Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN TEKNIK NAPAS DALAM PADA PASIEN DIAGNOSIS

KEPERAWATAN ANSIETAS DENGAN DIABETES MELLITUS SERTA


TUBERCOLOSIS PARU DI RUANGAN UMUM RSMM BOGOR

Asep Yusup Hidayat1, Yossie Susanti Ekaputri2

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia


Perawat Instalasi Gawat Darurat RSMM Bogor
Email : a_yusuphidayat@yahoo.co.id

ABSTRAK

Urbanisasi membawa dampak terhadap berbagai sektor di lingkungan perkotaan, yang berdampak pada
perubahan gaya hidup. Gaya hidup seperti kurang aktivitas dan makan makanan tidak sehat berdampak
pada munculnya berbagai macam penyakit seperti diabetes. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis
yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi, baik fisik maupun psikososial. Secara fisik dengan
menurunnya system imun tersebut penderita DM akan sangat rentan terkena penyakit infeksi,
diantaranya lebih rentan mengalami infeksi Tuberculosis (TBC). Ansietas merupakan salah satu
komplikasi psikososial yang dapat timbul akibat adanya masalah kesehatan. Intervensi keperawatan
membantu klien mengenal ansietasnya, mengidentifikasi cara yang digunakan untuk mengatasi
ansietasnya, melatih klien mengontrol ansietasnya menggunakan teknik distraksi, tehnik relaksasi tarik
nafas dalam dan hypnosis 5 jari, kegiatan spiritual serta melibatkan keluarga dalam mengatasi ansietas
klien.

Kata Kunci : Ansietas, DM, TBC, masalah kesehatan perkotaan, distraksi, relaksasi tarik napas dalam,
dan hipnosis lima jari.

PENDAHULUAN
Urbanisasi merupakan menjadi salah satu Urbanisasi membawa dampak pada
masalah kesehatan utama di dunia pada lingkungan perkotaan diantaranya
abad 21 (Bahtiar, 2011). WHO (2010) kepadatan penduduk, masalah perumahan,
memperkirakan pada tahun 2030, 6 dari 10 pendidikan, sanitasi dan berbagai masalah
orang akan menjadi penghuni daerah sosial dan kesehatan. Dampak urbanisasi
perkotaan, dan akan meningkat menjadi 7 terhadap kesehatan diantaranya karena
dari 10 orang di tahun 2050. Di Indonesia, adanya perubahan gaya hidup, seperti pola
berdasarkan data BPS (2010), bahwa makan yang tidak beraturan , terlambat
jumlah penduduk perkotaan di tahun 2010 makan, makan berlebihan dan makanan
sampai 2012 mengalami peningkatan dari yang tidak seimbang. Pola makan dan pola
49 % menjadi 54 %. Dimana sebelumnya hidup yang tidak seimbang akan
pada tahun 2009, lebih dari 43 % penduduk menyebabkan obesitas yang berisiko
Indonesia tinggal di wilayah perkotaan, dan menimbulkan penyakit hipertensi, jantung
menurut prediksi pada tahun 2025 lebih dan diabetes mellitus (Khomsan & Anwar,
dari 60% populasi akan tinggal di pusat 2008). Penyakit tersebut menurut Galih
kota (Kemenkes, 2010). Pada tahun 2009, dan Andalan (2012), disebabkan adanya
kabupaten atau kota di Jawa Barat yang perubahan gaya hidup seperti pola makan
memiliki jumlah penduduk dengan tingkat dan lainnya. Hal yang sama juga
urbanisasi tertinggi yaitu Bandung, Bogor, diungkapkan bahwa pola makan yang tak
Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Bekasi, beraturan dan tidak seimbang menjadikan
Dan Cirebon (Nurwati, dkk, 2005). Di kota penyakit ini makin banyak diderita oleh
Bogor angka urbanisasi di mencapai 8,8 masyarakat perkotaan (Suhanda, 2009).
persen dari jumlah penduduk Kota Bogor Sejalan seperti yang diungkapkan oleh
yang saat ini mencapai 1 juta jiwa (BPS Maria (2013), bahwa beberapa penyakit
Kota Bogor, 2010). yang timbul di daerah perkotaan antara lain

Penerapan Teknik Napas Dalam Pada Pasien Diagnosis Keperawatan Ansietas dengan 89
Diabetes Mellitus Serta Tubercolosis Paru Di Ruangan Umum RSMM Bogor
Asep Yusup Hidayat, Yossie Susanti Ekaputri
penyakit akibat kecelakaan, penyakit diabetes melitus berada di atas rerata
saluran pencernaan, penyakit saluran nasional yaitu sebesar 2,1%.
pernapasan, gangguan perilaku, stroke, Diabetes mellitus dapat menjadi serius dan
obesitas serta diabetes mellitus. menimbulkan kondisi kronik yang berat dan
membahayakan apabila tidak diobati.
Diabetes mellitus merupakan salah satu Smeltzer & Bare (2010), menyebutkan
penyakit yang muncul akibat perubahan komplikasi kronis umumnya terjadi 10
gaya hidup . Pola makan yang tak beraturan sampai 15 tahun setelah mulai terkena
dan tidak seimbang menjadikan penyakit ini diabetes mellitus, komplikasi yang terjadi
makin banyak diderita oleh masyarakat dapat berupa komplikasi makrovakular dan
perkotaan (Suhanda, 2009, Khomsan & komplikasi mikrovaskular. DM dapat
Anwar, 2008). Hal tersebut sesuai juga meningkatkan frekuensi maupun tingkat
dengan hasil survey Ayah. et all, (2013), keparahan suatu infeksi. Hal tersebut
terhadap 2061 orang di Kenya didapat disebabkan oleh adanya abnormalitas dalam
bahwa prevalensi DM sebanyak 5-6% pada imunitas yang diperantarai oleh sel dan
masyarakat perkotaan dan 1-3% pada fungsi fagosit berkaitan dengan
masyarakat pedesaan. hiperglikemia, termasuk berkurangnya
vaskularisasi (Jeon & Murray, 2008 dalam
WHO (2013), menunjukan jumlah Cahyadi & Venty, 2011). Sehingga dengan
penderita diabetes melitus di dunia sekitar menurunnya system imun tersebut
382 juta jiwa dengan prevalensi 8,3 %. penderita DM akan sangat rentan terkena
Sedangkan menurut data International penyakit infeksi, diantaranya lebih rentan
Diabetes Federation (IDF) tahun 2014 mengalami infeksi Tuberculosis (TBC).
menunjukkan data bahwa penderita
diabetes di dunia sekitar 387 juta jiwa Sejak permulaan abad ke 20, para klinisi
dengan prevalensi 8,3 % dan diperkirakan telah mengamati adanya hubungan antara
pada tahun 2035 sebanyak 592 juta jiwa DM dengan TB, meskipun masih sulit
hidup dengan diabetes, terdapat untuk ditentukan apakah DM yang
peningkatan sebanyak 53 % dengan angka mendahului TB atau TB yang menimbulkan
kematian akibat diabetes sebanyak 4,9 juta manifestasi klinis DM (Jeon & Murray,
selama tahun 2014. Di Asia pasifik 2008 dan Yamashiro, 2005 dalam Cahyadi
terdapat 138 juta jiwa dengan prevalensi & Venty, 2011). Berdasarkan penelitian
8,5% pada tahun 2014 diperkirakan Sulaiman dkk, (2011), mengatakan pasien
menjadi 201 juta jiwa, meningkat sebanyak DM beresiko terkena TBC sebanyak 2-3
43 % pada tahun 2035. Sedangkan di kali lipat dibandingkan dengan orang tanpa
Indonesia pada tahun 2014 terdapat 9 juta DM. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
penderita diabetes dengan prevalensi 5,8 %. (Guptan, 2004 dan Sanusi, 2004 dalam
Wijaya, 2015), bahwa prevalensi TBC pada
Riset Kesehatan Dasar (2013) yang DM meningkat 20 kali dibanding non DM,
dilaporkan oleh Kementrian Kesehatan yaitu 12,8% - 42%. Hal tersebut juga sesuai
tahun 2014 menunjukkan bahwa prevalensi dengan pendapat Christie, Megan (2008)
diabetes di Indonesia sebanyak 6,9 % yang dalam Yunus (2009), yang menyatakan
mengalami peningkatan yang signifikan pengidap DM mudah terserang TB paru.
dari data riset tahun 2007 sebanyak 5,7 %.
Di Jawa Barat jumlah penderita diabetes Klien dengan Diabetes Melitus akan
cukup tinggi yaitu prevalensi diabetes di mengalami kondisi dimana penyakit
Jawa Barat sebesar 2,0 %. Berdasarkan data tersebut tidak bisa disembuhkan, yang bisa
Dinkes Jabar (2008), pasien Diabetes yang dilakukan adalah mempertahankan kadar
melakukan rawat jalan di beberapa rumah gula dalam darah untuk tetap stabil (Taylor,
sakit di Jawa Barat pada tahun 2007 2009). Yang pada umumnya mengalami
berjumlah 39.853 orang, sedangkan yang berbagai perubahan fisik seperti
menjalani rawat inap sebanyak 6.668 orang. bertambahnya frekuensi buang air kecil,
Sedangkan di kota Bogor prevalensi merasa haus dan lapar, berkeringat dingin,

90 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 3, No. 2, November 2015; 89-96


luka lama sembuh, gemetaran, pusing, Masalah keperawatan psikososial utama
sehingga kondisi ini dapat menimbulkankan klien adalah ansietas. Ansietas pada klien
gangguan psikologis, yaitu bisa tidak Tn. DS, disebabkan adanya perubahan
menerima kondisi sakitnya, maka klien status kesehatan serta perubahan fungsi
akan mengalami kecemasan, rasa putus asa, dan peran, dimana sehari-hari bekerja aktif
merasa tidak berguna dan hal ini bisa dan berinteraksi dengan banyak orang, pada
menimbulkan terjadinya depresi (Price & saat di rawat klien merasakan perubahan
Wilson, 2006). Dalam penelitian dalam status peran, status kesehatan yang
Rochmawati (2011) menggambarkan merupakan ancaman terhadap pola
bahwa klien dengan Diabetes Melitus akan aktivitasnya.
menanggung sejumlah beban yang harus
dijalaninya setiap waktu sepanjang Intervensi yang dilakukan yaitu membantu
hidupnya, baik itu beban secara fisik pasien mengenal ansietas, mengajarkan
maupun psikis, beban psikis diantaranya pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan
yaitu perasaan tidak berdaya, putus asa, kontrol dan rasa percaya diri berupa
depresi, cemas, tidak nyaman, dan lain pengalihan situasi., tarik napas dalam,
sebagainya. Pendapat lain menggambarkan latihan mengerutkan dan mengendurkan
bahwa kualitas hidup penderita DM otot-otot, dan hipnotis diri sendiri (latihan 5
menjadi penting karena menggambarkan jari), melakukan pendekatan spiritual,
kekuatan penderita dalam mengelola menyediakan informasi faktual yang terkait
penyakit serta memelihara kesehatannya diagnosis, terapi, dan prognosis sesuai
dalam jangka waktu lama yang akan kebutuhan informasi yang ditunjukkan
mempengaruhi tingkat kecemasan penderita klien melibatkan keluarga dalam memberi
diabetes (Wahyuni, Arsin & Abdullah, penguatan positif tekait perasaan klien,
2013). memberikan penguatan positif ketika klien
mampu meneruskan aktivitas yang positif
Stuart (2006), menerangkan bahwa salah selama di rawat di rumah sakit serta
satu stressor pencetus terjadinya kecemasan memberikan informasi mengenai sumber
adalah berupa ancaman yang terjadi pada komunitas yang tersedia seperti teman,
pertahanan sistem diri yang akan saudara, tetangga, tempat ibadah, tempat
membahayakan identitas, harga diri, dan rekreasi dan lain lain (FIK UI, RSMM,
fungsi sosial yang terintegrasi pada diri 2012).
individu yang mengalami kecemasan.
Ancaman tersebut pada penderita DM Intervensi yang dilakukan dengan
dengan TB paru dapat mengalami masalah pendekatan terapeutik. Komunikasi
psikososial akibat kondisi kesehatannya terapeutik merupakan kunci utama dalam
yang menurun sehingga dapat mengalami membina hubungan dengan pasien agar
masalah ansietas atau kecemasan. Kondisi terbina rasa saling percaya antara pasien
kecemasan yang dialami tersebut dapat dengan perawat. Komunikasi terapeutik
membuat penderita menjadi tidak fokus dan mengembangkan hubungan interpersonal
kurang mampu berpikir positif dan realistis. antara klien dan perawat, memegang
Oleh karena itu pendekatan asuhan peranan penting dalam mengatasi masalah
keperawatan pada penderita DM dengan TB pasien dan merupakan bagian yang tidak
paru perlu dilakukan secara holistik dan terpisahkan dari proses keperawatan.
terarah.
ANALISIS INTERVENSI
Karya ilmiah ini merupakan studi kasus PELAKSANAAN ASUHAN
kelolaan selama menjalani praktek klinik KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL
keperawatan masalah perkotaan, dengan Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi
melakukan study intervensi terhadap klien masalah ansietas melalui meningkatkan
Tn. DS yang mengalami penyakit DM kemampuan klien dalam mengenal
serta TBC. kecemasan, mengajarkan klien mengontrol
kecemasan secara mandiri, melalui teknik

Penerapan Teknik Napas Dalam Pada Pasien Diagnosis Keperawatan Ansietas dengan 91
Diabetes Mellitus Serta Tubercolosis Paru Di Ruangan Umum RSMM Bogor
Asep Yusup Hidayat, Yossie Susanti Ekaputri
distraksi dan relaksasi serta melalui teknik stres dan ansietas. Teknik relaksasi ini
spiritual, menyampaikan informasi faktual cocok digunakan pada klien dengan
yang terkait penyakit DM dan TBC yang penyakit jantung, stroke ataupun masalah
dialami klien, melibatkan keluarga dalam lainnya seperti darah tinggi, diabetes,
memberi penguatan positif tekait perasaan obesitas dan sakit kepala. Latihan tarik
klien, memberikan penguatan positif ketika napas dalam merupakan salah satu teknik
klien mampu meneruskan aktivitas yang relaksasi yang bertujuan untuk memberikan
positif selama di rawat di rumah sakit, serta efek relaksasi pada klien. Hasil penelitian
melatih keluarga untuk dapat mengenal dan yang dilakukan oleh (Ali & Hasan, 2010
mempunyai kemampuan merawat terkait dalam Widiarti, 2013), menunjukkan bahwa
masalah ansietas klien. Hal tersebut sejalan terapi relaksasi efektif dalam mengurangi
dengan penelitian Ghofur & Purwoko ansietas. Hal tersebut sesuai juga
(2007) yang menyampaikan beberapa berdasarkan (Harvard Health Publications,
upaya untuk mengurangi ansietas adalah 2009 dalam Fernandes, 2014),
dengan olah raga, istirahat teratur, makan menyebutkan bahwa relaksasi nafas dalam
teratur dan salah satu yang efektif untuk dapat mendorong pertukaran oksigen yang
menurunkan ansietas dan strees adalah lebih banyak dan pengeluaran karbon
latihan relaksasi. Pada pembahasan dioksida. Nafas dalam dapat memperlambat
intervensi ini, penulis lebih lanjut detak jantung, menstabilkan tekanan darah
membahas teknik relaksasi tarik nafas dan menurunkan ansietas. Lejeune (2007)
dalam, walaupun teknik-teknik yang lain dalam bukunya menyebutkan bahwa teknik
juga digunakan untuk mengatasi kecemasan relaksasi yang dilakukan untuk mengatasi
klien. ansietas hanya mengatasi secara fisik saja
dan sifatnya lebih kepada lari dari
Pada kasus, latihan tarik napas dalam ini kecemasan yang dialami.
tidak hanya bertujuan menurunkan ansietas,
tetapi juga untuk mengurangi rasa nyeri Tujuan dari teknik relaksasi adalah
yang merupakan sumber stressor mencapai keadaan relaksasi menyeluruh,
munculnya ansietas. Latihan tarik napas mencakup keadaan relaksasi secara
dalam merupakan salah satu teknik fisiologis, secara kognitif, dan secara
relaksasi yang bertujuan untuk memberikan behavioral. Secara fisiologis, keadaan
efek relaksasi pada klien. Hasil penelitian relaksasi ditandai dengan penurunan kadar
yang dilakukan oleh (Ali & Hasan, 2010 epinefrin dan non epinefrin dalam darah,
dalam Widiarti, 2013), menunjukkan bahwa penurunan frekuensi denyut jantung
terapi relaksasi efektif dalam mengurangi (sampai mencapai 24 kali per menit),
ansietas. Deep breathing relaxation atau penurunan tekanan darah, penurunan
teknik tarik napas dalam ini juga pernah di frekuensi nafas (sampai 4-6 kali per menit),
teliti oleh Ghovur & Purwoko (2007) dari penurunan ketegangan otot, metabolisme
penelitian tersebut adalah teknik relaksasi menurun, vasodilatasi dan peningkatan
nafas dalam cukup efektif dalam temperatur pada extermitas (Rahmayati,
menurunkan ansietas ibu persalinan kala 2010). Pemberian teknik relaksasi nafas
satu. Sebelum dilakukan perlakuan teknik dalam pada pasien akan menurunkan
relaksasi nafas dalam tingkat kecemasan ketegangan sehingga mencapai keadaan
pasien berkisar panik, besar, sedang, ringan, rileks, dapat memusatkan perhatian pada
dan setelah diberikan intervensi tingkat teknik pernafasan, dan mengencangkan
kecemasan menjadi cemas ringan, sedang serta mengendurkan kumpulan otot secara
dan berat, yang menunjukkan perubahan bergantian sehingga dapat merasakan
yang signifikan terhadap penurunan tingkat perbedaan anatara relaksasi dan ketegangan
kecemasan yang dialami. (Ghofur & Purwoko, 2012). Hal ini sesuai
dengan yang ditemukan penulis, yaitu nyeri
Varvogli dan Darviri (2011) dalam dan ansietas yang dialami klien dapat
penelitiannya menyebutkan bahwa relaksasi berkurang setelah melakukan latihan tarik
nafas dalam sangat efektif dalam mengatasi napas dalam dan perasaan lebih tenang.

92 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 3, No. 2, November 2015; 89-96


Efek relaksasi nafas dalam membuat latihan tarik napas dalam. Salah satu
responden merasa rileks dan tenang. Klien tindakan untuk mengurangi kecemasan
menjadi rileks dan tenang saat mengambil (ansietas) yaitu membentuk sistem
oksigen di udara melalui hidung, oksigen pendukung (McKenny & Price, 2005).
masuk kedalam tubuh sehingga aliran darah Penulis melibatkan keluarga dengan tujuan
menjadi lancar. Hal ini dibuktikan dengan agar mengurangi ansietas klien dan latihan
respons subjektif ansietas responden tarik napas dalam dapat dilakukan secara
sebelum dilakukan relaksasi dan setelah teratur.
dilakukan terapi relaksasi.
KESIMPULAN
Deep breathing relaxation atau relaksasi Penyakit Diabetes Mellitus yang disertai
napas dalam merupakan suatu bentuk TB paru merupakan salah satu jenis
asuhan keperawatan, artinya perawat penyakit yang banyak diderita oleh
mengajarkan kepada klien bagaimana cara masyarakat yang tinggal didaerah
melakukan napas dalam, napas lambat perkotaan. Hal ini sangat erat berkaitan
(menahan inspirasi secara maksimal) dan dengan perubahan gaya hidup dan kondisi
bagaimana menghembuskan napas secara lingkungan. Penderita DM yang disertai TB
perlahan, selain dapat menurunkan paru dapat mengalami berbagai macam
intensitas nyeri, teknik deep breathing masalah kesehatan. Selain mengalami
relaxation juga dapat meningkatkan masalah fisik, juga mengalami masalah
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi psikososial. Beberapa masalah psikososial
darah. Beberapa manfaat dari latihan yang dapat dialami penderita TB paru
relaxation adalah manfaat psikologis diantaranya adalah kecemasan serta
meredakan stres merupakan salah satu cara gangguan konsep diri yaitu harga diri
untuk membuat tubuh rileks dengan rendah situasional. Kecemasan terjadi
berkonsentrasi pada pernafasan. Bernafas karena perubahan status kesehatan, serta
bisa sebagai teknik relaksasi untuk perubahan fungsi dan peran. Sedangkan
mengelola stres dan sakit kepala. Kunci gangguan konsep diri harga diri rendah
utamanya adalah fokus pada situasional terjadi akibat dari kondisi sakit
menghilangkan ketegangan dengan yang dialaminya, serta karena kekhawatiran
bernafas melalui diafragma, mengisi perut dan ketakutan klien akan dijauhi, dicemooh
dengan udara. Bernafas dalam dapat dan dihina oleh lingkungannya akibat
membantu mengurangi keparahan dan menderita penyakit TBC. Klien , keluarga
frekuensi ketegangan sakit kepala yang dan lingkungan disekitarnya masih diliputi
berhubungan dengan stres, memperlambat oleh stigma-stigma negatif tentang penyakit
denyut jantung, tekanan darah rendah dan TBC yang hingga saat ini masih sulit untuk
mengurangi kelelahan (Michael Hersen & dihapuskan.
William Sledge, 2012).
Asuhan keperawatan pada klien dengan
Berdasarkan hasil evaluasi dapat DM yang disertai TB paru dilakukan secara
disimpulkan bahwa klien mengatakan rasa holistik yang perlu memperhatikan setiap
cemas atau khawatir berkurang setelah aspek yang ada pada diri individu, meliputi
melakukan latihan tarik napas dalam, biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
namun kondisi ini tidak dapat bertahan Penanganan terhadap masalah psikososial
lama karena tergantung dengan munculnya merupakan salah satu hal yang penting. Hal
nyeri yang dialami klien. Wolitzky-Taylor ini dikarenakan masalah psikososial yang
et al, (2010) mengatakan bahwa kondisi gagal diatasi sejak dini dapat menimbulkan
medis berpengaruh terhadap munculnya masalah kesehatan yang lebih berat.
ansietas. Penulis dalam mengantisipasi Mengatasi masalah ansietas dilakukan
kondisi tersebut menyarankan klien untuk dengan berbagai macam intervensi, yaitu
terus melakukan latihan tarik napas dalam melalui meningkatkan kemampuan klien
dengan membuat jadwal latihan, dan juga dalam mengenal kecemasan, mengajarkan
melibatkan keluarga dalam melakukan klien mengontrol kecemasan secara

Penerapan Teknik Napas Dalam Pada Pasien Diagnosis Keperawatan Ansietas dengan 93
Diabetes Mellitus Serta Tubercolosis Paru Di Ruangan Umum RSMM Bogor
Asep Yusup Hidayat, Yossie Susanti Ekaputri
mandiri, melalui teknik distraksi dan Anderson, R.J., Freeland, K.E., Clouse,
relaksasi serta melalui teknik spiritual, R.E., & Lustman, P.J. (2001). The
menyampaikan informasi faktual yang prevalence of comorbid depression in
terkait penyakit DM dan TBC yang dialami adults with diabetes. Diabetes Care, 24
klien, melibatkan keluarga dalam memberi Http://www.care.diabetesjournal
penguatan positif tekait perasaan klien,
memberikan penguatan positif ketika klien Ayah, R., Joshi, M.D., Wanjiru, R., et al.
mampu meneruskan aktivitas yang positif (2013). A population-based survey of
selama di rawat di rumah sakit, serta prevalence of diabetes and correlates in an
melatih keluarga untuk dapat mengenal dan urban slum community in Nairobi, Kenya.
mempunyai kemampuan merawat terkait BMC Public Health, 13, 1-2.
masalah ansietas klien. Bahtiar. H. (2011), Urbanisasi dan
kemiskinan masalah urbanisasi posted on
Intervensi keperawatan ansietas pada klien november 2011, http://zaenuri04.
diantaranya melalui latihan tarik napas wordpress.com/2011/11/29/masalah-
dalam, Latihan tarik napas dalam urbanisasi
merupakan salah satu teknik relaksasi yang
bertujuan untuk memberikan efek relaksasi Black & Hawk. ( 2005 ). Medical surgical
pada klien secara menyeluruh, mencakup nursing clinical management for positive
keadaan relaksasi secara fisiologis, secara outcomes. 7th ed. St. Louis :Elsevier
kognitif, dan secara behavioral. Efek Saunders.
relaksasi nafas dalam membuat klien
merasa rileks dan tenang, sehingga klien Cahyadi A., & Venty (2011), Tuberkolosis
merasakan rasa cemas atau khawatir paru pada pasien diabetes mellitus, Jurnal
berkurang setelah melakukan latihan tarik Indon Med Assoc, Volume: 61, Nomor: 4,
napas dalamdan menjadi lebih efektif bila April 2011
dilakukan secara teratur.
Dinkes Jabar (2012), Profil kesehatan
SARAN provinsi jawa barat, Bandung : File Digital
Pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan
diharapkan menerapkan asuhan Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr,
keperawatan secara holistik, dimana A.C. (2010). Nursing care plan: Guidelines
implementasi masalah psikososial dapat for individualizing client care across the
diterapkan di setiap area keperawatan life span. 8th edition. Philadelphia: F.A
secara terintegrasi. Perawat kiranya dapat Davis Company.
terus mengembangkan keterampilan
klinisnya dalam melakukan asuhan Elfiky, I. 2009. Terapi Berpikir Positif.
keperawatan psikososial dengan Jakarta: Zaman
peningkatan kemampuan komunikasi
terapeutik untuk mencapai tujuan asuhan Eram, U., et al. (2006). Patient perception
keperawatan yang lebih optimal serta of illness and initial reaction to the
teknik- teknik intervensi keperawatan yang diagnosis of tuberculosis. Indian Journal of
memperhatikan aspek psikologis tanpa Community Medicine. Vol. 31, No. 3.
mengesampingkan keamanan bagi pasien
serta perawat. Fernandes F., (2014), Pengaruh
acceptance and commitment therapy (act)
DAFTAR PUSTAKA Terhadap ansietas klien stroke di rumah
Aamir, S., & Aisha (2010), Co-morbid sakit stroke Nasional bukittinggi, Fakultas
anxiety and depression among pulmonary Keperawatan Unand : Ners Jurnal
tuberculosis patients. Journal of the College Keperawatan Volume 10. No 2, Oktober
of Physicians and Surgeons Pakistan. Vol 2014 : 149 - 158
20 No 10, 703-704.

94 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 3, No. 2, November 2015; 89-96


FIK-UI, RSMM (2012), Standar asuhan makanan yang tepat. Jakarta ; Mizan
keperawatan psikososial. Kerjasama Publikasi
Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor
dengan mahasiswa program Magister Lejeune, C. (2007). The Worry Trap: How
Fik UI. Tidak dipublikasikan. to Free Yourself from Worry & Anxiety
using Acceptance and Commitment
Galih. B & Andalan B. (2012), Gaya hidup Therapy. Oakland: New Harbinger
masyarakat kota rentan diabetes: Publications, Inc.
http://life.viva.co.id/news/read/368205-
warga-perkotaan-rentan-terserang-diabetes LeMone, P., Burke, K.& Bauldoff, G.,
(2011). Medical Surgical Nursing; Critical
Ghofur, A & Purwoko, E (2007), Pengaruh Thinking in Patient Care. 5th Ed. New
teknik relaksasi nafas dalam tehadap Jersey: Pearson Education. Inc
perubahan tingkat kecemasan pada ibu
persalinan kala 1 di Pondok Bersalin Ngudi Lewis, S,L.,Dirksen, S,R.,Heitkemper, M,
Saras Trikilan Kali Jambe Sragen. Jurnal C.,Bucher,L., Camera,I,M., (2011). Medical
Kesehatan Surya Medika: Yogyakarta, Surgical Nursing; Assesment and
2007. Management of Clinical Problems. 8 th Ed.
S. Louis, Missouri: Mosby Elsiver
Guptan A, Shah A.(2004), Tuberculosis
and diabetes: An appraisal. Ind. J. Tub. Livneh, H. & Antonak, F.R (2005) .
2004;47(3):2-7. Psychosocial adaptation to chronic ilness
and disability: a primer for counselor.
Hersen M., & Sledge W., (2012), Journal of counseling & development.
Encylopedia of Psychotherapy, Winter 2005 volume 83.

Hawari, D., (2008), Manajemen Stres Lundy, K.S. & Janes S. (2009). Community
Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit Health Nursing Caring for the Public
FKUI. Health second ed. Masachusetts : Jones
and Bartlett Publishers, LLC
Heningsih (2014), Gambaran tingkat
ansietas pada lansia di panti wherda Maria, L. (2013). Penyakit tidak menular
dharma bhakti kasih Surakarta, Tesis: mendominasi penyakit di perkotaan.
Digital. Indonesiaraya news.com/ news/kesehatan/
05-01-2013-18-24/ diunduh tanggal 30 Juni
Kemenkes RI (2013), Pembangunan di 2015 jam 23.30 WIB.
Indonesia 2012-2014, Jakarta : Pusat data
dan informasi Murdiningsih, D.S, & Ghofur, G.A (2013),
Pengaruh kecemasan terhadap glukosa
Kemenkes RI (2014), Waspada diabetes; darah pada penderita DM., USS; Talenta
eat well live well, Jakarta : Pusat data dan Psikologi.
informasi.
NANDA (2012), Diagnosis Keperawatan;
Kemenkes RI ( 2007). Laporan nasional Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta.
riset kesehatan dasar 2007. Jakarta : EGC
Balitbang.
Nayla (2012), Hubungan Tingkat
Kemenkes RI ( 2013). Laporan nasional Pengetahuan dan Sikap Penderita Dm
riset kesehatan dasar 2013. Jakarta : Terhadap Kontrol Gula Darah. Tesis.
Balitbang. Surakarta: Program Studi Magister
Epidemiologi Program Pasca
Khomsan ,A., & Anwar, F. (2008). Sehat SarjanaUniversitas Diponegoro Semarang.
itu mudah; wujudkan hidup sehat dengan

Penerapan Teknik Napas Dalam Pada Pasien Diagnosis Keperawatan Ansietas dengan 95
Diabetes Mellitus Serta Tubercolosis Paru Di Ruangan Umum RSMM Bogor
Asep Yusup Hidayat, Yossie Susanti Ekaputri
PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan Varvogli, L & Darviri, C. (2011). Stress
dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. Management Techniques: Evidence-based
Jakarta : PB PERKENI Procedures that Reduce and Promote
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Health. Health Science Journal. Volume 5,
ajar fundamental keperawatan : Konsep, Issue 2.http://www.hsj.gr/volume5/issue2/
proses, dan praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC. 521.pdf diperoleh 25 Juni 2015

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2009). Buku Wahyuni R., Arsin A.A., & Abdullah
ajar fundamental keperawatan. Jakarta: A.Z.,(2014), Faktor yang berhubungan
Salemba Medika. dengan tingkat kecemasan pada penderita
Diabetes mellitus tipe II di RS Bhayangkara
Potter, P.A. & Perry A.G. (2009). Andi Mappa Oudang Makassar, Bagian
Fundamental of nursing: concepts, process, Epidemiologi Fakultas Kesehatan
and practice. St. Louis: Mosby. Masyarakat, Universitas Hasanuddin: File
Digital.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI
(2014), Waspada diabetes, Jakarta: WHO (2010), The global forum on
Kemenkes RI. urbanization and health, Tokyo : WHO
http://dmc122011.delmar.edu/socsci/rlong/
Sanusi (2006), Diabettes mellitus dan problems/chap-06.htm
tuberculosis, USU : Digital Laboratory
Widiarti S.P., (2013), Analisis praktik
Sarfika R (2012), Pengaruh terafi kognitif klinik keperawatan kesehatan masyarakat
dan logoterafi terhadap depresi, ansietas, perkotaan pada pasien tb paru dan
kemampuan mengubah pikiran negative, intestinal yang mengalami ansietas, FIK UI
dan kemampuan memaknai hidup klien ; File digital.
diabetes mellitus di RSUP Dr. M. Jamil
Padang. Tesis FIK UI; Tidak Wijaya I., (2015), Tuberkolosis paru pada
dipublikasikan. penderita Diabetes mellitus, CDK-229/ vol.
42 no. 6, th. 2015 Departemen Penyakit
Smeltzer, S. C. & Bare, B.G. (2010). Buku Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Pelita Harapan, RS Siloam Karawaci,
& Suddarth. Jakarta: EGC Tangerang, Indonesia.

Setiawan, Y (2011). Hilangkan stigma Wilkinson, J.M., & Ahern, N. R. (2009).


negatif tentang penyakit TB. http :// Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 9.
www.lkc.or.id/2011/ 10/ 26/ hilangkan -3 Jakarta: EGC
stigma negatif tentang tb /
Suhanda, I.(2009). Rahasia sehat dengan Wolitzky-Taylor, K. B. W., et al. (2010).
makanan berkhasiat. Jakarta: Kompas Anxiety disorders in older adults: a
Media Nusantara. comprehensive review. Wiley-Liss, Inc. Vol
27: 190-211.
Taylor, B. (2009). Diabetes tak Bikin
Lemes. Edisi Pertama, Yogyakarta : Yunus F., (2006), Tuberkulosis : pedoman
Paradigma Indonesia. diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia, Jakarta ; PDPI

96 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 3, No. 2, November 2015; 89-96

Anda mungkin juga menyukai