Anda di halaman 1dari 12

KEBUTUHAN GIZI DAN DIET PADA ALERGI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi atau Nutrisi dikenal masyarakat umum sebagai suatu ilmu yang
berkecimpung dalam hal masakan atau makanan, padahal sebenarnya gizi bukan
hanya sekedar mengurusi perihal makanan melainkan hubungannya antara makanan
dengan kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari masalah
nutrisi, dimana pemenuhannya harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.
Bilamana terjadi penyimpangan dalam pemenuhannya maka akan dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan tubuh. Penyimpangan dapat
berupa pemenuhan makronutrient (kalori, lemak, protein dan karbohidrat)
maupun mikronutrient (vitamin dan mineral).
Masalah nutrisi yang akhir-akhir ini muncul di masyarakat merupakan masalah
gizi ganda yakni masalah gizi kurang (hiponutrient) dan masalah gizi lebih
(hipernutrient). Salah satu masalah gizi kurang yang sering timbul adalah Diabetes
Melitus. Guna membantu menangani permasalahan nutrisi tersebut, dilakukan
pengaturan makanan atau diit bagi siapapun yang memerlukan. Solusi yang
dimaksud antara lain ahli gizi dapat membantu mengetahui kebutuhan nutrisi yang
harus dipenuhi, macam dukungan nutrisi yang diperlukan, macam nutrisi yang
harus dipenuhi dan dihindari, serta pengaturan diit sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, alergi merupakan penyakit yang tidak
hanya terjadi pada masyarakat kalangan menengah kebawah tapi juga dapat terjadi
pada masyarakat menengah keatas, hal ini dipengaruhi konsumsi makan dan gaya
hidup yang telah berubah. Oleh karena itu harus mengetahui mengenai alergi,
penyebab dan gejala, komplikasi serta cara mengobati dan pencegahan alergi yang
tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Alergi
Alergi adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi
hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat
atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan
atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal
sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang
menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen. (Judarwanto, 2009)
Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat
dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks
dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. Berbagai sel mast,
basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator sitokin, kemokin
merupakan komponen yang berperanan inflamasi.
Alergen di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida
dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim
proteolitik. Alergen makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.
Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan dapat berupa
reaksi cepat (Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction) dan reaksi lambat
(delayed onset reaction).
Immediate Hipersensitivity atau reaksi cepat terjadi berdasarkan reaksi
hipersensitifitas tipe I (Gell& Coombs). Terjadi beberapa menit sampai beberapa
jam setelah makan atau terhirup pajanan alergi.
Delayed Hipersensitivity atau reaksi lambat terdapat 3 kemungkinan, yaitu
terjadi berdasarkan reaksi hipersensitifitas tipe I fase lambat, reaksi hipersensitifitas
tipe III dan reaksi hipersensitifitas tipe IV. Terjadi lebih dari 8 jam setelah terpapar
allergen.
B. Penyebab Alergi
Gejala dan tanda alergi dapat ditimbulkan oleh adanya alergen sebagai
penyebab yang diterima. Beberapa makanan yang berbeda kadang menimbulkan
gejala alergi yang berbeda pula, misalnya pada alergi ikan laut menimbulkan
gangguan kulit berupa urtikaria, kacang tanah menimbulkan gangguan kulit berupa
papula atau furunkel. Sedangkan buah-buahan menimbulkan gangguan batuk atau
pencernaan. Meskipun demikian ada beberapa pakar alergi makanan yang
berpendapat bahwa jenis makanan tidak spesifik menimbulkan gejala tertentu.
Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut
faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin,
panas atau hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis,
berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.
Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi
menyulut terjadinya serangan alergi. Bila terdapat pencetus alergi disertai terpapar
penyebab alergi maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi
bila tidak terkena penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak
akan muncul. Hal ini yang dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin,
kehujanan atau kelahan seorang penderita asma tidak kambuh. Berarti saat itu
penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu
dan sebagainya. (www.cbn.com)
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita .
Bila ada orang tua, keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi kita harus
mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang
menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 17
40%,. Bila ke dua orang tua alergi maka resiko pada anak meningkat menjadi 53 -
70%.
C. Gejala-gejala Alergi pada Anak
Gejala awal dari alergi makanan dapat berupa rasa gatal pada mulut,
kesulitan menelan dan bernafas. Saat makanan sudah mencapai lambung dan usus
halus, gejala yang timbul berupa rasa mual, muntah, diare, dan nyeri perut. Gejala
inilah yang sering membingungkan dan mengacaukan dengan gejala intoleransi
makanan.
Seperti disebutkan diatas, alergen akan menyebar ke seluruh tubuh melalui
aliran darah. Saat mereka mencapai kulit, alergen akan menyebabkan terjadinya
eksim. Pada saat mereka mencapai paru paru, alergen dapat mencetuskan terjadinya
asma. Gejala alergi yang paling ditakutkan dikenal dengan nama anafilaktik syok.
Gejala ini ditandai dengan tekanan darah yang menurun, kesadaran menurun, dan
bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian.
D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya gangguan
pertumbuhan : malnutrisi, berat badan sulit naik, kesulitan makan berulang dan
lama. Kadangkala juga bias terjadi sebaliknya yaitu menimbulkan kegemukan.
Sedangkan komplikasi yang cukup mengganggu adalah adanya gangguan
perkembangan berupa gangguan belajar, gangguan pemusatan perhatian, gangguan
emosi, agresif, keterlambatan bicara, keterlambatan bicara, bahkan dapat memicu
atau memperberat gejala autism.
E. Pencegahan dan Pengobatan Alergi
Bila terdapat riwayat keluarga baik saudara kandung, orangtua, kakek,
nenek atau saudara dekat lainnya yang alergi atau asma. Bila anak sudah
mengalami manifestasi alergi sejak lahir atau bahkan bila mungkin deteksi sejak
kehamilan maka harus dilakukan pencegahan sejak dini. Resiko alergi pada anak
dikemudian hari dapat dihindarkan bila kita dapat mendeteksi sejak dini.
Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya anak
terhindar dari keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan :

1. Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini
oleh ibu.
2. Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet, korden tebal,
kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu
binatang piaraan kucing dsb, kecoak, tungau pada kasur kapuk.
3. Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti telor, kacang tanah dan ikan
di atas usia 2-3 tahun. Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui
komposisi makanan atau membaca label komposisi di produk makanan tersebut.
4. Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab alergi.Bila ASI tidak
memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik formula.
5. Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan hindari. (anneahira.com)
6. Tujuan pengobatan penderita alergi ialah untuk mengurangi gejala, menurunkan
tingkat hipersensitivitas alergi dan mencegah terjadinya komplikasi. Berbagai
pencegahan dan pengobatan alergi yang dapat dilakukan, antara lain :
a. Diit
Penderita alergi sangat dianjurkan untuk menjalankan diit sesuai yang
dianjurkan, yang mendapat pengobatan antihistamin, ketotifen dan
kortikosteroid harus mentaati diit terus menerus baik dalam memperhatikan
makanan yang kita mau makan, komposisi dan waktu makan harus diatur.
b. Obat-obatan
Obat antihistamin, ketotifen dan kortikosteroid diberikan, namun terapy
diit tidak boleh dilupakan dan imunoterapi.
c. Pemberian ASI
Pemberian ASI eksklusif mungkin bisa menjadi salah satu alternatif,
karena dilaporkan dapat mencegah penyakit atopik serta alergi makanan.
Kalangan para peneliti alergi sendiri masih berdebat mengenai
efektifitasnya. Tapi sebagian besar peneliti berpendapat, menghindari
makanan alergen pada ibu hamil dan menyusui, dan pada bayi usia dini,
dapat mencegah terjadinya alergi makanan atau penyakit atopik di kemudian
hari. (www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=31)
F. Penatalaksanaan Gizi pada anak penderita alergi
1. Penilaian kondisi pasien.
Status gizi : penilaian status gizi Penderita alergi sangat dianjurkan untuk
menjalankan diit sesuai yang dianjurkan harus mentaati diit terus menerus baik
dalam memperhatikan makanan yang kita mau makan, komposisi dan waktu
makan harus diatur.
2. Komplikasi lain.
Pemeriksaan klinis dan laboratorium lebih lanjut perlu dilakukan bila untuk
mengetahui apakah sudah ada komplikasi baik akut atau kronik.
3. Perencanaan diit dan mendidik pasien alergi
Mendidik pasien alergi bertujuan agar pasien tersebut dapat mengontrol
makanan yang dapat menyebabkan alergi, mengurangi komplikasi dan
meningkatkan kemampuan untuk merawat diri sendiri. Perencanaan diit
bertujuan agar cukup asupan kalori, protein, lemak, asam mineral dan serat serta
air dengan frekuensi makan sepanjang hari disesuaikan dengan pemberian obat
anti antihistamin, ketotifen dan kortikosteroid serta imunoterapi. Selain itu
kebutuhan kalori dan serat gizi lain disesuaikan dengan status gizi dan kondisi
kesehatan penderita alergi. Perencanaan diit dapat menggunakan daftar penukar
bahan makanan, sehingga penderita alergi dapat menggunakan daftar itu sendiri.
4. Pemberian ASI
Pemberian ASI eksklusif mungkin bisa menjadi salah satu alternatif, karena
dilaporkan dapat mencegah penyakit atopik serta alergi makanan. Kalangan para
peneliti alergi sendiri masih berdebat mengenai efektifitasnya. Tapi sebagian
besar peneliti berpendapat, menghindari makanan alergen pada ibu hamil dan
menyusui, dan pada bayi usia dini, dapat mencegah terjadinya alergi makanan
atau penyakit atopik di kemudian hari.
G. Bahaya penderita alergi
Penyakit alergi dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang
membahayakan jiwa maupun mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Alergi juga bisa menyerang semua organ tubuh, mulai dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Yang ditimbulkan pun tak hanya sakit 'ringan', namun bisa
juga gangguan intelegensia dan perilaku. Misalnya sulit konsentrasi, hilang
memori sesaat, gagap, impulsif, hiperaktif, lemas kronis. Bahkan alergi bisa
menyebabkan kematian jika menimbulkan syok anafilaktik, yakni
menyempitnya saluran nafas di paru-paru, menurunnya tekanan darah, dan
tercekiknya tenggorokan.
Alergi juga dapat menggangu perkembangan otak anak sehingga
mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Karena fungsi otaknya terganggu, pada
anak akan timbul gangguan perkembangan perilaku seperti sulit konsentrasi,
gangguan emosi, hingga autisme.
H. Kaitan gizi dengan alergi
Alergi makanan adalah Karena makanan penyebab alergi pada umumnya
bergizi tinggi, maka sebaiknya harus dicari makanan pengganti yang relatif
aman yang nilai gizinya tidak kalah bagusnya. Misalnya, ayam dan telor diganti
daging sapi, tahu dan tempe atau mentega diganti margarine dan seterusnya.
Sebagian besar penderita alergi dengan gangguan pencernaan akan
mengalami kesulitan kenaikkan berat badan atau malnutrisi. Perlu dilakukan
penanganan pemberian diet yang teliti dan cermat di bawah pengawasan dokter
alergi. Perencanaan menu makanan untuk harian dan mingguan harus dilakukan
dengan baik.
Terapi diit adalah penatalaksanaan gizi paling penting pada penderita alergi.
Orang tua sering mengalami kebingungan karena merasa menu makan pada
penderita alergi sangat terbatas sehingga sering timbul kebosanan. Bila kita
cermat dalam menyusun menu makanan maka masalah pemberian makan pada
anak anak alergi dapat diatasi tanpa harus mengurangi nilai gizi dan rasa
masakan.
Syarat syarat diit alergi pada anak:
1. Energi diberikan sesuai dengan kondisi tubuh anak yang terkena alergi
2. Proporsi hidrat arang terhadap energi tidak banyak berbeda dengan makanan
anak sehat
3. Proporsi protein terhadap energi adalah 15 20%
4. Proporsi lemak terhadap energi adalah 20 25%
5. Cukup mineral dan vitamin
6. Cukup serat untuk memberikan rasa kenyang.
Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang diberikan
Memberikan motovasi dan penyembuhan kepada anak dan orang tua
Semua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah ditentukan,
kecuali makanan seperti yang terdapat pada :
Susu sapi diganti dengan susu yang dipakai bisa berupa susu soya (kedelai),
susu sapi formula hipo alergi, atau susu sapi formula lainnya.,
Ikan laut seperti tongkol, kepiting dan udang sering menyebabkan alergi
pada anak diganti dengan ikan tuna dan salmon.
Ikan air tawar seperti gabus harus dihindari oleh anak.
(www.drlizagizi.blogspot.com)
H. Manfaat konsultasi gizi
Klinik gizi memberikan pelayanan konsultasi gizi bagi pasien yang
membutuhkan terapi diit termasuk penderita alergi. Disini penderita alergi diajak
untuk mengenal dirinya sendiri dan mampu memilih menu makanan sesuai
kebutuhan dirinya. Klinik gizi Depkes RI merupakan salah satu bagian layanan dari
Poliklinik Depkes RI yang melayani konsultasi gizi setiap hari.
Tujuan Diit alergi secara umum untuk membantu klien memperbaiki
kebiasaan makan dan pemebrian ASI untuk mendapatkan kontrol metabolik yang
lebih baik.
Bahan Makanan yang dilarang :
1. Semua jenis makanan yang mengandung protein terlalu tinggi.
2. Ikan air tawar seperti gabus kecuali yang diperbolehkan (mujair dan gurami)
3. Bahan makanan tertentu apabila ada komplikasi (tergantung komplikasinya)
(konsulgizi.blogspot.com)
Bahan Makanan yang diperhitungkan porsi atau kuantitasnya adalah sumber
karbohidrat; seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan dan olahannya
(roti, mie, dll).
Bahan Makanan yang diperbolehkan

1. Ikan laut seperti tuna dan salmon


2. Ikan air tawar seperti mujair dan gurami
3. Sayur daun (bayam, sawi, selada, dll)
4. Susu soya.
BAB III
PEMBAHASAN
Alergi tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Sebelumnya kita sering
mendengar dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter anak, dokter spesialis yang lain
bahwa alergi itu gejala adalah batuk, pilek, sesak dan gatal. Padahal alergi dapat
menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki
dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Alergi pada anak
sangat beresiko untuk mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyakit
alergi ini dapat disembuhkan, tetapi dengan kemauan keras penyakit ini dapat
dikendalikan dan dengan pengetahuan yang cukup dan keinginan yang kuat. Oleh
karena itu penderita alergi harus melakukan diit untuk mengatur makanan yang
dikonsumsi (diit) diserai perubahan gaya hidup.
Pada kasus alergi diatas termasuk alergi tipe hipersisitivitas II dan III yang
disebabkan oleh makanan. Alergi ini disebabkan oleh makanan yang berprotein tinggi
yang terjadi setelah makan dengan ditandai gatal pada mulut lalu menyebar keseluruh
tubuh.
Penderita alergi tipe II dan III harus melakukan diit untuk mengatur makanan
yang dikonsumsi dengat diit. Diit yang dilakukan untuk penderita alergi yang dilakukan
sehari-hari hendaknya mematuhi pedoman diet 3J, yakni : jumlah makanan, jadwal
makan, dan jenis makanan yang boleh dan yang tidak. Adapun yang dimaksud dengan
3J sebagai berikut :
Jumlah makanan harus diseimbangkan dan disesuaikan dengan jumlah kalori
yang dibutuhkan. Kebutuhan kalori berdasarkan berat badan, jenis kelamin usia, cara
hidup dan aktivitas sehari-hari. Ukuran kurus, normal, dan gemuk dihitung dengan
indeks massa tubuh atau body mass index.
Jadwal makan atau frekuansi makan yang diatur dalam diit khusus alergi terdiri
dari 6 porsi yang dilakukan secara teratur dengan jarak 3 jam yang terdiri 3 kali makan
utama dan 3 kali makan antara (snack), contohnya:

a. Pukul 06.30 - makan pagi.


b. Pukul 09.30 - makanan kecil atau buah.
c. Pukul 12.30 - makan siang.
d. Pukul 15.30 - makanan kecil atau buah.
e. Pukul 18.30 - makan malam.
f. Pukul 21.30 - makanan kecil atau buah.

Setiap kali makan harus memperhatikan jumlah protein yang terkandung dalam
makanan tersebut. Hal ini dilakukan agar protein yang dibutuhkan apat tercukupi secara
merata setiap harinya. Selain itu penjadwalan yang dilakukan secara disiplin waktu
dapat membantu menurunkan tingkat aktivitas alergi.
Jenis makanan yang dianjurakan harus mengandung karbohidrat sebanyak 50-65
persen, 15-20 persen protein dan antara 25-30 lemak, selain itu makanan yang
dikonsumsi juga harus mengandung serat, vitamin dan mineral yang tepat.
Perubahan gaya hidup dan perubahan pola makan akan mendapatkan hasil yang
maksimal untuk mengurangi dan mencegah terjadinya alergi. Pemberian ASI eksklusif
mungkin bisa menjadi salah satu alternatif, karena dilaporkan dapat mencegah penyakit
atopik serta alergi makanan. Kalangan para peneliti alergi sendiri masih berdebat
mengenai efektifitasnya. Tapi sebagian besar peneliti berpendapat, menghindari
makanan alergen pada ibu hamil dan menyusui, dan pada bayi usia dini, dapat
mencegah terjadinya alergi makanan atau penyakit atopik di kemudian hari.
BAB IV
PENUTUP

Alergi adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi


hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat
atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan
atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal
sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang
menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ
dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Dalam beberapa
kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap
makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas
terhadap makanan yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.
Alergi pada anak tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Sebelumnya
kita sering mendengar dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter anak, dokter
spesialis yang lain bahwa alergi itu gejala adalah batuk, pilek, sesak dan gatal.
Padahal alergi dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin
bisa terjadi. Alergi sangat beresiko untuk mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Gizi diit alergi bertujuan untuk membantu anak penderita alergi untuk dapat
menurunkan aktivitas alergi dan agar alergi tersebut tidak menyebar luas ke seluruh
tubuh. . Dalam diit alergi juga harus dengan perubahan gaya hidup dan pola makan.
DAFTAR PUSTASKA
Anonimous. 2009. Alergi pada Anak. Diakses dari http://konsulgizi.blogspot.com/.

Anonimous. 2009. Alergi pada Anak. Diakses dari http://www.cbn.com/.

Anonimous. 2009. Pencegahan Penyakit Alergi. Diakses dari http://anneahira.com/.

Anonimous. 2009. Tips dan Tric Penderita Alergi. Diakses


darihttp://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=31)/.

Judarwanto, widodo. 2009. Alergi Makanan, Komplikasi dan Permasalahannya. Diakses


dari htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/.
.
Judarwanto, widodo. 2009. Menu Masakan Penderita Alergi. Diakses
dari htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/.

Anda mungkin juga menyukai