Anda di halaman 1dari 9

TOKOH WIRAUSAHAWAN YANG BERHASIL DI 5 NEGARA

1. Andrew Carnegie

Dilahirkan pada tahun 1835, Carnegie menikmati masa kecilnya dalam keluarga besar.
Ayahnya pindah bersama keluarganya ke Amerika Serikat ketika ia berusia remaja, tetapi
aksen Carnegie dan kecintaaannya akan segala ha yang berasal dari Skotlandia tidak pernah
lepas dari ciri khasnya. Di pittsburgh, ia mendapat pekerjaan sebagai seorang telegraf dan
karyawan di perusahaan kereta api, dan kariernya meningkat di perusahaan Pennsylvania
Railroad Company.
Ketika pecah perang saudara, ia diminta memegang tanggung jawab untuk perusahaan kereta
api dan telegraf milik pemerintah Amerika Serikat, dan tanggung jawab itu dilaksanakan
dengan berbagai pembedaan. Ia seorang republik dan menentang perbudakan, dan ini adalah
peluang besarnya untuk melaksanakan keinginannya itu. Selain kemampuannya yang besar
dalam hal pekerjaan dan memberikan jalan bagi orang-orang, Carnegie memiliki pekerjaan
yang baik. Sistem perkeretaapian Amerika sedang dalam pengembangan pesat, dan ia
berkomentar bahwa:
Setelah menjual segala hal yang terbuat dari besi dan baja terbesar di Amerika Serikat, ia
menjadi orang terkaya di dunia. Ia menghabiskan masa pensiunnya di tempat yang ia sayangi
yaitu di Skibo Castle, Skotlandia, dan wafat di Lenox, Massachusets pada tahun 1919. Ia
meninggalkan warisan sebesar 100 juta dollar Amerika Serikat untuk pembangunan berbagai
perpustakaan umum di seluruh wilayah Amerika Serikat dan Inggris, dan memberikan
sumbangan yang besar bagi berbagai universitas. Carnegie yang menyukai perdamaian
merasa sedih atas pecahnya Perang Dunia Pertama. Karena itu, ia memberi sumbangan
untuk berbagai institusi yang mengkampanyekan perdamaian dan membuat riset untuk
melihat akibat-akibat yang disebabkan oleh perang. Andrew Carnegie dilahirkan pada 25
November 1835 di Dunfermline, Skotlandia di pondok penenun khas dengan hanya satu
kamar utama yang terdiri dari setengah lantai dasar yang bersama dengan keluarga penenun
tetangganya.
Carnegie tidak suka spekulasi dalam saham. Ia beranggapan adalah jauh lebih baik untuk
menanamkan investasi dengan memilih sebuahindustri, belajar segala sesuatu tentang itu, dan
berinvestasi dalama bisnis sendiri.
Ini adalah kekuatan fokus, dengan mengorbankan apa yang mungkin diperoleh dengan
memperluas bidang, agar mendapatkan pasar yang lebih kecil tetapi dikenal baik.
Karena kesuksesan hebatnya dicapai pada usia muda, Carnegie dikenal sebagai orang yang
tidak pernah takut dan sembrono dalam berbisnis. Citra ini, katanya, tidak begitu jauh dari
kebenarannya. Pada kenyataannya, ia tidak pernah berani mempertaruhkan modalnya sendiri
atau mitra-mitra kerjanya ke dalam tingkatan yang besar.
2. Henry Ford

Henry Ford lahir pada tanggal 30 Juli 1863, di sebuah pertanian di wilayah Greenfield
Township, Michigan.[1] Ayahnya, William Ford (18261905) berasal dari County
Cork, Irlandia.[2] Ibunya, Mary Ford (18391876) lahir di Michigan dan merupakan anak
bungsu dari sebuah keluarga imigran asal Belgia. Henry Ford memiliki tiga orang saudara,
yaitu Margaret Ford (18671938); Jane Ford (18681945); William Ford (18711917) dan
Robert Ford (18731934).

Ayahnya memberikan ia jam kantong pada masa remajanya. Pada umur 15 tahun, Ford
belajar membongkar dan memperbaiki jam tersebut dan mulai menunjukkan kemampuannya
ke lingkungan sekitar, sehingga ia mendapatkan reputasi sebagai ahli memperbaiki jam.[3]

Pada tahun 1879, Ford meninggalkan rumah untuk bekerja sebagai ahli mesin di Detroit,
pada perusahaan James F. Flower & Bros., kemudian pindah ke Detroit Dry Dock Co. Ia
kemudian memutuskan untuk kembali ke Dearborn untuk bekerja di pertanian keluarga, di
mana ia menguasai cara mengoperasikan mesin uap portable Westinghouse. Ia kemudian
dipekerjakan oleh Westinghouse untuk memperbaiki mesin uap mereka. Pada periode ini,
Ford juga mempelajari akuntansi di Goldsmith, Bryant & Stratton Business College di
Detroit.

Pada tahun 1891, Ford menjadi insinyur di Edison Illuminating Company. Setelah ia
mendapat promosi menjadi Kepala Insinyur, ia memiliki cukup waktu dan uang untuk
memusatkan perhatiannya ke eksperimen pribadi pada mesin berbahan bakar bensin. Melalui
eksperimen tersebut, ia berhasil menciptakan mesin yang ia sebut sebagai Ford
Quadricycle pada tahun 1896. Mesin tersebut ia uji coba sendiri pada 4 June. Ford terus
menjalankan uji coba untuk memperbaiki mesinnya tersebut.[7]

Pada tahun 1896, Ford menghadiri pertemuan dengan para eksekutif di Edison, di mana ia
diperkenalkan langsung ke Thomas Edison. Edison merestui eksperimen otomobil tersebut
bahkan mendorongnya untuk merancang dan membuat kendaraan kedua, yang ia selesaikan
pada tahun 1898.[8] Tak lama, ia mendapatkan pendanaan dari William H. Murphy, pengusaha
kayu asal Detroit, dan memutuskan keluar dari Edison Company untuk mendirikan Detroit
Automobile Company pada 5 Agustus 1899.[8] Namun, kualitas mobil yang diproduksi
perusahaan tersebut rendah sementara harganya yang relatif mahal. Akhirnya perusahaan
tersebut bangkrut dan dibubarkan pada Januari 1901
3. Bong Chandra

Bong Chandra (lahir di Jakarta, 25 Oktober 1987; umur 29 tahun) adalah seorang pebisnis,
pembicara, dan juga motivator populer asal Indonesia. Pada tahun 2010, ia mendapatkan
gelar "motivator termuda se-Asia", yakni ketika berusia 23 tahun.[1] Dia sering mengadakan
acara seminar motivasi di berbagai kota, khususnya di Indonesia. Dia juga menulis buku
motivasi berjudul Unlimited Wealth.[2] Dia mengaku sengaja tidak menyelesaikan kuliahnya
untuk memfokuskan diri sebagai pembicara dan motivator.
Kesuksesan ini tak diraih dengan mudah. Bong harus menempa dirinya dengan kerja keras.
Saat usianya menginjak 18 tahun, Bong memilih berjibaku membangun bisnis ketimbang
bersenang-senang seperti remaja seusianya. Kerja keras Bong dimulai sejak krisis ekonomi
1998. Bencana itu membuat bisnis ayahnya, Aditya, terempas. Pabrik kuenya terancam
gulung tikar. Rumah sampai nyaris dijual, katanya saat ditemui di salah satu tempat
usahanya, Free Car Wash Serpong, Tangerang Selatan, Kamis lalu.
Bong kecil juga menjual sisa potongan kue di pabrik ayahnya ke sekolah. Semula ia gengsi.
Apalagi dia minder karena penyakit asma, yang membuat tubuhnya ringkih, sehingga kerap
dicemooh oleh rekannya. Namun motivasi dia bertahan hidup lebih besar. Bong malah makin
giat mengembangkan usaha. Saya menjual parfum dan VCD (cakram padat).
Saat masuk SMA, ia bersama seorang temannya nekat berbelanja pakaian ke Bandung meski
tak punya duit. Modalnya kepercayaan, katanya. Pagi hari mereka berangkat, sore kembali
ke Jakarta dengan membawa setumpuk baju yang siap dijual. Bong membuka lapaknya di
Senayan dan Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan. Ia juga menjual pakaian seragam kepada
rekan dan adik kelasnya.
Awalnya Bong diminta mencarikan investor pembangunan properti seluas 5,1 hektare di
Ciledug, Tangerang. Meski gagal, rekannya tak kecewa. Ia justru diminta bergabung
menjalankan bisnis ini. Akhirnya Bong dan dua temannya menjalankan perusahaan properti
senilai Rp 180 miliar sejak Januari lalu. Ini modal networking, katanya.
Keberuntungannya terus bergulir. Pelan-pelan banyak tawaran mengajaknya berbisnis
bersama. Selain properti, Bong mendirikan bisnis pencucian mobil. Usaha ini dibangun di
Buah Batu, Bandung, dan Serpong. Kini ia menjalankan tiga usaha dengan karyawan
mencapai 100 orang. Menjadi pembicara motivasi membuat Bong memutuskan berhenti
kuliah di Jurusan Desain Grafis Universitas Bina Nusantara. Setelah tidak kuliah, satu-
satunya pilihan Bong adalah menjadi motivator yang sukses.
Meski dia sudah berbicara di hadapan 15 ribu orang per tahun, mulai mahasiswa, ibu rumah
tangga, dosen, ahli hukum, dokter, pengusaha, hingga CEO, Bong menyebut dirinya sebagai
pribadi yang tertutup. Saya tidak mudah akrab, katanya. Bong juga mengenali dirinya
sebagai orang yang lambat bertindak. Saya menuntut sempurna jadi kerap lama berpikir.
4. Chairil Tanjung

Chairul Tanjung (ejaan Soewandi: Chairul Tandjung, lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur
54 tahun[1]) adalah pengusaha asal Indonesia. Ia menjabat sebagai Menko
Perekonomianmenggantikan Hatta Rajasa sejak 19 Mei 2014 hingga 27 Oktober 2014.
Namanya dikenal luas sebagai pengusaha sukses yang memimpin CT Corp.[2]

Chairul memulainya bisnisnya ketika ia kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas


Indonesia[2]. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya.[3][4] Kini
perusahaan konglomerasi miliknya CT Corp, menjadi sebuah perusahaan yang membawahi
beberapa anak perusahaan seperti Trans Corp, Bank Mega, dan CT Global Resources.

Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Negeri 1 Jakarta pada tahun 1981, Chairul masuk
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.[6] (lulus 1987[1]). Ketika kuliah inilah ia
mulai masuk dunia bisnis dan juga mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan
Tingkat Nasional 1984-1985.[1]

Demi memenuhi kebutuhan kuliah, ia berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan foto kopi di
kampus. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko
peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen, Jakarta Pusat, namun bangkrut.
[3]
Selepas kuliah, Chairul mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada
1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak
untuk ekspor[7] Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung
mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi karena
perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.[7]

Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan konglomerasi ini


mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan
beberapasub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo
(media dan investasi), dan Para Inti Propertindo (properti).[1]

Di bawah Para Group, Chairul memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial, antara lain
Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega, Mega
Capital Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Mega Finance. Sementara di bidang properti
daninvestasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung Propertindo, Para Bali
Propertindo, Batam Indah Investindo, dan Mega Indah Propertindo.[8] Di
bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya
Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio

5. Jack ma
Jack Ma (Nama China: Ma Yun; Tionghoa: pinyin:M Yn; Lahir pada 10 September
1964) merupakan seorang pebisnis berkebangsaan China. Dia merupakan pendiri sekaligus
Chairman Eksekutif dari Alibaba Group, perusahaan e-commerce terbesar di Tiongkok[2]. Dia
merupakan warga China Daratan pertama yang pernah muncul di majalah Forbes dan
terdaftar sebagai biliuner dunia. Pada 2015, ia masuk dalam daftar orang paling berpengaruh
di dunia pada urutan ke-22

Sebagai seorang miliader, ternyata Jack Ma dilahirkan dari keluarga ekonomi lemah. Dia
dilahirkan di daerah Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China. Orangtuanya adalah pemusik dan
pendongeng tradisional, ayahnya hanya mendapatkan tunjangan pensiunan bulanan sebesar
sekitar Rp 500.000 untuk menghidupi keluarganya[4]. Saat umur 12 tahun, Jack Ma sudah
tertarik untuk belajar bahasa Inggris, selama delapan tahun masa kecilnya dihabiskan sebagai
pemandu wisata di sebuah hotel di dekat Danau Hangzhou, sekitar 160 kilometer
dariShanghai. Waktu itu China baru mulai membuka diri dan mulai banyak turis yang datang
ke China. Hal inilah yang membantu dia lebih terbuka pemikirannya dibandingkan teman-
teman seumurnya.

Selanjutnya dia mendaftar ke Universitas Keguruan Hangzhou, semacam institut keguruan


dan ilmu pendidikan. Disini dia belajar menjadi guru sekolah menengah. Selulus dari
Universitas, dengan gelar Sarjana di bidang bahasa Inggris, dia ditugaskan mengajar di
universitas. Ketika itu gaji Ma sebulan sebesar 100-120 renminbi, setara dengan Rp 114.000-
Rp 142.500 per bulan[5]. Pada tahun 1992, saat perekonomian China mulai bertumbuh, dia
mencoba melamar di berbagai pekerjaan, akhirnya ia menjadi sekretaris general manager
gerai penjual ayam goreng Kentucky Fried Chicken. Disinilah ia bekenalan dengan komputer
dan internet, dari seorang teman. Ketika dia mencari kata "beer" di mesin pencari Yahoo, dia
menemukan kenyataan bahwa tidak ada data tentang China. Akhirnya dia tertarik pada
komputer dan meminjam uang 2.000 dollar AS dari kerabatnya untuk mendirikan perusahaan
komputer. Padahal dia tidak mengerti tentang komputer ataupun surat elektronik, bahkan dia
tidak pernah menyentuh keyboard komputer sebelumnya.

Setelah mengenal internet inilah, dia memutuskan untuk memfasilitasi para pedagangan
Tiongkok menjual barang ke luar negeri melalui dunia maya, dia mendirikan Alibaba.
Sekarang perusahaan yang dia pimpin, Alibaba Group bernilai lebih dari US$ 200 miliar
setelah melantai di Bursa New York pada Oktober 2014

6. Lei jun
Xiaomi sendiri didirikan oleh Lei Jun yang merupakan seorang pengusaha teknologi yang
berasal dari China atau Tiongkok. Xiaomi Tech sendiri sudah menjadi salah satu perusahaan
teknologi terbesar di China. Artikel kali ini akan membahas mengenai Biografi dan Profil
dari Lei Junyang merupakan Pendiri dari Xiaomi Tech.

Di China sendiri, Lei Jun dikenal sebagai salah satu orang yang merubah wajah industri dan
teknologi di China selain Jack Ma yang merupakan Fonder dari Alibaba.com. Dari situ
kemudian Lei Jun dikenal sebagai 'Steve Jobs' dari China. Lei Jun dilahirkan pada tanggal 16
Desember 1969 di Xiantao, Hubei, China.

Sejak kecil ia merupakan seorang anak yang gemar teknologi hingga remaja. Setelah lulus
dari sekolah Mianyang pada tahun 1987, Lei Jun Kemudian ingin melanjutkan studinya ke
universitas. Ia kemudian mencoba mendaftar dan diterima di Wuhan University. Dari
univeristas itu pula ia kemudian berhasil menyelesaikan studinya dan meraih gelar Bachelor
of Science dalam bidang Teknik.

Setelah meninggalkan universitas, Lei jun kemudian membantu pengembangkan penemuan


perangkat lunak Kingsoft pada tahun 1992, ia kemudian menjadi kepala eksekutif pada tahun
1998 di Kingsoft dan membawa perusahaan sukses dalam penawaran saham perdana atau
IPO (initial Public Offering) di bursa saham Hong Kong.

Sementara di Kingsoft, Lei jun sangat berperan dalam pembentukan Joyo.com, sebuah toko
buku dan situs online e-commerce yang kemudian dijual ke Jeff Bezos yang merupakan
pendiri Amazon.com sebesar 75 juta Dollar pada

7. Dhanin Chearavanont

adalah seorang pengusaha dan investor yang berasal dari Thailand. Ia merupakan
pemilik Charoen Pokphand Group (C.P. Group), salah satu perusahaan pakan ternak dan
agribisnis terbesar di dunia. Pada2015, Forbes mencatat ia pada posisi pertama daftar orang
terkaya diThailand[1] dan posisi ke-81 daftar orang terkaya di dunia

Ayahnya Chia Ek Chor dan pamannya Chia Seow Hui berasal dari Guangdong,China.
Mereka bermigrasi ke Bangkok, Thailand pada tahun 1920-an untuk menjual menjual bibit
dan bahan kimia pertanian dengan nama Chia Tai Chueng. Mereka mengimpor bibit dan
sayur-sayuran dari China dan mengekspor daging babi dan telur ke Hong Kong. Dhanin
Chearavanont dilahirkan di Bangkok, pada 1938, ia merupakan anak keempat dan paling
bungsu. Perusahaan yang didirikan oleh ayahnya ini terus berkembang hingga dilanjutkan
oleh Dhanin Chearavanont pada usia 25 tahun bersama tiga orang kakaknya Jaran
Chiaravanont, Montri Jiaravanont, dan Sumet Jiaravanont, bahkan pada 1970-an perusahaan
ini menjadi pemain tunggal untuk ayam dan telur di Thailand.
Pada Februari 2013, ia melakukan pembelian 15% saham perusahaan asuransi China
yakni Ping An seharga US$ 19,4 miliar dari HSBC[3]. Selain itu ia juga memiliki saham
jaringan operator ritel 7-Eleven[4] di Thailand. Di Thailand sendiri . Jaringan operator ritel 7-
Eleven, Thailand sendiri memiliki lebih dari 8.000 toko yang tersebar di seluruh negeri,
menjadikan jaringan 7-Eleven terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Jepang.
Melalui perusahaan CP All, ia juga mengakusisi perusahaan ritel Siam Makro, Thailand[5].
Perusahaan ini juga mengkontrol perusahaan telekomunikasi True Corp[6].
Saat ini Charoen Pokphand Group merupakan salah satu perusahaan swasta terbesar di
Thailand. Charoen Pokphand Group sendiri memiliki tiga core bisnis, agribisnis, makanan
dan industri telekomunikasi yang tersebar di 20 negara dan menjadi mitra bisnis beberapa
perusahaan internasional seperti Honda, Wal-Mart, dan Tesco.
Selain sebagai pengusaha, ia juga pernah ditunjuk oleh pemerintah Thailand sebagai
konsultan Pemerintah Kerajaan Thailand, Komite Parlemen Pertanian dan Kementerian Luar
Negeri untuk bidang ekonomi
8. Charoen Sirivadhanabhakdi

Seperti kebanyakan taipan Thailand, Charoen adalah etnis Cina. Dia adalah keenam dari 11
anak dari seorang pedagang jalanan miskin yang bermigrasi ke Bangkok dari Cina selatan.
Dia meninggalkan sekolah lebih awal, pada usia sembilan, untuk bekerja.

Sampai hari ini Charoen berbicara Teochew, dialek Cina asalnya, serta Thailand.

Charoen mulai memasok ke distilleries memproduksi wiski lokal Thailand, yang monopoli
yang dikelola negara pada saat itu. Melalui kontak yang dibuatnya, ia memperoleh lisensi
untuk memproduksi minuman beralkohol sendiri. Semua produksi minuman keras adalah
milik negara pada saat itu, dan Charoen bisa mendapatkan hak 15% dari pasar.

Pada tahun 1985, sisanya 85% dari lisensi negara dibuka untuk tawaran. Charoen mampu
mengambil sebuah US $ 200 juta pinjaman menggunakan saham besar nya alkohol sebagai
jaminan dan segera setelah memenangkan 100% dari konsesi. Dengan monopoli seperti itu,
perusahaan minuman Charoen ini mampu mengembalikan $ 550 juta royalti ke departemen
cukai Thailand pada tahun 1987, 5% dari anggaran nasional pada saat itu.

Pada tahun 1991 Charoen bekerja sama dengan bir Carlsberg Denmark untuk memasuki
pasar bir tumbuh Thailand, pada saat yang didominasi oleh 60 tahun Boon Rawd Brewery
yang membuat Singha bir. Tiga tahun kemudian, berdasarkan apa yang telah ia pelajari dari
Carlsberg, ia mulai membuat bir sendiri, bermerek Chang (Thailand untuk 'gajah'). Dalam
lima tahun, Chang telah menangkap 60% dari pangsa pasar lokal. Benar-benar dikalahkan,
pada tahun 2003 Carlsberg ditarik keluar dari perusahaan patungan. Charoen kemudian
berhasil menggugat perusahaan Denmark, memenangkan US $ 120 juta pada tahun 2005.

Sejak berdirinya formalnya, perkembangan TCC Land telah terutama difokuskan pada
Thailand, dan memang keluarga Sirivadhanabhakdi sekarang pemilik terbesar di negara itu,
pengendalian 630.000 rai tanah per Juni 2014 - lebih dari tiga kali lebih dari pemilik tanah
terbesar kedua di Thailand, dan. sekitar 21 kali lebih dari yang dimiliki oleh Crown Biro
Properti keluarga kerajaan.

Pada awal 2013, Charoen memenangkan perang penawaran untuk Singapura Fraser & Neave
Ltd yang memiliki sifat seluruh Asia serta minuman ringan operasi, dengan akuntansi utang
untuk sebagian besar US $ 11200000000 harga. Dia menerima pembiayaan untuk mendukung
kesepakatan, yang terbesar transaksi merger dan akuisisi diperkenalkan di Asia pada tahun
2012, dari kelompok bank termasuk United Overseas Bank Ltd dari Singapura dan DBS
Bank Ltd

Jumlah total F & N saham yang dimiliki. oleh kelompok Charoen ini - TCC Aset dan Thai
Beverage - jumlah untuk 1,19 miliar, mewakili perkiraan 82,59 per sen saham, pada tanggal
14 Februari.

9. Konosuke Matsushita.

Ia dikenal sebagai pendiri dari perusahaan manufaktur elektronik Panasonic. Beliau lahir
dalam keluarga sederhana di desa Wasa , Jepang, pada tanggal 27 Nopember 1894. Ketika ia
tumbuh menjadi dewasa, Ia adalah seorang yang cenderung penutup dan agak sakit-sakitan,
sehingga menjadikkanya memiliki masa depan yang tidak jelas. Ia sepertinya ditakdirkan
untuk hidup dengan penuh perjuangan. Anak bungsu dari delapan anak, Matsushita memiliki
ayah yang suka pergi berjudi dan menghabiskan banyak uang. Pada usia sembilan tahun, ia
bekerja di toko sepeda untuk membantu keluarga bertahan hidup.

Matsushita tidak punya uang dan tidak ada pengalaman bisnis yang nyata, tetapi dia memiliki
daya kreatifitas dan keinginan yang kuat. Jadi, tahun 1917, dia memutuskan untuk
memproduksi perangkat itu sendiri. Dengan bantuan istri dan tiga asisten, dengan penuh
semangat Matsushita memulai usahanya. Dengan bekal pendidikan tingkat lima yang saat itu
masih dibawah dari pendidikan sekolah tinggi, dan tidak memiliki pengalaman dalam
pembuatan sebuah steker listrik. Tapi mereka memiliki kemauan yang besar. Dalam sebuah
rumah rumah petak sempit dua kamar, mereka bekerja berjam-jam, tujuh hari dalam
seminggu. Setelah beberapa bulan mereka menjadi sangat kurus karenya bekerja tanpa lelah,
dengan usaha keras akhirnya mereka berhasil menyelesaikan beberapa contoh produk baru.
Saat itulah perusahaan yang bernama Panasonik berdiri.

lampu sepeda, barang sangat diperlukan di Jepang. Matsushita menyadari bahwa dengan
membuat produk lampu yang efisien untuk jutaan sepeda di negaranya, akan bisa menjadi
sebuah produk yang populer. Jadi, ia merancang satu. Meskipun tidak langsung sukses,
produknya yang bernama "bullet-lamp" akhirnya menjadi standar untuk seluruh industri.
baterai Matsushita's powered lampu menjadi begitu sukses sehingga banyak orang yang
membelinya untuk digunakan di rumah-rumah mereka, untuk mengganti lampu minyak tanah
tradisional. Matsushita Electric sedang dalam perjalanan untuk menjadi raksasa industri.

Tahun 1923 bullet-lamp diikuti oleh produk inovatif lainya yaitu pemanas ruangan elektrik,
meja pemanas elektrik, dan tipe baru termostat. Produk pertama radio Matsushita, 3 model
tabung vakum, diperkenalkan pada tahun 1931. Hal ini memenangkan hadiah pertama dalam
Tokyo Broadcasting Station radio contest. Penemuan lainnya menyusul, termasuk motor
listrik dan kipas

10. Akio Morita

Tokoh satu ini dikenal sebagai pendiri perusahaan Sony yang merupakan perusahaan
elektronik terkemuka di Dunia. Ia lahir pada tanggal 26 Januari 1921, di kota Nagoya, dari
sebuah keluarga pembuat sake (bir khas jepang). Keluarga Morita telah menggeluti
pembuatan bir sake selama hampir 400 tahun di kota Tokoname, dekat Nagoya. Di bawah
asuhan ketat ayahnya, Kyuzaemon, Akio sedang dipersiapkan untuk menjadi pewaris bisnis
keluarga. Sebagai mahasiswa, Akio sering duduk pada rapat perusahaan dengan ayahnya dan
ia akan membantu bisnis keluarga bahkan pada liburan sekolah

Keluarga yang Morita pada masa itu telah mengenal gaya hidup ala budaya Barat, seperti
mobil dan fonograf listrik. Setiap kali ia dibebaskan dari tugas-tugas rumah tangga, Akio
muda menjadi asyik membongkar gramofon dan menyusunnya kembali. Dari usia dini, Akio
gemar mengutak-atik peralatan elektronik, dan matematika dan fisika adalah mata pelajaran
kesukaannya selama SD dan SMP hari. Setelah lulus dari Sekolah Tinggi, ia memasuki
Departemen Fisika di Osaka Imperial University. Selama waktu itu, Jepang berada di tengah-
tengah Perang Pasifik. Pada tahun 1944, Akio, yang telah menjadi letnan Angkatan Laut
setelah lulus dari universitas tahun itu, bertemu dengan Masaru Ibuka dalam Angkatan Laut
Wartime Research Committee.

Pada tanggal 7 Mei 1946, Ibuka dan Morita mendirikan Tokyo Tsushin Kogyo KK (Tokyo
Telecommunications Engineering Corporation) dengan sekitar 20 karyawan dan modal awal
190.000 . Pada waktu itu, Ibuka telah berumur 38 tahun dan Morita 25 tahun. Selama
kemitraan mereka yang panjang, mengabdikan Ibuka teknologi energi untuk penelitian dan
pengembangan produk, sementara Morita berperan penting dalam memimpin Sony dalam
bidang pemasaran, globalisasi, keuangan dan sumber daya manusia. Morita juga
mempelopori Sony masuk ke dalam bisnis perangkat lunak, dan ia memberikan kontribusi
kepada keseluruhan manajemen perusahaan.

Dorongan perusahaan untuk mengembangkan usahanya secara global terlihat dalam


keputusan untuk mengubah nama perusahaan ke Sony pada tahun 1958, suatu keputusan
yang tidak diterima dengan baik baik di dalam atau di luar perusahaan karena Tsushin Tokyo
Kogyo sudah dikenal secara luas. Untuk mengatasi pandangan seperti itu, Morita
menekankan itu perlu untuk mengubah nama perusahaan untuk sesuatu yang lebih mudah
untuk diucapkan dan diingat, agar perusahaan untuk tumbuh dan meningkatkan kehadiran
global. Selain itu, Morita perusahaan beralasan bahwa suatu hari nanti bisa berkembang
menjadi produk selain elektronik dan nama Tsushin Tokyo Kogyo akan tidak lagi sesuai

Anda mungkin juga menyukai