sedang ketiga penyakit lainnya ditemukan hampir di
seluruh wilayah Indonesia.
Dalam siklus hidup nyamuk terdapat tingkatan-tingkatan dimana antara tingkat yang
satu dan yang lainnya sangat jauh berbeda. Berdasarkan hidupnya/lingkungannya, dikenal
dua tingkatan kehidupan nyamuk, yaitu :
1. Tingkatan didalam air berupa telur ke jentik ke kepompong.
2. Tingkatan di luar tempat berair, yaitu di udara dan dartan sebagai nyamuk jantn betina.

Beberapa pengertian dalam pengendalian vector :


a) Pengendalian adalah semua usaha yang di lakukan untuk menurunkan /menekan populasi
atau densitas vector dengan maksud mencegah penyakit yang ditularkan oleh vector atau
gangguan-gangguan yang di akibatkan oleh vector.
b) Binatang pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu, menyerang ataupun
menularkan penyakit terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan. Contoh : tikus, kecoa,
ngengat.
c) Vector borne disease adalah penyakit-penyakit yang ditimbulkan/ditularkan dengan perantara
vector.
d) Vektor adalah antropoda yang dapat memindahkn/menularkan agent infection dari sumber
infeksi kepada host yang rentan.
e) Lingkungn fisik adalah lingkungan sekeliling manusia yang terdiri dari materi yng tidak
hidup.
f) Lingkungan kimia adalah lingkungan yang terdiri dari unsure kimia yang menyusun ala mini,
termasuk juga dalam lingkungan ini adalah proses-proses kimia yang terjadi didalamnya.
g) Lingkungan biologi adalah lingkungan yang terdiri dari komponen-komponen makhluk
hidup, termasuk dalam lingkungan ini adalah manusia, hewan, tumbuhan dan jasad renik.
h) Nyamuk adlah serangga yang termasuk dalam kelas insekta, ordo diphtera, dan family
culicdae.
i) Lalat adalah jenis serangga pengganggu yang tersuk dlam gemus Musca sp.
j) Modifikasi lingkungan adalah suatu transformasi fisik yang permanen (Jangka Panjang)
terhadap tanah, air dan tumbuhan untuk mencegah menurunkan habitat larvatanpa
mengakibatkan kerugian bagi manusia.
k) Manipulasi lingkungan adalah suatu pengkondisian sementara yang tidak menguntungkan
sebagai tempat berkembangbiak vector.
l) Indeks vector adalah populasi tertentu dari suatu vector yang tidak dapat menularkan
penyakit.
Permasalahan pengendalian yang timbul sehubungan dengan vector yang ada
dilingkungan pemukiman sebenarnya dapat digolongkan menjadi tiga kategori:
a) Maslah yang nyata, yaitu keadaaan yang nyata-nyata menyimpang sebagai akibat dari adanya
vector itu. Contohnya : terjadinya kasus penyakit demm berdrh yang ditularkan oleh nyamuk,
atau kejadian meningkatnya populasi vector sedemikin rupa sehingga nyata-nyata merugikan
dan mengganggu kenyamanan pemukiman.
b) Masalah yang potensial, adalah masalah sebelumnya belum dampak nyata tetapi potensil
untuk timbul setiap saat atau pada waktunya nanti apabila kondisinya mendukung.
Contohnya: terdapatnya hama dan jumlah yang rendah di suatu wilayah pemukiman.
c) Masalah yang semu yang di timbulkan lebih oleh si pemukim itu sendiri. Disini terlibat apa
yang disebut nilai ambang toleransi pemukim terhadap keberadaaan vector di sekitarnya.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa permasalahan vector dilingkungn


pemukiman timbul sebgai resultante dari factor-faktor berikut:
1) Tingkat bahaya, kerugian atau gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh vector tersebut.
2) Tingakt populasi vector itu di lingkungan pemukiman.
3) Tingkat toleransi pemukim terhadap keberadaan vector di lngkungannya.

Bionomik Vektor

1. Siklus Hidup Nyamuk


Nyamuk adlah siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara
tingkatan yang satu dn tingkatan berikutnya terlihat snagat berbeda. Berdasarkan tempat
hidupnya dikenal dua tingkatan:
1) Tingakatan didalam air.
2) Tingktan di luar tempat berair (darat-udara)

Jadi, untuk kelangsungan hidup nyamuk sangat diperlukan air. Apabila tidak terdapat air,
maka siklus dhidup nyamuk akan terputus.
Tingkatan0tingkatan kehidupan nyamuk yang berada di dalam air ialah:
1) Telur.
2) Larva (jentik)
3) Kepompong (pupa).

2. Perilaku Nyamuk
Perilaku nyamuk berkaitan dengan gejala biologis dan ada variasi. Variasi tingkah laku akan
terjadi di dalam spesies tunggal baik di daerah yang sama maupun yang berbeda. Perilaku ini
sangat dipengarui oleh factor lingkungan yang dikenal sebagai rangsangan dari luar.
Rangsanagn dari luar ini misalnya, perubahan cuaca/iklim/musim atau perubahan lingkungan
baik alamiah maupun karena hasil samping kegiatan manusia.

3. Perilaku Mencari Makan (Darah)


a. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu
Nyamuk pada umumnya mencari darah pada malam hari, sebagian spesies nyamuk aktif
mencari darah siang hari seperti nyamuk Aedes aegypti.Nyamuk yang aktif mencari darah
malam hari, ternyata setiap spesies verbeda dan mempunyai sifat tertentu.Ada spesies yang
aktif mulai dari senja hingga menjelang tangah malam, ada pula yang aktif muali menjelang
tengah mlam hingga pgi hari, dan pula yang aktif dari senja hingga menjelang pagi.
b. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat
Apabila metode sama kita adakan penangkapan nyamuk baik di dalam atau di luar rumah,
maka dari hasil penangkapan I ni dapat diketahui ada dua golongan nyamuk:
1. Exophagic, yang lebih senang mencri darah di luar rumah.
2. Endophagic, golongan nyamuk yang lebih senang mencari darah di dalam rumah.
c. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah
Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan sebagai berikut:
1. Anthropophilic, nyamuk senang dengan darah manusia.
2. Zoophilic, nyamuk senang dengan darah hewan.
3. Nyamuk yang tidak mempunyai pilihan tertentu.

d. Frekuensi Menggigit
Nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya.
Tiap beberapa hari sekali nyamuk akan mencari darah tergantung dari spesies dan sangat
dipengaruhi oleh temperature akan kelembaban.
4.Umur Populasi vector
Umur bervariasi tergantung dari spesies dan di pengaruhi keadaan lingkungan. Ada
banyak cara untuk mengukur umur populasi nyamuk.
Salah satu cara yang paling banyak persentase jumlah nyamuk parous dari jumlah yang
diperiksa.
5.Distribusi musiman
Distribusi musiman vector sangat penting untuk diketahui,data distribusi musiman ini apabila
di kombinasikan dengan data umum populasi vector akan menerangkan musim penularan
yang tepat.

6.Penyebaran Vektor
Penyebaran vector mempunya arti penting dalam epidemiologi penyakit yang ditular kan
serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara yaitu:
1) Cara aktif, yang di gunakan nyamuk dengan menggunakan kekuatan terbang
2) Cara pasif, dengan perantaraan dan bantuan transportasi angin.
7. Perilaku Beristirahat
Beristirahat bagi nyamuk mempunyai dua macam yaitu:
1) Beristirahat yang sebenarnya, selama waktu menunggu proses perkembangan telur.
2) Beristirahat yang hanya sementara, yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah.

8. Perilaku berkembangbiak
Nyamuk betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat
berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya ada spesies yang senang
dengan tempat-tempat yang terkena sinar matahari langsung, tapi adapula yang senang
dengan tempat-tempat teduh.spesies yang satu memilih tempat perindukan cukup baik di air
payau (campuran air tawar dan air laut), spesies lainnya hanya mau berkembangbiak di air
tawar aedes aegypti senang meletakan telur di air tawar yang bersih dan tidak langsung
menyentuh tanah, begitu selanjutnya masih banyak variasi lain.

9. Pengaruh beberapa factor fisik

a) temperature

1) untuk proses metabolisme, temperature berkisar antara 32-35 C, apabila lebih tinggi,maka
proses fisiologis menjadi lambat.
2) proses perkembangan, akan oktimum pada suhu 25-27der C.
3) gonotropic cycle.
4) lama hidup nyamuk, bila temperature selalu lebih dari 27-30der C, umur nyamuk akan
mejadi lebih pendek
b) kelembaban
lembab nisbi mempengaruhi distribusi dan lama hidup nyamuk.hutan lebih peka perubahan
kelembaban dari pada tempat daerah kering
c) Curah Hujan
Curah hujan mempunyai pengaruh yang bervariasi tergantung banyaknya ujan dan kondisi
fisik tanah.
d) Sinar
Berpengaruh terhadap penyebaran dan untuk mendaoatkan makanan.

Ekologi Vektor
Ekologi Vektor adalah ilmu yang mempelajari hubungan (interaksi) anatara vector dan
sejenisnya, dengan makhluk lain yang tidak sejenis dan antara alam lingkungannya yang
nonbiologis.
Tujuan mempelajari ekologi vector pada ahhirnya harus bisa diperoleh satu atau lebih
hubungan kuantitatif dalam system tersebut.
1 . Habitat Larva
Nyamuk Aeddea aegypti yang membiak terutam pada habitat yang buatan manusia
(man_made), jenis air yang disukai adalah air jernih, sehingga dengan mengurangi sebanyak
mungkin container berisi air atau yang akan diisi air pada musim penghujan telah banyak
mengurangi nyamuk dewasa Aedes aegypti. Ontoh container air (water container) adalah
kaleng-kaleng bekas, botol, ban bekas, drum, tanggul bumbu, cekungan pada saluran air atap
terbuat dari seng, tempat minum burung, dan lain-lain.
2 Kontak Vektor pejamu (Host Vector Contact)
Menurut Hess & Hayes (1970), pengetahuan tentang pola kontak antara suatu vector dan
binatang vertebrata dari mana vector mengambil darah sebagai makanannya adalah penting
untuk memahami epidemiologi sesuatu penyakit ditularkan vector.
Penilaian kuantitatif tentang kontak antara pejamu dan vector pada suatu tempat dan
waktu, dapat bermanfaat untuk menduga kemungkinan bahaya epidemic penyakit ditularkan
vector.
Besar kontak antara vector dengan pejamu tergantung kepada kebiasaan mencari makan
dari vector dan tersedianya pejamu pada tempat dan waktu kegiatan vector.
Salah satu aspek penting dari kebiasaan makan vector ialah kerusakan pejamu (host-
preference) yakni kecenderungan mencari darah mangsa kepada suatu vertebrata tertentu
walaupun terdapat pejamu alternative.
Frekuensi kontak vector pejamu dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, dan musim. Karena
itu, kontak pejamu mempunyai pola musiman, yang selanjutnya mempunyai nilai
epidemiologi yng penting.
3 Tempat Istirahat (Resting Place)
Berjenis-jenis spesies nyamuk beristirahat pada siang haru di tempat-tempat yang
sepi,gelap,dingin,dan basah. Perhitungan hati-hati di tempat istirahat,memberi gambaran
tentang kepadatan populasi nyamuk. Tempat istirahatnya bisa di dalam rumah, kandang
kerbau, kandang ayam, di bawah jembatan, didalam gua, dan lain-lain.
4 Jangkauan Terbang dan Penyebarannya (Dispersal and flight Range)
Penyabaran vector dari tempat pembiakannya adalah penting dari segi penyebaran
penyakit yang ditularkan vector. Penyebaran dilakukan dengan terbang, lari, atau secara
positif dibawa oleh pejamu.
Indeks yang digunakan adalah jarak terbang 90 (Flight Distance 90 = FD 90), yakni
jarak terbang dimana 90% dari vector yang dilepas dapat ditangkap embali. Jarak terbang50
(Flight Distance 50 = FD 50) berarti jarak terbang d mana 50% dari vector yang dilepas dapat
ditangkap kembali. Lebih penting dari segi epidemiologi adalah jangkauan terbang efektif
(Effective Flight Range) yakni jarak dari habitat larva di mana vector betina berada dalam
jumlah yang cukup untuk mempertahankan transmisi penyakit.
5 Siklus Harian Musiman
Waktu mencari makan (feeding time) mempunyai pola makan harian yang di pengaruhi
oleh tenggelam dan terbitnya matahari, demikian juga waktu istirahat (resting time).
Pemgumpulan specimen vector perlu memerhatikan pala harian tersebut.
Pola kegiatan harian dapat dipengaruhi oleh perubahan musim, terutama turunnya hujan,
perubahan suhu, dan kelembaban relative. Hal ini dapat memengaruhi jumlah populasi.
Misalnya, jumlah telur yang pecah dari Aedes aegypti ketika musim dingin Bangkok lebih
rendah daripada ketika musim panas. Stadium larva dari culex p. fatigans di new Delhi ketika
musim dingin lebih lam berlangsungnya (21 hari) dari pada pada musim panas (11 hari).

Epidemiologi Vektor
Ada beberapa vector epidemiologi yang dapat memengaruhi terjadinya suatu penyakit, di
antaranya factor cuaca, vector, reservoir, georafis, dan factor perilaku. Berikut penjelasan
mengenai factor-faktor tersebut.
1. Cuaca
Iklim dan musim merupakan faaktor utama yang memengaruhi terjadinya penyakit
infeksi. Iklim dan variasi musim dapat memengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir, dan
vector. Selain itu, perilaku manusia juga dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan
kerentanan terhadap penyakit infeksi.
2 . Vektor
Organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari satu hewan ke hewan lain
atau ke manusia disebut vector.
Artropoda merupakan,vector penting di dalam penularan penyakit parasit dan virus yang
spesifik. Nyamuk merupakan vector penting untuk penularan virus yang menyebabkan
ansefalitas pada manusia.
Ricketsia merupak parasit intraseluler obligat yang mampu hidup diluar jaringan hewan
dan dapat ditularkan antara hewan oleh vector. Rat fleas, body lice, dan wood tick adalah
vector artropoda yang menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan ricketsia.
3. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogn sementara hewan itu sendiri tidak
terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropodborne disease adalah hewan
yang dapat hidup bersama dengan pathogen. Pad banyak kasus, pathogen mengalami
multiplikasi di dalam vector atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada hospes
intermediatnya.
4. Geografis
Insidensi penyakit yang ditularkan artropoda berhubungan langsung dengan geografis
tempat reservoir dan vector berada. Bertahan hidupnya agen penyakit bergantung pada iklim
(suhu, kelembaban, dan curah hujan) dan fauna local.
5. Perilaku Manusia
Interaksi antarmanusia, kebiasaan untuk membuang sampah secara sembarangan,
kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit bawaan
artropoda (arthropdborne-disease).

Transmisi Arthropodborne Disease


Masuknya gen penyakit ke dalam tubuh manusia sampai terjadi atau timbulnya gejala
penyakit disebut sebagai masa inkubasi atau incubation period. Khusus pada arthropdborne
disease terdapat dua periode masa inkubasi, periode pada tubuh vector dan periode oada
manusia. Beberapa istilah digunakan transmisi arthropodborne disease, antara:
1) Inokulasi (Inoculation)
2) Infestasi (Infestation)
3) Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
4) Definitive Host dan Intermediate Host
Berikut ini tiga jenis cara penulaan arthropodborne disease.
1) Kontak Langsung
Artropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang
lain melalui kontak langsung. Contoh: scabies dan pedikulus.
2) Transmisi secara mekanis
Agen penyakit ditularkan secar mekanis oleh artropoda, misalnya penularan penyakit
diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat. Agen penyakit yang paling banyak
ditularkan melalui artropoda adlah bakteri enteric yang ditularkan oleh lalat rumah. Lalat
rumah dapat menjadi vector agen penyakit tuberkolosis, antraks, tularemia, dan brucellosis.
3) Transmisi Secara Biologis
Agen penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam
tubuh arthropoda, penularan semacam itu disebut sebagai transmisi biologis. Tiga cara
transmisi biologis:
a) Propagative
Agen penyakit tidak mangalami perubahan siklus,tetapi bermultiplikasi di dalam tubuh
vector. Contoh: plague bacilli pada pinjal tikus.
b) Cyclo-propagative
Agen penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi di dalam tubuh
arthropoda. Contoh: parasit malaria pada nyamuk anopheles.
c) Cyclo-devolopmental
Agen penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak bermultiplikasi didalam tubuh
arthropoda. Contoh: parasit filarial pada nyamuk Culex dan cacing pita pada Cyclops.

Jenis Vektor
Penyakit yang ditularkan melalui vector nyamuk
Beberapa virus ditularkan oleh artropoda secara biologis. Virus ini masuk dalam
kelompok Arbovirus. Lebi dari 100 jenis virus kelompok ini telah dapat dibedakan.
Organisme ini bersifat ultra mikroskopik dan merupakan parasit obligat pada sel-sel host.
Virus paling penting adalah virus yang menyebabkan yellow fever, dengue haemorhagic,
ensefalitis, Colorado tickfever, dan sandfly fever. Arthropoda virus berkembang di daerah
tropis dan meluas ke daerah subtropics.
c. Penyebaran penyakit melalu vector
* Nyamuk
1 Malaria
2 Filariasis
3 Demam kuning
4 Dengue Haemorragic Fever
5 Ensefalitis Virus
* Lalat
1 Housefly (Lalat Ruamh)
2 Sandfly (Lalat Pasir)
3 Tsetse Flies (Lalat Tsetse)
4 Blackflies (Lalat Hitam)

*Tuma dan pinjal


1 Head lice, Body lice, dan Crab Lice (Tuma kepala, Tuma Badan, dan Tuma kemaluan)
2 Fleas (Pinjal)
3 Penyakit Sampar
4 Tifus Endemis
d. Penyakit Rickettsia
Contohnya:
- F Russian typhus
- Q fever

e. Penyakit Virus
Contoh:
- Colorado tick fever
- Demam Berdarah (hemorrhagic fevers)
- Louping ill
- Kyasanur forest disease
- Virus Powasson
- Russian spiring dan summer encephalitis
f. Penyakit bakteri dan spirokaeta
Contoh:
- Relapsing fever
- Tularemia

E. Strategi Pengendalian
Pengendalian Vektor
Prinsip-Prinsip Pengendalian Arthropoda
Ada beberapa prinsip yang perlu di ketahui dalam pengendalian arthropoda, antara lain:
a. Pengendalian lingkungan
b. Pengendalian kimia
c. Pengendalian biologi
d. Pengendalian genetik

Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaikuntuk mengontrol arthropoda
karenahasilnya dapat bersifat premanen. Contoh, membersihkan tempat hidup arthropoda.

Pengendalian Kimia
Pada pengendalian ini, dilakukan penggunaan beberapa golongan insektisida, seperti
golongan organoklorin, golongan organofosfat, dan golongan karbamat.Namun, penggunaan
isektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan.

Pengendalian Biologi
Pengendalian biologi ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pemakaian
insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun.Contoh pendekatan ini adalah
pemeliharaan ikan.

Pengendalian Genetik
Dalam pendekatan ini, ada beberapa teknik yang dapat digunakan, di antaranya setril
technique, citoplasmic incompatibility, dan choromosomal translocation.

Pengendalian Arthropoda
Berikut beberapa teknik pengendalian yang dapat diterapkan pada masing-masing arthropoda.

Pengendalian Nyamuk
Didalam upaya pengendalian nyamuk, beberapa metode yang digunakan, antara lain tindakan
anti larva, tindakan terhadap nyamuk dewasa, dan tindakan twwerhadap gigita nyamuk.
Untuk tindakan anti larva, metode berikut ini dapat diterapkan:
1. Pengwendalian lingkungan
2. Pengendalian kimia
Pengendalian kimia dapat dilaksanakan dengan menggunakan mineral oils; paris green;
insektisida sintesis, misalnya fenthion; cholorpyrofos; abate; dan malathion.
3. Pengendalian biologi

Sementara itu, didalam upaya pengendalianterhadap nymuk dewasa, beberapa metode


dibawahini dapat dilakukan.
1 Residual sprays
2 Space sprays
Penyemprotan ruang ini dapat mengunakan ekstrak pyrethrum taupun residual insektisida.
3 Pengendalian genetik
Cara-cara untuk melakukan pengendalian genetik diantaranya steril male
technique;cytoplasmic incomoatibility; chromosom translocation; dan sex distortion.

Untuk pengendalian nymuk dewasa, dapat dilakuan tindakan-tindakan berikut ini.


1. Pemasangan mosquito net (kelambu)
2. Pelaksanaan screening
3. Penggunaan repellent(kimia)
Repellent (penolak nyamuk) yang digunakan dapat mengandung zat kimia berikut:
diethyltoluamide, indalon, atau dimethyl karbote

Pengendalian Lalat Rumah


Didalam upaya pengendalain lalat rumah (housefly), beberapa metode berikut dapat
dilakukan diantranya, pengendalian lingkungan, pengendalian insektisida,fly papers,
perlindungan tehadap lalat, dan pendidikan kesehatan. Berkaitan dengan pengendalian yang
menggunakan insektisida, teknik-teknik berikut inidapat digunakan, yaitu.
1. Residual sprays
Bahan kimia yang dipakai dalam penyemprotan residual, antra lain DDT 5%, methoxchlor
5%, lindane 0,5%, dan chlodane 2,5%
2. Baits
Untuk bait, bahan kimia yang dipakai, antara lain diazinon, malathion, dan dichlorvos.
3. Cords and ribbons
Cords dan ribbon dapat mengandung bahan diazon,fenthion, atau dimethoate
4. Space sprays
Didalam metode penyemprotan ruang, dapat digunakan pyrethrine, DDT, atau BHC.

Tabel: pengendalian lalat rumah dengan insektisida


Residual spray Dosis g/m2 Durasi bulan
DDT 1-2 26-12
Lindane 0,5 3
Malathion 2 3

5. Larvacid
Untuk larvasida, bahan kimia yang dapat dipakai, antara lain diazinon 0,5%,dichlorvos 2%,
atau dimethoate.

Pengendalian Lalat Pasir


Teknik-teknik yang biasa digunakan di dalam pengendalian lalat pasir (sandfiles)adalah
penggunaan insektisida dan pelaksanaan sanitasi lingkungan. DDT 1-2 g/m2 dan lidane 0,25
g/m2 dapat digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan populasi lalat pasir

Pengendalian Lalat Tsetse


Terdapat 4 teknik didalam pengendalian lalat tsetse, diantaranya penggunaan insektisida,
pembabatan tumbuhan (clearing of vegetation), game destruction atau lomba pesmunahan
lalat tsetsesecara besar-besaran dibenua Afrika, dan pengendalian genetik.DDT 25% dan
Dieldrin 18-20% dapat digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan populasi lalat
pasir.

Pengendalian Tuma
Pengendalian tuma atau lice dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida, dalam hal ini
DDT dan Malathion (0,5%) atau denganmenerapkan persona higiene pada setiap individu.

Pengendalian Skabies
Penyebaran penyakit skabies dapat dikendaliakn melalui penggunaan bahan-bahan kimia,
antra lain benazly benzoate 25%, BHC 0,5%-10%, tetmosol 5%, dan sulfur ointment 2,5%-
10%.

Pengendalian Pinjal
Untuk mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh pinjal(fleas), maka perlu
dilakukan tindakan pengendalian terhadap arthropoda tersebut. Upaya yang dapat dilakukan,
antara lain melalui penggunaan insektisida, dalam hal ini DDT, Diazinon 2%, Malathion 5%;
penggunaan repllent (misalnya, diethyl toluamide dan benzyl benzoate); dan pengendalian
terhadap hewan pengerat (rodent).

Pengendalian Sengkenit Dan Tungau


Insektisida, pengendalian lingkungan, dan perlindungan terhadap pekerja merupakan
tindakan yang tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit yang disebakan oleh
sengkenit (ticks) dan tungau (mites). Insekisida yang dapatdigunakan untuk mengendalikan
populasi sengkenit dan tungau ini, antara lain DDT, chlordane, dieldrin, lindane, dan
malathion.

Pengendalian Cyclops
Untuk mengendalikan populasi cyclops, tiga metode berikut dapatdilakukan pengendalian
fisik melalui penyaringan dan pemasakan air (mineral sampai mencapai suhu 600C);
pengendalian kimia, yaitu dengan mengunakan khlorine 5ppm, lime (batu kapur), dan abate
(1 mg/liter), dan pengendalian biologis, yaitu melaluipemeliharaan ikan.

1 Falsafah dan Pertimbangan Dasar Pengendalian Kimia

Dalam konsep pengendalian hama, perlu diterapkan terlebih dahulu bahwa suatu populasi
hama tidak mungkin dapat diberantas habis (eradikasi total), kecuali di dalam suatu local
yang amat terbatas dan benar-benar terisolasi dari popoulasi-populasi lainnya.
Dalam hubungan ini, maka informasi menyeluruh tentang vector sasaran serta keadaan
setempat perlu dikuasai apabila hasil maksimal ingin dicapai. Idealnya, urutan langkah
seperti berikut inila yang harus diikuti:
1 . Mengetahui identitas hama sasaran.
2 . Mengetahui sifat dan cara hidup (biokologi) vector sasaran.
3 . Memilih alternative cara pengendalian.
4 . Memilih pestisida
5 . Menentukan cara aplikasinya.

1 Pengendalian Vektor dengan Non-Insektisida


Dalam garis besar pemberantas nonkimai dibagi menjadi tiga cara,yaitu:
a. Modifikasi lingkungan
Cara ini misalkan, dengan mengatur system irigasi,penimbunan tempat-tempat yang dapt
menampung air hingga mengenang mengalirka air yang mengenang hingga kering dan
sebagainya.
b Manipulasi lingkungan
Cara ini, keadaan lingkungan diubah sedemikian rupa sehingga menjadi tidak cocok unuk
perkembangan vector. Misalnya, pembersihan tanaman air yang mengapung (ganggang dam
lumut) dari lagoon, akan mengubah lagoon menjadi tidak cocok untuk perkembangan
Anopheles sundaicus.
c Mengurangi kontak antara vector dengan orang
Cara ini dapat di lakukan dengan bermacam-macam cara misalnya memakai kelambu,
memasang kasa pada ventilasi/jendela dan menggunakan ternak untuk membelokkan sasaran
binatang mencari darh untuk golongan vector zoofilik.

2 Pemberantasan Vektor secara Biologis


Dapat dibedakan atas:
a ) Menggunakan pathogen dan parasit
b ) Predator
c ) B.T.I.H-14 (bacillus thuringiensis H-14)

3 Pemberantasan Vektor secara Genetik


Salah satu cara pengendalian genetic ini adalah melepaskan nyamuk-nyamuk vector
jantan yang telah disterilkan. Jantan steril diharapakan dapat mengawinkan betina
dialam.Karena betina hanya dpat kawin sekali, maka jika kebetulan kawin dengan jantan
steril betina tersebut tidak menghasilkan keturunan.

3 .Pengendalian Vektor dengan Kimia (Insektisida)


Penggunaan insektisida yang tepat merupakan salah satu factor yang penting dalam
menentukan keberhasilan pengendalian vector. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan insektisida adalah ketepatan dala penentuan dan pengukuran dosis.Dosis yang
terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan insektisida disamping akan merusak
lingkungan. Dosis yang terlalu rendah mengakibatkan vector tidak mati dan mempercepat
timbulnya resistensi.

a .Dosis Insektisida
Dosis adalah jumlah insektisida dalam litar atau kilogram yang digunakan untuk
mengendalikan vector tiap satuan luas tertentu.Dosis bahan aktif adalah insektisida yang
dibutuhkan untuk keperluan satuan volume larutan.
b . Konsentrasi Insektisida
Terbagi tiga:
1 . Konsentrasi bahan aktif
2 . Konsentrasi formulasi
3 . Konsentrasi larutan atau konsentrasi insektisida
c . Alat Semprot
Alat untuk aplikasi insektisida terdiri dari macam-macam seperti knapsack sprayer
(high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrsi sekitar 500 liter, mist blower (low
volume), swing fog (fogging), dn atomizer (ultra low volume) biasnya kurnag dari 5 liter.

Taksonomi Insektisida
Insektisid yang digunakan untuk kesehatan masyarakat dapat dibagi dalam kelompok
sebgai berikut:
a . Mineral, misalnya
b . Botanicl, misalnya
c . Chlorined hydrocarbon
d . Organophosphate
e . Carbamate
f . Fumigant

Beberapa insektisida yang penting dapat dikelompokkan sebagai berikut:


a ) Kelompok mineral
Minyak memiliki bagian yang toksik dan mudah menguap yang dapat menembus trachea
pada larva dan pupa dan menghasilkan pengaruh anesthesia. Minyak juga memiliki bagian
yang tidak memiliki efek toksik langsung,yang kurang menguap,namun menghambat
pernapasan secara mekanis.
b ) Kelompok botanical
Mempunyai tiga elemen, yakni karbon,hydrogen,dan oksigen.Mereka tidak mempunyai
elemen chlorine seperti halnya chlorinated hydrocarbon.
c ) Kelompok Chlorinated Hydrocarbon
Kelompok ini memiliki elemen-elemen chlorine,hydrogen,dan carbon.Kelompok ini cara
kerjanya adalah sebagai racun terhadap sususan saraf pusat.
d ) Kelompok Organophosphate
Organophosphate berasal dari H2PO4 (asam fosfat).
e ) Kelompok Carbamate
Carbamate adalah derivate CO2NH3, (Carbomic acid).
f ) Kelompok Fumigant
Fumigant adalah gas yang membunuh sel tubuh dan jaringan sesudah masuk ke tubuh
serangga melalui dinding tubuh dan alat pernapasan.

Manajemen Pengendalian Vektor


Program pengendalian vektor adalah sebagian dari program kesehatan masyarakat. Dintara
hal-hal yang perlu ada dalam perencanaan pengendalian bektor yaitu:
a ) Identifikasi Masalah
Data yang diperlukan adalah:
1 ) Data endemisitas penyakit ditularkan vector.
2 ) Data ekologi vector.
b ) Studi Kelayakan
Studi kelayakan merupakan studi pendahuluan untuk menepatkan dapatnya suatu objek
dikerjakan hingga selesai dengan mempertimbangkan car dan sumber yang tersedia.
c ) Percobaan lapangan (Pilot Field Trial)
d ) Analisis Dampak
Perkiraan perlu dibuat tentang dampak negative dan dampak positif dari program
pengendalian vector yang direncanakan. Dampak negative isalnya risiko toksik.

Anda mungkin juga menyukai