Anda di halaman 1dari 120

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA MATA


PELAJARAN MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI BAGI
SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN - 1
( Penelitian Tindakan Kelas di SMK Nurul Iman Jakarta Timur)

JULIANA JOHAN
8115041993

Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


KONSENTRASI ADMINISTRASI PERKANTORAN
JURUSAN EKONOMI & ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
INCREASING THE RESULT OF STUDY BY USING QUANTUM
TEACHING LEARNING MODEL IN DOING ADMINISTRATION
PROCCEDURE LESSON AT X-1 OFFICE ADMINISTRATION
CLASS
( Classroom Action Research at SMK Nurul Iman East Jakarta)

JULIANA JOHAN
8115041993

Skripsi is Written as Part Of Bachelor Degree in Education Accomplishment

STUDY PROGRAMME OF ECONOMIC EDUCATION


MAJOR/CONCENTRATION IN OFFICE ADMINISTRATION
DEPARTEMENT OF ECONOMIC AND ADMINISTRATION
FACULTY OF ECONOMIC
STATE UNIVERSITY OF JAKARTA
2011
ABSTRAKSI

JULIANA JOHAN. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA
MATA PELAJARAN MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI BAGI SISWA
KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN 1 ( Penelitian Tindakan Kelas di
SMK Nurul Iman Jakarta Timur). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.
2011

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui


penerapan model pembelajaran Quantum Teaching pada mata pelajaran Melakukan
Prosedur Administrasi. Dengan diterapkannya model pembelajaran Quantum Teaching
ini, diharapkan dapat membantu proses pemahaman siswa dalam proses kegiatan
belajar sehingga secara otomatis memberi pengaruh pada hasil belajar siswa.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas yang
dilakukan selama 3 bulan, dimulai -dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2011,
dengan melalui 3 siklus. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X
Administrasi Perkantoran I di SMK Nurul Iman Jakarta Timur pada mata pelajaran
Melakukan Prosedur Administrasi. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan
secara berulang dengan mengikuti tahapan siklus yang telah ditetapkan sehingga
tercapainya tujuan dari model pembelajaran Quantum Teaching. indikator dari hasil
belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah
mengalami proses kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajaran
Quantum Teaching.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran
Quantum Teaching telah memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan hasil
belajar siswa. Keberhasilan model pembelajaran Quantum Teaching dapat tercapai
karena adanya kerjasama antara peneliti dan siswa. Berdasarkan data yang didapatkan,
hasil perolehan rata-rata kelas pada siklus pertama sebesar 67,00 sedangkan pada siklus
kedua sebesar 69,63 terjadi kenaikan sebesar 4,4% sedangkan pada siklus ketiga
perolehan rata-rata kelas sebesar 73,84 mengalami kenaikan sebesar 5,7%. Oleh sebab
itu, penerapan model pembelajaran Quantum Teaching diharapkan dapat diterapkan
oleh para pendidik (selain pendidik mata pelajara Melakukan Prosedur Administrasi)
sebagai inovasi dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu proses kegiatan
belajar siswa.

i
ABSTRACT

JULIANA JOHAN. INCREASING THE RESULT OF STUDY BY USING


QUANTUM TEACHING LEARNING MODEL IN DOING ADMINISTRATION
PROCCEDURE LESSON AT X-1 OFFICE ADMINISTRATION CLASS
(Classroom Action Research at SMK Nurul Iman East Jakarta)
This research is rationale is improving student studyng outcome through the
application of Quantum Teaching learning model ini doing administration procedure.
Through this Quantum Teaching learning model student expected to be more
understanding the learning procces so that automatically influencing the improvement
of studyng outcome.
This research has being completed using classroom action research method
which applied in three months, -during April until June 2011, all through three
sequence. The subjects of this classroom action research are student of X office
administration I level on doing administration procedure subject ini SMK Nurul Iman
East Jakarta. In the submission this classroom action research have been performed
repetitively using sequence steps that have been set until the target of Quantum
Teaching learning model are fulfilled. The indicator of the assesement of student
outcome improvement that student get after occurring learning activity procces using
Quantum Teaching learning model.
The result of these research states that the application of Quantum Teaching
learning model have giving positive influence to students learning outcome. The
achievement of Quantum Teaching learning model can be attained since there is
cooperation between researcher and stundents. Based on data which have been
acquired, average rate classroom result at the first step is round 67,00. While at the
second step the average rate classroom result is about 69,63 its increasing 4,4%.
While at the third step the average rate classroom result is 73,84 its increasing 5,7%.
As the result of that the application of Quantum Teaching learning model are wish to
be attained by theacher (except economy subject teacher) as an innovation in learning
model so that can help student learning activity procces.

ii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Terima Kasih Tuhan Yesus, Bapa yang Terbaik diatas


segalanya.

Haleluya & Puji Tuhan

Akhirnya selesai juga.

Salah satu tugas dan janji diri ini Salah

satu langkah dan sisi kehidupan

Pembuktian nyata kepada semua orang yang bergumam

Dan

Bekal setitik kebanggaan di hari tua

Untuk..

Papa & Mami yang selalu berharap Mama

yang tersenyum bangga dari surga Saudara-

saudariku yang selalu menanti

Untuk

Semua teman, sahabat, kekasih hati. Mereka semua yang


selalu ada dalam tiap proses kehidupanku

Untuk kalian semualah.skripsi ini didedikasikan

v
KATA PENGANTAR

Segala pujian dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah Yang Maha
Kuasa yang telah memberikan kasih, karunia dan anugrah-Nya sehingga
penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar
sarjana, dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Quantum Teaching Pada Mata Pelajaran Melakukan Prosedur
Administrasi Bagi Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran I (Penelitian Tindakan
Kelas di SMK Nurul Iman Jakarta Timur) ini, dapat terwujud karena keterlibatan
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini peneliti akan menyampaikan
rasa terima kasih kepada :

1. Dra. Nurahma Hajat, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNJ


2. Ari Saptono, SE., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ekonomi dan Administrasi
Fakultas Ekonomi UNJ
3. Dr. Sapparuddin SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi UNJ
4. Dra. Sudarti selaku Ketua Konsentrasi Administrasi Perkantoran Fakultas
Ekonomi UNJ dan juga selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
dukungan dan bimbingan dalam penelitian ini.
5. Umi Widyastuti, SE., ME selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Ponco Dewi K. selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan
nasehat dan wejangan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Orang tua, kakak-kakak dan adik peneliti. Semua keluarga besar yang selalu
mengerti dan menutupi segala kekurangan, selalu sabar dan memberikan
dukungan dalam setiap kesempatan, untuk kalian semualah skripsi ini
didedikasikan.
vi
8. Yulianti Rina, M.Pd dan keluarga, atas dukungan dan pengertian juga
kesabaran dalam menghadapi segala persiapan yang diperlukan untuk
penelitian ini, terutama untuk keluarga besar guru dan karyawan Universal
School Kemayoran Jakarta Timur, atas doa dan perhatiannya.
9. Keluarga besar SMK Nurul Iman Jakarta Timur, Drs. Ero Rohada beserta guru,
staff dan murid-murid tersayang. Atas segala kemudahan yang diberikan,
pengertian dan perhatian selama penelitian dilakukan.
10. Semua sahabat-sahabat dekat yang tidak tertulis namun selalu ada disetiap
proses perjalanan penelitian ini.
11. Keluarga besar Persatuan Hoki Universitas Negeri Jakarta, rumah kedua di
kampus tercinta. Atas segala doa, harapan dan pengalaman hidup yang telah
kalian berikan yang memberikan warna dan kebanggan bagi diri sendiri,
memberikan yang terbaik bagi almamater.
12. Teman-teman Adm. Perkantoran Reguler 2004, dan Alih Program 2009 serta
teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat secara khusus bagi peneliti, dan
dapat bermanfaat bagi praktisi pendidikan dan khalayak umum yang menaruh
perhatian pada pendidikan.

Juni 2011

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .. i

ABSTRACT ii

LEMBAR PERSETUJUAN iii

PERNYATAAN ORSINILITAS ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN .. v

KATA PENGANTAR . vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL .. x

DAFTAR GAMBAR . xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .. 1


B. Rumusan Masalah 11
C. Tujuan Penelitian . 11
D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II. KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Quantum Teaching . 13


B. Hasil Belajar . 27
C. Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi . 33

viii
BAB III. PROSEDUR / METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian . 36
C. Metode Penelitian 37
D. Instrumen Penelitian .. 51
E. Analisis Data . 52

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal Subyek yang Diteliti .. 53


B. Rincian Pelaksanaan Penelitian Tindakan ... 59
C. Pelaksanaan Tindakan Siklus I . 60
D. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 73
E. Pelaksanaan Tindakan Siklus III .. 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .. 96
B. Saran 97

DAFTAR PUSTAKA . 99

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel IV. 1 Suasana Belajar yang Menyenangkan ........... 56

Tabel IV. 2 Metode Belajar yang Diinginkan Siswa ............ 58

Tabel IV. 3 Susunan Kelompok Quantum Teaching ........ 64

Tabel IV. 4 Hasil Poster Afirmasi Siswa Tugas Kelompok Siklus I ... 70

Tabel IV. 5 Hasil Belajar Siswa Siklus I .......... 71

Tabel IV. 6 Hasil Peta Pikiran dan Presentasi Kelompok Siklus II ... 80

Tabel IV. 7 Hasil Belajar Siswa Siklus II .......... 82

Tabel IV. 8 Hasil Praktek Penataan Dokumen Kelompok Siklus III..... 90

Tabel IV. 9 Hasil Belajar Siswa Siklus III ............ 92

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar III. 1 Siklus PTK Model Kemmis & McTaggart ......... 38

Gambar IV. 1 Siklus I ............ 61

Gambar IV. 2 Diagram Presentase Hasil Poster Afirmasi Siswa Siklus I .... 69

Gambar IV. 3 Diagram Presentase Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 71

Gambar IV. 4 Siklus II .......... 74

Gambar IV. 5 Diagram Presentase Hasil Peta Pikiran dan Presentasi Kelompok

Siklus II ... 80

Gambar IV. 6 Diagram Presentase Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II . 81

Gambar IV. 7 Siklus III ............ 84

Gambar IV. 8 Diagram Presentase Hasil Praktek Penataan Penataan Dokumen

Kelompok Siklus III .......... 90

Gambar IV. 9 Diagram Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus III ......... 91

Gambar IV.10 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I s.d. Siklus III .......... 94

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Permohonan Izin Penelitian ............ 101

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian . 102

Lampiran 3 Biodata Peneliti .. 103

Lampiran 4 Biodata Kolaborator 10 4

Lampiran 5 Silabus Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi .. 106

Lampiran 6 Modul MPA Surat Dinas 109

Lampiran 7 Modul MPA Penataan Dokumen .. 132

Lampiran 8 RPP Siklus I .. 137

Lampiran 9 Soal Tes Siklus I . 144

Lampiran 10 Kunci Jawaban Tes Siklus I .. 145

Lampiran 11 Lembar Hasil Observasi Kolaborator Siklus I .. 146

Lampiran 12 RPP Siklus II . 148

Lampiran 13 Soal Tes Siklus II ... 151

Lampiran 14 Kunci Jawaban Tes Siklus II ..... 152

Lampiran 15 Lembar Hasil Observasi Kolaborator Siklus II .... 153

Lampiran 16 RPP Siklus III 155

Lampiran 17 Soal Tes Siklus III .. 158

Lampiran 18 Kunci Jawaban Tes Siklus III .... 159

xii
Lampiran 19 Lembar Hasil Observasi Kolaborator Siklus III ... 160

Lampiran 20 Lembar Kuisioner Observasi Keadaan Awal Siswa . 162

Lampiran 21 Tabel Wawancara Terbuka Persepsi Siswa Terhadap Model

Model Pembelajaran Quantum Teaching .. 163

Lampiran 22 Lembar Kuisioner Manfaat Model Pembelajaran

Quantum Teaching . 166

Lampiran 23 Rekap Tabulasi Data Hasil Pendapat Siswa Mengenai

Model Pembelajaran Quantum Teaching .. 167

Lampiran 24 Tabulasi Pendapat Siswa Mengenai Model Pembelajaran

Quantum Teaching . 168

Lampiran 25 Daftar Nama Siswa ... 169

Lampiran 26 Daftar Absensi Siswa . 170

Lampiran 27 Data Hasil Belajar Siswa Per Siklus 171

Lampiran 28 Dokumentasi . 172

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Faktor utama yang mempengaruhi standar pendidikan adalah hasil belajar

siswa. Di mana hasil belajar siswa adalah sebuat standar yang kita gunakan untuk

mengukur seberapa berhasilnya proses dan kegiatan belajar mengajar. Bila hasil

belajar siswa tinggi maka bisa dipastikan bahwa kegiatan belajar mengajar sudah

berhasil dilakukan. Akan tetapi sekolah yang hasil belajar siswanya masih rendah

akan membuat standar pendidikan menjadi rendah pula, dan tentunya akan

berpengaruh kepada siswa itu sendiri baik berpengaruh pada diri siswa dan juga

kepada pembelajaran siswa.

SMK Nurul Iman Jakarta Timur merupakan salah satu sekolah menengah

kejuruan yang berlandaskan Agama Islam, yang memiliki filosofi yang tinggi

mengenai ajaran Islam dalam proses pendidikan. Siswa tidak hanya dituntut untuk

terampil dalam bekerja tetapi juga memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik

sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Sekolah ini memiliki tingkat kedisiplinan yang

tinggi dalam proses belajar mengajar. Masalah rendahnya hasil belajar siswa juga

turut dirasakan oleh SMK Nurul Iman Jakarta Timur.

1
2

Untuk mencapai hasil belajar yang tinggi tidak dapat diukur dari satu atau

beberapa mata pelajaran saja, keseluruhan dari proses belajar mengajar pun

demikian, tidak dapat diukur hanya berdasarkan satu atau beberapa mata pelajaran

yang diterima oleh siswa, melainkan harus merupakan ukuran keseluruhan dari

semua mata pelajaran yang diterima oleh siswa.

Pada SMK Nurul Iman Jakarta Timur mata pelajaran yang diberikan kepada

siswa merupakan mata pelajaran yang terdiri dari berbagai cabang ilmu

pengetahuan. Bidang ilmu pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi beberapa

macam, yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Agama, Pendidikan Jasmani, Seni

Budaya dan Mata Pelajaran Khusus Kejuruan yang disesuaikan dengan jurusan

masing-masing kelas.

Semua bidang studi ini diberikan kepada peserta didik melalui jenjang-jenjang

dan tingkat kesukaran yang telah disesuaikan dengan usia mereka, yang ditentukan

oleh standar KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Beberapa mata pelajaran yang

hasil rata-rata kelasnya masih rendah atau belum mencapai KKM yang ditentukan

adalah mata pelajaran kejuruan, salah satunya adalah mata pelajaran Melakukan

Prosedur Administrasi.

Selama peneliti berada di SMK Nurul Iman Jakarta Timur melakukan

kegiatan Praktek Pengenalan Lapangan, peneliti bertugas menjadi guru mata

pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi kelas X kelompok Administrasi


3

Perkantoran I dan II. Sebelum melakukan penelitian tindakan selama hampir 2

bulan lamanya peneliti melakukan pengamatan awal secara langsung kepada siswa

dan guru juga pada proses belajar mengajar yang terjadi di SMK Nurul Iman

khususnya di kelas X Administrasi Perkantoran I dan II. Peneliti melakukan

pengamatan awal melalui tanya jawab secara langsung kepada siswa dan juga

melalui konsultasi secara langsung kepada guru pamong, guru bidang studi lain,

wakil kepala sekolah dan kepala sekolah SMK Nurul Iman Jakarta Timur.

Selama berada di dalam kelas dalam pengamatan awal, peneliti mengadakan

tanya jawab dan berbicara langsung kepada para siswa untuk mengetahui seberapa

besar ketertarikan mereka terhadap mata pelajaran kejuruan khususnya pada mata

pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi. Hal-hal yang ditanyakan menyangkut

apa saja yang menyebabkan rasa kurang tertarik terhadap mata pelajaran

Melakukan Prosedur Administrasi, sikap guru yang seperti apakah yang

diinginkan oleh siswa agar mereka bisa menyukai mata pelajaran Melakukan

Prosedur Administrasi, dan juga metode seperti apakah yang diharapkan oleh

siswa agar siswa bisa menjadi aktif dalam proses belajar mengajar.

Selain melakukan pengamatan awal secara pribadi, peneliti juga memberikan

lembar observasi awal kepada siswa sebagai data awal penelitian untuk

memperkuat pendapat peneliti mengenai pengamatan awal yang peneliti lakukan

pada siswa dalam mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi, sebagai bukti

nyata dan juga penghitungan pendapat siswa untuk mengawali jalannya penelitian

lebih lanjut.
4

Hasil pengamatan awal peneliti yang diperoleh dari jawaban siswa dan juga

konsultasi dengan guru pamong, guru bidang studi lain, wakil kepala sekolah dan

kepala sekolah SMK Nurul Iman, diperkuat dengan jawaban siswa pada lembar

observasi awal yang diberikan oleh peneliti, peneliti menyimpulkan bahwa dari

berbagai mata pelajaran yang diberikan di sekolah, ada beberapa mata pelajaran

yang disukai dan tidak disukai siswa. Pelajaran yang disukai kebanyakan adalah

pendidikan jasmani, bahasa Inggris dan seni budaya, karena mata pelajaran ini

dianggap ringan oleh siswa dan juga cara sikap guru bidang studi tersebut dalam

mengajar sangat membuat siswa merasa senang untuk belajar.

Sedangkan mata pelajaran yang umumnya tidak terlalu disukai adalah mata

pelajaran khusus kejuruan yang biasanya menuntut siswa untuk melakukan

praktek dan nilai kompetensi yang tinggi. Selain tugas yang terlalu banyak

diberikan oleh guru kepada siswa, seringkali sikap guru bidang studi juga menjadi

penghambat dalam proses belajar mengajar dan yang tidak kalah pentingnya

adalah metode yang seringkali digunakan oleh guru bidang studi adalah metode

ceramah bervariasi.

Salah satu mata pelajaran khusus kejuruan yang kurang disukai oleh siswa

adalah mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi, mata pelajaran ini

mempunyai standar KKM 70, sedangkan rata-rata kelas hasil belajar pada

semester satu hanya mencapai 65. Hal ini membuat siswa merasa terbebani untuk

bisa mencapai KKM yang ditentukan.


5

Beberapa hal lain yang membuat siswa kurang menyukai mata pelajaran

Melakukan Prosedur Administrasi adalah terlalu banyaknya tugas membuat surat,

waktu mengerjakan yang sangat singkat, sikap guru yang kurang tegas dalam

proses belajar mengajar dan juga metode yang digunakan oleh guru hanya

ceramah bervariasi.

Rasa kurang menyukai siswa terhadap mata pelajaran Melakukan Prosedur

Administrasi merupakan suatu pola pikir yang membuat siswa akhirnya

beranggapan bahwa mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi itu sulit dan

siswa tidak mampu mengikuti pelajaran dan tugas-tugas praktek yang diberikan

oleh guru. Keadaan ini sangat ironis, mengingat mata pelajaran ini merupakan

salah satu induk pelajaran dari SMK (SMEA) khusunya bidang Administrasi

Perkantoran yang menitik beratkan pelajaran pada keahlian korespondensi siswa

yang akhirnya membuat nilai untuk mata pelajaran Melakukan Prosedur

Administrasi menjadi tidak maksimal.

Peneliti merasa tergugah untuk membantu mengatasi masalah rasa kurang

menyukai siswa terhadap mata pelajaran yang mengakibatkan hasil belajar siswa

menjadi rendah. Hal ini mendorong peneliti untuk membuat suatu rancangan yang

dapat membantu para siswa dalam menyelesaikan persoalan tersebut, sehingga

para siswa dapat mengubah cara pandang mereka terhadap pelajaran ini.

Dalam proses pembelajaran, terdapat empat komponen penting yang

berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa yaitu bahan ajar, suasana belajar,
6

media dan sumber belajar serta guru sebagai subjek pembelajaran. Komponen-

komponen tersebut sangat mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Jika salah

satu komponen tidak mendukung maka proses pembelajaran tidak akan

memberikan hasil yang optimal.

Suasana belajar haruslah didesain sedemikian mungkin agar siswa dapat

menikmati suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. dengan situasi yang

nyaman dan menyenangkan, siswa akan lebih terfokus pada apa yang diberikan

dan tidak mudah terpecah pikirannya. Menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan menjadi salah satu ide penulis untuk mencoba membantu

mengatasi permasalahan ini. Suasana yang menyenangkan dapat membantu

mengatasi permasalahan belajar, mengurangi rasa tegang atau kejenuhan para

siswa dalam belajar, dan juga menanamkan rasa suka terhadap pelajaran. Apabila

siswa sudah menyukai pelajaran, maka akan lebih mudah bagi mereka untuk

menyerap semua materi yang diberikan.

Media dan sumber belajar yang digunakan harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dan dapat merangsang siswa untuk lebih

memperhatikan dan berupaya mengembangkan apa yang telah diterimanya. Tidak

hanya terletak pada persiapan dan kesesuaian dengan penetapan tujuan, media dan

sumber belajar juga harus dipilih dengan hati-hati dan bijaksana. Media dan

sumber belajar yang menarik, dan kreatif dapat membuat siswa merasa senang

dalam belajar dan tidak merasa jenuh dalam proses pembelajaran.


7

Guru sebagai subyek pembelajaran harus dapat memilih dan menyajikan

media dan sumber belajar yang tepat dan aktif serta menarik sehingga bahan

pelajaran yang disampaikan dapat diterima dan dikembangkan siswa dengan baik.

Keempat komponen yang telah disebutkan di atas merupakan bagian dari

pengembangan model pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dalam proses

belajar mengajar. Dewasa ini terdapat banyak sekali model pembelajaran yang

telah dikembangkan. Salah satu model pembelajaran yang sedang berkembang

yaitu model pembelajaran Quantum Teaching.

Model pembelajaran Quantum Teaching adalah sebuah model pembelajaran

yang merangkaikan semua unsur pembelajaran menjadi sebuah paket

multisensory, multi kecerdasan dan kompatibel dengan otak untuk merangsang

siswa berprestasi. Cara ini dapat memaksimalkan usaha pengajaran guru melalui

perkembangan hubungan, pengubahan belajar, dan penyampaian kurikulum serta

menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,

menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Quantum Teaching adalah

model pembelajaran yang sesuai dan mencakup ke empat komponen yang

dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

Untuk menimbulkan rasa suka siswa terhadap mata pelajaran kompetensi dan

juga menghilangkan rasa jenuh dan bosan terhadap pelajaran adalah dengan cara

menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran. Peneliti merasa

tertarik untuk menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan

harapan akan membuat suasana di kelas menjadi lebih menyenangkan dan


8

membuat interaksi di kelas dalam proses belajar mengajar akan menjadi lebih

maksimal.

Quantum teaching menguraikan beberapa metode atau cara-cara baru yang

akan memudahkan siswa dalam melakukan proses belajar mengajar lewat

pemanduan seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah. Apa pun mata pelajaran

yang diajarkan baik itu mata pelajaran sosial, umum bahkan mata pelajaran khusus

kejuruan seperti mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi akan lebih

mudah diserap siswa ketika menggunakan guru menggunakan model

pembelajaran Quantum teaching.

Beberapa sekolah terkemuka telah menggunakan Quantum teaching untuk

membantu proses belajar mengajar menjadi mengasyikkan dan menyenangkan

bagi siswa, membuat siswa merasa lebih bebas dalam berkreasi dan menunjukkan

kreativitas dengan bantuan guru secara penuh untuk menjadi siswa yang

berprestasi.

Quantum teaching memiliki banyak manfaat. Tidak hanya terbukti

meningkatkan motivasi siswa, penggunaan model pembelajaran Quantum

teaching dalam pembelajaran juga terbukti dapat meningkatkan nilai belajar,

meningkatkan rasa percaya diri siswa, meningkatkan harga diri dan membuat

siswa dapat menggunakan keterampilan yang telah didapat dari proses belajar

mengajar.
9

Dengan adanya berbagai pernyataan yang mengatakan bahwa model

pembelajaran Quantum teaching memiliki manfaat yang berarti di bidang

pendidikan, maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai

hal ini. Penulis mencoba memakai kekuatan model pembelajaran Quantum

Teaching untuk mengatasi fenomena pandangan tidak suka atau kurang menyukai

terhadap mata pelajaran khusus kejuruan khususnya pada mata pelajaran

melakukan prosedur administrasi.

Model pembelajaran Quantum teaching merupakan kolaborasi berbagai

interaksi belajar yang terdiri dari delapan unsur yaitu suasana pembelajaran,

landasan atau kerangka kerja, lingkungan pembelajaran, perancangan

pembelajaran yang dinamis, presentasi atau cara penyampaian materi,

pemberdayaan fasilitas, keterampilan hidup dan praktik. Kedelapan unsur inilah

yang akan dibuat dan dirancang sedemikian rupa agar menjadi sebuah model

pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran

melakukan prosedur administrasi.

Penulis mengambil tempat penelitian di kelas X SMK karena pada kelas

inilah awal siswa memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. SMK

merupakan jenjang pendidikan yang berbeda dari SD dan SMP. Di SMK siswa

dituntut untuk beradaptasi dengan mata pelajaran yang beragam dengan guru yang

berbeda gaya mengajarnya.


10

Hal-hal inilah yang menunutut para siswa harus beradaptasi dengan cepat.

Beberapa siswa yang merasakan kecemasan tidak dapat beradaptasi sehingga

mereka takut dan kemudian menimbulkan rasa tertekan (stress). Selain stress

siswa juga dapat merasa bosan dan kurang tertarik pada mata pelajaran

dikarenakan mereka menganggap belajar adalah sesuatu hal yang tidak

menyenangkan.

Masalah rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran khusus kejuruan

terutama pada mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi yang dirasakan

oleh SMK Nurul Iman Jakarta Timur salah satunya disebabkan oleh masih

digunakannya model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru, dimana

guru yang berperan aktif untuk menjalankan kegiatan belajar mengajar dan

memberikan materi kepada siswa. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar

masih sangat minim, dan metode yang seringkali digunakan adalah ceramah

bervariasi.

Hal ini mengundang ketertarikan peneliti untuk mencoba mengatasi suatu

permasalahan dalam hasil belajar mata pelajaran melakukan prosedur administrasi

di sekolah tersebut. Permasalahan ini nyata terjadi dan merupakan kewenangan

peneliti sebagai guru PPL yang mengajar mata pelajaran melakukan prosedur

administrasi tersebut untuk membantu mengatasi masalah tersebut, apabila

permasalahan tersebut tidak dapat dipecahkan maka nantinya akan sangat

berpengaruh pada hasil belajar siswa pada tingkat berikutnya, karena akan

semakin banyak mata pelajaran kejuruan pada tingkat selanjutnya.


11

Oleh sebab itu penulis merasa tertarik untuk mencoba melakukan penelitian

dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dengan mengangkat

judul penelitian Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Quantum Teaching Pada Mata Pelajaran Melakukan Prosedur

Adminstrasi Bagi Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran I (Penelitian Tindakan

Kelas di SMK Nurul Iman Jakarta Timur).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah : Apakah penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching dapat

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran melakukan prosedur administrasi di

kelas X Administrasi Perkantoran I?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran melakukan prosedur

administrasi melalui model pembelajaran Quantum Teaching.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Quantum teaching

dalam peningkatan kerjasama siswa dalam melakukan tugas kelompok

pada mata pelajaran melakukan prosedur administrasi.


12

3. Membantu mengatasi permasalahan mengenai pelajaran melakukan

prosedur administrasi yang selama ini dianggap sebagai salah satu mata

pelajaran yang tidak disukai siswa.

4. Mengetahui kendala-kendala yang dialami siswa dalam penggunaan model

pembelajaran Quantum Teaching.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Mengetahui dan menambah wawasan besarnya pengaruh model

pembelajaran Quantum teaching terhadap kecerdasan dan hasil belajar

siswa bagi penulis.

2. Membantu meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran

kejuruan khususnya mata pelajaran melakukan prosedur administrasi

3. Membantu mengatasi masalah rendahnya hasil belajar melakukan prosedur

administrasi dengan menggunakan model pembelajaran Quantum

Teaching.

4. Penelitian selanjutnya.
13

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis membahas tentang kerangka kepustakaan yaitu :

model pembelajaran Quantum Teaching, hasil belajar dan mata pelajaran

melakukan prosedur administrasi. Rincian tinjauan kepustakaan tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Quantum Teaching

Proses belajar/mengajar adalah fenomena yang kompleks. Hal ini

menunjukkan bahwa proses tersebut terdiri dari banyak bagian yang saling

berkaitan serta tiap bagian memiliki fungsi tersendiri yang bekerja dalam suatu

kaitan yang lekat dan utuh agar dapat mencapai keberhasilan.

Model pembelajaran adalah kerangka atau sistem pembelajaran yang

dibuat oleh guru, yang di dalamnya terdapat berbagai metode yang akan

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dan juga strategi yang akan digunakan

untuk menyampaikan materi kepada siswa, di dalam model inilah guru

mendeskripsikan bagaimana sebuah proses belajar mengajar akan berjalan,

dimulai dari penataan lingkungan belajar mengajar, pemilihan metode dan strategi

mengajar sampai kepada isi atau materi pelajaran yang akan disampaikan.

13
14

Menurut Bobbi De Porter, Quantum Teaching mencakup petunjuk

spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang


1
kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Hal ini jelas

menggambarkan bahwa Quantum Teaching adalah salah satu model pembelajaran

yang dapat digunakan untuk mengubah model pembelajaran konvensional yang

selama ini digunakan dan kurang sesuai dengan kondisi siswa.

Beberapa pengertian Quantum Teaching yang dikemukakan oleh para ahli,

yaitu sebagai berikut :

Menurut Bobbi DePorter, Mark Reardon dan Sarah Singer Nourie

Quantum Teaching, adalah :

Badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam


rancangan, penyajian dan fasilitasi SuperCamp. Diciptakan berdasarkan
teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple
Inteligences (Gardner), Neuro Linguistic Programming (Grinder &
Bandler), Experential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative
Learning (Johnson & Johnson) dan Elements of Effective Instruction
(Hunter), merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah
paket multisensory, multi kecerdasan dan kompatibel dengan cara bekerja
otak yang pada akhirnya- akan melejitkan kemampuan guru untuk
2
mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi.

Menurut Isjoni, Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang

meriah, dengan segala nuansanya. Sistem pembelajaran ini menyertakan segala


3
kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.

1 Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie. 2010. Quantum Teaching. Terjemahan Ary
Nilandari. Kaifa. Bandung. h. 32-33
2 Ibid.
3 Isjoni. Mendayagunakan Teknologi Pengajaran. Pekanbaru : UNRI Press, 2005). h. 57
15

M. Sobry Sutikno menjelaskan bahwa, Quantum Teaching adalah kiat,

petunjuk, strategi dari seluruh proses belajar yang dapat mempertajam

pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang
4
menyenangkan dan bermanfaat. Sedangkan Lasa HS mengemukakan :

Quantum Teaching merupakan sistem pembelajaran yang diciptakan


berdasarkan pilar-pilar teori pendidikan klasik yang disintesiskan menjadi
suatu media yang digunakan. Metode ini menawarkan banyak ide dan
kreativitas yang melibatkan semua unsur untuk berperan aktif dalam proses
belajar mengajar. Dengan penciptaan lingkungan, sikap dan struktur
sedemikian rupa menyenangkan, maka akan mampu mendorong siswa
untuk mencapai keberhasilan. 5

Menurut Mahmun, Quantum Teaching dapat diartikan sebagai orkestrasi


6
bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan sekitar moment belajar.

Sedangkan menurut Isjoni Quantum Teaching merangkaikan hal yang paling

baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multisensori, multikecerdasan dan

kompatibel dengan otak yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan murid

untuk berprestasi.7

Psychemate mengemukakan bahwa Quantum Teaching adalah sebuah

program yang mengizinkan pendidik untuk memahami perbedaan gaya


8
pembelajaran para siswa di dalam kelas.

4 M. Sobry Sutikno. Pendidikan Sekarang dan Masa Depan. Lombok : NTP Press, 2006. h. 82
5 Lasa HS. Metode pembelajaran Quantum Teaching. PUSARA, 70. Edisi Maret-April 2001. h.17
6 Mahmun. Quantum Teaching, Pembelajaran yang Menyenangkan.
(http://mahmun.wordpress.com/2008/03/12/quantum-teaching-pembelajaran-yang-menyenangkan/)
7 Isjoni. Op Cit. h.58
8 Psychemate. Quantum Teaching. (http://psychemate.blogspot.com/2007/12/quantum-teaching.html)
16

Miftahul Ala mengemukakan bahwa Quantum Teaching adalah metode

yang akan menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan


9
pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Quantum Teaching

adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada kemeriahan nuansa dan

suasana belajar, sehingga membuat belajar menjadi suatu proses yang

menyenangkan, dan melibatkan semua unsur yang ada dalam kegiatan belajar

mengajar untuk mendapatkan sebuah hasil yang terbaik yang dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa secara maksimal. Tidak hanya memandang dari sisi hasil

yang dicapai siswa, tetapi juga dari keseluruhan proses yang berlangsung,

merangkaikan semua hal yang terbaik untuk menjadi sebuah paket multiguna

yang dapat melejitkan prestasi siswa dan juga untuk memahami bagaimana

pembelajaran siswa di dalam kelas.

Bobbi De Porter, dkk mengemukakan tiga kata kunci yang menjadi inti

Quantum Teaching adalah sebagai berikut :

Quantum, yaitu interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, atau


dengan kata lain interaksi yang mengefektifkan potensi guru dan siswa
secara optimal; Pemercepatan Belajar, yaitu usaha menyingkirkan
hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja
menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan
pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian, dan partisipasi aktif; serta
Fasilitasi, yaitu usaha untuk memudahkan segala hal dalam proses
belajar. 10

9 Miftahul Ala. Quantum teaching. Yogyakarta : Diva Press, 2010. h.56


10 Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie. Op cit. h. 34
17

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Quantum Teaching

adalah sebuah model pembelajaran yang menguban interaksi pembelajaran agar

lebih efektif dengan cara menyingkirkan hambatan dalam proses belajar dengan

melakukan tiga hal yaitu mengefektifkan semua potensi yang ada, melaksanakan

percepatan belajar dan juga memfasilitasi kegiatan belajar agar dapat berjalan

dengan sangat baik.

a. Asas utama Quantum Teaching

Quantum Teaching bersandar pada konsep : bawalah dunia mereka ke dunia

kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Konsep ini mengingatkan

setiap guru tentang pentingnya memasuki dunia siswa sebagai langkah

pertama untuk mendapatkan hak mengajar dari siswa. Cara memasuki dunia

siswa adalah mengaitkan materi ajar dengan peristiwa, pikiran atau perasaan

yang diperoleh dari berbagai aspek kehidupan. Setelah kaitan itu terbentuk,

guru baru bisa membawa siswa untuk memasuki dunia guru dan memberikan

pemahaman mengenai model, mental, rumus dan hal-hal baru diajarkan.

Dengan demikian, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam

dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru.

b. Prinsip-prinsip Quantum Teaching

Menurut Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching mempunyai lima prinsip

kebenaran yang mempengaruhi seluruh aspek Quantum Teaching, yaitu :


18

1) Segalanya berbicara. Artinya, segalanya dari lingkungan kelas mengirim


pesan tentang belajar. Oleh karena itu, guru harus mengatur semuanya
sehingga tidak menimbulkan kesan negatif bagi siswa.
2) Segalanya bertujuan. Sebuah komunitas belajar sebaiknya memiliki
tujuan yang sama. Tujuan yang sama bagi seluruh siswa adalah
mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang
baik, berintegrasi sesama siswa, dan mengembangkan keterampilan
penting lainnya.
3) Pengalaman sebelum pemberian nama. Otak berkembang dengan
rangsangan kompleks yang menggerakan rasa ingin tahu. Karena itu,
proses belajar paling baik terjadi setelah siswa menjalani informasi
sebelum mereka tahu nama dari kegiatan yang mereka pelajari.
4) Akui setiap usaha. Belajar mengandung resiko sehingga saat siswa
mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas
kepercayaan diri mereka. Ketika siswa berani untuk melakukan suatu
kegiatan belajar, maka mereka berhak mendapatkan pengakuan atas
keberanian, kepercayaan diri dan keberhasilan yang diperoleh.
5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan memberikan
umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif
dengan belajar. Perayaan pada setiap keberhasilan belajar siswa merupakan
11
pendorong istimewa untuk mengulang keberhasilan itu.

Dari kelima prinsip Quantum Teaching di atas sangat terlihat bahwa dalam

model pembelajaran ini sangat memperhatikan optimalisasi usaha dan potensi

guru tanpa mengabaikan usaha dan potensi siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam Model Quantum Teaching terdapat dua bagian utama, yaitu konteks

dan isi (context dan content).

1) Konteks

Konteks adalah latar untuk mengajar bagi guru. konteks terkait dengan

kondisi eksternal yang bisa mempengaruhi kondisi internal (seperti : suasana,

landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, serta rancangan belajar

yang dinamis) dengan penjelasan sebagai berikut :

11
Ibid. h. 36-37
19

a) Suasana yang memberdayakan

Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas

adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis.

Hal-hal kunci untuk membangun suasana yang kondusif adalah :

(1) Kekuatan terpendam niat. Niat kuat seorang guru seperti kepercayaan

akan kemampuan dan motivasi siswa, harus terlihat secara jelas. Studi-

studi menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya

memuaskan, menantang dan ramah serta mereka mempunyai suara

dalam pembuatan keputusan.

(2) Jalinan rasa simpati dan saling pengertian. Untuk menarik keterlibatan

siswa, guru harus menjalin rasa simpati dan saling pengertian dengan

mengetahui apa yang disukai, cara piker, perasaan mengenai hal-hal

yang terjadi dalam kehidupan, serta apa yang menghambat siswa

untuk memperoleh hal yang benar-benar diinginkan.

(3) Keriangan. Tiga cara untuk menciptakan lebih banyak kegembiraan

dalam pengajaran yaitu menggunakan saran positif dan afirmasi diri

untuk mempengaruhi pembangunan identitas siswa, mengakui

rangkaian proses belajar dan menanamkan bibit kesuksesan, yaitu

menghubungkan belajar dengan perayaan.

(4) Pengambilan resiko. Untuk menghidupkan suasana pembelajaran,

diperlukan keberanian mengambil resiko yang akan membawa unsur

tantangan ke dalam ruangan kelas.


20

(5) Keteladanan. Memberi teladan adalah salah satu cara yang ampuh

untuk membangun hubungan yang memberikan dampak yang kuat

bagi siswa.

b) Landasan yang kukuh

Landasan yang kukuh berperan sebagai bagian yang penting dari

komunitas belajar. Unsur-unsurnya adalah :

(1) Tujuan. Setiap guru hendaknya menentukan sendiri tujuan komunitas

belajarnya serta mengkomunikasikan rumusan tujuan tersebut kepada

siswa setiap awal periode pembelajaran dan tetap mengarahkan siswa

selama proses pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

(2) prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip mirip dengan kesadaran bersama.

Prinsip-prinsip ini akan menuntun perilaku dan membantu tumbuhnya

lingkungan yang saling mempercayai dan mendukung, yang dapat

membangun landasan pembelajaran yaitu : integritas (kejujuran),

kegagalan awal kesuksesan, bicara dengan niat baik, hidup di saat ini,

komitmen, tanggung jawab, sikap luwes atau fleksibel dan

keseimbangan.

(3) keyakinan akan kemampuan belajar, pengajar, dan mengajar.

Keyakinan akan mempengaruhi tindakan dan perilaku. Oleh karena

itu, guru hendaknya mulai mengajar dari sudut pandang bahwa guru

tersebut adalah seorang guru yang luar biasa dengan siswa-siswa yang

sangat berbakat.
21

(4) kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan. Kesepakatan kelas

merupakan daftar cara sederhana untuk melancarkan jalannya

pelajaran. Kebijakan adalah menjelaskan urutan tindakan untuk situasi

tertentu. Prosedur adalah memberi tahu siswa apa yang diharapkan dan

tindakan yang harus diambil. Sedangkan peraturan bersifat lebih keras

daripada kesepakatan dan kebijakan, rasa tanggung jawab siswa

terhadap peraturan akan lebih besar apabila mereka terlibat dalam

pembuatannya.

c) Lingkungan yang mendukung

Konsep penataan lingkungan kelas yang mendukung pembelajaran dan

meningkatkan daya ingat siswa adalah sebagai berikut :

(1) Lingkungan sekeliling. Cara yang dapat digunakan untuk menciptakan

lingkungan yang mendukung diantaranya : penggunaan poster ikon

dan poster afirmasi untuk menguatkan keyakinan tentang belajar dan

materi yang diajarkan.

(2) Alat bantu. Alat bantu dapat membantu pembelajaran siswa dengan

modalitas visual, audio dan kinestetik.

(3) Pengaturan bangku. Pengaturan bangku berperan penting dalam

proses belajar. Seorang guru bebas menyuruh siswa mengatur bangku

untuk memudahkan interaksi belajar.

(4) Tumbuhan, aroma dan unsur organik lain. Tumbuhan dapat digunakan

di dalam ruangan kelas untuk menambah oksigen yang bisa masuk ke


22

otak sehingga meningkatkan fungsi otak. Aroma dapat digunakan di

ruangan untuk menciptakan efek ketenangan, relaksasi, dan

kewaspadaan mental.

(5) Musik. Musik dapat digunakan untuk menata suasana hati,

meningkatkan hasil belajar yang diinginkan, dan menyoroti hal-hal

penting. Menurut Bobbi De Porter, relaksasi yang diiringi dengan

musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi.12

Jenis musik yang digunakan sangat berpengaruh terhadap

pembelajaran. Menurut Bobbi DePorter, penelitian mendukung

penggunaan barok dan musik klasik untuk merangsang dan

mempertahankan lingkungan belajar optimal.13 Karena itulah peneliti

menggunakan musik klasik untuk dijadikan latar belakang dalam

pembelajaran.

d) Rancangan belajar yang dinamis

Perancangan pengajaran yang dinamis berdasarkan konsep Quantum

Teaching harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(1) Pemahaman siswa tentang manfaat pelajaran. Alasan utama siswa

tidak mendengarkan atau tidak menyukai guru adalah biasanya guru

tidak memahami siswa sehingga menghambat siswa untuk memahami

manfaat pelajaran yang dipelajari.

12 Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. Quantum Learning. Bandung : Kaifa. 2003. h.72
13 Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie. Op cit. h. 111
23

(2) Modalitas Visual Auditorial - Kinestetik. Ketika membuat sebuah

rancangan pengajaran, guru hendaknya menginformasikan tentang

gaya belajar dengan tiga modalitas tersebut agar siswa mengetahui

modalitas dominan yang mereka miliki serta mengetahui cara terbaik

untuk belajar sesuai dengan modalitas tersebut.

(3) Kerangka pengajaran Quantum Teaching. Kerangka pengajaran

Quantum Teaching dilandasi oleh enam tahapan prinsip pengajaran,

Kerangka tersebut dikenal dengan nama kerangka TANDUR yaitu :

Tumbuhkan (Tumbuhkan merupakan tahap menumbuhkan minat

siswa terhadap pembelajaran yang akan dilakukan.),

Alami (Alami merupakan tahap saat guru menciptakan atau

mendatangkan pengalaman yang dapat dimengerti semua siswa.),

Namai (Tahap namai merupakan tahap memberikan kata kunci,

konsep, model, rumus atau strategi atas pengalaman yang telah

diperoleh siswa.),

Demonstrasikan (Tahap demonstrasikan memberi kesempatan

siswa untuk menerapkan pengetahuannya ke dalam pembelajaran

yang lain dan ke dalam kehidupan mereka.),

Ulangi (Pengulangan akan memperkuat koneksi saraf sehingga

menguatkan struktur koqnitif siswa. Semakin sering dilakukan

pengulangan, pengetahuan akan semakin mendalam.),


24

Rayakan (Rayakan merupakan wujud pengakuan untuk

penyelesaian, partisipasi dan perolehan ketrampilan dan ilmu

pengetahuan. Bisa dilakukan dengan pujian, tepuk tangan).

(4) Tipe kecerdasan siswa. Menurut Bobbi De Porter dkk, Ada delapan

tipe kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa, yaitu : Spasial-

Visual, Linguistik-Verbal, Interpersonal, Musikal-Ritmik, Naturalis,

14
Badan-Kinestetik, Intra-Personal dan Logis-Matematis.

Berdasarkan tipe kecerdasan tersebut, dapat kita mengerti bahwa tidak

setiap siswa memiliki kemampuan dan sikap yang sama terhadap

pelajaran, sehingga guru hendaknya lebih bijaksana dalam

merumuskan rencana pengajaran agar setiap siswa dengan tipe

kecerdasan berbeda-beda tersebut merasa lebih diperhatikan. Oleh

karena itu diperlukan variasi metode mengajar dalam penyampaian

materi yang disesuaikan dengan tingkat kerumitan dan alokasi waktu

yang disediakan.

2) Isi
Isi adalah materi yang dimainkan di atas latar, isi pun identik dengan
penampilan dan penyajian yang prima dari seorang Quantum Teacher. Unsur-
unsur yang merupakan bagian dari seksi ini adalah sebagai berikut :
a) Pengajaran dengan penyajian yang prima

Pengajaran dengan penyajian prima menuntut setiap guru untuk memiliki

karakter sebagai berikut : antusias, berwibawa, supel, humoris, luwes, tulus

(memiliki niat dan motivasi positif), menarik dan tertarik

14
Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie. Op cit. h. 138-139
25

(mengaitkan setiap informasi dengan pengalaman hidup siswa dan peduli

akan diri siswa), menganggap siswa mampu.

Seorang guru dapat menyajikan pelajaran dengan prima jika memiliki

kepribadian bersegi banyak, kemampuan menampilkan banyak peran,

kemampuan berhubungan dengan beragam siswa, tekad menjadi fleksibel,

mau bertindak optimal, dan keinginan kuat bekerja sama dengan siswa.

b) Pengajaran dengan fasilitas yang luwes dan elegan

Menurut Bobbi DePorter dkk pengajaran dengan fasilitas yang luwes dan

elegan harus dimiliki oleh seorang Quantum Teacher harus mampu

menciptakan fasilitas interaksi antara pelajar dengan kurikulum yaitu

memudahkan siswa berpartisipasi dalam pembelajaran dengan

memberikan umpan balik sesuai dengan partisipasi siswa, menyajikan

informasi dengan jeda dalam sebuah segmen sehingga tidak terkesan

monoton dan overload bagi siswa, mengulang informasi sesering mungkin,

dan menciptakan strategi berfikir dengan mengadakan tanya jawab

15
belajar. Tanya jawab belajar merupakan bagian yang penting dalam

pembelajaran sesuai dengan pendapat Hollingsworth yang mengatakan

bahwa : Questioning is the heart of the teaching (Pertanyaan adalah

16
jantungnya pengajaran).

c) Pengajaran keterampilan belajar-untuk-belajar

Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie mengemukakan

15 Ibid. h. 184
16 Paul M. Hollingsworth. Questioning : Heart Of Teaching. (http://www.jstor.org/pss/30180930)
26

Hal-hal yang harus dilakukan guru untuk mengajarkan cara belajar ke pada
siswa adalah menyampaikan informasi mengenai gaya belajar/modalitas
Visual, Audiovisual dan Kinestetik dan cara-cara belajar sesuai dengan
modalitas yang dimiliki setiap siswa, keadaan prima untuk belajar, cara
17
mengorganisasi informasi, dan cara membaca yang baik.
d) Keterampilan hidup

Bobbi De Porter, dkk mengemukakan mengenai definisi dan gambaran

mengenai keterampilan hidup yang diajarkan kepada siswa yaitu :

Hal yang perlu diajarkan kepada siswa agar memiliki keterampilan hidup
adalah konsep hidup di atas dan di bawah garis serta sikap-sikap yang
menunjang. Konsep hidup di atas garis berarti tanggung jawab atas
tindakan dan mau memperbaiki, menemukan solusi dan menemukan cara
untuk menjadi lebih efektif. Sikap yang menunjang untuk hidup di atas
garis diantaranya : bertanggung jawab, punya kemauan, menentukan solusi
dan mampu menanggapi. Adapun konsep hidup di bawah garis adalah
keadaan sebaliknya dari penjelasan di atas. Sikap umum yang dimiliki
diantaranya : menyalahkan orang lain, membenarkan kesalahan,
18
mengingkari dan menyerah.

Tugas guru dalam hal ini bukan hanya mengajarkan secara teoretis tetapi

juga secara praktis dan konsisten sesuai dengan konsep Quantum Teacher yang

harus mampu menjadi teladan bagi siswa. Pengajaran secara praktis dan konsisten

menciptakan sebuah proses penananaman sikap secara berkesinambungan bukan

sekedar pengajaran yang bersifat tentatif.

Dengan demikian, jelas bahwa model pembelajaran Quantum Teaching

merupakan model pembelajaran yang lebih mengutamakan keharmonisan

interaksi antara siswa, guru, fasilitas dan keterampilan-keterampilan pendukung.

Quantum Teaching bukan sekedar model pembelajaran baru yang mengeksploitasi

17 Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie. Op cit. h. 209-243

18 Ibid. h. 245-261
27

kemampuan siswa atau guru, yang hanya di arahkan untuk mencapai penguasaan

kemampuan yang sifatnya akademis, atau sekedar cerdas secara kognitif, tetapi

lebih memperhatikan keseimbangan penguasaan kemampuan akademis dan

kemampuan lainnya yang akan sangat bermanfaat untuk siswa dalam

kehidupannya, tidak hanya di sekolah tapi juga di keluarga dan di masyarakat,

untuk saat ini dan untuk masa yang akan datang.

2. Hasil Belajar

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk menguasai pengetahuan,

kemampuan, kebiasaaan, keterampilan dan sikap melalui hubungan timbal balik

antara orang yang belajar dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu proses yang

aktif, artinya orang yang belajar itu ikut serta dalam proses itu dengan aktif.

Hilgard yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata mengemukakan bahwa

learning is the procces by which an activity originates or is changed through


19
training procedures. Yang berarti belajar adalah proses yang berupa aktivitas

atau perubahan melalui prosedur latihan.

Sedangkan menurut Sardiman, belajar dapat dikatakan sebagai suatu

proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin

20
berwujud pribadi, fakta, konsep, ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu

maksud bahwa proses interaksi itu adalah proses internalisasi dari sesuatu ke

19 Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada , 2008). h.232
20 Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008) h. 22
28

dalam proses diri yang belajar dan dilakukan secara aktif dengan segenap panca

indra yang ikut berperan.

Pengertian belajar menurut pandangan modern salah satu diantaranya

dikemukakan oleh Morgan dalam buku Introduction to Physicology yang dikutip

oleh Ngalim Purwanto, yaitu belajar adalah setiap perubahan yang relatih

menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman. 21

Belajar merupakan sesuatu yang sangat kompleks sehingga tidak dapat

dikatakan dengan pasti apa sebenernya pengertian mutlak dari belajar. Banyak

yang beranggapan bahwa belajar adalah menuntut ilmu atau mencari ilmu. Dalam

proses belajar itu siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang pelajaran

yang diikutinya. Pengetahuan baru itu merupakan hasil belajar berupa kognitif

(pemahaman), ini jelas bahwa perubahan yang terjadi dari proses belajar itu adalah

berupa kepandaian, kecerdasan atau intelektualitas.

Pendapat lain menyatakan bahwa belajar adalah segala aktifitas atau

kegiatan psikis sehingga hasilnya merupakan perbuatan psikis, seperti sikap dan

tingkah laku. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengatakan bahwa,

22
belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.

Belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dimana kegiatan itu timbul

atau berubah menurut prosedur-prosedur latihan (baik di dalam laboratorium

ataupun dilingkungan alam luar) seperti yang dibedakan dari perubahan-

21 Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2007. h.84


22 Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : PT Rineka Cipta. 2006) h. 10
29

perubahan oleh faktor-faktor yang tidak dianggap latihan. Belajar adalah kegiatan

yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar

yang dialami siswa baik ketika berada di dalam sekolah maupun di lingkungan

rumah atau keluarganya sendiri.

Dalam arti luar hakikat belajar adalah tahapan perubahan perilaku siswa

yang relative positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif. Dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah

siswa selalu dituntut untuk serius dalam pelajaran, karena dengan potensinya

siswa akan dapat menyesuaikan diri dan mendapatkan pengertian-pengertian baru

serta membawa perubahan baru.

Beberapa definisi lain tentang belajar yang dikutip oleh Sardiman antara

lain dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in


behavior as a result of experience. (Belajar adalah menunjukan
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman).
2. Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read,
to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
(Belajar adalah untuk mengamati, untuk membaca, untuk menirukan,
untuk mencoba sesuatu sendiri, untuk mendengarkan, untuk mengikuti
arahan).
3. Geoch mengatakan : Learning is a change in performance as a result
of practice.(Belajar adalah perubahan kinerja sebagai sebuah hasil
23
latihan).

23
Sardiman A.M. Op cit. h. 20
30

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu

senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subjek belajar

itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.

Belajar dipengaruhi oleh lingkungan tempat siswa belajar, serta dibutuhkan

keikutsertaan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Orang yang belajar

perlu mengatur lingkungannya agar turut menunjang keberhasilan belajar. Baik

dari lingkungan keluarga, lingkungan bermain maupun lingkungan sekolah

ditempat siswa tersebut berada.

Dalam belajar, tidak hanya diperngaruhi oleh lingkungan namun terdapat

beberapa faktor lain yang mempengaruhi. Seperti yang dikemukakan oleh

Muhibbin Syah, bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar,

diantaranya :

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa)


Yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
Yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode
yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-
24
materi pelajaran.
Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas merupakan beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, dan faktor-faktor tersebut

akan saling mendukung satu dengan lainnya.


24
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2010. h.129
31

Setelah proses belajar mengajar dilakukan, siswa menerima informasi dan

masukan baru yang belum pernah didapatkan sebelumnya, kemudian siswa

menjalani prosesnya sampai kepada terjadinya perubahan pada diri siswa,

perubahan yang terjadi inilah yang disebut dengan hasil belajar.

Menurut A. Z. Romiszowski, hasil belajar merupakan keluaran (output)

dari suatu sistem pemrosesan (input).25 Dalam hal ini masukan dari sistem

tersebut berupa bermacam-macam informasi, sedangkan keluaran adalah

perbuatan/kinerja (performance). Sedangkan menurut Mulyono Abdurahman

hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah anak melalui kegiatan
26
belajar.

Nana Sudjana menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.27

Selanjutnya Nana Sudjana menjelaskan bahwa dalam penilaian hasil belajar,

peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku

yang diinginkan untuk dikuasai oleh siswa menjadi unsur penting sebagai dasar

acuan penilain.

Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Hamalik, yaitu :

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada orang yang
telah belajar, misalnya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar akan tampak pada setiap
perubahan pada aspek-aspek antara lain : pengetahuan, emosional,

25 Mulyono Abdurrahman. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. h.
38
26 Ibid.
27 Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2005. h.3
32

pengertian, hubungan sosial, kebiasaan, jasmani, keterampilan, etika dan


28
budi pekerti, apresiasi, dan sikap.

Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keluaran (output), kemampuan baru dan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai

sikap seluruh kecakapan dan hasil yang dinyatakan dengan angka-angka atau

nilai-nilai yang diukur dengan tes hasil belajar yang didapatkan dari sistem

masukan (input) yang diperoleh dari informasi dan proses serta kegaiatan belajar

mengajar yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan.

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut

terutama terjadi berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak

pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru

dan siswa. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tindak mengajar. Pengertian hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono, yaitu :

Hasil belajar adalah berkat tindakan guru dalam pencapaian tujuan


pengajaran serta merupakan peningkatakn kemampuan siswa. Dari segi
siswa, belajar merupakan kegiatan peningkatan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik menjadi lebih baik. Siswa yang belajar berarti
menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap
lingkungannya. 29

Berdasarkan penelitian Bloom, Kratwohl dan Simpson yang dikutip oleh

Dimyati dan Mudjiono, perubahan tingkah laku yang didapat setelah proses

belajar dapat diamati melalui tiga ranah, yaitu :

28 Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2008, h. 30


29 Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006. h. 250
33

a) Ranah Kognitif, penilaian ketercapaian hasil belajar dilihat dari segi


kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran.
b) Ranah Afektif, penilaian ketercapaian hasil belajar dilihat dari segi
kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan reaksi-reaksi yang
berbeda dengan penalaran.
c) Ranah Psikomotorik, penilaian ketercapaian hasil belajar dilihat dari segi
kemampuan yang mengutamakan keterampilan. 30
Jadi, hasil belajar adalah informasi yang mencerminkan perubahan tingkah

laku dan kemampuan pribadi siswa melalui penilaian ketercapaian proses belajar

yang dilihat dari segi kemampuan secara kognitif, afektif dan psikomotorik.

3. Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi


Dalam Kurikulum KTSP SMK, mata pelajaran melakukan prosedur

administrasi merupakan mata pelajaran produktif .

a. Pengertian Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi

Melakukan prosedur administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan

dengan surat menyurat atau korespodensi di dalam dunia kerja. Surat

menyurat memegang peranan yang penting di dalam dunia kerja sehingga

surat harus ditangani secara khusus dan profesional dan oleh orang yang betul-

betul mampu menangani secara baik dan terorganisir.

b. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi

Fungsi Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi adalah

mengembangkan kemampuan siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik

tentang kegiatan korespodensi yang sangat penting dikuasai oleh lulusan SMK

dalam dunia kerja juga kehidupan sehari-hari.

30
Ibid. h. 26-30
34

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi

Sub Kompetensi Lingkup Belajar


1.Proses dokumen-dokumen kantor a. Tata persuratan

b. Tata naskah/ dokumen kantor

2.Dasar Surat Menyurat a. Bahasa Surat Bisnis

b. Bahasa Surat Dinas

3.Mengurus/ menjaga sistem dokumen a. Macam-macam dokumen-dokumen kantor

b. Referensi dan sistem indeks

c. Sistem penomoran surat

d. Sistem Evaluasi Hasil Belajar

Menurut Ralph Tyler, evaluasi merupakan sebuah prosentase pengumpulan

data untuk menentukan sejauh mana dalam hal apa, dan bagaimana tujuan

31
pendidikan sudah tercapai. Menurut Dimyati yang dimaksud dengan

evaluasi hasil belajar adalah proses untuk menentukan nilai belajar siswa

melalui kegiatan penilaian dan/atau penguluran hasil belajar.32 Berdasarkan

pengertian evaluasi hasil belajar kita dapat ketahui bahwa tujuan utamanya

adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai

dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.

Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan

ditujukan untuk keperluan berikut ini :

a) Untuk diagnostik dan pengembangan,

b) Untuk seleksi,

31 Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 2009. h. 3


32 Dimyati, Mudjiono. Op Cit. h. 200
35

c) Untuk kenaikan kelas,

d) Untuk penempatan.

Sistem evaluasi hasil belajar yang digunakan di SMK Nurul Iman Jakarta

Timur yaitu menggunakan tes formatif dan tes sumatif. Arikunto

mengemukakan bahwa :

Tes sumatif adalah tes yang memberikan tanda kepada siswa bahwa
mereka telah mengikuti program dan untuk menentukan posisi kemampuan
siswa dibandingkan dengan kawan atau kelompoknya, maka tidak
diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai.
Sedangkan tes formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir
program belajar mengajar(PBM) untuk melihat tingkat keberhasilan PBM
itu sendiri.33

Jadi mata pelajaran melakukan prosedur administrasi merupakan mata

pelajaran yang mengajarkan kegiatan yang berhubungan dengan surat menyurat

atau korespodensi di dalam dunia kerja, serta kemampuan menata dokumen-

dokumen yang terdapat dalam pekerjaan administrasi kantor.

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian

dan kajian teori maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :

Dengan penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching dapat

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran melakukan prosedur

administrasi pada siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMK Nurul Iman

Jakarta Timur.

33
Arikunto. Op Cit. h. 47-48
36

BAB III

PROSEDUR / METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa SMK kelas X Jurusan Administrasi

Perkantoran I, yang bersekolah di SMK Nurul Iman Jakarta Timur, sebanyak 32

siswa. Subyek dipilih di SMK Nurul Iman Jakarta Timur karena merupakan

tempat peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL), dimana hasil

belajar mata pelajaran melakukan prosedur administrasi siswa kurang memuaskan

dan interaksi belajar mengajar masih sebatas pemberian materi saja

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Nurul Iman Jakarta Timur yang

beralamat di Jalan Pisangan Baru Timur Nomor 4 Jakarta Timur. Karena sekolah

tersebut merupakan tempat penulis melakukan kegiatan Praktek Pengajaran

Lapangan (PPL) sehingga peneliti dapat melakukan secara bersamaan antara PPL

dengan penelitian skripsi.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, sejak bulan April sampai

Juni 2011. Waktu inilah yang dianggap efektif bagi peneliti melakukan penelitian.

36
37

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK).

Menurut McNiff, metode penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelitian

reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan

sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar.1 Sedangkan menurut

Sumadi Suryabrata, penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan

masalah dengan penerapan langsung.2 Hal ini berarti penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk memberikan solusi dari suatu

masalah yang ada dalam proses pembelajaran di kelas. Hasil dari penelitian ini

akan dijabarkan dalam kalimat-kalimat serta angka-angka yang akan dipakai untuk

menyimpulkan data-data tersebut.

Penelitian ini harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam

kelas. Menurut Arikunto, dkk. kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu

3
yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Pada penelitian ini penulis dibantu oleh dua kolaborator. Kolaborator satu

adalah Dra. Yeti Suciati sebagai guru mata pelajaran Melakukan Prosedur

Administrasi di kelas X AP SMK Nurul Iman Jakarta Timur. Kolaborator dua

adalah Sari Pertiwi sebagai teman sejawat penulis. Kedua kolaborator ini akan

melaksanakan fungsinya masing-masing guna membantu dalam penelitian ini.

1 Wijayah Kusumah, Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Indeks. 2009.
h.20
2 Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2003. h.94
3 Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2008. h. 58
38

Peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis &

McTaggart. Menurut Sukardi, model ini menggunakan empat komponen

4
penelitian tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Untuk

lebih jelasnya mengenai siklus Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis &

McTaggart, dibawah ini gambar tentang siklus penelitian, yaitu sebagai berikut :

SIKLUS PELAKSANAAN PTK

Gambar III. 1.
Siklus PTK Menurut Kemmis & Taggart, 1990.
Sumber : Wijaya Kusuma, Dedi Dwigatama. Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. (Jakarta : Indeks, 2009). h. 21

4
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2005. h.
214
39

Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu

siklus. Langkah-langkah pelaksanaan tindakan penelitian ini menggunakan prinsip

siklus. Siklus merupakan putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi. Pada penelitian

tindakan kelas ini, peneliti menggunakan tiga siklus. Adapun rincian tahapan

kegiatan penelitian tindakan kelas mulai dari siklus pertama sampai dengan siklus

ketiga yaitu :

I. Siklus Pertama

1. Perencanaan

Pada siklus pertama peneliti dan kolaborator merencanakan pembelajaran

melakukan prosedur administrasi pada siswa kelas X AP I SMK Nurul Iman

Jakarta Timur yang sebelumnya pernah dikaji dalam observasi awal. Peneliti

bertindak sebagai guru dan dibantu oleh teman sejawat (kolaborator) dan

guru mata pelajaran melakukan prosedur administrasi yang bertindak

sebagai guru pamong (kolaborator).

Pada siklus ini peneliti dan guru pamong sudah menentukan materi yang

akan di gunakan untuk objek penelitian pada saat observasi awal. Dan

peneliti juga menentukan soal post-test dan lembar jawaban post-test untuk

pelaksanaan tindakan. Serta peneliti menyiapkan pertanyaan yang akan

didiskusikan dalam pembelajaran.

Pada siklus I proses pembelajaran model Quantum teaching akan dilakukan

dengan :
40

1. Pengaturan kursi siswa membentuk huruf U, disesuaikan dengan metode

yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu diskusi

umum.

2. Pembuatan dan penggunaan poster afirmasi tersebar diseluruh dinding

ruangan kelas, agar siswa dapat selalu membaca dan termotivasi untuk

belajar.

3. Penggunaan iringan musik klasik ketika proses belajar mengajar

berlangsung. Namun sekali-sekali akan diputarkan musik pop modern

sebagai jeda pembelajaran.

4. Penggunaan metode numbered heads together dilanjutkan dengan

presentasi berkelompok dalam proses pemberian materi.

5. Penggunaan teknologi multimedia yaitu penayangan video

menggunakan LCD proyektor.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri dari dua bagian yang

dibagi menjadi dua pertemuan, pertemuan pertama sebagai persiapan dan

pengenalan model pembelajaran Quantum Teaching dan pertemuan kedua

sebagai dimulainya proses penerapan tindakan.


41

PERTEMUAN I

KEGIATAN PENJELASAN
A. Kegiatan - Guru telah menunggu 5 menit sebelum pembelajaran dimulai di
Awal kelas eksperimen (lab multimedia), dengan memutar musik pop
modern untuk menunggu siswa memasuki kelas.
- Guru mengabsen siswa yang masuk dan mengatur tempat duduk
siswa.
- Siswa masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi yang telah diatur
membentuk huruf U.
- Guru menayangkan video berdurasi 6 menit mengenai
SuperCamp, sekolah khusus yang menggunakan model Quantum
teaching dalam proses belajar mengajar.

- Guru menjelaskan garis besar rencana perubahan metode


pembelajaran yang akan diterapkan di kelas Guru menjelaskan
manfaat dan tujuan penerapan model pembelajaran Quantum
Teaching, dengan mengaitkan video yang telah ditayangkan
sebelumnya.
- Guru menjelaskan seluruh kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran pada pokok bahasan yang bersangkutan serta
perangkat-perangkat yang diperlukan selama pembelajaran yaitu
poster afirmasi, poster ikon, alat peraga, alat bantu, pengenalan
variasi pengaturan bangku, penambahan unsur tumbuhan dan
pernik lain yang memperindah ruangan kelas.

B. Kegiatn - Guru membagi siswa ke dalam kelompok/tim yang beranggotakan


Inti 4-6 siswa, setiap tim bertugas untuk membuat poster afirmasi dan
merangkum materi pelajaran yang diberikan kemudian secara
bergantian mempresentasikan ringkasan materi yang dibuat pada
akhir pembelajaran
- Guru memutar musik klasik riang sebagai latar dalam
pembelajaran selama penjelasan dan proses pembagian tim.
- Guru membuat landasan kelas berupa kesepakatan, peraturan dan
kebijakan dan prosedur kelas dan pengenalan variasi pembelajaran
- Pembuatan landasan dan kesepakatan kelas dilakukan dengan
menggunakan metode Polling, yaitu siswa menuliskan di kertas,
hal-hal yang mereka rasa mengganggu pembelajaran. Kertas
pendapat akan dikumpulkan dan dihitung, 10 hal yang paling tidak
disukai akan menjadi 10 larangan dalam kelas dan secara
bersama-sama guru dan siswa akan menentukan hukuman bagi
yang melanggar larangan kelas. Semua hal yang dibuat dicatat dan
kemudian dijadikan peraturan dan kesepakatan kelas.
42

C. Kegiatan - Menyimpulkan uraian yang telah disampaikan


Akhir - Mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang

- Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah yaitu membuat


poster afirmasi secara berkelompok dan merangkum materi
mengenai macam-macam surat dinas
- Guru menutup pertemuan dengan membagikan handout materi
untuk pertemuan selanjutnya yaitu materi macam-macam surat
dinas

PERTEMUAN II

KEGIATAN PENJELASAN
A. Kegiatan - Guru telah menunggu 5 menit sebelum pembelajaran dimulai di
Awal kelas eksperimen (lab multimedia), dengan memutar musik pop
modern untuk menunggu siswa memasuki kelas.
- Guru mengabsen siswa yang masuk dan mengatur tempat duduk
siswa. Siswa yang terlambat akan menerima hukuman sesuai
dengan kesepakatan kelas.
- Siswa masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi yang telah diatur
secara berkelompok membentuk huruf U.
- Suasana kelas sudah terkondisikan untuk pembelajaran Quantum
Teaching : kesepakatan kelas dan poster afirmasi sudah ditempel,
ruang kelas lebih segar dengan pemberian pengharum ruangan.
- Guru menjelaskan rencana pembelajaran untuk satu pokok
bahasan dan mengingatkan tim yang bertugas membuat ringkasan
dan presentasi kesimpulan materi
- Pemberian motivasi kepada siswa dengan penayangan slide
mengenai 5 tokoh sukses yang awalnya gagal namun kemudian
menjadi sukses karena belajar.
- Menjelaskan mengenai AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku
mengenai pokok bahasan hari ini), menyebutkan tujuan
pembelajaran macam-macam surat dinas kepada siswa.
- Guru memutar musik pembuka belajar dengan jenis musik popular
modern yang riang selama 3 menit. Kemudian membuka pelajaran
dengan menempelkan poster ikon untuk materi hari itu yaitu
macam-macam surat dinas.
43

B. Kegiatan - Guru menggunakan metode numbered heads together untuk Inti


pemberian materi, dengan cara menyiapkan kertas bernomor 1-8 disesuaikan dengan
materi surat dinas yang akan dijelaskan yaitu
sebanyak 8 surat dinas.
- Siswa memilih kertas bernomor, nomor yang dipilih mewakili
surat dinas apa yang akan ringkas dan dipahami oleh masing-
masing siswa.
- Guru memberikan waktu 15 menit kepada siswa untuk meringkas
dan memahami materi, kemudian secara acak akan dipilih tiga
siswa untuk maju ke depan dan menjawab pertanyaan dari guru
secara lisan.
- Guru memutar musik instrumental selama siswa meringkas,
dengan pengaturan volume musik disesuaikan agar tidak terlalu
keras
- Guru memanggil secara acak salah satu nomor surat dan
kelompok surat yang dipanggil akan maju ke depan, guru
melemparkan pertanyaan kepada kelompok surat terpilih dan yang
bisa menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat nilai
tambahan sebagai reward.
- Guru memanggil kelompok yang lain, sampai tiga kelompok surat
mendapatkan giliran.
- Jeda pembelajaran dengan memutar musik popular modern riang
selama 3 menit
- Guru mempersilahkan tim yang bertugas untuk mempresentasikan
hasil rangkuman materi pada hari ini dan memberikan beberapa
pertanyaan untuk mengetahui seberapa besar penguasaan siswa
kepada materi yang diberikan

C. Kegiatan - Menyimpulkan uraian materi yang telah disampaikan


Akhir - Mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan
datang
- Melakukan post test dengan diiringi musik popular modern
- Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan
pemberian tugas atau latihan untuk dikerjakan di rumah

3. Pengamatan /Observasi

Kolaborator mengamati situasi proses kegiatan pembelajaran

berlangsung dan mendokumentasikan proses pembelajaran serta keadaan

dan faktor-faktor lain yang timbul dan berkembang selama pelaksanaan


44

tindakan lalu mendeskripsikan hal-hal yang terjadi serta menuliskannya

pada lembar kolaborator.

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti secara kolaboratif bersama kolaborator berusaha

merinci dan menyimpulkan dampak serta hasil dari model pembelajaran

Quantum Teaching pada siklus pertama yang harus di perbaiki pada siklus

kedua untuk hasil maksimal.

II. Siklus Kedua

1. Perencanaan

Peneliti dan kolaborator merancang pembelajaran mengikuti prosedur

keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan kesulitan-

kesulitan pada siklus pertama, baik dari segi siswa, guru dan materi. Serta

menyiapkan daftar pertanyaan, soal post test dan lembar post test.

Pada siklus ini peneliti dan guru pamong sudah menentukan materi yang

akan di gunakan untuk objek penelitian meneruskan dari siklus pertama.

Dan peneliti juga menentukan soal pre-test dan post-test untuk

pelaksanaan tindakan. Serta peneliti menyiapkan pertanyaan yang akan

didiskusikan dalam pembelajaran.

Pada siklus II proses pembelajaran model Quantum teaching akan

dilakukan dengan merubah :


45

1. Pengaturan kursi siswa membentuk lingkaran, disesuaikan dengan

metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu

presentasi dan permainan.

2. Penggunaan metode games (Whats my line) untuk apersepsi dilanjutkan

dengan pemberian materi menggunakan ceramah, dan presentasi untuk

akhir pembelajaran.

3. Penggunaan teknologi multimedia yaitu penayangan penggunaan LCD

proyektor untuk pemberian materi dengan menggunakan ceramah.

2. Pelaksanaan Tindakan

PERTEMUAN III

KEGIATAN PENJELASAN
A. Kegiatan - Guru telah menunggu 5 menit sebelum pembelajaran dimulai di
Awal kelas eksperimen (lab multimedia), dengan memutar musik pop
modern untuk menunggu siswa memasuki kelas.
- Guru mengabsen siswa yang masuk dan mengatur tempat duduk
siswa. Siswa yang terlambat akan menerima hukuman sesuai
dengan kesepakatan kelas.
- Siswa masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi yang telah diatur
membentuk lingkaran.
- Guru menjelaskan rencana pembelajaran untuk satu pokok
bahasan dan mengingatkan tim yang bertugas membuat ringkasan
dan presentasi kesimpulan materi
- Pemberian motivasi kepada siswa dengan menggunakan
powerpoint menceritakan ilustrasi mengenai biji yang ditanam di
tiga tempat berbeda yang menggambarkan penerimaan informasi
dengan tiga respon berbeda.
- Apersepsi materi sebelumnya yaitu macam-macam surat dinas
dengan menggunakan permainan whats my line, dimana guru
menyediakan potongan kertas berisi nama surat, dan secara acak
akan dipanggil 5 siswa untuk mengambil kertas dan berusaha
memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa lainnya, dimana
siswa yang lain diminta menebak surat apakah yang dimaksud, 1
surat diberi waktu 2 menit untuk dimainkan dalam games, bagi
46

siswa yang berhasil menjawab dan berhasil memberi petunjuk


sampai surat tersebut terjawab keduanya akan diberikan nilai
tambah untuk evaluasi minggu sebelumnya.
- Menjelaskan mengenai AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku
mengenai pokok bahasan hari ini), menyebutkan tujuan
pembelajaran proses dokumen kantor kepada siswa.
- Guru memutar musik pembuka belajar dengan jenis musik popular
modern yang riang selama 3 menit. Kemudian membuka pelajaran
dengan menempelkan poster ikon untuk materi hari itu yaitu
proses dokumen kantor.

B. Kegiatan - Guru menggunakan metode ceramah untuk pemberian materi,


Inti dengan menggunakan LCD proyektor untuk menampilkan power-
point berisi materi pengertian dokumen, jenis-jenis dokumen,
sifat-sifat dokumen dan fungsi dokumen.
- Guru memutar musik instrumental selama pemberian materi,
dengan pengaturan volume musik disesuaikan agar tidak terlalu
keras.
- Guru memanggil siswa secara acak untuk menyebutkan contoh-
contoh jenis-jenis dokumen yang telah disampaikan.
- Jeda pembelajaran dengan memutar musik popular modern riang
selama 3 menit
- Guru mempersilahkan tim yang bertugas untuk mempresentasikan
hasil rangkuman materi pada hari ini dan memberikan beberapa
pertanyaan untuk mengetahui seberapa besar penguasaan siswa
kepada materi yang diberikan

C. Kegiatan - Menyimpulkan uraian materi yang telah disampaikan


Akhir - Mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan
datang
- Melakukan post test dengan diiringi musik popular modern
- Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan
pemberian tugas atau latihan untuk dikerjakan di rumah

3. Pengamatan/Observasi

Peneliti dan kolaborator mengamati pelaksanaan siklus kedua dari segi

materi, siswa dan proses pembelajaran kemudian menuliskannya dalam


47

lembar kolaborator dan tidak lupa peneliti mendokumentasikan kegiatan

pembelajaran.

4. Refleksi

Bersama kolaborator, peneliti mencoba menyimpulkan dan merinci

kesulitan-kesulitan serta hasil dari model pembelajaran Quantum

Teaching pada siklus kedua yang harus di perbaiki pada siklus ketiga

untuk hasil maksimal.

III. Siklus Ketiga

1. Perencanaan

Peneliti dan kolaborator merancang pembelajaran melakukan prosedur

administrasi berdasarkan kesulitan-kesulitan pada siklus kedua, baik dari

segi siswa, guru dan materi. Pada siklus ini peneliti dan guru pamong

sudah menentukan materi yang akan di gunakan untuk objek penelitian

meneruskan dari siklus kedua. Dan peneliti juga menentukan soal post-

test untuk pelaksanaan tindakan. Serta peneliti menyiapkan pertanyaan

yang akan didiskusikan dalam pembelajaran.

Pada siklus III proses pembelajaran model Quantum teaching akan

dilakukan dengan merubah :

1. Pengaturan kursi siswa membentuk corak tim, dimana siswa

ditempatkan secara berkelompok dan kelompok tersebut membentuk


48

setengah lingkaran disesuaikan dengan metode yang akan digunakan

dalam proses belajar mengajar, yaitu praktek latihan berkelompok.

2. Penggunaan metode simulasi untuk praktek latihan berkelompok yang

dilanjutkan dengan pemberian materi menggunakan metode

demonstration, dan presentasi untuk akhir pembelajaran.

3. Penggunaan musik sebagai latar belakang pembelajaran hanya dilakukan

di awal sebagi pembukaan dan akhir dalam waktu pelaksanaan post test,

dan selama praktik, pemberian demonstrasi latihan tidak digunakan

iringan musik.

2. Pelaksanaan Tindakan

PERTEMUAN IV

KEGIATAN PENJELASAN
A. Kegiatan - Guru telah menunggu 5 menit sebelum pembelajaran dimulai di
Awal kelas eksperimen (lab multimedia), dengan memutar musik pop
modern untuk menunggu siswa memasuki kelas.
- Guru mengabsen siswa yang masuk dan mengatur tempat duduk
siswa. Siswa yang terlambat akan menerima hukuman sesuai
dengan kesepakatan kelas.
- Siswa masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi yang telah diatur
membentuk corak tim, dimana siswa duduk secara berkelompok
dan tempat duduk kelompok dibuat setengah lingkaran
menghadap ke arah whiteboard.
- Guru menjelaskan rencana pembelajaran untuk satu pokok
bahasan dan mengingatkan tim yang bertugas membuat ringkasan
dan presentasi kesimpulan materi
- Pemberian motivasi kepada siswa dengan menjelaskan bahwa
latihan praktek berkelompok akan mencari 3 kelompok pertama
dengan nilai tertinggi, yang nantinya akan menempati peringkat I,
II, dan III khusus untuk hari ini dan guru sudah menyediakan
hadiah untuk ketiga juara sebagai reward dan pemicu motivasi
siswa untuk berkompetisi.
49

- Apersepsi materi sebelumnya yaitu proses dokumen kantor, guru


memberikan pertanyaan secara acak mengenai pengertian dan
sifat-sifat dokumen kepada 3 orang siswa, bagi yang berhasil
menjawab maka mendapat nilai tambahan untuk evaluasi minggu
lalu.
- Menjelaskan mengenai AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku
mengenai pokok bahasan hari ini), menyebutkan tujuan
pembelajaran praktek penataan dokumen kepada siswa.
- Guru melakukan pre test dengan metode simulasi, dimana meja
setiap kelompok terdapat berbagai macam file yang disatukan
secara berantakan, dan tugas mereka adalah merapikan dan
menata meja kantor secara berkelompok dalam waktu 5 menit.
Penilaian akan dilakukan oleh guru dan menjadi nilai pertama
bagi kompetisi latihan praktek berkelompok hari itu.
- Guru memutar musik pembuka belajar dengan jenis musik popular
modern yang riang selama 3 menit. Kemudian membuka
pelajaran.

B. Kegiatan - Guru menjelaskan mengenai perbedaan sifat fisik dan sifat


Inti informative dokumen, dan fungsi dokumen dengan menggunakan
powerpoint
- Guru menggunakan metode demonstration untuk menjelaskan
langkah-langkah prosedur penataan dokumen, dimana guru
terlebih dahulu menentukan prosedur yang akan dipelajari oleh
siswa.
- Guru melaksanakan seluruh prosedur penataan dokumen surat
niaga dari awal sampai akhir secara berurutan, langkah-langkah
yang dilakukan hanya dilakukan satu kali dan tidak ada
pengulangan, jadi siswa harus benar-benar memperhatikan dan
mencatat keseluruhan prosedur yang sedang dilakukan guru.
- Siswa secara berkelompok melakukan prosedur penataan
dokumen surat niaga. Guru menggunakan stopwatch untuk
menghitung kecepatan kelompok melakukan praktek penataan
dokumen. Penilaian akhir kompetisi kelompok akan diambil dari
kecepatan kelompok melakukan praktek penataan dokumen dan
hasil akhir dari praktik penataan dokumen surat niaga.

C. Kegiatan - Menyimpulkan uraian materi yang telah disampaikan


Akhir - Melakukan post test dengan diiringi musik instrumental
- Mengumumkan bahwa hasil penghitungan skor akan dilakukan
minggu depan sekaligus pemberian hadiah yang dijanjikan di awal
pembelajaran sebagai reward kepada kelompok yang berhasil.
- Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian kisi-
kisi dan revision untuk ujian akhir semester
50

3. Pengamatan/Observasi

Peneliti dan kolaborator mengamati pelaksanaan siklus ketiga dari segi

materi, siswa dan proses pembelajaran kemudian menuliskannya dalam

lembar kolaborator dan tidak lupa peneliti mendokumentasikan

kegiatan pembelajaran.

4. Refleksi

Bersama kolaborator, peneliti mencoba menyimpulkan dan merinci

kesulitan-kesulitan serta hasil dari model pembelajaran Quantum

Teaching dengan pengubahan pengaturan tempat duduk dan

penggunaan metode simulasi, silent demonstration serta presentasi dan

pengaturan penggunaan iringan musik pada siklus ketiga. Jika penilaian

secara keseluruhan pada siklus ini telah mencapai tujuan yang di

kehendaki maka kegiatan siklus ketiga menjadi hasil akhir penelitian,

namun jika hasil belum mencapai tujuan, maka penelitian ini akan

dilanjutkan hingga tuntas.

Dalam penelitian tindakan kelas, tidak ada ketentuan jumlah siklus. Apabila

belum terjadi perubahan atau peningkatan, penelitian dapat dilanjutkan pada siklus

berikutnya. Namun, apabila telah terjadi perubahan atau peningkatan maka

penelitian akan dihentikan pada siklus tersebut.


51

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan dalam pengumpulan data

mengenai pelaksanaan dan hasil tindakan adalah:

1. Lembar Observasi

Instrumen ini dirancang sendiri oleh peneliti dengan meminta pertimbangan

pada tim ahli. Lembar panduan observasi ini digunakan untuk mengumpulkan

data mengenai hasil kerja peneliti dan aktivitas belajar siswa selama tindakan

dalam mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi (MPA) dengan

menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Data yang ingin

didapat melalui panduan observasi ini adalah data yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam memahami materi.

2. Kuisioner

Digunakan untuk menjaring data mengenai keadaan awal proses belajar

mengajar sebelum penelitian dilakukan yang dilihat dari sudut pandang siswa,

dan pendapat peneliti dan siswa mengenai penerapan model pembelajaran

Quantum Teaching dalam mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi

dan kemungkinan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching pada

mata pelajaran lain yang dilakukan setelah berakhirnya penelitian tindakan.

Kuisioner yang diberikan kepada siswa terdiri dari kuisioner terbuka dan

kuisioner tertutup, dimana kuisioner terbuka memberikan siswa kesempatan

untuk menjawab pertanyaan dengan lebih bebas dan penjelasan yang lebih

panjang. Kuisioner tertutup hanya terdiri dari jawaban ya dan tidak, dimana

jawaban siswa akan dihitung dan kemudian ditabulasikan pendapatnya.


52

3. Hasil Belajar

Digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar. Tes ini

diujicobakan kepada seluruh siswa kelas X AP program studi Administrasi

Perkantoran, untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar telah

dicapai. Soal siklus tersebut disusun secara bersama-sama tim peneliti dan

guru kolabolator.

E. Analisis Data

Analisis dara diwakili oleh moment refleksi putaran penelitian tindakan

kelas. Dengan melakukan refleksi, peneliti akan memiliki wawasan autentik yang

akan membantu dalam menafsirkan datanya tetapi perlu di ingat bahwa dalam

menganalisis data sering peneliti menjadi terlalu subjektif dan oleh karena itu

perlu diadakan diskusi untuk melihat datanya melalui perspektif yang berbeda

yang di sebut triangulasi. Dengan kata lain usaha triangulasi hendaknya di lakukan

mengacu pada pendapat atau persepsi orang lain.

Analisa data terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Menyeleksi atau mengelompokkan data

Pada tahap ini data di seleksi, di fokuskan, jika ada perlu ada yang di

reduksi atau memilah-milah data karena pada tahap ini sering disebut

sebagai reduksi data. Kemudian data yang dikelompokkan sesuai dengan

hipotesis penelitian yang ingin dicari jawabannya.


53

2. Membeberkan data

Data yang sudah dikelompokkan ini dideskripsikan sehingga bermakna,

baik dalam bentuk narasi, grafik maupun tabel.

3. Penarikan kesimpulan.

Berdasarkan pembeberan data yang telah di buat lalu di tarik kesimpulan

dalam bentuk pernyataan.


54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal Subyek yang Diteliti

Kondisi dimana siswa belum memperoleh perlakuan tindakan merupakan

kondisi awal, pada saat siswa belum menggunakan model Quantum Teaching

dalam proses pembelajaran. Kondisi inilah yang dijadikan titik awal pengukuran

keberhasilan penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching sebagai

penelitian tindakan.

Sebelum penelitian dilakukan, hanya sebagian kecil saja siswa yang mampu

memenuhi KKM sebesar 7,0 sedangkan yang lainnya masih belum mencapai

kompetensi yang ditentukan oleh sekolah. Saat itu model pembelajaran yang

digunakan adalah model pembelajaran konvensional yang menggunakan metode

ceramah sebagai metode utama untuk menjalankan rangkaian pembelajaran, di

mana siswa menerima materi dari guru dalam bentuk modul dan kemudian

diterangkan setelah terlebih dahulu diberikan tugas meringkas oleh guru kelas

yang bersangkutan. Dengan model pembelajaran tersebut, guru kelas

mengharapkan siswa dapat siap terlebih dahulu dengan tugas yang diberikan agar

proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dengan waktu yang terbatas,

namun dengan metode tersebut hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Siswa

54
55

merasa bosan dan akhirnya kurang tertarik pada mata pelajaran yang

bersangkutan.

Berdasarkan fakta tersebut, kebutuhan akan penerapan model pembelajaran

yang sesuai diperlukan untuk mengatasi permasalahan kejenuhan siswa dalam

belajar, dan juga bagaimana cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

keadaan lingkungan dan suasana yang kurang mendukung. Berdasarkan pendapat

dari Bobby de Porter bahwa belajar yang menyenangkan dapat membuat siswa

menjadi lebih nyaman dalam suasana belajar dan bagaimana guru dapat

menggunakan seluruh elemen yang ada dalam proses pembelajaran untuk

menciptakan suasana yang menyenangkan dan akhirnya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa, maka peneliti pun menetapkan Quantum Teaching sebagai model

pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian tindakan.

Saat peneliti melakukan observasi awal dengan menggunakan kuisioner

pertanyaan tertutup, untuk mendeteksi kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi

oleh para siswa yang berkaitan dengan proses pemahaman materi pada mata

pelajaran melakukan prosedur administrasi. Berdasarkan hasil kuisioner, sebanyak

31% siswa menggangap bahwa suasana pembelajaran yang menyenangkan terjadi

berdasarkan sikap guru sewaktu mengajar, sebanyak 37% siswa menganggap

bahwa metode mengajar guru yang akan membuat suasana belajar menjadi

menyenangkan, sedangkan sisanya sebanyak 32% beranggapan bahwa suasana

belajar yang menyenangkan terjadi berdasarkan pengaturan dan suasana kelas

(lihat tabel IV.1).


56

Tabel IV.1

Suasana Pembelajaran yang Menyenangkan

Kriteria Responden %

Sikap Guru 10 31

Metode Mengajar Guru 12 37

Pengaturan Kelas 5 16

Suasana Kelas 5 16

Total 32 100

Dari data tersebut dapat terlihat bahwa untuk menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan diperlukan beberapa perubahan yang dapat

membantu siswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar, hal ini senada

dengan pendapat Bobi De Porter, bahwa penggunaan seluruh elemen yang

terdapat dalam proses belajar dapat menciptakan rasa nyaman dan suasana

menyenangkan dalam rangkaian proses pembelajaran.

Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar

mengajar sangat diperlukan peran aktif guru sebagai motivator dan pengajar, sikap

guru yang serius tapi santai, ramah, aktif dan humoris seringkali menjadi kekuatan

bagi guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar

mengajar. Namun tidak cukup hanya dengan sikap guru saja, dalam proses belajar

mengajar pengaturan kelas dan suasana kelas juga turut berperan serta dalam

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.


57

Hal yang terpenting yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan

dalam proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran yang digunakan guru

untuk memberikan materi kepada siswa. Dengan metode yang berpusat pada

siswa, yang membuat siswa ikut aktif dalam proses belajar mengajar akan sangat

berpengaruh positif bagi perkembangan suasana belajar dan berpengaruh besar

bagi kemampuan siswa memahami materi yang diberikan. Metode yang

digunakan akan membawa siswa ikut masuk ke dalam dunia yang diciptakan oleh

guru dan akhirnya membuka pintu bagi guru masuk ke dalam dunia siswa, hal ini

senada dengan asas utama model pembelajaran Quantum Teaching yaitu Bawalah

Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka.

Metode yang seringkali digunakan oleh guru kelas adalah ceramah bervariasi

dan resitasi, di mana siswa diberikan tugas untuk meringkas mata pelajaran

berikutnya sebagai salah satu usaha untuk mempersiapkan materi bagi siswa

sebelum pembelajaran di mulai, dan pemberian materi dilakukan dengan ceramah.

Metode ini digunakan oleh sebagian besar guru kelas dalam menjalankan proses

belajar mengajar, hal ini lah yang akhirnya membuat siswa menjadi jenuh dan

tidak tertarik untuk belajar. Dari hasil kuisioner observasi keadaan awal siswa

didapatkan data bahwa sebanyak 56% siswa menginginkan metode belajar yang di

dalamnya terdapat permainan baik yang bersifat kompetisi, maupun bersifat kuis

dan sebanyak 28% siswa yang menginginkan metode belajar diskusi dan sisanya

sebanyak 16% memilih metode lainnya. Alasan siswa banyak memilih metode

permainan adalah agar mereka tidak cepat merasa bosan dalam belajar, dan juga
58

menumbuhkan sifat kompetitif dan persaingan yang sehat di dalam kelas. Siswa

yang memilih metode diskusi kelompok beralasan bahwa dengan berdiskusi siswa

akan lebih cepat mengerti materi yang disampaikan karena akan timbul rasa

partisipasi dalam tiap kelompok dan mengurangi rasa malu karena harus bertanya

pada guru pelajaran.

Tabel IV.2

Metode Belajar Yang Diinginkan Siswa

Kriteria Responden %

Permainan (Games) 18 56

Diskusi Kelompok 9 28

Metode Lainnya 5 16

Total 32 100

Berdasarkan data pada observasi awal rata-rata hasil kuisioner yang

disebarkan- disimpulkan bahwa diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat

mengubah suasana belajar yang selama ini monoton dan tidak menarik menjadi

inofativ dan kreatif yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan

ketertarikan siswa pada mata pelajaran melakukan prosedur administrasi untuk

dapat mengatasi permasalahan hasil belajar siswa.

Oleh sebab itu, untuk mengatasi kendala-kendala yang ada peneliti dalam hal

ini mencoba menerapkan model pembelajaran yang dapat mengubah suasana

belajar mengajar menjadi menyenangkan yaitu model pembelajaran Quantum


59

Teaching. Model pembelajarn ini diharapkan dapat membantu mengubah suasana

belajar menjadi menyenangkan dan mempermudah proses pemahaman siswa

dalam belajar sehingga berujung pada peningkatan hasil belajar siswa.

B. Rincian Pelaksanaan Penelitian Tindakan

Kegiatan penelitian tindakan ini diterapkan pada mata pelajaran Melakukan

Prosedur Administrasi kelas X Administrasi Perkantoran I. Dalam penelitian ini,

peneliti bertindak langsung sebagai tenaga pengajar di kelas dan guru pelajaran

Melakukan Prosedur Administrasi sebagai kolaborator I serta rekan sejawat

sebagai kolaborator II yang membantu peneliti mengamati proses belajar mengajar

selama penelitian tindakan kelas. Peneliti bekerjasama dengan guru kolaborator I

dan rekan kolaborator II telah menyusun langkah-langkah pembelajaran

sebagaimana yang telah direncanakan, dengan mengacu kepada kurikulum yang

berlaku, target yang ingin dicapai oleh peneliti adalah rata-rata kelas hasil belajar

mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi dapat mencapai KKM yang

ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Apabila target yang ditentukan sudah dapat

tercapai, maka siklus dapat dihentikan.

Satu rangkaian siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan (observasi) dan refleksi. Untuk dapat mencapai tujuan penelitian,

maka peneliti bersama kolaborator I dan II merancang kegiatan penelitian

tindakan ini dalam tiga siklus. Siklus pertama siswa belajar menggunakan metode

numbered heads together dilanjutkan dengan presentasi kelompok dan pengaturan

tempat duduk siswa membentuk huruf U serta adanya penayangan video. Siklus
60

kedua siswa belajar menggunakan metode permainan dilanjutkan dengan ceramah

dan pengaturan tempat duduk siswa berbentuk lingkaran. Siklus ketiga siswa

belajar menggunakan metode simulasi dilanjutkan dengan demonstrasi dan

presentasi dan pengaturan tempat duduk membentuk corak tim.

Pada setiap akhir pembelajaran diadakan tes siklus untuk mengukur

kemampuan siswa dalam memahami materi. Dalam setiap siklus, peneliti bersama

kolaborator I dan II melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar

selama tindakan penelitian. Setelah diadakan pengamatan maka hasilnya akan

diolah untuk menjadi bahan pertimbangan apakah tujuan penelitian telah tercapai.

Dalam pelaksanaan rangkaian siklus pertama apabila ditemukan kendala-

kendala sehingga tujuan penelitian belum dapat terlaksana, maka perbaikan dan

perubahan akan dilakukan pada siklus kedua dengan mengacu kepada data yang

didapat dari siklus pertama dengan harapan siklus kedua dapat mewujudkan tujuan

penelitian, kendala-kendala yang ditemukan pada siklus kedua kembali dijadikan

data acuan untuk siklus ketiga dimana siklus ketiga adalah siklus terakhir dari

penelitian tindakan. Di akhir penelitian tindakan siswa dibagikan kuisioner untuk

mengetahui sikap siswa setelah menerapkan model pembelajaran

Quantum Teaching.
61

C. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Secara garis besar kegiatan penelitian tindakan siklus I dapat dilihat dalam

gambar IV.1 di bawah ini. Hasil pelaksanaan pada siklus I dijadikan dasar untuk

merencanakan siklus selanjutnya, setelah sebelumnya melalui tahap evaluasi.

Gambar IV. 1

Siklus I
Peneliti bersama
kolaborator I dan II
Peneliti dan membuat Rencana
kolaborator pembelajaran MPA
menganalisa tingkat dengan
PERENCANAAN
hasil belajar siswa memperkenalkan
dan merinci model Quantum
berbagai masalah Teaching
yang terdapat pada
siklus pertama
REFLEKSI TINDAKAN
P

P
62

1. Perencanaan Siklus I

Pada siklus I proses pembelajaran dibagi menjadi dua pertemuan,

pertemuan pertama sebagai perkenalan model pembelajaran Quantum

Teaching dan pertemuan kedua sebagai penelitian tindakan sebenarnya. Pada

tahap perencanaan ini, peneliti beserta kolaborator I dan II merencanakan

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching, yaitu

dengan membentuk tujuh kelompok yang anggotanya berjumlah empat sampai

lima orang secara heterogen berdasarkan kemampuan akademiknya.

Kemudian peneliti dan kolaborator I dan II bersama-sama mempersiapkan

media yang akan digunakan, kartu pendapat yang akan digunakan untuk

metode Polling, nomor yang akan dipakai untuk metode Number Head

Together, musik klasik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran,

mempersiapakn slide power point untuk presentasi materi surat-surat dinas

yang telah disesuaikan dengan program kerja guru SMK Nurul Iman Jakarta

Timur khususnya mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi kelas X-

AP 1 semester genap. Sebelum penelitian dilakukan peneliti telah

mempersiapkan Rencana Pembelajaran yang dikonsultasikan kepada

kolaborator I dan II serta menyusun alat evaluasi pembelajaran untuk tes hasil

belajar siklus I.
63

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan pertama dari siklus pertama ini

diikuti oleh tiga puluh satu siswa (daftar siswa dapat dilihat pada lampiran).

Waktu pertemuan kegiatan belajar mengajar adalah 2 X 30 menit, bertempat di

laboratorium multimedia, lantai 3 SMK Nurul Iman Jakarta Timur.

Pertemuan pertama dimulai dengan memutar musik pop modern untuk

menunggu siswa memasuki kelas eksperimen, kemudian mengabsen siswa dan

mengatur tempat duduk siswa berbentuk huruf U yang telah dipersiapkan

terlebih dahulu. Kemudian menayangkan video berdurasi 6 menit mengenai

SuperCamp, sekolah khusus yang menggunakan model pembelajaran

Quantum Teaching dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya peneliti

menjelaskan garis besar rencana perubahan metode pembelajaran yang akan

diterapkan di kelas, menjelaskan manfaat dan tujuan penerapan model

pembelajaran Quantum Teaching serta seluruh kegiatan yang akan dilakukan

selama pembelajaran juga perangkat-perangkat yang diperlukan selama

pembelajaran.

Peneliti membagi siswa ke dalam tujuh kelompok yang beranggotakan

empat sampai lima siswa, kelompok tersebut akan menjadi kelompok

permanen selama menjalankan proses pembelajaran Quantum Teaching. Setiap

tim bertugas untuk membuat poster afirmasi, diskusi dan presentasi kelompok

serta kompetisi team pada siklus terakhir dari penelitian tindakan


64

dan tugas-tugas lain yang akan diberikan selama proses pembelajaran

berlangsung.

Berikut susunan nama-nama anggota kelompok siswa X-AP 1 berdasarkan

kemampuan akademik yang heterogen.

TABEL IV. 3

SUSUNAN KELOMPOK QUANTUM TEACHING

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

Akbar Apriandes Endra Cahyono M. Yodi Ikhwan Priyatna

Ade Sutra Handyani Eis Korariah Firda Yulisnaini DeviyaniChairani

Dwi Wulan Hadijah Fitria Ningrum Iin Muliya Dina Anjarwati

Nurul Fitriyani Tia Restiani Shinta Detia Nurfitri Lusiana

Yesi Wahvuni Wahyuni Shita Luthfiyah

Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7

Yanuar Pratama Zamakh Syari Sutrisna

Ditya Arysia Nur M. Dwi Febriana

Febri Damayanti Putri Andini Siti Nurjanah

KetyaNingrum L. Rafica Sri Agustina

Narulita Mulyani

Jumlah kelompok ditentukan berdasarkan banyaknya siswa putra yang ada di

kelas X-AP1 yang mayoritas adalah siswa putri, tujuh orang siswa tersebut

otomatis menjadi ketua kelompok, ketika nama-nama kelompok diumumkan

terjadi keriuhan dan suasana pun menjadi sedikit santai, bermacam-macam reaksi
65

yang diberikan oleh siswa namun semua menerima keputusan yang telah dibuat.

Selama proses pembagian kelompok peneliti memutar musik klasik riang sebagai

latar dalam pembelajaran.

Kegiatan selanjutnya adalah pembuatan landasan kelas berupa kesepakatan,

peraturan dan kebijakan dan prosedur kelas. Pembuatan landasan dan kesepakatan

kelas dilakukan dengan menggunakan metode polling dan sharing, di mana siswa

menuliskan di kertas yang telah disediakan oleh kolaborator II satu hal yang

paling tidak disukai dalam proses pembelajaran. Kertas pendapat kemudian

ditukar dengan teman secara acak beberapa kali agar tidak terdeteksi dari siapa

kertas pendapat itu berasa. Setelah itu diadakan sharing atau jajak pendapat

dengan menyebutkan hal-hal yang tidak disukai baik yang berasal dari siswa

sendiri maupun dari guru. Siswa menjadi terbuka dan berani berpendapat

mengenai kondisi seperti apa yang mereka tidak sukai dalam proses pembelajaran.

Sepuluh hal yang paling tidak di sukai menjadi sepuluh larangan kelas dimana

siswa yang melanggar akan mendapat reward.

Kegiatan selanjutnya adalah pemberian materi mengenai macam-macam surat

dinas dengan menggunakan power point, siswa telah diberikan modul terlebih

dahulu sehingga tidak perlu mencatat, mereka hanya perlu menandai bagian-

bagian yang penting untuk membuat peta pikiran sehingga lebih mudah dalam

pemahaman materi. Kemudian pada kegiatan akhir peneliti menyimpulkan uraian

dari keseluruhan kegiatan yang telah dijalankan kemudian memberikan tugas

kelompok yaitu membuat poster afirmasi.


66

Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan kedua dari siklus pertama ini

diikuti oleh tiga puluh dua siswa (daftar siswa dapat dilihat pada lampiran).

Waktu pertemuan kegiatan belajar mengajar adalah 2 X 30 menit, bertempat di

laboratorium multimedia, lantai 3 SMK Nurul Iman Jakarta Timur.

Pertemuan kedua dimulai dengan peneliti memutar musik pop modern

untuk menunggu siswa memasuki kelas eksperimen, kemudian mengabsen

siswa dan mengatur tempat duduk siswa berbentuk huruf U yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu. Peneliti bersama kolaborator II sudah terlebih

dahulu menempel kesepakatan kelas dan memberi pengharum ruangan sebagai

penyegar dalam kelas.

Sebelum memulai materi pelajaran, peneliti meminta siswa untuk

menempelkan sendiri poster afirmasi yang sudah dibuat oleh setiap kelompok

di dinding dengan bantuan kolaborator II untuk mengatur pemasangan poster.

Selanjutnya peneliti menayangkan slide mengenai lima tokoh sukses yang

berawal dari kegagalan, yang disebut oleh dunia orang-orang bodoh tetapi

menjadi sukses karena terus belajar dan tidak menyerah yaitu Adam Khoo, Bill

Gates, Mark Zuckerberg, Thomas Alfa Edison dan Susi Pujiastuti. Setelah

meningkatkan motivasi belajar murid, peneliti kemudian menjelaskan rencana

pembelajaran untuk pokok bahasan hari ini dan menjelaskan mengenai

AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku). Peneliti memutar musik klasik popular

modern selama tiga menit kemudian membuka pelajaran dengan menempelkan

poster ikon mengenai materi macam-macam surat dinas.


67

Peneliti bersama kolaborator II menggunakan metode Numbered Heads

Together untuk pemberian materi, dengan cara menyiapkan kertas bernomor 1-

8 disesuaikan dengan materi surat dinas yang akan dipelajari yaitu sebanyak 8

surat dinas. Siswa dipersilahkan memilih kertas bernomor lalu meringkas dan

mempelajari materi yang sesuai dengan nomor yang didapat. Peneliti telah

mempersiapkan beberapa pertanyaan, nomor akan dipilih secara acak untuk

menentukan surat nomor berapa yang akan maju terlebih dahulu dan

menjawab pertanyaan secara lisan. Selama proses meringkas dan siswa

menghafal materi peneliti memutar musik klasik instrumental selama 15 menit

sesuai dengan waktu yang diberikan kepada siswa untuk meringkas dan

memahami materi surat masing-masing.

Beberapa siswa dengan nomor surat yang terpilih maju ke depan dan

peneliti melemparkan pertanyaan secara bebas, siswa yang berhasil menjawab

pertanyaan dari peneliti dengan benar mendapat tambahan nilai sebagai

reward dari peneliti. Kelompok surat yang terpilih adalah surat kuasa, surat

perintah, dan surat undangan. Tiga siswa yang berhasil menjawab pertanyaan

dan mendapatkan nilai tambahan adalah Arysia Nur M., Yanuar Pratama dan

Endra Cahyono.

Peneliti menyimpulkan materi yang telah disampaikan, kemudian

melakukan post test hasil belajar siklus I, bentuk tes yang diberikan adalah

essay sebanyak empat soal.


68

3. Pengamatan (Observasi) Siklus I

Hasil observasi pada siklus I berdasarkan pengamatan peneliti bersama

kolaborator I dan II disimpulkan sebagai berikut :

Untuk peneliti :

a. Perhatian guru belum menyeluruh terlalu terpaku pada siswa-siswa

yang aktif, siswa yang masih pasif jadi tidak mendapat kesempatan

untuk ikut berinteraksi.

b. Pembahasan materi terlalu tergesa-gesa, kurang mendetail dan kurang

member contoh.

Untuk siswa :

a. Beberapa siswa masih mengobrol dan kurang konsentrasi kepada

pelajaran.

b. Beberapa siswa terlalu sering bercanda dan terlalu berani

mengomentari, menimbulkan kesan tidak sopan terhadap guru.

c. Pada pertemuan pertama, tugas pembuatan poster afirmasi belum

mencapai hasil yang memuaskan, beberapa kelompok terkesan

melakukan tugas sekedarnya, kata-kata afirmasi tidak terlalu

mendukung dalam proses pembelajaran, bentuk tulisan yang dipilih

pun masih kurang baik dan kurang menarik.

Langkah-langkah pembuatan poster afirmasi adalah pertama

menentukan tema poster, kemudian kata-kata afirmasi apa yang digunakan


69

untk mengirimkan pesan berupa ajakan untuk belajar. Ketiga pemakaian

gambar yang menarik dan sesuai dengan tema, kemudian kerapihan

pembuatan poster dan penggunaan warna yang sesuai untuk poster. Dari

tugas kelompok siklus I pembuatan poster afirmasi, 71% siswa sudah bisa

menentukan tema poster, 62% siswa menggunakan kata-kata afirmasi yang

sesuai, 65% siswa menggunakan gambar yang menarik, 70% siswa sudah

rapih dalam membuat poster dan 75% siswa menggunakan warna yang

sesuai untuk pembuatan poster afirmasi.

Hasil penilaian tugas kelompok pembuatan poster afirmasi diukur

dalam bentuk diagram dan tabel presentase sebagai berikut :

Gambar IV.2

Diagram Presentase Hasil Poster Afirmasi Siswa Siklus I

Hasil Poster Afirmasi Siklus I


80
70
60
50
40
Hasil Poster Afirmasi Siklus I
30
20
10
0
Tema Afirmasi Gambar Kerapihan Warna
70

TABEL IV. 4

HASIL POSTER AFIRMASI SISWA TUGAS KELOMPOK SIKLUS I

No. Indikator Presentase

1. Tema 71%

2. Kata Afirmasi 62%

3. Gambar 65%

4. Kerapihan 70%

5. Warna 75%

d. Surat dinas yang dibahas secara detail hanya surat dinas yang terpilih

untuk maju ke depan yaitu hanya surat kuasa, surat perintah dan surat

pengumuman, surat yang lain tidak terfokus oleh siswa yang lain.

e. Beberapa siswa terlalu tegang ketika mengikuti metode Numbered

Heads Together sehingga membuat siswa tidak bisa menikmati suasana

yang menyenangkan yang sedang dibuat oleh guru.

f. Hasil belajar siswa pada siklus pertama dirata-ratakan yaitu 67. Nilai

terendah yang diperoleh siswa adalah 45 dan tertinggi adalah 86. Siswa

yang belum mencapai KKM (kurang dari 70) sebanyak 21 siswa, siswa

yang mencapai KKM (nilai 70) sebanyak 3 siswa dan siswa yang

melampaui KKM (lebih dari 70) sebanyak 8 siswa. Data hasil belajar

siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel lampiran. Berikut

deskripsi hasil belajar siswa dalam bentuk diagram dan tabel presentase

sebagai berikut :
71

Gambar IV. 3

Diagram Presentase Tes Hasil Belajar Siklus I

Tes Hasil Belajar Siklus I


18
16
14
12
10
8
Tes Hasil Belajar Siklus I
6
4
2
0
<55 56-64 65-74 75-84 85-100

TABEL IV. 5

HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS I

Range Nilai Jumlah (Siswa) Presentase

85 100 1 3%

75 84 5 16%

65 74 9 28%

55 64 16 50%

<55 1 3%

Total 32 100
72

4. Refleksi Siklus I

Berdasarkan analisi peneliti bersama kolaborator I dan II, siklus pertama

dikatakan belum berhasil secara maksimal karena siswa belum terbiasa belajar

dengan menggunakan metode Numbered Heads Together dan dilatarbelakangi

musik klasik, sehingga siswa belum dapat merasa nyaman dalam

pembelajaran. Pembelajaran pada siklus kedua diharapkan siswa sudah lebih

nyaman dan makin aktif dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa

dapat meningkat.

Agar tindakan siklus kedua berjalan dengan baik, maka perlu diadakan

pengkajian ulang pada rencana kegiatan pembelajaran untuk siklus kedua.

Berdasarkan kendala yang telah ditulis pada lembar observasi kolaborator I

dan II, maka hal-hal yang perlu diperbaiki adalah :

a. Perhatian peneliti harus lebih menyeluruh, tidak hanya terpaku kepada

siswa yang aktif, melainkan terus mendorong siswa yang pasif untuk

ikut berpartisipasi.

b. Dalam pembahasan materi agar tidak terlalu cepat, supaya siswa

mempunyai waktu lebih lama untuk menyerap materi.

c. Untuk mengatasi siswa yang sering mengobrol, bercanda dan tidak

konsentrasi, siswa tersebut diajak untuk ikut berperan aktif dalam

pembelajaran.

d. Untuk siswa yang menjadi pengkritik dan seringkali mengganggu

proses pembelajaran dengan cara berkomentar seenaknya sehingga


73

mengganggu proses pembelajaran, peneliti dapat memberikan

hukuman langsung bahkan pengurangan nilai untuk dapat

menimbulkan efek jera, namun sebelumnya diberikan peringatan

terlebih dahulu.

e. Peneliti harus mengkaji ulang pengaturan kelas dan alokasi waktu yang

digunakan, agar siswa merasa lebih santai dan bisa menikmati suasana

belajar yang menyenangkan.

f. Peneliti harus menggunakan metode yang bersifat menyeluruh dalam

menjelaskan keseluruhan materi, agar siswa tidak hanya terpaku pada

beberapa materi yang dijelaskan dan mengabaikan materi lain yang

sama pentingnya.

Atas pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka peneliti bersama

dengan kolaborator I dan II merencanakan kembali serta mempersiapkan

prosedur pelaksanaan siklus selanjutnya.

D. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Secara garis besar kegiatan penelitian tindakan siklus II dapat dilihat dalam

gambar IV.4 di bawah ini. Hasil pelaksanaan pada siklus II dijadikan dasar untuk

merencanakan siklus selanjutnya, setelah sebelumnya melalui tahap evaluasi.


74

Gambar IV. 4

Siklus II

Peneliti bersama
kolaborator I dan II
Peneliti dan membuat Rencana
kolaborator pembelajaran MPA
menganalisa tingkat dengan mengubah
PERENCANAAN
hasil belajar siswa pengaturan tempat
dan merinci duduk menjadi
berbagai masalah lingkaran
yang terdapat pada
siklus kedua

REFLEKSI TINDAKAN

Pelaksanaan
pembelajaran model
Quantum Teaching
Pengamatan menggunakan
langsung oleh OBSERVASI permainan dengan
kolaborator I dan materi pokok
II bersamaan pengertian dokumen,
dengan jalannya jenis-jenis dan sifat
proses belajar dokumen
mengajar
75

1. Perencanaan Siklus II

Pada tahap perencanaan ini, peneliti beserta kolaborator I dan II

merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum

Teaching, yaitu dengan mengubah pengaturan tempat duduk siswa membentuk

lingkaran. Kemudian peneliti dan kolaborator I dan II bersama-sama

mempersiapkan media yang akan digunakan, kartu petunjuk yang akan

digunakan untuk metode permainan, musik klasik yang akan digunakan dalam

proses pembelajaran, mempersiapakn slide power point untuk menceritakan

ilustrasi motivasi dan presentasi materi pengertian dokumen, jenis-jenis

dokumen dan sifat-sifat dokumen yang telah disesuaikan dengan program

kerja guru SMK Nurul Iman Jakarta Timur khususnya mata pelajaran

Melakukan Prosedur Administrasi kelas X-AP 1 semester genap. Sebelum

penelitian dilakukan peneliti telah mempersiapkan Rencana Pembelajaran

yang dikonsultasikan kepada kolaborator I dan II serta menyusun alat evaluasi

pembelajaran untuk tes hasil belajar siklus II.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Kegiatan belajar mengajar pada siklus kedua ini diikuti oleh tiga puluh dua

siswa (daftar siswa dapat dilihat pada lampiran). Waktu pertemuan kegiatan

belajar mengajar adalah 2 X 30 menit, bertempat di laboratorium multimedia,

lantai 3 SMK Nurul Iman Jakarta Timur.


76

Pertemuan ketiga dimulai dengan peneliti memutar musik pop modern

untuk menunggu siswa memasuki kelas eksperimen, kemudian mengabsen

siswa dan mengatur tempat duduk siswa berbentuk lingkaran yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu. Sesuai dengan kesepakatan kelas yang telah

dibuat maka siswa yang terlambat akan mendapatkan reward berupa

pengurangan nilai.

Sebelum memulai materi pelajaran, peneliti menayangkan slide

powerpoint mengenai ilustrasi motivasi yaitu benih yang ditanam ditiga tempat

yang berbeda. Benih yang ditanam di pinggir jalan, benih yang ditanam di

semak belukar dan benih yang ditanam di tanah yang subur yang

menggambarkan ilmu yang diterima oleh siswa akan tumbuh sesuai dengan

respon yang diberikan oleh siswa sendiri. Setelah meningkatkan motivasi

belajar murid, peneliti kemudian menjelaskan rencana pembelajaran untuk

pokok bahasan hari ini dan menjelaskan mengenai AMBAK (Apa Manfaatnya

BAgi Ku). Peneliti memutar musik klasik popular modern selama tiga menit

kemudian membuka pelajaran dengan menempelkan poster ikon mengenai

materi pengertian dokumen, jenis-jenis dokumen dan sifat-sifat dokumen.

Peneliti bersama kolaborator II menggunakan metode permainan Whats

my line untuk pemberian apersepsi materi sebelumnya, dengan cara

menyiapkan kertas petunjuk yang berisi nama surat dinas, 5 siswa akan dipilih

secara acak untuk mengambil kartu petunjuk dan memberikan petunjuk

mengenai surat yang dimaksud, siswa yang berhasil menebak surat yang

dimaksud akan memperoleh nilai tambahan sebagai reward.


77

Dari lima siswa yang terpilih, hanya tiga siswa yang berhasil memberikan

petunjuk dari nama surat yang ada di kartu petunjuk dengan benar yaitu Sri

Agustina, Dina Anjarwati dan Akbar Apriandes dan tiga siswa yang berhasil

menebak surat yang dimaksud yaitu Yanuar Pratama, Sutrisnda dan Ditya.

Keenam siswa tersebut mendapat tambahan nilai sebagai reward dari peneliti.

Peneliti menggunakan metode ceramah untuk pemberian materi dengan

menampilkan slide power point berisi materi pengertian dokumen, jenis-jenis

dokumen dan sifat-sifat dokumen. Peneliti memutar musik klasik selama

pemberian materi sebagai latar belakang dalam pembelajaran. Kemudian siswa

dipersilahkan duduk dalam kelompoknya masing-masing, lalu membuat peta

pikiran dari hand-out materi yang telah dijelaskan oleh peneliti dalam waktu 5

menit dan hasil peta pikiran tersebut dipresentasikan secara bergantian oleh

semua kelompok.

Peneliti mempersilahkan para ketua kelompok untuk mempresentasikan

hasil peta pikiran yang dibuat dari tiap-tiap materi yang dibagikan kepada tiap

kelompok. Hasil presentasi dan peta pikiran dikumpulkan untuk penilaian

tugas kelompok siklus II. Kemudian peneliti menyimpulkan materi yang telah

disampaikan dan melakukan post test hasil belajar siklus II, bentuk tes yang

diberikan adalah pilihan ganda sebanyak sepuluh soal.


78

3. Pengamatan (Observasi) Siklus II

Hasil observasi pada siklus II berdasarkan pengamatan peneliti bersama

kolaborator I dan II disimpulkan sebagai berikut :

Untuk peneliti :

a. Persiapan melakukan permainan kurang baik, waktu terbuang untuk

mengatur kelas.

b. Waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengerjakan tugas terlalu

singkat, sehingga siswa tidak dapat berpikir dengan tenang.

c. Peneliti sudah mulai terampil mengatur waktu dan mengelola kelas,

siswa yang rebut sudah mulai berkurang dan sudah mulai bisa

mengikut proses pembelajaran yang dibuat.

d. Peneliti masih terlalu sering membiarkan siswa berkomentar seenaknya

sehingga terkadang ada beberapa siswa yang terkesan tidak sopan.

Untuk siswa :

a. Masih terdapat siswa yang terlalu berani mengomentari, menimbulkan

kesan tidak sopan terhadap guru.

b. Siswa sudah mulai ikut berperan aktif dalam semua proses kegiatan

dan metode yang digunakan oleh guru, walaupun beberapa siswa

masih kurang cepat tanggap dalam pemahaman pemberian petunjuk

dalam metode yang digunakan oleh guru.


79

c. Pada tugas pembuatan peta pikiran masih terdapat kekurangan, yaitu

beberapa kelompok belum menggunakan stabilo berwarna untuk

membuat kesan menarik, tapi hanya menggaris bawahi dengan

sekedarnya. Tetapi pokok-pokok pikiran dari materi sudah ditentukan

secara baik, hanya pada saat presentasi masih terlihat malu dan tidak

percaya diri untuk membacakan hasil peta pikiran yang dibuat.

Proses penilain tugas kelompok untuk siklus II hanya terbatas pada

pembuatan peta pikiran yang tepat dan menarik, sedangkan hal lain yang

dinilai adalah cara kelompok melakukan presentasi dan kepercayaan diri

siswa saat berbicara di depan teman-temannya.

Dari tugas kelompok siklus II pembuatan peta pikiran dan presentasi,

92% siswa sudah bisa membuat peta pikiran yang sesuai dengan materi,

namun hanya 69% siswa membuat peta pikiran yang menarik, 75% siswa

sudah terampil dalam melakukan presentasi kelompok, 81% siswa sudah

cepat dalam menghafal pokok-pokok materi untuk dipresentasikan dan

70% siswa sudah menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam

melakukan presentasi saat berbicara di depan teman-temannya.

Hasil penilaian tugas kelompok pembuatan peta pikiran dan presentasi

kelompok diukur dalam bentuk diagram dan tabel presentase sebagai

berikut :
80

Gambar IV. 5

Diagram Presentase Hasil Peta Pikiran dan Presentasi Kelompok Siklus II

Hasil Peta Pikiran dan Presentasi


Kelompok Siklus II
100
90
80
70
60
50 Hasil Peta Pikiran dan
40 Presentasi Kelompok Siklus II
30
20
10
0
1 2 3 4 5

TABEL IV. 6

HASIL PETA PIKIRAN DAN PRESENTASI KELOMPOK SIKLUS II

No. Indikator Presentase

1. Ketepatan Peta Pikiran dengan Materi 92%

2. Peta Pikiran yang Menarik 69%

3. Presentasi Kelompok 75%

4. Pokok-Pokok Presentasi 81%

5. Percaya Diri Saat Presentasi 70%


81

d. Kepatuhan siswa dalam proses belajar mengajar sudah meningkat,

mereka sudah mulai menikmati dan merasa nyaman sehingga timbul

suasana menyenangkan dari siswa.

e. Hasil belajar siswa pada siklus kedua dirata-ratakan yaitu 69,63. Nilai

terendah yang diperoleh siswa adalah 53 dan tertinggi adalah 93. Siswa

yang belum mencapai KKM (kurang dari 70) sebanyak 14 siswa, siswa

yang mencapai KKM (nilai 70) sebanyak 2 siswa dan siswa yang

melampaui KKM (lebih dari 70) sebanyak 16 siswa. Data hasil belajar

siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel lampiran. Berikut

deskripsi hasil belajar siswa dalam bentuk diagram dan tabel presentase

sebagai berikut :

Gambar IV. 6

Diagram Presentase Tes Hasil Belajar Siklus II

Tes Hasil Belajar Siklus II


14

12

10

6 Tes Hasil Belajar Siklus II

0
<55 56-64 65-74 75-84 85-100
82

TABEL IV. 7

HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS II

Range Nilai Jumlah (Siswa) Presentase

85 100 2 6%

75 84 8 25%

65 74 12 38%

55 64 8 25%

<55 2 6%

Total 32 100

4. Refleksi Siklus II

Berdasarkan analisi peneliti bersama kolaborator I dan II, siklus kedua

dikatakan sudah mulai berhasil walaupun belum maksimal karena ada

beberapa siswa yang justru mengalami penurunan nilai, dan beberapa siswa

yang mengalami peningkatan nilai secara signifikan. Hal ini berarti beberapa

siswa yang mulai bisa mengikuti model pembelajaran Quantum Teaching

dapat langsung merasakan manfaatnya, namun beberapa siswa yang tidak

menyukai dengan model pembelajaran ini atau tidak dapat mengikuti proses

pembelajaran akan mengalami penurunan nilai yang signifikan. Pembelajaran

pada siklus ketiga diharapkan seluruh siswa dapat berpartisipasi tanpa

pengecualian dan makin aktif dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar

siswa dapat meningkat lebih baik lagi.


83

Agar tindakan siklus ketiga berjalan dengan baik, maka perlu diadakan

pengkajian ulang pada rencana kegiatan pembelajaran untuk siklus ketiga.

Berdasarkan kendala yang telah ditulis pada lembar observasi kolaborator I

dan II, maka hal-hal yang perlu diperbaiki adalah :

a. Dalam pemberian tugas agar memberikan waktu yang lebih lama bagi

siswa agar siswa merasa santai dan tidak tergesa-gesa mengerjakan

tugas

b. Untuk mengatasi siswa yang tidak mengalami perubahan sikap dalam

proses pembelajaran, peneliti harus mengadakan pembicaraan pribadi

dengan siswa tersebut, sekaligus mencari tahu dan mengenal lebih

dekat alasan apa yang membuat siswa tersebut tidak dapat bekerja

sama dalam pembelajaran.

c. Peneliti harus mengkaji ulang pengaturan tempat duduk dan alokasi

waktu yang digunakan, agar siswa merasa lebih santai dan bisa

menikmati suasana belajar yang menyenangkan.

Atas pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka peneliti bersama

dengan kolaborator I dan II merencanakan kembali serta mempersiapkan

prosedur pelaksanaan siklus selanjutnya.

E. Pelaksanaan Tindakan Siklus III

Secara garis besar kegiatan penelitian tindakan siklus III dapat dilihat dalam

gambar IV. 7 di bawah ini. Hasil pelaksanaan pada siklus I, II dan III dijadikan
84

dasar untuk pengambilan kesimpulan penelitian tindakan, setelah sebelumnya

melalui tahap evaluasi.

Gambar IV. 7

Siklus III
at g oses belajar
ha a mengajar
sil m
bel at
aja a
P r n
e sis la
n wa n
e da gs
l n u
i me n
t rin g
i ci ol
be e
d rb h
a ag k
n ai ol
ma a
k sal b
o ah or
l ya at
a ng o
b ter rI
o da d
r pa a
a t n
t pa II
o da b
r sikl er
us s
m ke a
e tig m
n a a
g a
a n
RE d
n
FL e
a
l EK n
i SI g
s a
a n
ja
t la
i n
n n
P y
g
e a
k
n pr
aktek
dan
demonstrasi dengan
materi pokok praktek
Peneliti bersama kolaborator
penataan surat
I dan II membuat Rencana
pembelajaran MPA
dan mengubah
PER
ENC
ANA
AN
pengaturan tempat duduk
menjadi corak tim

TINDAKAN

Pelaksanaan pembelajaran
model
Quantum Teaching
m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
O
B
S
E
R
V
A
S
I
m
e
t
o
d
e
p
r
85

1. Perencanaan Siklus III

Pada tahap perencanaan ini, peneliti beserta kolaborator I dan II

merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum

Teaching, yaitu dengan mengubah pengaturan tempat duduk siswa membentuk

corak tim dimana siswa duduk bersama kelompoknya membentuk setengah

lingkaran. Kemudian peneliti dan kolaborator I dan II bersama-sama

mempersiapkan media yang akan digunakan, guide yang akan dibagikan untuk

praktik penataan dokumen, musik klasik yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran, mempersiapakn slide power point untuk presentasi materi

perbedaan sifat dokumen dan fungsi dokumen yang telah disesuaikan dengan

program kerja guru SMK Nurul Iman Jakarta Timur khususnya mata pelajaran

Melakukan Prosedur Administrasi kelas X-AP 1 semester genap. Sebelum

penelitian dilakukan peneliti telah mempersiapkan Rencana Pembelajaran

yang dikonsultasikan kepada kolaborator I dan II serta menyusun alat evaluasi

pembelajaran untuk tes hasil belajar siklus III.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus III

Kegiatan belajar mengajar pada siklus ketiga ini diikuti oleh tiga puluh dua

siswa (daftar siswa dapat dilihat pada lampiran). Waktu pertemuan kegiatan

belajar mengajar adalah 2 X 30 menit, bertempat di laboratorium multimedia,

lantai 3 SMK Nurul Iman Jakarta Timur.


86

Pertemuan keempat dimulai dengan peneliti memutar musik pop modern

untuk menunggu siswa memasuki kelas eksperimen, kemudian mengabsen

siswa dan mengatur tempat duduk siswa berbentuk corak tim dimana siswa

duduk bersama kelompok masing-masing membentuk setengah lingkaran

lingkaran yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sesuai dengan kesepakatan

kelas yang telah dibuat maka siswa yang terlambat akan mendapatkan reward

berupa pengurangan nilai.

Sebelum memulai materi pelajaran, peneliti menjelaskan bahwa praktek

penataan dokumen berkelompok akan menjadi kompetisi tim, dimana tiga tim

terbaik yang menjadi juara akan mendapatkan hadiah khusus dari peneliti dan

kolaborator I dan II. Setelah motivasi siswa meningkat, peneliti kemudian

menjelaskan rencana pembelajaran untuk pokok bahasan hari ini dan

menjelaskan mengenai AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku). Peneliti

memutar musik klasik popular modern selama tiga menit kemudian membuka

pelajaran dengan menempelkan poster ikon mengenai materi perbedaan sifat

dokumen dan fungsi dokumen.

Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai pengertian dan

sifat-sifat dokumen sebagai apersepsi materi sebelumnya, siswa akan dipilih

secara acak untuk menjawab pertanyaan dari peneliti, siswa yang berhasil

menjawab dengan benar akan memperoleh nilai tambahan sebagai reward.

Dari tiga siswa yang terpilih, semuanya berhasil menjawab pertanyaan dengan

benar yaitu Putri Andini, Yesi Wahyuni dan Priyatna. Ketiga siswa tersebut

mendapat tambahan nilai sebagai reward dari peneliti.


87

Peneliti menggunakan metode ceramah untuk pemberian materi dengan

menampilkan slide power point berisi materi perbedaan sifat dokumen dan

fungsi dokumen. Peneliti memutar musik klasik selama pemberian materi

sebagai latar belakang dalam pembelajaran. Untuk praktek penataan dokumen

peneliti menggunakan metode demonstrasi untuk menjelaskan langkah-

langkah prosedur penataan dokumen, dimana peneliti terlebih dahulu

menentukan prosedur yang akan dipelajari oleh siswa.

Peneliti melaksanakan seluruh prosedur penataan dokumen surat niaga dari

awal sampai akhir secara berurutan, langkah-langkah yang dilakukan hanya

dilakukan satu kali dan tidak ada pengulangan, jadi siswa harus benar-benar

memperhatikan dan mencatat keseluruhan prosedur yang dilakukan peneliti.

Siswa secara berkelompok melakukan prosedur penataan dokumen surat niaga.

Guru menggunakan stopwatch untuk menghitung kecepatan kelompok

melakukan praktek penataan dokumen. Penilaian akhir kompetisi kelompok

akan diambil dari kecepatan kelompok melakukan praktek penataan dokumen

dan hasil akhir dari praktik penataan dokumen surat niaga akan dinilai

berdasarkan pengisian agenda, kerapihan penataan surat, isi surat dan

kelengkapan surat.

Hasil praktek penataan dokumen dikumpulkan untuk penilaian tugas

kelompok siklus III, dan sebagai penilaian kompetisi tim. Kemudian peneliti

menyimpulkan materi yang telah disampaikan dan melakukan post test hasil

belajar siklus III, bentuk tes yang diberikan adalah pilihan essay sebanyak tiga

soal.
88

3. Pengamatan (Observasi) Siklus III

Hasil observasi pada siklus III berdasarkan pengamatan peneliti bersama

kolaborator I dan II disimpulkan sebagai berikut :

Untuk peneliti :

a. Persiapan melakukan demonstrasi sudah cukup baik, semua

kelengkapan untuk praktek penataan dokumen sudah dipersiapkan

dengan baik.

b. Peneliti sudah mulai terampil mengatur waktu dan mengelola kelas,

siswa yang rebut sudah mulai berkurang dan sudah mulai bisa

mengikut proses pembelajaran yang dibuat.

c. Penggunaan pengukuran kecepatan agak mengganggu proses

pembelajaran, karena siswa menjadi tergesa-gesa sehingga praktek

penataan dokumen tidak dilakukan dengan rapih hanya demi mengejar

nilai kecepatan.

Untuk siswa :

a. Siswa sudah bersikap kondusif dan tidak ada lagi gangguan yang

berarti dalam proses pembelajaran.

b. Siswa sudah mulai ikut berperan aktif dalam semua proses kegiatan

dan metode yang digunakan oleh guru.

c. Pada praktek penataan dokumen masih belum mendapatkan hasil yang

maksimal, beberapa kelompok tidak mengikuti prosedur penataan yang

sudah dijelaskan oleh guru, siswa lebih mengejar waktu yang cepat
89

tanpa memikirkan mengenai langkah-langkah yang telah dijelaskan

terlebih dahulu. Ada beberapa siswa yang tidak mengikuti praktek

dikarenakan tidak mengerjakan tugas surat niaga yang telah diberikan

sebelum penelitian tindakan dilakukan hal ini berakibat buruk bagi

kelompok lain yang mengerjakan secara lengkap sehingga terjadi

kecemburuan sosial.

Penilaian akhir kompetisi kelompok akan diambil dari kecepatan

kelompok melakukan praktek penataan dokumen dan hasil akhir dari

praktik penataan dokumen surat niaga akan dinilai berdasarkan pengisian

agenda, kerapihan penataan surat, isi surat dan kelengkapan surat.

Dari tugas kelompok siklus III praktek penataan dokumen dalam

kompetisi tim, hanya 57% siswa yang melakukan praktek penataan

dokumen dengan cepat, 87% siswa sudah terampil melakukan pencatatan

surat dalam agenda tunggal, 82% siswa melakukan praktek penataan

dokumen dengan rapih, 86% siswa sudah terampil membuat surat niaga

dan 71% siswa sudah berhasil mengumpulkan seluruh penataan dokumen

dengan lengkap.

Hasil penilaian tugas kelompok praktek penataan dokumen dan

kompetisi tim diukur dalam bentuk diagram dan tabel presentase sebagai

berikut :
90

Gambar IV. 8

Diagram Presentase Hasil Praktek Penataan Dokumen Kelompok Siklus III

Hasil Praktek Penataan Dokumen


Kelompok Siklus III
100
90
80
70
60
50 Hasil Praktek Penataan
40 Dokumen Kelompok Siklus III
30
20
10
0
1 2 3 4 5

TABEL IV. 8

HASIL PRAKTEK PENATAAN DOKUMEN KELOMPOK SIKLUS III

No. Indikator Presentase

1. Kecepatan Melakukan Penataan Dokumen 57%

2. Keterampilan Pencatatan Surat 87%

3. Kerapihan Penataan Dokumen 82%

4. Kesesuaian Isi Surat Niaga 86%

5. Kelengkapan Penataan Dokumen 71%


91

d. Hasil belajar siswa pada siklus ketiga dirata-ratakan yaitu 73,84. Nilai

terendah yang diperoleh siswa adalah 55 dan tertinggi adalah 94. Siswa

yang belum mencapai KKM (kurang dari 70) sebanyak 13 siswa, siswa

yang mencapai KKM (nilai 70) sebanyak 1 siswa dan siswa yang

melampaui KKM (lebih dari 70) sebanyak 18 siswa. Data hasil belajar

siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel lampiran. Berikut

deskripsi hasil belajar siswa dalam bentuk diagram dan tabel presentase

sebagai berikut :

Gambar IV. 9

Diagram Presentase Tes Hasil Belajar Siklus III

Tes Hasil Belajar Siklus III


10
9
8
7
6
5
Tes Hasil Belajar Siklus III
4
3
2
1
0
<55 56-64 65-74 75-84 85-100
92

TABEL IV. 9

HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS III

Range Nilai Jumlah (Siswa) Presentase

85 100 8 25%

75 84 8 25%

65 74 7 22%

55 64 9 28%

<55 0 -

Total 32 100

4. Refleksi Siklus III

Berdasarkan analisi peneliti bersama kolaborator I dan II, siklus ketiga

dapat dikatakan sudah berhasil walaupun belum maksimal, karena rata-rata tes

hasil belajar siklus ketiga menunjukkan siswa sudah melampaui KKM yang

titentukan oleh sekolah yaitu sebesar 73,84. Hal ini berarti siswa sudah mulai

bisa mengikuti model pembelajaran Quantum Teaching dan merasakan

manfaatnya, beberapa siswa yang belum bisa beradaptasi dengan model

pembelajaran ini pun sudah mulai berkurang dan penurunan nilai yang dialami

juga tidak signifikan. Pembelajaran berikutnya diharapkan seluruh siswa dapat

dapat terus aktif dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat lebih baik lagi.


93

Evaluasi tindakan dalam siklus ketiga berdasarkan kendala yang telah

ditulis pada lembar observasi kolaborator I dan II, maka hal-hal yang perlu

diperbaiki adalah :

a. Dalam pengukuran penilaian pada saat pemberian tugas tidak

dilakukan dengan kecepatan, melainkan dengan ketepatan dan

kesesuaian siswa melakukan tugas sehingga hasilnya akan maksimal.

b. Peneliti harus mengkaji ulang pengaturan tempat duduk dan alokasi

waktu yang digunakan, agar siswa merasa lebih santai dan bisa

menikmati suasana belajar yang menyenangkan.

c. Pada saat melakukan tes hasil belajar peneliti harus mempersiapkan

waktu yang lebih lama, jangan terlalu singkat karena jawaban soal

essay akan memerlukan waktu lebih lama bagi murid untuk berpikir

dalam mengerjakan soal.

Penelitian ini dalam tiga siklus, pada siklus ketiga penelitian dihentikan

karena sudah terlihat peningkatan yang berarti pada hasil belajar siswa dan siswa

sudah bisa nyaman dalam belajar dan menikmati kegiatan pembelajaran.

Berikut ini gambar diagram hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan

siklus III berdasarkan perolehan nilai rata-rata kelas X Administrasi Perkantoran

1, dapat dilihat pada gambar IV.10 di bawah ini :


94

Gambar IV. 10

Diagram Hasil Belajar Siklus I s.d Siklus III

Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I s.d


Siklus III

74
72
70
68
Diagram Hasil Belajar Siswa
66 Siklus I s.d Siklus III
64
62
60
Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III

Dari diagram di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari

sebelum penelitian tindakan dilakukan sampai kepada siklus III. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar mata pelajaran

Melakukan Prosedur Administrasi sudah dapat dicapai, hal ini terlihat dari saat

sebelum tindakan rata-rata hasil belajar siswa hanya mencapai 65 dengan nilai

terendah 47. Sedangkan setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan model

pembelajaran Quantum Teaching rata-rata hasil belajar siswa meningkat, pada

siklus pertama rata-rata hasil belajar siswa 67, pada siklus kedua rata-rata hasil

belajar siswa menjadi 69,63 sedangkan pada siklus ketiga rata-rata hasil belajar

siswa meningkat menjadi 73,84. Data ini menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran Quantum Teaching dalam proses belajar mengajar dapat


95

meningkatkan hasil belajar siswa dan berhasil memenuhi standar nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70.

Pada akhir kegiatan penelitian, peneliti membagikan kuisioner dan tabel

wawancara terbuka guna mengetahui tanggapan dari para siswa mengenai

penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dalam mata pelajaran

melakukan prosedur administrasi apakah siswa merasa senang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dan dapat merasakan

manfaat dari penerapa model pembelajaran tersebut. Untuk tabulasi jawaban

kuisioner siswa dan tabel wawancara terbuka dapat dilihat pada tabel lampiran.

Secara keseluruhan, hampir sebagian besar siswa merasa senang belajar

dengan model pembelajaran Quantum Teaching baik dari sikap guru, metode yang

digunakan, pengaturan kelas dan juga suasana kelas yang tercipta dalam

penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching. Manfaat lain yang dirasakan

oleh para siswa dalam penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching adalah

sebagai berikut :

1. Materi pelajaran menjadi mudah dipelajari dan di pahami karena didukung

oleh metode belajar yang menarik dan menyenangkan.

2. Belajar menjadi tidak membosankan karena suasana kelas mendukung

pembelajaran sehingga materi mudah di ingat.

3. Mendorong sikap bertanggung jawab, mandiri, berkompetisi dan percaya diri.

4. Mendorong siswa belajar aktif dan rajin mengerjakan tugas.

5. Meningkatkan hasil belajar.


96

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan yang telah dilakukan dalam

penerapan model pembelajaran Quantum Teaching pada mata pelajaran

melakukan prosedur administrasi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching telah mampu

meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa belajar lebih cepat.

2. Dalam penerapan model pembelajaran Quantum Teaching, kemampuan

akademis siswa dapat meningkat secara optimal karena siswa belajar dalam

keadaan yang menyenangkan sehingga membuat siswa tidak merasa jenuh

tetapi bersemangat dan termotivasi belajar.

3. Model pembelajaran Quantum Teaching dapat membantu meningkatkan

kemampuan siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

4. Pendapat kolaborator I selaku guru kelas yang diteliti adalah bahwa model

pembelajarn Quantum Teaching tidak hanya efektif untuk meningkatkan hasil

belajar mata pelajaran melakukan prosedur administrasi, tetapi juga dapat

digunakan untuk mata pelajaran lainnya.

96
97

5. Berdasarkan kuisioner dan tabel wawancara terbuka mengenai pendapat siswa

tentang penerapan model pembelajaran Quantum Teaching apakah siswa

menyukai model pembelajaran ini atau tidak, hasil yang diperoleh bahwa

sebagian besar siswa memberikan tanggapan yang positif mengenai penerapan

model pembelajaran Quantum Teaching, bagi mereka hal ini adalah suatu

pengalaman baru yang membuat mereka bersemangat dan termotivasi belajar

dan untuk selalu menjadi yang terbaik. Pendapat siswa mengenai manfaat

model pembelajaran Quantum Teaching adalah :

1) Mendorong sikap bertanggung jawab, mandiri, dan mau ikut berkompetisi

untuk mendapatkan nilai terbaik.

2) Membangkitkan kepercayaan diri dalam hal memberikan pendapat dan

berbicara di depan banyak orang.

3) Mendorong siswa belajar aktif dan rajin dalam mengerjakan tugas yang

diberikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan yang dilakukan, peneliti

memberikan saran sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching diharapkan dapat

digunakan sebagai model pembelajaran pada mata pelajaran lainnya sebagai

upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Sebaiknya dari pihak pendidik dapat lebih kreatif dan inovatif dalam

mengembangkan model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar


98

mengajar, agar tidak terjadi kejenuhan pada siswa untuk dapat mencapai

standar kompetensi yang ditetapkan oleh pihak sekolah.

3. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat dijadikan lebih

efektif apabila pendidik dan pihak sekolah mau menyediakan media yang lebih

menarik serta mengikuti perkembangan jaman dan sejalan dengan kecakapan

hidup yang diperlukan oleh siswa sebagai lulusan kompetensi yang harusnya

berkualitas tinggi.

4. Perlunya pengawasan dalam penerapan model pembelajaran Quantum

Teaching agar suasana menyenangkan tidak disalahgunakan siswa untuk

bercanda dan mengobrol diluar konteks pelajaran, tetapi guru harus bisa

mengoptimalkan waktu pembelajaran agar tidak terbuang sia-sia.

5. Dalam penerapan model pembelajaran Quantum Teaching masih banyak

metode yang dapat digunakan untuk memberikan materi maupun untuk

mengadakan evaluasi, pendidik harus lebih kreatif dalam memilih metode

yang sesuai dengan materi yang diberikan dan juga tetap menjaga suasana

belajar menjadi menyenangkan.


99

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 2009.

Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2008.

DePorter Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie. Quantum Teaching.
Terjemahan Ary Nilandari. Kaifa. Bandung. 2010

DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. Quantum Learning. Bandung : Kaifa. 2003.

Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
PT Rineka Cipta. 2006

Isjoni. Mendayagunakan Teknologi Pengajaran. Pekanbaru : UNRI Press, 2005

Lasa HS. Metode pembelajaran Quantum Teaching. PUSARA, 70. Edisi


Maret-April 2001.

M. Sobry Sutikno. Pendidikan Sekarang dan Masa Depan. Lombok : NTP Press,
2006.

Mahmun. Quantum Teaching, Pembelajaran yang Menyenangkan.


(http://mahmun.wordpress.com/2008/03/12/quantum-teaching-
pembelajaran-yang-menyenangkan/)

Miftahul Ala. Quantum teaching. Yogyakarta : Diva Press, 2010.

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :


PT Remaja Rosdakarya, 2010.
99
100

Mulyono Abdurrahman. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta :


Rineka Cipta, 2003.

Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya. 2005.

Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2008,

Paul M. Hollingsworth. Questioning : Heart Of Teaching.


(http://www.jstor.org/pss/30180930)

Psychemate. Quantum Teaching.


(http://psychemate.blogspot.com/2007/12/quantum-teaching.html)

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


2007

Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja


Grafindo Persada, 2008.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta : PT Bumi Aksara. 2005.

Suryabrata, Sumadiurya. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada. 2003.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,


2008.

Wijayah Kusumah, Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta : Indeks. 2009

Anda mungkin juga menyukai