Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : EM

Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Jl. Cendana D2 no 8B

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : S1

Bangsal :-

Masuk RS : 01 Juli 2017

No. CM : 43841

DATA DASAR

ANAMNESIS

Auto anamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 01 Juli 2017 pukul 09.00 WIB di
ruang IGD lantai 1.

Keluhan Utama : Nyeri pinggang dan perut bagian bawah

Keluhan Tambahan : Mual, muntah, BAK warna merah

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 1
Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang perempuan berusia 34 tahun datang ke RSUK Pesanggrahan dengan keluhan


Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang dan perut bagian bawah sejak 3 jam
SMRS. Nyeri timbul secara tiba-tiba saat pasien sedang istirahat dan dirasakan terus-
menerus seperti tertusuk-tusuk.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak 3 jam SMRS dengan frekuensi tidak
terhitung. Pasien mengatakan muntah setiap makan dan minum. Awalnya muntah
berisi makanan hingga isi hanya air saja. Tidak ada nafsu makan. Lemas (+). Demam
disangkal. Pusing disangkal.
Riwayat BAK warna hitam seperti kopi 1x dan BAK selanjutnya berwarna merah.
Pasien merasa ingin BAK terus menerus. Nyeri saat BAK disangkal. Merasa tidak
tuntas saat BAK disangkal. BAK dipengaruhi perubahan posisi disangkal.
Riwayat sering menahan BAK (+).

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit
Hipertensi Disangkal
DM Disangkal
Dislipidemia Disangkal
Obesitas Disangkal
Merokok Disangkal
Jantung Disangkal
Ginjal Disangkal
Asma Disangkal
Paru Disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 01 Juli 2017, pukul 09.10 WIB, di ruang IGD lantai 1 RSUK
Pesanggrahan

Kesan Umum : compos mentis, tampak sakit sedang, kesan gizi baik.
Tanda-tanda vital :
o Tekanan Darah : 110/80 mmHg
o Nadi : 110 x/menit, isi dan tegangan cukup
o Pernafasan : 22 x/menit, reguler
o Suhu : 36,4 0C

Status Internus :

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 2
o Kepala : normocephali
o Mata : Sklera Ikterik (-/-), Conjunctiva Anemis (-/-)
o Telinga : Serumen (-/-), discharge (-/-)
o Mulut : Perdarahan Gusi (-), lidah kotor (-)
o Hidung : Epistaksis (-), Bibir kering (-)
o Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang
o Thorax :
Jantung
o Inspeksi : tidak terlihat pulsasi ictus cordis
o Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea
midclavicula sinistra.
o Perkusi
Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Batas kiri : ICS V, 2 cm linea midclavicula sinistra
o Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
o Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
tidak terlihat adanya retraksi
o Palpasi : Gerakan nafas simetris pada saat statis dan dinamis
o Perkusi : sonor seluruh lapang paru
o Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
o Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani diseluruh kuadran abdomen, nyeri ketok CVA
-/-
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri
tekan epigastrium (+)
Turgor : baik
o Kulit : dalam batas normal

o Ekstremitas :

Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Akral sianosis -/- -/-

Oedem -/- -/-

CRT < 2 < 2

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 3
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Hasil Nilai Normal Satuan


Hematologi
12.5 11.2-17.5 gr/dL
Hemoglobin
38 34-50 %
Hematokrit
10.080 3.980-10.040 ul
Lekosit
351.000 163.000-369.000 ul
Trombosit
4.84 3.93-6.08 Juta/ul
Eritrosit
77.9 79.0-94.8 fL
MCV
25.8 25.6-32.2 pg
MCH
33.2 32.2-36.5 gr/dL
MCHC
Hitung Jenis Leukosit
0 0-1 %
Basofil
0 1-7 %
Eosinofil
65 34-71 %
Neutrofil

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 4
26 19-53 %
Limfosit
9 5-13 %
Monosit
Urinalisa
Makroskopis
kuning kuning
Warna
keruh jernih
Kejernihan
1.025 1.003-1.030
Berat Jenis
6.0 4.5-8.0
pH urinalisa
negatif negatif
Protein
negatif negative
Glukosa
negatif negatif
Keton
negatif negatif
Bilirubin
Positif 2 negative
Darah Samar
Positif 1 negative
Leukosit Esterase
negatif negative
Nitrit
normal normal
Urobilinogen
Sedimen
20-25 0-3 /LPB
Leukosit
25-30 0-4 /LPB
Eritrosit
Positif 2 Negatif /LPK
Epitel
Negatif Negatif
Silinder
Positif (amorf), Negatif
Kristal ca oxalat
Positif Negatif
Bakteri
Negatif Negatif
Jamur
Tidak
Parasit ditemukan

RESUME

Telah diperiksa seorang perempuan usia 34 tahun dengan keluhan nyeri pinggang dan
perut bagian bawah sejak 3 jam SMRS. Nyeri timbul secara tiba-tiba saat pasien

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 5
sedang istirahat dan dirasakan terus-menerus seperti tertusuk-tusuk. Pasien juga
mengeluh mual dan muntah sejak 3 jam SMRS dengan frekuensi tidak terhitung.
Pasien mengatakan muntah setiap makan dan minum. Awalnya muntah berisi
makanan hingga isi hanya air saja. Tidak ada nafsu makan. Lemas (+). Demam
disangkal. Pusing disangkal. Riwayat BAK warna hitam seperti kopi 1x dan BAK
selanjutnya berwarna merah. Pasien merasa ingin BAK terus menerus. Nyeri saat
BAK disangkal. Merasa tidak tuntas saat BAK disangkal. BAK dipengaruhi
perubahan posisi disangkal. Riwayat sering menahan BAK (+).

Pada pemeriksaan fisik didapatkan

Kesan Umum : compos mentis, tampak sakit sedang, kesan gizi baik.
Tanda-tanda vital :
o Tekanan Darah : 110/80 mmHg
o Nadi : 110 x/menit, isi dan tegangan cukup
o Pernafasan : 22 x/menit, reguler
o Suhu : 36,4 0C (suhu axila)

Status Internus :
Dalam batas normal

Pemeriksaan Penunjang

Hasil Nilai Normal Satuan


Hematologi
10.080 3.980-10.040 ul
Lekosit
Urinalisa
Makroskopis
Positif 2 negative
Darah Samar
Positif 1 negative
Leukosit Esterase
Sedimen
20-25 0-3 /LPB
Leukosit
25-30 0-4 /LPB
Eritrosit
Positif 2 Negatif /LPK
Epitel
Positif (amorf), Negatif
Kristal ca oxalat
Positif Negatif
Bakteri

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 6
DIAGNOSA BANDING

ISK
Nefrolitiasis
Ureterolitiasis
Vesikolitiasis
Uretrolitiasis

DIAGNOSA SEMENTARA
ISK
Kolik Abdomen ec Susp. Nefrolitiasis

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
o Injeksi Ranitidine 50mg/2ml 1 ampul
o Injeksi Ondansetron 4mg/2ml 2 ampul
o Injeksi Norages 1 ampul
Non Medikamentosa :
o Tirah baring
o Minum air putih 2L/hari
o Rujuk ke Spesialis Urologi untuk dilakukan pemeriksaan (USG/BNO-IVP)
untuk mengetahui diagnosis pasti dan terapi lebih lanjut

PROGNOSA :
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 7
Tinjauan Pustaka
Urolithiasis

DEFINISI
Batu saluran kencing merupakan keadaan patologis karena adanya massa keras
berbentuk seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan
nyeri, perdarahan atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air
kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat terbentuknya batu. Batu saluran
kencing dapat terbentuk karena adanya peningkatan kalsium, oksalat, atau asam urat dalam
air kencing serta kurangnya bahan-bahan seperti sitrat, magnesium, pirofosfat yang dapat
menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi air seni, infeksi saluran kencing,
gangguan aliran air kencingdan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap/idiopatik.
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih
(batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis atau renalis,
nefrolitiasis).
Renal calculi adalah pengkristalan dari mineral-mineral yang mengelilingi suatu zat
organik seperti nanah, darah, atau sel-sel yang sudah mati. Kebanyakan dari renal calculi
terdiri dari garam-garam calcium (oxalate dan posphat), atau magnesium-amonium phospat
dan uric acid.
Renal calculi, merupakan penumpukan garam mineral yang dapat diam di mana saja di
sepanjang saluran perkemihan. Ini terjadi jika urine penuh mencapai batas jenuh asam urat,
fosfat, dan kalsium oksalat. Normalnya, zat-zat ini larut dalam cairan urine dan dengan
mudah terbilas saat buang air kecil. Tetapi ketika mekanisme alami seperaati pengaturan
keseimbangan asam-basa (Ph) terganggu atau imunitas tertekan, zat-zat itu mengkristal dan
kristal ini bisa menumpuk, akhirnya membentuk zat yang cukup besar untuk menyumbat
aliran urin.

ETIOLOGI

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 8
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain :
A. Faktor Intrinsik :
a) Herediter (keturunan)
b) Umur : sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
c) Jenis Kelamin : lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan.
B. Faktor Ekstrinsik :
a) Geografis : pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu), sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai
penyakit batu saluran kemih.
b) Iklim dan temperatur
c) Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d) Diet : Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit
batu saluran kemih.
e) Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.
Sumber lain juga mengatakan bahwa terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih
jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan
penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya
mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit. Batu struvit
(campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut "batu infeksi" karena batu ini
hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu
yang besar disebut "kalkulus staghorn". Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis
renalis dan kalises renalis.
Penyebab dari renal calculi adalah idiopatik akan tetapi ada faktor-faktor predisposisi
dan yang utama adalah UTI (Urinary Tract Infection). Infeksi ini akan meningkatkan
timbulnya zat-zat organik. Zat-zat ini dikelilingi oleh mineral-mineral yang mengendap.

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 9
Pengendapan mineral-mineral ini akan meningkatkan alkalinitas urin dan mengakibatkan
pengendapan calsium posphat dan magnesium-amonium posphat. Stasis urin juga dapat
menimbulkan pengendapan zat-zat organik dan mineral-mineral. Dehidrasi juga merupakan
factor resiko terpenting dari terbentuknya batu ginjal.
Faktor-faktor lain yang dikaitkan dengan pembentukan batu adalah sebagai berikut :
A. Pemakan Antasid dalam jangka panjang
B. Terlalu banyak vitamin D,dan calsium carbonate

TEORI PROSES PEMBENTUKAN BATU SALURAN KEMIH


A. Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urin), yaitu pada system
kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalices (stenosis
uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat
benigna, striktura dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang
memudahkan terjadinya pembentukan batu.
B. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terdapat dalam urine. Kristal-kristal ini tetap dalam keadaan
metastable/tetap telarut dalam urine jika tidak ada keadaankeadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.
C. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu/nukleasi yang
kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi
kristal yang agak besar, tapi agregat kristal ini masih rapuh dan belum cukup mampu
membuat buntu atau sumbatan saluran kemih.
D. Agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih atau membentuk retensi kristal,
dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu
yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
E. Kondisi metastable dipngaruhi oleh suhu, PH larutan, adanya koloid didalam urine,
konsentrasi solute dalam urine, laju aliran urine, atau adanya korpus alienum di dalam
saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
F. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu calsium, meskipun patogenesis
pembentukan batu hampir sama,tetapi suasana di dalam saluran kemih yang
memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama, misal batu asam urat mudah

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 10
terbentuk dalam suasana asam,sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk
karena urine bersifat basa.

FAKTOR PENGHAMBAT TERBENTUKNYA BATU


a. Ion Magnesium (Mg), karena jika berikatan dengan oksalat maka akan membentuk
garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium
(Ca) untuk membentuk kalsium oksalat menurun.
b. Sitrat, jika berikatan dengan ion kalsium maka akan membentuk garam kalsium sitrat
sehingga mengurangi jumlah kalsium yang berikatan dengan oksalat ataupun fosfat
berkurang, sehingga Kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat jumlahnnya berkurang.
c. Beberapa jenis protein atau senyawa organic mampu bertindak sebagai inhibitor dengan
menghambat pertumbuhan Kristal, menghambat aggregasi Kristal dan menghambat
retensi Kristal, antara lain glikosaminoglikan (GAG), protein Tamm Horsfall (THP) atau
Uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang berfungsi sebagai
inhibitor batu merupakan salah satu factor penyebab timbulnya batu saluran kemih.

PEMBAGIAN JENIS BATU


A. Berdasarkan sifat materi penyusunnya :
a) An Organik Stone (Ph basa), contoh Ca oksalat, Ca fosfat, magnesium fosfat,
garam triple fosfat.
b) Organik Stone (Ph Asam), contoh uric acid dan cystin.
B. Secara Radiologis :
a) Batu Radio Opaque atau nyata : umumnya adalah anorganik stone
b) Batu Radio lucent atau tidak nyata : bersifat organic dan asam.
c) Batu organik campuran kalsium
C. Berdasarkan warna batu :
a) Warna sangat gelap dan ukuran kecil, contoh: calcium oksalat
b) Warna putih, besar, dan halus, contoh: calcium fosfat
c) Warna coklat, kecil dan halus, contoh : Ca urat/asam urat.
D. Berdasarkan letak batu :
a) Batu Ureter
Batu ureter pada umumnya adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik
ginjal, yang turun ke ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 11
biasanya menjadi tempat berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic
junction (UPJ), persilangan ureter dengan vasa iliaka, dan muara ureter di dinding
buli.

b) Batu Ginjal
c) Batu Kandung kemih
d) Batu Uretra

KOMPOSISI BATU
1 Batu Kalsium (kurang lebih 70 - 80 % dari seluruh batu saluran kemih)
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan
dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat
sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu
infeksi), batu xanthyn, batu sistein dan batu jenis lainnya. 5

Sebagian besar penderita batu kalsium mengalami hiperkalsiuria, dimana kadar kalsium
di dalam air kemih sangat tinggi. Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan
mengurangi pembentukan batu yang baru.5

1 Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).


2 Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.

Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam
air kemih, diberikan kalium sitrat. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang
menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang
kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu
sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi. Kadang batu kalsium terbentuk akibat

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 12
penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus
renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-
penyakit tersebut.5


Faktor terjadinya batu kalsium5

Hiperkalsiuri (kalsium di dalam urine lebih besar dan 250-300 mg/24 jam)


Hiperkalsiuri absobtif


Hiperkalsiuri renal


Hiperkalsiuri resorptif


Hiperoksaluri adalah ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram perhari


teh, kopi instan, minuman .soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan
sayuran berwarna hijau terutama bayam


Hiperurikosuri adalah kadar asam urat di dalarn urine yang melebihi 850
mg/24 jam


Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan yang
mengandung banyak purin/asam urat maupun berasal dari metabolisme
endogen


Hipositraturi


penyakit asidosis tubuli ginjal atau renal tubular acidosis, sindrom
malabsobsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka
waktu lama


Hipomagnesiuri

2 Batu Struvit (batu infeksi)

Batu struvit, disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu
staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Kuman penyebab infeksi ini adalah
golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 13
merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti pada
reaksi: CO(NH2)2+H2O2NH3+CO2.1

Sekitar 75% kasus batu staghorn, didapatkan komposisi batunya adalah matriks struvit-
karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat, batu
infeksi, atau batu urease, walaupun dapat pula terbentuk dari campuran antara kalsium
oksalat dan kalsium fosfat.1

Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium amoniun fosfat (MAP) atau (Mg NH 4PO4.H2O) dan
karbonat apatit (Ca10[PO4]6CO3. Karena terdiri atas 3 kation Ca ++ Mg++ dan NH4+) batu jenis
ini dikenal dengan nama batu triple-phosphate. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea
diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan
Stafilokokus. Meskipun E.coli banyak menyebabkan infeksi saluran kemih, namun kuman ini
bukan termasuk bakteri pemecah urea.1

3 Batu Urat (Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih)

Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan
tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih. Untuk mengurangi
pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol. Batu asam urat terbentuk jika keasaman
air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa),
bisa diberikan kalium sitrat. Dan sangat dianjurkan untuk banyak minum air putih.

Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah :

Urine yang terlau asam (pH urine <6 )

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 14
Volume urine yang jumlahnya sedikit (<2 liter/hari) atau dehidrasi

Hiperurikosuri.

Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat
membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang
normal.

Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk
asam urat, sistin dan mineral struvit. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan
fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut kalkulus staghorn.
Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.

EPIDEMIOLOGI
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai
hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan
perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu
saluran kemih di berbagai negara, dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai
berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian bawah, terutama terdapat di kalangan
anak.

Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif rendah, baik
dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih bagian atas. Di negara
yang telah berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di
kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran kemih sangat
jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika Selatan.

Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita = 3:1. Puncak kejadian di usia 30-
60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12% untuk pria dan 7% untuk wanita.
Batu struvite lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria. 4

TANDA DAN GEJALA


Batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena distensi dari
kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 15
dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran
kemih dan infeksi. Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak
batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi.4

Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini
mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas
peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan
sensasi nyeri.

Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya
pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri bersifat
tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha,
bahkan pada batu ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai
keadaan ini.4

Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau
infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah
kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal
ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.4

Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis
renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri
kolik yang hebat).4
Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah
dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil
dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika
batu melewati ureter.4
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga
terjadilah infeksi.4

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 16
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis)
dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. 4

PATOFISIOLOGI
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis),
divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan
buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu.7

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan
metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi
membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik
bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.7

Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu
sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi
metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, laju aliran urine
di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu.7

Beberapa faktor yang dapat


mempengaruhi terbentuknya renal kalkuli
seperti :5
A. Hiperparatiroidisme
B. Asidosis tubular renal
C. Malignansi

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 17
D. Penyakit granulomatosa (sarcoidosis, tuberculosis)
E. Masukan vitamin D yang berlebihan
F.Masukan susu dan alkali
G. Penyakit mieloproliferatif ( leukaemia, polisitemia, mieloma multiple).
Serta faktor presipitasi seperti: gaya hidup, intake cairan kurang, retensi urine,
konsumsi vitamin C dosis tinggi, immobilisasi, dll. Semua kondisi diatas akan mempengaruhi
keadaan metastabel dari zat-zat yang terlarut dalam urine, dimana keadaan metastabel ini
sangat berkaitan dengan Ph larutan, suhu, konsentrasi solut dalam urine, dan laju aliran urine
yang jika tidak seimbang maka akan menimbulkan pembentukan kristal-kristal urine yang
lama-kelamaan akan membesar dan menimbulkan obstruksi traktus urinarius dan
menimbulkan gejala seperti nyeri kostovertebral dan gejala lain tergantung daerah batu
terbentuk. Apabila sebagian dari tractus urinarius mengalami obstruksi, urine akan terkumpul
dibagian atas dari obstruksi dan mengakibatkan dilasi pada bagian itu.6
Otot-otot pada bagian yang kena berkontraksi untuk mendorong urine untuk melewati
obstruksi. Apabila obstruksinya partial, dilatasi akan timbul dengan pelan tanpa gangguan
fungsi. Apabila obstruksinya memberat, tekanan pada dinding ureter akan meningkat dan
mengakibatkan dilatasi pada ureter (hydroureter). Volume urine yang terkumpul meningkat
dan menekan pelvis dari ginjal dengan akibat pelvis ginjal berdilasi (hydrophrosis).
Penambahan tekanan ini tidak berhenti pada pelvis saja tetapi bisa sampai ke jaringan-
jaringan ginjal yang kemudian menyebabkan kegagalan renal.7,8
Obstruksi juga bisa mengakibatkan stagnansi urine. Urine yang stragnant ini bisa bisa
menjadi tempat untuk perkembangan bakteri dan infeksi. Obstruksi pada tractus urinarius
bawah dapat menyebabkan distensi bladder. Infeksi bisa timbul dan pembentukan batu.8
Obstruksi pada tractus urinarius atas bisa berkembang sangat cepat karena pelvis ginjal
adalah lebih kecil bila dibandingkan dengan bladder. Peningkatan tekanan pada jaringan-
jaringan ginjal dapat menyebabkan ischemia pada renal cortex dan medula dan dan dilatasi
tabula-tabula renal. Statis urine pada pelvis ginjal bisa menyebabkan infeksi dan
pembentukan batu, yang bisa menambah kerusakan pada ginjal. Ginjal yang sehat bisa
mengadakan konpensasi, akan tetapi apabila obstruksi diperbaiki , ginjal yang sehat pun akan
mengalami hypertrophy karena harus mengerjakan pekerjaan ginjal yang tak berfungsi.
Obstrusi pada kedua ginjal bisa mengakibatkan kegagalan renal.8

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 18
DIAGNOSIS
Diagnosa berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesa
Batu Buli-buli
Pada anak-anak ditemukan rasa sakit pada saat BAK, sehingga anak menangis dan
menarik-narik penisnya, kadang-kadang dapat terjadi prolaps ani. Biasanya anak akan
mengambil posisi tertentu yang memungkinkan urin keluar.
Pada orang dewasa, terdapat TRIAS : hematuria, disuria, dan gangguan pancaran.
Nyeri dapat hilang pada perubahan posisi.
Jika batu sudah masuk kedalam uretra, maka akan terjadi retensio urin.

Batu Ureter
Colic pain, menyebar dari pinggang kearah testis. Nyeri tidak hilang pada perubahan
posisi.
Sering disertai perut kembung, mual dan muntah.
Hematuria.

Batu Ginjal
Tidak mempunyai keluhan yang khas.
Keluhan dapat timbul karena :
a. Infeksi (pielonefritis)
b. Batu masuk ke ureter
Peradangan pelvokalises.
Perlu ditanya usia penderita, tingkat social, riwayat keluar batu dan diet.

Pemeriksaan Fisik
Regio Costovertebra Angle
Nyeri
Ballottement/massa
Regio Supra Simfisis
Benjolan bulli-bulli
Nyeri tekan
Rabaan batu (dengan bimanual)
Genitelia Eksterna
Mungkin dapat meraba batu jika batu terletak pada uretra pars anterior
Rectal Toucher
Untuk mendeteksi adanya hipertrofi prostat
Pemeriksaan Penunjang
Internship RSUK Pesanggrahan
Periode 14 September 2016 14 September 2017 19
1. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio opak di
saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling
sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen). Urutan
radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.

Jenis Batu Radioopasitas

Kalsium Opak

MAP Semiopak

Urat/Sistin Non opak

Tabel 1. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih3

2. Pielografi Intra Vena (PIV)


Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat
mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto
polos abdomen. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat
adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograd.

3. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan-
keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang
sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang
ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.

4. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal.


5. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi ginjal.
6. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.
7. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.
8. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali serum.3

PENATALAKSANAAN
Tujuan :
a. Menghilangkan batu untuk mempertahankan fungsi ginjal
b. Mengetahui etiologi untuk mencegah kekambuhan

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 20
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan
tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi,
infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi social.
Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau
hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih harus segera
dikeluarkan. Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas
tetapi di derita oleh seseorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang diderita
oleh seorang pilot pesawat terbang) mempunyai resiko tinggi dapat menimbulkan
sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang menjalankan profesinya,
dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih.
Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas,
namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang diderita oleh
seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat menimbulkan sumbatan
saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang menjalankan profesinya dalam hal ini
batu harus dikeluarkan dari saluran kemih. Pilihan terapi antara lain :

1. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti disebutkan sebelumnya,
batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, berupa :

a) Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari


b) - blocker
c) NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain untuk
observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi.
Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan merupakan pilihan.
Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal
tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap
obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi. 10

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 21
Sumber:http://atanidayrus.wordpress.com/about/IGedeSuryadinata/Algoritma
Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 22
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Berbagai tipe mesin ESWL bisa didapatkan saat ini. Walau prinsip kerjanya semua
sama, terdapat perbedaan yang nyata antara mesin generasi lama dan baru, dalam terapi batu
ureter. Pada generasi baru titik fokusnya lebih sempit dan sudah dilengkapi dengan
flouroskopi, sehingga memudahkan dalam pengaturan target/posisi tembak untuk batu ureter.
Hal ini yang tidak terdapat pada mesin generasi lama, sehingga pemanfaatannya untuk terapi
batu ureter sangat terbatas. Meskipun demikian mesin generasi baru ini juga punya
kelemahan yaitu kekuatan tembaknya tidak sekuat yang lama, sehingga untuk batu yang
keras perlu beberapa kali tindakan.9

(http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/02/gelombang-kejut-penghancur-batu-ginjal/)

Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi obat penangkal
nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan gelombang kejut untuk
memecahkan batunya Bahkan pada ESWL generasi terakhir pasien bisa dioperasi dari
ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol
dan ESWL di ruang operasi akan bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentang atau telungkup
sesuai posisi batu ginjal. Batu ginjal yang sudah pecah akan keluar bersama air seni.
Biasanya pasien tidak perlu dirawat dan dapat langsung pulang.
ESWL ditemukan di Jerman dan dikembangkan di Perancis. Pada Tahun 1971, Haeusler
dan Kiefer memulai uji coba secara in-vitro penghancuran batu ginjal menggunakan
gelombang kejut. Tahun 1974, secara resmi pemerintah Jerman memulai proyek penelitian
dan aplikasi ESWL. Kemudian pada awal tahun 1980, pasien pertama batu ginjal diterapi
dengan ESWL di kota Munich menggunakan mesin Dornier Lithotripter HMI. Kemudian
berbagai penelitian lanjutan dilakukan secara intensif dengan in-vivo maupun in-vitro.
Barulah mulai tahun 1983, ESWL secara resmi diterapkan di Rumah Sakit di Jerman. Di
Indonesia, sejarah ESWL dimulai tahun 1987 oleh Prof.Djoko Raharjo di Rumah Sakit

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 23
Pertamina, Jakarta. Sekarang, alat generasi terbaru Perancis ini sudah dimiliki beberapa
rumah sakit besar di Indonesia seperti Rumah Sakit Advent Bandung dan Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo.
Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga jenis yaitu
elektrohidrolik, piezoelektrik dan elektromagnetik. Masing-masing generator mempunyai
cara kerja yang berbeda, tapi sama-sama menggunakan air atau gelatin sebagai medium untuk
merambatkan gelombang kejut. Air dan gelatin mempunyai sifat akustik paling mendekati
sifat akustik tubuh sehingga tidak akan menimbulkan rasa sakit pada saat gelombang kejut
masuk tubuh.
ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan menggunakan gelombang kejut
antara 15-22 kilowatt. Meskipun hampir semua jenis dan ukuran batu ginjal dapat dipecahkan
oleh ESWL, masih harus ditinjau efektivitas dan efisiensi dari alat ini. ESWL hanya sesuai
untuk menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta terletak di ginjal atau
saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih (kecuali yang terhalang oleh tulang panggul).
Hal laim yang perlu diperhatikan adalah jenis batu apakah bisa dipecahkan oleh ESWL atau
tidak. Batu yang keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa
kali tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh penderita darah tinggi, kencing manis,
gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal, wanita hamil dan anak-anak, serta berat badan
berlebih (obesitas).
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-anak juga harus
dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium.
Meskipun belum ada data yang valid, untuk wanita di bawah 40 tahun sebaiknya
diinformasikan sejelas-jelasnya
3. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau
dengan energi laser.10

Beberapa tindakan endourologi antara lain:

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 24
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu yang berada di dalam
saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-
fragmen kecil.8
PNL yang berkembang sejak dekade 1980-an secara teoritis dapat digunakan sebagai
terapi semua batu ureter. Tapi dalam prakteknya sebagian besar telah diambil alih oleh URS
dan ESWL. Meskipun demikian untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat masih
ada tempat untuk PNL. Prinsip dari PNL adalah membuat akses ke kalik atau pielum secara
perkutan. Kemudian melalui akses tersebut kita masukkan nefroskop rigid atau fleksibel, atau
ureteroskop, untuk selanjutnya batu ureter diambil secara utuh atau dipecah dulu.8

Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti dapat diambil atau dihancurkan;
fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas. Prosesnya berlangsung
cepat dan dengan segera dapat diketahui berhasil atau tidak. Kelemahannya adalah PNL perlu
keterampilan khusus bagi ahli urologi. Sebagian besar pusat pendidikan lebih banyak
menekankan pada URS dan ESWL dibanding PNL.8

b. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),
c. ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi
langsung batu ureter yang besar, sehingga perlu alat pemecah batu seperti yang disebutkan di
atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman
masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.8
d. ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang
Dormia).
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara dramatis terapi
batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan
pneumatik telah sukses dalam memecah batu ureter. Juga batu ureter dapat diekstraksi
langsung dengan tuntunan URS. Dikembangkannya semirigid URS dan fleksibel URS telah
menambah cakupan penggunaan URS untuk terapi batu ureter.8

4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-
tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan
melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau
Internship RSUK Pesanggrahan
Periode 14 September 2016 14 September 2017 25
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di
ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal
karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah
sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan
obstruksi atau infeksi yang menahun.11

Beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan.
Tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada
flank, dorsal atau anterior. Meskipun demikian dewasa ini operasi terbuka pada batu ureter
kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama pada penderita-penderita dengan kelainan
anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.11

5. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter terkadang memegang
peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam penanganan batu ureter. Misalnya pada
penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi, pemakaian stent sangat perlu. Juga pada
batu ureter yang melekat (impacted).11

Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah
pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.11

KOMPLIKASI
Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang
sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi
dan tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal
dan kebutuhan transfusi pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi
akut dapat dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi
signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau
pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedang yang termasuk kurang signifikan perforasi
ureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent.6

Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya disebabkan oleh
intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang melekat. Angka
kejadian striktur kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara klinis tidak

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 26
tampak dan sebagian besar penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi (IVP) pasca operasi.
6

Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat penanganan batu
dilakukan. Infeksi, termasuk didalamnya adalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi
melalui pembedahan terbuka maupun noninvasif seperti ESWL. Biasanya infeksi terjadi
sesaat setelah dilakukannya PNL, atau pada beberapa saat setelah dilakukannya ESWL saat
pecahan batu lewat dan obstruksi terjadi. Cidera pada organ-organ terdekat seperti lien, hepar,
kolon dan paru serta perforasi pelvis renalis juga dapat terjadi saat dilakukan PNL, visualisasi
yang adekuat, penanganan yang hati-hati, irigasi serta drainase yang cukup dapat
menurunkan resiko terjadinya komplikasi ini. 6

Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan darah, demam, dan terapi
nyeri yang diperlukan selama dan sesudah prosedur lebih sedikit dan berbeda secara
bermakna pada ESWL dibandingkan dengan PNL. Demikian pula ESWL dapat dilakukan
dengan rawat jalan atau perawatan yang lebih singkat dibandingkan PNL.7

Komplikasi akut meliputi transfusi, kematian, dan komplikasi keseluruhan. Dari meta-
analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan kombinasi terapi sama (< 20%). Kebutuhan
transfusi pada ESWL sangat rendah kecuali pada hematom perirenal yang besar. Kebutuhan
transfusi pada operasi terbuka mencapai 25-50%. Mortalitas akibat tindakan jarang, namun
dapat dijumpai, khususnya pada pasien dengan komorbiditas atau mengalami sepsis dan
komplikasi akut lainnya. Dari data yang ada di pusat urologi di Indonesia, risiko kematian
pada operasi terbuka kurang dari 1%.6

Komplikasi ESWL meliputi kolik renal (10,1%), demam (8,5%), urosepsis (1,1%) dan
steinstrasse (1,1%). Hematom ginjal terjadi akibat trauma parietal dan viseral. Hasil studi
pada hewan tidak menunjukkan adanya kelainan lanjut yang berarti. Dalam evaluasi jangka
pendek pada anak pasca ESWL, dijumpai adanya perubahan fungsi tubular yang bersifat
sementara yang kembali normal setelah 15 hari. Belum ada data mengenai efek jangka
panjang pasca ESWL pada anak. 6

Komplikasi pasca PNL meliputi demam (46,8%) dan hematuria yang memerlukan
transfusi (21%). Konversi ke operasi terbuka pada 4,8% kasus akibat perdarahan
Internship RSUK Pesanggrahan
Periode 14 September 2016 14 September 2017 27
intraoperatif, dan 6,4% mengalami ekstravasasi urin. Pada satu kasus dilaporkan terjadi
hidrothoraks pasca PNL. Komplikasi operasi terbuka meliputi leakage urin (9%), infeksi luka
(6,1%), demam (24,1%), dan perdarahan pascaoperasi (1,2%). Pedoman penatalaksanaan
batu ginjal pada anak adalah dengan ESWL monoterapi, PNL, atau operasi terbuka. 6

PENCEGAHAN
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah
pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7% pertahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.9
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasar atas kandungan unsure yang menyusun
batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya pencegahan ini berupa:9
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakanproduksi urin sebanyak 2-3
liter perhari.
2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Pemberian medikamentosa.
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan menyebabkan
suasana urin menjadi lebih asam.
2. Rendah oksalat
3. Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri
4. Rendah purin.
5. Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderitya hiperkalsiuri
absortif tipe II.

PROGNOSIS
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan adanya
infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk prognosisnya. Letak batu
yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar
kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal.1
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas dari
batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa fragmen batu dalam

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 28
saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu,
namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman operator.1

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 29
Daftar Pustaka

1. 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Jakarta. 2006.
2. Price; Wilson. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Volume 2. Edisi
6. ECG Michigan. 2002.
3. W Schrier, Robert. Manual of Nephrology: Diagnosis and Therapy. 5th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins Publishers. October 1999. hal 12
4. Tiselius HG, Ackermann D, Alken P,dkk. Guidelines on urolithiasis. Dalam : EAU
guidelines. Edition presented at the 16th EAU Congress, Geneva, Switzerland 2001
5. Tiselius HG, Ackerman D, Alken P, dkk. Guidelines on urolithiasis. Dalam :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=pubmed&dopt

6. Nugroho, Ditto. 2009. Batu ginjal. Available at: http://viryacarvalho.com/index.php?


view=article&catid=16:penyakit&id=247:batu-ginjal&format=pdf

7. http://www.emedicine.com/med/topic1599.htm/nefrolitiasis

8. http://atanidayrus.wordpress.com/about/IGedeSuryadinata/Algoritma Penatalaksanaan
Batu Saluran Kemih

9. http://en.wikipedia.org/wiki/Urolithiasis

10. http://www.medicinenet.com

11. http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=46662

12. http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=47973

Internship RSUK Pesanggrahan


Periode 14 September 2016 14 September 2017 30

Anda mungkin juga menyukai