pengganggu
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Di Indonesia penyakit ditularkan serangga dan masih merupakan masalah dalam
kesehatan masyarakat adalah ,laria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, dan pes. Penyakit
pes hanya terdapat didaerah boyobali, sedang ketiga penyakit lainnya ditemukan hampir di
seluruh wilayah Indonesia.
Dalam siklus hidup nyamuk terdapat tingkatan-tingkatan dimana antara tingkat yang
satu dan yang lainnya sangat jauh berbeda. Berdasarkan hidupnya/lingkungannya, dikenal
dua tingkatan kehidupan nyamuk, yaitu :
1. Tingkatan didalam air berupa telur ke jentik ke kepompong.
2. Tingkatan di luar tempat berair, yaitu di udara dan dartan sebagai nyamuk jantn betina.
Bionomik Vektor
Jadi, untuk kelangsungan hidup nyamuk sangat diperlukan air. Apabila tidak terdapat air,
maka siklus dhidup nyamuk akan terputus.
Tingkatan0tingkatan kehidupan nyamuk yang berada di dalam air ialah:
1) Telur.
2) Larva (jentik)
3) Kepompong (pupa).
2. Perilaku Nyamuk
Perilaku nyamuk berkaitan dengan gejala biologis dan ada variasi. Variasi tingkah laku akan
terjadi di dalam spesies tunggal baik di daerah yang sama maupun yang berbeda. Perilaku ini
sangat dipengarui oleh factor lingkungan yang dikenal sebagai rangsangan dari luar.
Rangsanagn dari luar ini misalnya, perubahan cuaca/iklim/musim atau perubahan lingkungan
baik alamiah maupun karena hasil samping kegiatan manusia.
d. Frekuensi Menggigit
Nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya.
Tiap beberapa hari sekali nyamuk akan mencari darah tergantung dari spesies dan sangat
dipengaruhi oleh temperature akan kelembaban.
4.Umur Populasi vector
Umur bervariasi tergantung dari spesies dan di pengaruhi keadaan lingkungan. Ada
banyak cara untuk mengukur umur populasi nyamuk.
Salah satu cara yang paling banyak persentase jumlah nyamuk parous dari jumlah yang
diperiksa.
5.Distribusi musiman
Distribusi musiman vector sangat penting untuk diketahui,data distribusi musiman ini apabila
di kombinasikan dengan data umum populasi vector akan menerangkan musim penularan
yang tepat.
6.Penyebaran Vektor
Penyebaran vector mempunya arti penting dalam epidemiologi penyakit yang ditular kan
serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara yaitu:
1) Cara aktif, yang di gunakan nyamuk dengan menggunakan kekuatan terbang
2) Cara pasif, dengan perantaraan dan bantuan transportasi angin.
7. Perilaku Beristirahat
Beristirahat bagi nyamuk mempunyai dua macam yaitu:
1) Beristirahat yang sebenarnya, selama waktu menunggu proses perkembangan telur.
2) Beristirahat yang hanya sementara, yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah.
8. Perilaku berkembangbiak
Nyamuk betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat
berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya ada spesies yang senang
dengan tempat-tempat yang terkena sinar matahari langsung, tapi adapula yang senang
dengan tempat-tempat teduh.spesies yang satu memilih tempat perindukan cukup baik di air
payau (campuran air tawar dan air laut), spesies lainnya hanya mau berkembangbiak di air
tawar aedes aegypti senang meletakan telur di air tawar yang bersih dan tidak langsung
menyentuh tanah, begitu selanjutnya masih banyak variasi lain.
a) temperature
1) untuk proses metabolisme, temperature berkisar antara 32-35 C, apabila lebih tinggi,maka
proses fisiologis menjadi lambat.
2) proses perkembangan, akan oktimum pada suhu 25-27der C.
3) gonotropic cycle.
4) lama hidup nyamuk, bila temperature selalu lebih dari 27-30der C, umur nyamuk akan
mejadi lebih pendek
b) kelembaban
lembab nisbi mempengaruhi distribusi dan lama hidup nyamuk.hutan lebih peka perubahan
kelembaban dari pada tempat daerah kering
c) Curah Hujan
Curah hujan mempunyai pengaruh yang bervariasi tergantung banyaknya ujan dan kondisi
fisik tanah.
d) Sinar
Berpengaruh terhadap penyebaran dan untuk mendaoatkan makanan.
Ekologi Vektor
Ekologi Vektor adalah ilmu yang mempelajari hubungan (interaksi) anatara vector dan
sejenisnya, dengan makhluk lain yang tidak sejenis dan antara alam lingkungannya yang
nonbiologis.
Tujuan mempelajari ekologi vector pada ahhirnya harus bisa diperoleh satu atau lebih
hubungan kuantitatif dalam system tersebut.
1 . Habitat Larva
Nyamuk Aeddea aegypti yang membiak terutam pada habitat yang buatan manusia
(man_made), jenis air yang disukai adalah air jernih, sehingga dengan mengurangi sebanyak
mungkin container berisi air atau yang akan diisi air pada musim penghujan telah banyak
mengurangi nyamuk dewasa Aedes aegypti. Ontoh container air (water container) adalah
kaleng-kaleng bekas, botol, ban bekas, drum, tanggul bumbu, cekungan pada saluran air atap
terbuat dari seng, tempat minum burung, dan lain-lain.
2 Kontak Vektor pejamu (Host Vector Contact)
Menurut Hess & Hayes (1970), pengetahuan tentang pola kontak antara suatu vector dan
binatang vertebrata dari mana vector mengambil darah sebagai makanannya adalah penting
untuk memahami epidemiologi sesuatu penyakit ditularkan vector.
Penilaian kuantitatif tentang kontak antara pejamu dan vector pada suatu tempat dan
waktu, dapat bermanfaat untuk menduga kemungkinan bahaya epidemic penyakit ditularkan
vector.
Besar kontak antara vector dengan pejamu tergantung kepada kebiasaan mencari makan
dari vector dan tersedianya pejamu pada tempat dan waktu kegiatan vector.
Salah satu aspek penting dari kebiasaan makan vector ialah kerusakan pejamu (host-
preference) yakni kecenderungan mencari darah mangsa kepada suatu vertebrata tertentu
walaupun terdapat pejamu alternative.
Frekuensi kontak vector pejamu dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, dan musim. Karena
itu, kontak pejamu mempunyai pola musiman, yang selanjutnya mempunyai nilai
epidemiologi yng penting.
3 Tempat Istirahat (Resting Place)
Berjenis-jenis spesies nyamuk beristirahat pada siang haru di tempat-tempat yang
sepi,gelap,dingin,dan basah. Perhitungan hati-hati di tempat istirahat,memberi gambaran
tentang kepadatan populasi nyamuk. Tempat istirahatnya bisa di dalam rumah, kandang
kerbau, kandang ayam, di bawah jembatan, didalam gua, dan lain-lain.
4 Jangkauan Terbang dan Penyebarannya (Dispersal and flight Range)
Penyabaran vector dari tempat pembiakannya adalah penting dari segi penyebaran
penyakit yang ditularkan vector. Penyebaran dilakukan dengan terbang, lari, atau secara
positif dibawa oleh pejamu.
Indeks yang digunakan adalah jarak terbang 90 (Flight Distance 90 = FD 90), yakni
jarak terbang dimana 90% dari vector yang dilepas dapat ditangkap embali. Jarak terbang50
(Flight Distance 50 = FD 50) berarti jarak terbang d mana 50% dari vector yang dilepas dapat
ditangkap kembali. Lebih penting dari segi epidemiologi adalah jangkauan terbang efektif
(Effective Flight Range) yakni jarak dari habitat larva di mana vector betina berada dalam
jumlah yang cukup untuk mempertahankan transmisi penyakit.
5 Siklus Harian Musiman
Waktu mencari makan (feeding time) mempunyai pola makan harian yang di pengaruhi
oleh tenggelam dan terbitnya matahari, demikian juga waktu istirahat (resting time).
Pemgumpulan specimen vector perlu memerhatikan pala harian tersebut.
Pola kegiatan harian dapat dipengaruhi oleh perubahan musim, terutama turunnya hujan,
perubahan suhu, dan kelembaban relative. Hal ini dapat memengaruhi jumlah populasi.
Misalnya, jumlah telur yang pecah dari Aedes aegypti ketika musim dingin Bangkok lebih
rendah daripada ketika musim panas. Stadium larva dari culex p. fatigans di new Delhi ketika
musim dingin lebih lam berlangsungnya (21 hari) dari pada pada musim panas (11 hari).
Epidemiologi Vektor
Ada beberapa vector epidemiologi yang dapat memengaruhi terjadinya suatu penyakit, di
antaranya factor cuaca, vector, reservoir, georafis, dan factor perilaku. Berikut penjelasan
mengenai factor-faktor tersebut.
1. Cuaca
Iklim dan musim merupakan faaktor utama yang memengaruhi terjadinya penyakit
infeksi. Iklim dan variasi musim dapat memengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir, dan
vector. Selain itu, perilaku manusia juga dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan
kerentanan terhadap penyakit infeksi.
2 . Vektor
Organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari satu hewan ke hewan lain
atau ke manusia disebut vector.
Artropoda merupakan,vector penting di dalam penularan penyakit parasit dan virus yang
spesifik. Nyamuk merupakan vector penting untuk penularan virus yang menyebabkan
ansefalitas pada manusia.
Ricketsia merupak parasit intraseluler obligat yang mampu hidup diluar jaringan hewan
dan dapat ditularkan antara hewan oleh vector. Rat fleas, body lice, dan wood tick adalah
vector artropoda yang menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan ricketsia.
3. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogn sementara hewan itu sendiri tidak
terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropodborne disease adalah hewan
yang dapat hidup bersama dengan pathogen. Pad banyak kasus, pathogen mengalami
multiplikasi di dalam vector atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada hospes
intermediatnya.
4. Geografis
Insidensi penyakit yang ditularkan artropoda berhubungan langsung dengan geografis
tempat reservoir dan vector berada. Bertahan hidupnya agen penyakit bergantung pada iklim
(suhu, kelembaban, dan curah hujan) dan fauna local.
5. Perilaku Manusia
Interaksi antarmanusia, kebiasaan untuk membuang sampah secara sembarangan,
kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit bawaan
artropoda (arthropdborne-disease).
Jenis Vektor
Penyakit yang ditularkan melalui vector nyamuk
Beberapa virus ditularkan oleh artropoda secara biologis. Virus ini masuk dalam
kelompok Arbovirus. Lebi dari 100 jenis virus kelompok ini telah dapat dibedakan.
Organisme ini bersifat ultra mikroskopik dan merupakan parasit obligat pada sel-sel host.
Virus paling penting adalah virus yang menyebabkan yellow fever, dengue haemorhagic,
ensefalitis, Colorado tickfever, dan sandfly fever. Arthropoda virus berkembang di daerah
tropis dan meluas ke daerah subtropics.
c. Penyebaran penyakit melalu vector
* Nyamuk
1 Malaria
2 Filariasis
3 Demam kuning
4 Dengue Haemorragic Fever
5 Ensefalitis Virus
* Lalat
1 Housefly (Lalat Ruamh)
2 Sandfly (Lalat Pasir)
3 Tsetse Flies (Lalat Tsetse)
4 Blackflies (Lalat Hitam)
e. Penyakit Virus
Contoh:
- Colorado tick fever
- Demam Berdarah (hemorrhagic fevers)
- Louping ill
- Kyasanur forest disease
- Virus Powasson
- Russian spiring dan summer encephalitis
f. Penyakit bakteri dan spirokaeta
Contoh:
- Relapsing fever
- Tularemia
E. Strategi Pengendalian
Pengendalian Vektor
Prinsip-Prinsip Pengendalian Arthropoda
Ada beberapa prinsip yang perlu di ketahui dalam pengendalian arthropoda, antara lain:
a. Pengendalian lingkungan
b. Pengendalian kimia
c. Pengendalian biologi
d. Pengendalian genetik
Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaikuntuk mengontrol arthropoda
karenahasilnya dapat bersifat premanen. Contoh, membersihkan tempat hidup arthropoda.
Pengendalian Kimia
Pada pengendalian ini, dilakukan penggunaan beberapa golongan insektisida, seperti
golongan organoklorin, golongan organofosfat, dan golongan karbamat.Namun, penggunaan
isektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan.
Pengendalian Biologi
Pengendalian biologi ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pemakaian
insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun.Contoh pendekatan ini adalah
pemeliharaan ikan.
Pengendalian Genetik
Dalam pendekatan ini, ada beberapa teknik yang dapat digunakan, di antaranya setril
technique, citoplasmic incompatibility, dan choromosomal translocation.
Pengendalian Arthropoda
Berikut beberapa teknik pengendalian yang dapat diterapkan pada masing-masing arthropoda.
Pengendalian Nyamuk
Didalam upaya pengendalian nyamuk, beberapa metode yang digunakan, antara lain tindakan
anti larva, tindakan terhadap nyamuk dewasa, dan tindakan twwerhadap gigita nyamuk.
Untuk tindakan anti larva, metode berikut ini dapat diterapkan:
1. Pengwendalian lingkungan
2. Pengendalian kimia
Pengendalian kimia dapat dilaksanakan dengan menggunakan mineral oils; paris green;
insektisida sintesis, misalnya fenthion; cholorpyrofos; abate; dan malathion.
3. Pengendalian biologi
5. Larvacid
Untuk larvasida, bahan kimia yang dapat dipakai, antara lain diazinon 0,5%,dichlorvos 2%,
atau dimethoate.
Pengendalian Tuma
Pengendalian tuma atau lice dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida, dalam hal ini
DDT dan Malathion (0,5%) atau denganmenerapkan persona higiene pada setiap individu.
Pengendalian Skabies
Penyebaran penyakit skabies dapat dikendaliakn melalui penggunaan bahan-bahan kimia,
antra lain benazly benzoate 25%, BHC 0,5%-10%, tetmosol 5%, dan sulfur ointment 2,5%-
10%.
Pengendalian Pinjal
Untuk mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh pinjal(fleas), maka perlu
dilakukan tindakan pengendalian terhadap arthropoda tersebut. Upaya yang dapat dilakukan,
antara lain melalui penggunaan insektisida, dalam hal ini DDT, Diazinon 2%, Malathion 5%;
penggunaan repllent (misalnya, diethyl toluamide dan benzyl benzoate); dan pengendalian
terhadap hewan pengerat (rodent).
Pengendalian Cyclops
Untuk mengendalikan populasi cyclops, tiga metode berikut dapatdilakukan pengendalian
fisik melalui penyaringan dan pemasakan air (mineral sampai mencapai suhu 600C);
pengendalian kimia, yaitu dengan mengunakan khlorine 5ppm, lime (batu kapur), dan abate
(1 mg/liter), dan pengendalian biologis, yaitu melaluipemeliharaan ikan.
Dalam konsep pengendalian hama, perlu diterapkan terlebih dahulu bahwa suatu populasi
hama tidak mungkin dapat diberantas habis (eradikasi total), kecuali di dalam suatu local
yang amat terbatas dan benar-benar terisolasi dari popoulasi-populasi lainnya.
Dalam hubungan ini, maka informasi menyeluruh tentang vector sasaran serta keadaan
setempat perlu dikuasai apabila hasil maksimal ingin dicapai. Idealnya, urutan langkah
seperti berikut inila yang harus diikuti:
1 . Mengetahui identitas hama sasaran.
2 . Mengetahui sifat dan cara hidup (biokologi) vector sasaran.
3 . Memilih alternative cara pengendalian.
4 . Memilih pestisida
5 . Menentukan cara aplikasinya.
a .Dosis Insektisida
Dosis adalah jumlah insektisida dalam litar atau kilogram yang digunakan untuk
mengendalikan vector tiap satuan luas tertentu.Dosis bahan aktif adalah insektisida yang
dibutuhkan untuk keperluan satuan volume larutan.
b . Konsentrasi Insektisida
Terbagi tiga:
1 . Konsentrasi bahan aktif
2 . Konsentrasi formulasi
3 . Konsentrasi larutan atau konsentrasi insektisida
c . Alat Semprot
Alat untuk aplikasi insektisida terdiri dari macam-macam seperti knapsack sprayer
(high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrsi sekitar 500 liter, mist blower (low
volume), swing fog (fogging), dn atomizer (ultra low volume) biasnya kurnag dari 5 liter.
Taksonomi Insektisida
Insektisid yang digunakan untuk kesehatan masyarakat dapat dibagi dalam kelompok
sebgai berikut:
a . Mineral, misalnya
b . Botanicl, misalnya
c . Chlorined hydrocarbon
d . Organophosphate
e . Carbamate
f . Fumigant