Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun
Oleh:
NURUL IKLIMA
NIM: 13120056
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
makalah ini yang Alhamdulilah tepat pada waktunya yang berjudul Standar
semua tentang Berbagai Konsep Standar Akuntansi Keuangan dilihat dari aspek
IFRS. kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersipat membangun selalu kami
Akhir kata, kami sampai kan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusun makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah
Nurul Iklima
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4
2.1 Sejarah, perkembangan, dan pengadopsian Standar Akuntansi
Internasional di Indonesia .................................................................... 4
2.2 Pengadopsian Standar Akuntansi Internasional di Indonesia............... 4
2.3 Revisi terbaru PSAK yang mengacu pada IFRS.................................. 5
2.4 Perkembangan Ifrs Di Indonesia.......................................................... 7
2.5 Struktur IFRS........................................................................................ 7
2.6 Konversi Ke IFRS Di Indonesia........................................................... 8
2.7 Tujuan IFRS.......................................................................................... 11
2.8 Manfaat Dari Adanya Suatu Standard Global...................................... 11
2.9 Penerapan IFRS di Indonesia................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994. Sejak tahun 1994, IAI juga telah
memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi
internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan
selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi
adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting
Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi
dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi
secara berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun
penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan
enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1
April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku Standar Akuntansi
Keuangan per 1 September 2007 ini di dalamnya sudah bertambah
dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK
baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK,
62 PSAK, dan 7 ISAK.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka
badan penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan
kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah
Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang
dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan
standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode
kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel
yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun
1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi
Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di
Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan
mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite
Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi
2
Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18
Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang
terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh
DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan
luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK
dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
disusun oleh DSAK dalam bentuk Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Hal ini diperlukan karena transaksi
syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan transaksi usaha
umumnya sehingga ada beberapa prinsip akuntansi umum yang tidak dapat
diterapkan dan diperlukan suatu penambahan prinsip akuntansi yang dapat
dijadikan landasan konseptual.
5
Dengan adanya penyempurnaan dan pengembangan PSAK secara
berkelanjutan dari tahun ke tahun, saat ini terdapat tiga PSAK yang
pengaturannya sudah disatukan dengan PSAK terkait yang terbaru sehingga
nomor PSAK tersebut tidak berlaku lagi, yaitu :
1. PSAK No. 9 (Revisi 1994) tentang Penyajian Aktiva Lancar dan
Kewajiban Jangka Pendek pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 1
(Revisi 1998) tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2. PSAK No. 17 (Revisi 1994) tentang Akuntansi Penyusutan pengaturannya
disatukan dalam PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang Aset Tetap;
3. PSAK No. 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan (1994)
pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 19 (Revisi 2000) tentang Aset
Tidak Berwujud.
6
akuntabilitas publik. Namun IFRS tidak wajib diterapkan oleh perusahaan-
perusahaan lokal yang tidak memiliki akuntabilitas publik. Pengembangan
PSAK untuk UKM dan kebutuhan spesifik nasional didahulukan.
7
3. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting
Interpretations Committee (IFRIC) setelah tahun 2001.
4. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee
(SIC) sebelum tahun 2001.
5. Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statement
( Kerangka Kerja persiapan dan Penyajian laporan Keuangan ).
Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar
akuntansi. Yang pertama berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan
atau informasi lain yang berkaitan. Definisi digunakan dalam standar
akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat dan
dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya. Yang
kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk
menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat
terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan
(pada tanggal neraca).
Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria
yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen
tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini
digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi
tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi
dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau
berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan.
8
ingin tertinggal. Sehingga, dalam perkembangan penyusunan standar
akuntansi di Indonesia oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
tidak dapat terlepas dari perkembangan penyusunan standar akuntansi
internasional yang dilakukan oleh International Accounting Standards Board
(IASB). Standar akuntansi keuangan nasional saat ini sedang dalam proses
secara bertahap menuju konverjensi secara penuh dengan International
Financial Reporting Standards yang dikeluarkan oleh IASB. Adapun posisi
IFRS/IAS yang sudah diadopsi hingga saat ini dan akan diadopsi pada tahun
2009 dan 2010 adalah seperti yang tercantum dalam daftar- daftar berikut ini:
1. IFRS/IAS yang Telah Diadopsi ke dalam PSAK hingga 31 Desember
2008
a. IAS 2 Inventories
b. IAS 10 Events after balance sheet date
c. IAS 11 Construction contracts
d. IAS 16 Property, plant and equipment
e. IAS 17 Leases
f. IAS 18 Revenues
g. IAS 19 Employee benefit
h. IAS 23 Borrowing costs
i. IAS 32 Financial instruments: presentation
j. IAS 39 Financial instruments: recognition and measurement
k. IAS 40 Investment propert
2. IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2009
a. IFRS 2 Share-based payment
b. IFRS 4 Insurance contracts
c. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations
d. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources
e. IFRS 7 Financial instruments: disclosures
f. IAS 1 Presentation of financial statements
g. IAS 27 Consolidated and separate financial statements
h. IAS 28 Investments in associates
i. IFRS 3 Business combination
9
j. IFRS 8 Segment reporting
k. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors
l. IAS 12 Income taxes
m. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates
n. IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans
o. IAS 31 Interests in joint ventures
p. IAS 36 Impairment of assets
q. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets
r. IAS 38 Intangible assets
3. IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2010
a. IAS 7 Cash flow statements
b. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of
government assistance
c. IAS 24 Related party disclosure
d. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies
e. IAS 33 Earning per share
f. IAS 34 Interim financial reporting
Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional
(International Accounting Standard/IAS) untuk memudahkan perusahaan
asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun
demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara
mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal.
Membahas tentang IAS saat ini lembaga-lembaga yang aktif dalam usaha
harmonisasi standar akuntansi ini antara lain adalah IASC (International
Accounting Standard Committee), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
OECD (Organization for Economic Cooperation and Development).
Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi ini adalah
perusahaan-perusahaan multinasional, kantor akuntan internasional,
organisasi perdagangan, serta IOSCO (International Organization of
Securities Commissions).
10
2.7 Tujuan IFRS
Tujuan IFRS adalah :memastikan bahwa laporan keungan interim
perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan
tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang :
1 Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang
peiode yang disajikan.
2 menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan
pada IFRS.
3 dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna.
11
2.9 Penerapan IFRS di Indonesia
1. Menurut Sri Mulyani, konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu di
dukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal dari komunitas
internasional yang sudah lama menganut standar ini. kalau standar itu
dibutuhkan dan akan meningkatkan posisi indonesia sebagai negara yang
bisa dipercaya di dunia dengan tata kelola dan pertanggungjawaban
kepada rakyat dengan lebih baik dan konsisten, tentu itu perlu dilakukan
ujarnya.
2. Menurut Rudy Suryanto, SE, M.Acc, AKT (dosen program studi
akuntansi UMY). Sebenarnya penerapan IFRS di indonesia telah di mulai
secara bertahap sejak tahun 2007, namunakan diterapkan penuh tahun
2012.
Saat standard internasional tidak berbeda dengan standard nasional,
maka tidak akan ada masalah. Yang menjadi masalah, apabila standard
internasional berbeda dengan standard nasional. Bila hal ini terjadi, maka
yang didahulukan adalah standard nasional (rujukan pertama). Banyak pro
dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring waktu
Standard internasional telah bergerak maju.
Dengan pengadopsian IFRS memang diperuntukkan sebagai contoh
bahwa dalam hidup kita memang mengalami perubahan, dan perubahan ini
terjadi akibat adanya perkembangan dari segala aspek. Namun dalam
mengadopsi IFRS , sayangnya masih terdapat pihak-pihak yang mungkin
menentangnya, contoh alasannya adalah pemahaman yang mungkin masih
dirasa kurang. Mengapa tidak, IFRS ini dalam penjelasannya masih
menggunakan bahasa Inggris yang berarti kita harus menerjemahkannya
kedalam bahasa yang sesuai dengan Negara yang akan menganutnya. Dengan
ini, permasalahannya adalah kita memerlukan banyak waktu untuk
menerjemahkan. Serta anggapan bahwa dengan pengubahan ini menimbulkan
biaya yang lumayan besar, karena inilah pengadopsian IFRS di Indonesia
belum berjalan.
1. Manfaat Dari Adanya Suatu Standard Global:
12
Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di
seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan
berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan
memperbaiki efisiensi alokasi lokal.
Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.Perusahaan-
perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai
merger dan akuisisi. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas
pembuatan standard dapat disebarkan dalam mengembangkan standard
global yang berkualitas tertinggi.
Hamonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah
besar perusahaan secara sukarela mengadopsi standard pelaporan
keuangan Internasional (IFRS). Banyak Negara yang telah mengadopsi
IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standard
nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor
institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Usaha-usaha
standard internasional ini dilakukan secara sukarela.
Manfaat Penerapan IFRS
1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).
2. Mengurangi biaya SAK.
3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5. Meningkatkan transparasi keuangan.
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan
dana melalui pasar modal.
7. Meningkatkan efisiensi pengyusunan laporan keuangan.
13
5. Perubahan text-book dari US GAPP ke IFRS
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan
secara sukarela mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional
(IFRS). Banyak Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan
menggunakan IFRS sebagai dasar standard nasional. Hal ini dilakukan untuk
menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan
lainnya. Banyak pro dan kontra dalam penerapan standard internasional,
namun seiring waktu, Standard internasional telah bergerak maju, dan
menekan Negara-negara yang kontra.
Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional untuk
memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau
sebaliknya. SAK Indonesia direncanakan akan mengadopsi penuh IFRS tahun
2012. Hal ini diharapkan akan semakin membawa perusahaan-perusahaan di
Indonesia dapat bersaing dengan perusahaan internasional lainnya karena
dengan melakukan adopsi ini tentunya penyajian laporan keuangan yang
dilakukan oleh perusahaan juga akan semakin akuntabel dan transparan.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/lisahhRj/perkembangan-standar-akuntansi-indonesia-
menuju-konvergensi-ifrs
https://www.academia.edu/9273938/SEJARAH_PERKEMBANGAN_PENGAD
OPSIAN_SAK_KONVERGENSI_IFRS
https://goo.gl/efW8Ef
https://edhane.wordpress.com/2010/04/01/sejarah-sak/
http://nunung-nur.blogspot.com/2011/05/harmonisasi-akuntansi internasional.html
https://estuputri.wordpress.com/tag/harmonisasi-akuntansi-internasional/
https://tsetyaernawati.wordpress.com/2012/04/05/rangkuman-isi-sak-etap/
http://syannegracetine.blogspot.com/2013/11/materi-sak-etap_14.html
http://www.wibowopajak.com/2012/06/jenis-jenis-laporan-keuangan.html
http://yangpentingberbagi.blogspot.com/2012/04/empat-pilar-standar
akuntansi.html
16
JURNAL
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN PERKEMBANGANNYA DI
INDONESIA MELAUI IFRS
DITULIS PADA JANUARI 7, 2014 OLEH MUJIHARTO_PANGA
Abstrak
Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Di indonesia Melaui
IFRS
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui sejauh mana standar akuntansi Keuangan yang telah
menerapkan IFRS
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi
secara penuh dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang
dikeluarkan oleh IASB (International Accounting Standards Board. Oleh karena
itu, arah penyusunan dan pengembangan standar akuntansi keuangan ke depan
akan selalu mengacu pada standar akuntansi internasional (IFRS) tersebut.
Untuk hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, DSAK akan
terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan
nyata di Indonesia, terutama standar akuntansi keuangan untuk transaksi syariah,
dengan semakin berkembangnya usaha berbasis syariah di tanah air. Landasan
konseptual untuk akuntansi transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam
bentuk Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Hal ini diperlukan karena transaksi syariah mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan transaksi usaha umumnya sehingga ada beberapa prinsip akuntansi umum
yang tidak dapat diterapkan dan diperlukan suatu penambahan prinsip akuntansi
yang dapat dijadikan landasan konseptual.
Hung & Subramanyan (2004) menguji efek adopsi SAI terhadap laporan
keuangan perusahaan di Jerman. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa
total aktiva, total kewajiban dan nilai buku ekuitas, lebih tinggi yang menerapkan
IAS dibanding standar akuntansi Jerman, dan tidak ada perbedaan yang signifikan
pada pendapatan dan laba bersih yang didasarkan atas Standar Akuntansi
Internasional dan Standar Akuntansi Jerman. Adopsi SAI juga berdampak pada
rasio keuangan, antaralain rasio ROE, RAO, ATO, rasio LEV dan PM, rasio nilai
buku terhadap nilai pasar ekuitas, rasio Earning to Price.
Peranan dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS sebagai standar akuntansi
domestik
Keuntungan harmonisasi menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002) adalah: (1)
Informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, (2) Harmonisasi dapat
menghemat waktu dan uang, (3) Mempermudah transfer informasi kepada
karyawan serta mempermudah dalam melakukan training pada karyawan, (4)
Meningkatkan perkembangan pasar modal domestik menuju pasar modal
internasional, (5) Mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan
operasional yang berguna untuk menjalankan bisnis serta mempermudah dalam
pengelolaan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, dan pihak lain.
Kerugian apa yang akan kita hadapi bila kita tidak melakukan harmonisasi,
kerugian kita berkaitan dengan kegiatan pasar modal baik modal yang masuk ke
Indonesia, maupun perusahaan Indonesia yang listing di bursa efek di Negara lain.
Perusahaan asing yang ingin listing di BEI akan kesulitan untuk menerjemahkan
laporan keuangannya dulu sesuai standart nasional kita, sedangkan perusahaan
Indonesia yang akan listing di Negara lain, juga cukup kesulitan untuk
menerjemahkan atau membandingkan laporan keuangan sesuai standart di negara
tersebut. Hal ini jelas akan menghambat perekonomian dunia, dan aliran modal
akan berkurang dan tidak mengglobal.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi
akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi,
khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal
ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak
berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak
sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite
PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
mengkondifikasikannya dalam buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 dengan
tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia
usaha.
Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI
1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
per 1 Oktober 1994. Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk
melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam
pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan
dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi
dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi
penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat
terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.
Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia
Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk
pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan.
Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun
1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya,
pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah
menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta,
Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan
ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan
Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi
Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran
kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi
syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri
atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna,
merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di
Indonesia.
Ada juga pendapat yang lain mengtakan bahwa perkembangan standar akuntansi
keuangan di Indonesia yang terbaru mengadopsi IFRS ke PSAK, kronologis
kejadian dari tahun ke tahun adalah sebagai berikut :
Ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini ditunjukkan Sejak tahun
1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk
menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk
membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI
melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang
kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan
lainnya dibuat sendiri. (Terjadi pada periode 1994-2004).
Merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010,
buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar
baru. Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober
1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007,
dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi nanti) X di
Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun
2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun
2008. Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun
2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33
standar. (terjadi pada periode 2006-2008)