Anda di halaman 1dari 9

TERBATAS

OPTIKALISASI PERAN KODIM


DALAM PENDAMPINGAN TERWUJUDNYA KETANAHAN PANGAN

PENDAHULUAN
Negara Agraris adalah suatu Negara yang sebagian kegiatan ekonominya
berdasarkan pada sektor pertahanan, yang berarti bahwa mayoritas penduduk
berprofesi sebagai petani dengan mengandalkan produktifitas di sektor pertanian.
Indonesia Pernah perstatus sebagai Negara aggraris, namun lebih tepatnya 33 tahun
silam dimana pada saat itu di tahun 1984, Indoenesia telah berhasil mencaoai
swasembada beras, untuk selanjutnya berlandaskan tugas social kemanusian sebagai
hasilnya di ekspor untuk membantu Negara-negara miskin di Afrika yang pada saat itu
dilanda musibah kelaparan, seiring berjalannya waktu, diharapakan dengan situasi
politik, ekonomi dalam negeri, bahkan perkembangan lingkungan global dan regional,
keadaan ekonomi Indonesia mengalami pemulihan drastic terutama dalam sektor
pertanian. Negara tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan bahkan makanan pokok
yang mayoritas adalah berupa padi atau beras bahkan Indonesia menjadi negari
pengimpor beras dari Negara tetangga untuk mencukupi ketersediaan pangan mungkin
bangsa ini belum tersadar bahwa pertumbuhan penduduk seperti deret ukur,
sedangakn ketersedian bahan pertumbuhan penduduk sepert deret ukur, sedangkan
ketersedian bahan makanan akan bertambah seperti deret hitung ( T.R Mahner, an
essay of the province of population, 1798). Hal ini sangat ironis dengan kandungan
kekayaan alam yang sangat melimpah yang dimiliki Negara ini baik yang ada diperut
bumi maupun tergelar di permukaan bumi nusantara ini. Masalah pangan pun terus
menggeliat menjadi masalah nasioanl melihat fenomena tersebut. Presiden RI Ir. Joko
Widodo pada tahun 2015 mencetuskan program tercapainya ketahanan pangan dalam
3 tahun kedepan. Hali ini berarti pada tahun 2018 Indonesia harus sudah mencapai
swasembada pangan untuk mewujudkan program kementrian pertanian sebagai
leading sektor untuk mewujudkan program ketahanan pangan ini dan dalam
pelaksanaannya TNI digandeng untuk ikut berperan serta aktif dalam mensukseskan
hajat nasioanl ini. Kemudian TNI menunjuk TNI AD sebagai integra dari TNI untuk
melaksanakan program tersebut karena sesuai dengan salah satu tugas TNI AD yaitu
melaksanakan pemberdayaan wilaah pertahanan di darat ( Undang-Undang RI No. 34
Tahun 2004 tentan TNI Pasal 8 Poin 4 ). Dalam hal ini unsur pelaksanaan dari TNI AD
dilaksanakan oleh satuan komandi kewilayahan ( satkorwat) dimulai dari koramil
sampai dengan kodam, namun satuan untuk tingkat perencanaan serta komando
pengendalian terendah berada pada tingkat kodim. Harapan pemerintah bahwa dengan
digandenganya TNI AD akan memuluskan penerapan program ketahanan pangan.
Namun kenyataan pangan, kurangnya saran prasaranm dan belum sinerginya instansi
yang berkaitan. Oleh karena itu optimalisasi peran anggota satkorwil sangat diperlukan
untuk mewujudkan program ini.
Sehubungan dengan uraian latar belakang diatas bahwa belum optimalnya peran
satkorwal dalam mensukseskan program ketahanan pangan, ada beberapa
identifikatasi persoalan yang harus dipecahkan. Pertama yaitu tingkat sumberdaya
manusia ( SDM ) dari Prajurit TNI AD di satkorwil masih belum mempuni dalam
pengawasan dan pendampingan program ketahan pangan, kedua kurangnya sarana
dan prasarana peralatan yang dimiliki oleh satkorwil dan ketiga yaitu belum adanya
sinergis yang kuat antara instansi yang terkait mengacu pada masalah bagaimana
ketahanan pangan ? untuk menjawab hal tersebut, penulis berusaha untuk
menganalisa dari berbagai sudut pandang.
Dari penjelasan tersebut, maka pentingnya penyusunan tulisan ini adalag agar para
komandan kodim ( dandim) memahami dan melaksanakan dalam menyiapkan
satuannya untuk membantu terwujudnya program ketahanan pangan . dan dalam
penulisan ini disusun dengan metode deskriptif analisis berdasarkan pengamatan di
lapangan dan dengan menggunakan studi kepustakaan.
Adapun nilai guna dalam tulisan ini yaitu agar para pembaca dalap mengetahui
langkah dan upaya dari Dandim untuk menyiapkan satuannya guna meninggkatkan
peran memberikan sumbangan saran bagi pimpinan untuk menyelesaikan masalah
ketahanan panga. Maksud dari tulisan ini yaitu dalam pendampingan TNI AD dalam
menyusun kebijakan pendahuluan, pembahasan, dan penutup dengan pembatasan
hanya pada tingkat. Kodim
PEMBAHASAN
Tingkat kesiapan Kodim dalam pendampingan program ketahanan pangan harus
disiapkan dengan semaksimal mungkin sehingga harapan dari pemerintah yang sudah
memberikan kepercayaan terhadap TNI khususnya TNI AD dapat dijawab dengan hasil
yang dicapai. Kualitas SDM dari prajurit Kodim sudah mampu dilengkapinya saranan
dan prasarana yang diperlukan untuk terwujudnya hal iitu diperlukan kerja keras dari
semua pihak khususnya Dandim dalam mengoptimalkan peran Kodim tersebut.
Kurangnya kualitas SDM rajurit
Penunjukan TNI untuk mendampingi kementrian pertahanan dalam mewujudkan
ketahanan pangan, bukan suatu hal yang tidak berdasarkan TNI merupakan lembaga
yang mendapatkan kepercayaan nomor 1 (satu) dimasyarakat yaitu pada tingkat 90%
( survey CSR tahun 2016). Dan dalam program ketahanan pangan ini peran TNI AD
sebagai pengawal dan pendamping. Dimana fakta yang ada bahwa selama ini banyak
ditemukan hal-hal yang tidak tepat sasaran, antara lain pendistribusian pupuk
persubsidi yang tidak tepat sasaran langsung ke petani, pendistribusian dibuat juga
mengalami hal yang sama, sampai kepada terbatasnya pengeluh pertanian dengan
adanya peran kodim diharapakan kendala tersebut dapat diminimalkan. Namun
dilarang karena keterbatasan kemampuan prajurit, hal ini belum dapat dilaksanakan.
Alasan dalam hal ini yaitu memang para prajurit ini (babinsa belum mendapatkan bekal
yang cukup dalam hal bidang pertanian.
Bercermin dari kejadian tersebut, penulis mempunyai harapan dan keinginan
agar para Babinsa memiliki bekal dan kemampuan dalam pertanian, sehingga peran
serta aktifnya dalam perdampingan ketahanan pangan dapat dilaksanakan dengan
maksimal, tidak ada lagi ditemukan adanya subsidi adanya pemerintah dalam pertanian
yang tidak tepat sasaran.
Berdasarkan UU RI No. 34 Tahun 2004 Pasal 7 Ayat 2 disebutkan bahwa dalam
melaksanakan tugas pokoknya TNI melalui ONSP yang salah satunya yaitu
memberdayakan pertanian dan kekuatan pendukungnya secara diri sendiri dengan
system pertahanan semesta. Dari pertanyaan tersebut bahwa prajurit TNI AD dalam hal
ini Babinsa benar benar harus dapat memberdayakan wilaah pertanian. Hal tersebut
sejalan dengan pengertian dari pembinaan teritorioal yaitu suatu pemberdayaan
wilayah darat secara dalam untuk mewujudkan kemanunggalan TNI dengan rakyat
( Bujukin Tentang Binter Tahun 2011 ). Sehingga memang sudah mutlak bahwa untuk
dapat mendampingi dan mengawal ketahanan pangan harus dibekali kemampuan yang
mempuni.
Dari hal diatas dapat kelemahan dan kendala sehingga dapat menciptakan
berbagai persoalan. Kelemahan yang ada yaitu kurangnya jumlah Babinsa yang ada
dalam bidang pertanian. Padahal dalam hal ini Babinsa juga berperan untuk membantu
memberikan penyuluhan kepada para petani dihadapkan dengan keterbatasan jumlah
penyuluh pertanian yang ada didinas pertanian di tiap tiap daerah. Sedangkan kendala
yang dihadapi yaitu kurangnya sosialisasi khususnya dari kemenentrian pertanian
ataupun dinas pertanian yang ada didaerah untuk memberikan pembekalan kepada
para Babinsa yang terkait dengan pertanian. Karena harus disadari bahwa tidak semua
Babinsa mengerti bagaimana cara untuk bertani, yang baik sehingga hasilnya
meningkat.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dapat dilakukan dengan upaya
memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki. Upaya tersebut antara lain:
pertama. Penambahan jumlah Babinsa yang tersebar dikoramil-koramil dalam kodim
tersebut. Dandim dapat mengeluarkan surat perintah pelaksanaan bagi anggotanya
untuk bertugas sebagai Babinsa. Kemudian Dandim mengajukan kekomando atas
tentang kekurangan Babinsa diwilayahnya; kedua melaksanakan penataran tersebar
tentang tugas babinsa khususnya dalam program ketahanan pangan. Hal ini sebagai
tindak lanjut dari pelaksanaan Babinsa secara terpusat bagi Babinsa yang dilaksanakan
di Pusdikter; Ketiga. Melaksanakan koordinasi dengan dinas pertanian untuk
memberikan pembekalan bagi para babinsa tentang pertanian.
Kurangnya sarana dan prasarana pertanian
Peningkatan produktifitas pertanian tentunya harus didukung dengan dengan
intensitifikasi produksi pertanian yang sering disebut dengan revolusi hijau . Dalam
revolusi hijau ini berisi antara lain menghadirkan peralatan tekhnik dan perbaikan
infrastruktur irigasi. Dalam 20 tahun terakhir didapatkan bahwa sangat sedikit
pemerintah melakukan perbaikan sarana irigasi bahkan ketersedian air bagi pertanian,
bukan karena factor irigasi yang baik melainkan karena factor cuaca yang pada musim
kemarau cenderung basah ( andreas maryoto, kompas, 2009 ). Disamping itu alat
pertanian yang dimiliki sebagian besar petani masih tradisional dengan sebagian besar
masih mengandalkan cangkul, sabit, dan pemanfaatan hewan ternak ( sapi, kerbau).
Untuk membajak sawah. Hal ini sangat tidak relevan dihadapkan dengan tuntutan
swasembada beras untuk menciptakan ketahanan pangan. Ini semua dapat terjadi
sedikit banyak kurangnya perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian yang
dikarenakan kurangnya terjun langsung untuk melihat kondisi nyata dilapangan.
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis mempunyai harapan dan keinginan agar
pemerintah dalam hal ini lebih memperhatikan dalam hal pemenuhan sarana dan
prasaran pertanian yang diperlukan. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
menunjang dan mendukung produktifitas pertanian menuju terwujudnya program
pemerintah yaitu ketahanan panga.
Salah satu program nawa cita dari presiden RI Ir. Joko Widodo adalah
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor sektor strategis
ekonomi domestik. Salah satunya adalah dari sektor pertanian dengan program
ketahanan pangan. Dalam pelaksanaan program tersebut dan dengan ditunjukannya
kementrian pertanian dan TNI maka dilaksanakannya kerjasama dengan
penandatanganan nota kesepahaman. Adanya penandatanganan Nota Kesepahaman
antara Kementerian Pertanian dengan TNI AD tentang kerja sama dibidang pertanian
kemudian ditindak lanjuti dengan perjanjian kerjasama antara Dirjen Prasaran dan
sarana pertanian dengan aster kasat juga pada bulan januari 2015. Pada perjanjian
tersebut disebutkan untuk meningkatkan produksi Pajale (Padi, Jagung, Kedelai)
melalui perbaikan saluran irigasi dan sarana pendukungnya. Hal itu sejalan dengan jati
diri TNI sebagai prajurit yang professional dimana prajurit harus terdidik, terlatih,
diperlengkapi dengan baik, tidak berpolitik, berpegang teguh pada ketentuan dan norma
yang berlaku ( UU RI No. 34 Tahun 2004 Tentang TNI Pasal 2 ) sehingga mesti
melaksanakan pendampingan dibidang petanian, namun tetap harus dilengkapi dengan
alat perlengkapan yang mendukung dan berkualitas.
Menilik persoalan diatas, maka terdapat beberapa kelemahan dan kedala.
Kedala yang dimiliki yaitu satuan kodim tidak mempunyai sarana dan prasarana
dibidang pertanian seperti mesin traktor, cangkul dalam jumlah yang cukup, dan
sebagainya. Kendalanya yang ditemui yaitu bahwa kondisi saluran irigasi sudah banyak
yang tidak berfungsi dengan baik. Disebabkan karena tidak adanya peralatan dalam
waktu yang cukup lama, baik dari petani itu sendiri maupun dari pemerintah.
Sedangkan kendala lainnya yaitu lahan temat pertanian semakin sempit dihadapkan
dengan banyaknya alih fungsi lahan pertanian sebagai pemukiman penduduk maupun
untuk industry hal ini sangat mempertahankan dan harus segera diatasi.
Untuk mengatasi berbagai kelemahan dan kedala tersebut maka dapat dilakukan
upaya dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada. Upaya tersebut yaitu :
1. Membentu Brigade Alsertan ( Alat Mesin Pertanian ) pertanian ini merupakan suatu
system peralatan mesin yang dapat digerakan dibidang mulai dari tahap pratanam,
tanam, sampai dengan proses panen, Alsentran ini diciptakan oleh TNI AD untuk
mengatasi adanya keterbatasan oleh TNI AD untuk mengatasi adanya keterbatasan
sarana yang ada di Kodim dan masih bersifat sangat tradisional ; 2. Melaksanakan
rehabilitas irigasi hal ini dilaksanakan agar system irigasi benar-benar dapat berfungsi
delam usaha meningkatkan produksi pertanian tentunya dengan kerjasama antara TNI
dan kementrian. Kodim dapat menyediakan tenaga dalam proses perbaikan irigasi.
Selain itu aparat teritorial dan Babinsa juga dapat peran pada pengoprasian dan
pengawasan penggunaan irigasi. Karena indikasi oknum yang tidak pertanggung jawab
dan monopoli irigasi; 3. Melaksanakan penambahan lahan pertanian. Hal ini dpat
dilakukan dengan program luas tambahan tanam yaitu dengan mengaktifkan kemabali
lahan pertanian yang sudak tidak dimanfaatkan maupun dengan program cetak sawah
yaitu dengan membentuk lahan pertanian yang baru dengan tujuan semakin luas lahan
pertanian diharapkan akan semakin tinggi tingkat produktifitas pertanian
Kurangnya sinergitas antara instansi
Penunjukan TNI sebagai pendamping kementrian pertanian dalam pelaksanaan
program ketahanan program masih ada pro dan kontra dari beberapa pihak. TNI
dianggap mengambil alih tugas kementan maupun menggantikan posisi petani dilahan
persawahan. Pemikiran ini sangat disayangkan karena yang ada dalamdiri prajurit TNI
sesungguhnya adalah pengabdian kepada bangsa dan Negara. Dengan turunnya dan
berkumpulnya prajurit TNI tentunya Babinsa dengan para petani, selain untuk
meningkatkan motivasi petani untuk mencintai profesinya sebagai petani juga untuk
menanamkan rasa nasionalisme pada diri petani karena semua warga Negara
termasuk petani harus berperan serta dalam mewujudkan ketahanan Nasional salah
satunya adalah dengan jalur ketahanan pangan. Tercapainya ketahanan nasional untuk
mewujudkan tujuan Nasional yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
Tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial ( pembukaan UUD 1945 alinea 4). Sehingga
masih adanya pemikiran bahwa peran TNI AD mengambil alih sektor yang lain
disebabkan kurangnya rasa nasionalime dan integritas untuk membangun bersama
bangsa Indonesia
Adapun harapan dan keinginan dari penulis yaitu agar semua pihak baik instasi
atau perorangan yang berkaitan dengan terwujudnya ketahanan pangan dapat
berkoordinasi dengan baik dengan saling bahu membahu dalam pelaksanaanya
sehingga sinergi antara bagian dapat tercapai demi suksesnya program ini
Nota Kesepahaman antara menteri pertanian dengan Panglima TNI tahun 2016
tentang kerjasama dalam program pembangunan pertanian dengan mensinergikan
potensi, petugas, wewenang dan kegiatan yang ada di masing-masing instansi
berdasarkan, kerjasama diatas sudah seharusnya dan selayaknya antara phak
kementrian pertanian sampai kepada dinas-dinas sosial setempat dengan Kodim yang
membawa beberapa koramil harus seiya sekata dalam melaksanakan program tersebut
termasuk dalam hal ini adalah pihak ketiga yang ditunjuk, sebagai contoh dalam
pengadaan bibit dan pupuk yang bersubsidi untuk petani pihak kementrian harus
memilih dengan kualitas unggul dan pendistribusian bersasaran diadakan
pendampingan dengan bantuan prajurit TNI AD atau Babinsa agar tepat waktu, tepat
tujuan dan tepat guna.
Koordinasi untuk mencapai sinergitas merupakan kalimat yang mudah ditulis
diucapkan namun menimbulkan beberapa kelemahan dan kendala dalam
pelaksanaannya kelemahan yang ada antara lain : sifat ego dari prajurit atau Babinsa
yang menggarap status TNI lebih tinggi dari profesi lainya da nada terkesan hanya mau
diperintah atasannya saja sehingga akan bertindak sendiri tanpa koordinasi dan
kerjasama sedangkan kendala yang dihadapi adalah masih adanya pihak atau oknum
instansi lain yang menganggap bahwa kehadiran prajurit TNI sebagai saingan dan
sekedar mencari popularitas murahan dimata masyarakat dengan adanya sifat ini dan
tanpa saling mengetahui antara kedua pihak maka dapat menjadi pemicu
permasalahan
Upaya yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi beberapa masalah tersebut
yaitu dengan tetap pada system mendayagunakan dan memanfaatkan kekuatan dan
peluang yang ada upaya tersebut yaitu ; 1. Dandim secara teratur untuk memberikan
jam komandan untuk selalu memberikan ganti saja kepada anggoranya. Bahwa semua
profesi akan sangat bermanfaat bila dilaksanakan secara bertanggung jawab dan
beradab ;2. Mengadakan kegiatan bersama yang melibatkan instansi lain, contohnya
yaitu mengadakan olah raga bersama antara prajurit Kodim dengan dinas pertanian
wilayah setempat. Sehingga dapat saling mengenal dan dalam pelaksanaan tugas
dilapangan sudah tidak canggung namun masih menjungjung tinggi norma dan aturan
yang berlaku; 3. Melaksanakan latihan simulasi tentang pelaksanaan program
ketahanan pangan. Sebagai contoh tentang pendistribusian pupuk bersubsidi , mulai
dari pengambilan pupuk dari pabrik, proses distribusi, sampai pada penyerahan ke para
petani dimana disetiap proses tersebut selalu melibatkan kedua kehadiran TNI AD
( Babinsa ) saling melengkapi untuk membantu rakyat menuju bangsa yang berdaulat,
modern dan berkepribadian berlandaskan gotong royong ( visi Presiden RI. IR Joko
Widodo ).
PENUTUP
Dari uraian penulisan diatasi dapat diambil suatu kesimpulan tentang
optimalisasi peran kodim dalam pendampingan menuju terwujudnya ketahanan pangan
yaitu; 1masih terbatasnya kemampuan prajurit di Satkorwil ( Babinsa ). Hal ini dapat
diatasi dengan membentuk dan menambah jumlah Babinsa disertai pembekalan
kemampuan dilapang pertanian baik secara terpusat maupun tersebar; 2. Kurangnya
sarana dan prasarana pertanian untuk mengatasi permasalahan ini dilakukan adanya
upaya luas tanah tanam dan cetak sawah, serta terealisasi saluran irigasi yang ada; 3.
Kurangnya sinergitas antara instansi. Hal ini diupayakan dengan sosialisasi di kedua
belah pihak dengan mengadakan kegiatan yang melibatkan antar instansi tersebut,
serta adanya simulasi latihan yang melibatkan semua pihak dan instansi yang terkait.
Sehingga diharapkan dengan adanya upaya-upaya tersebut segala permasalahan
dapat dipecahkan.
Kemudian untuk melengkapi tulisan ini, penulis menyarankan beberapa hal yaitu; 1.
Mengusulkan kepada pimpinan TNI AD agar diadakan sosialisasi agar kodim dengan
tujuan untuk menambah jumlah Babinsa termasuk adanya alat peralatan yang
diperlukan (Alsintari);2. Disusunya peraturan yang mengatur pelaksanaan ketahanan
pangan ini karena merupakan program pemerintah dan tidak hanya terletak pada nota
kesepahaman saja, selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih
perlu banyak penyempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran dan masukan dari
para pembaca untuk melengkapi tulisan demi kemajuan organisasi TNI AD dan
pengabdian kepada bansa dan Negara

Jakarta, 16 Juli 2017


Penulis

Agus Prijambodo
Mayor Arm NRP. 11040037260883

Lampiran : 1. Alat Pikir


2. Daftar Pustaka
ALUR PIKIR
OPTIMALISASI PERAN KODIM
DALAM PENDAMPINGAN TERWUJUDNYA KETAHANAN PANGAN

UUD 1945
- KEMENTRIAN
UU No. 30 Th. 2004 Tentang TUPOK
- INSTANSI LAIN
TNI Bejukin Beater MOU dan TERCAPAI
PKS

PERMASALAH
- Terbatasnya SDM PROSES
- Terbatasnya saran dan
PERAN KODIM SAAT prasarana - Pembekalan Prajurit dan
INI Peran Kodim yang
- Kurangnya Sinergitas Penambahan diharapkan
antar Instansi - Melengkapi sarana dan
prasarana
- Melaksanakan Koordinasi

KODIM
- DANDIM
- PRAJURIT Faktor yang berpengaruh peran
Kodim dalam Ketahanan
Pangan
DAFTAR PUSTAKA
1. UUD 1945
2. UU RI No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertanian
3. UU RI No. 34 Tahun 2004 Tentang TNI
4. Bujukin tentang pembinaan territorial tahun 2011
5. Nota Kesepahaman Menteri Pertanian dengan Panglima TNI tahun 2016
6. Nota Kesepahaman Menteri Pertanian dengan Panglima TNI tahun 2015
7. Perjanjian Kerjasama Dirjen PSP Kementan dengan Aster Kesad Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai