IDENTITAS PASIEN
Nama : EM
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Bangsal :-
No. CM : 43841
DATA DASAR
ANAMNESIS
Auto anamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 01 Juli 2017 pukul 09.00 WIB di
ruang IGD lantai 1.
Penyakit
Hipertensi Disangkal
DM Disangkal
Dislipidemia Disangkal
Obesitas Disangkal
Merokok Disangkal
Jantung Disangkal
Ginjal Disangkal
Asma Disangkal
Paru Disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 01 Juli 2017, pukul 09.10 WIB, di ruang IGD lantai 1 RSUK
Pesanggrahan
Kesan Umum : compos mentis, tampak sakit sedang, kesan gizi baik.
Tanda-tanda vital :
o Tekanan Darah : 110/80 mmHg
o Nadi : 110 x/menit, isi dan tegangan cukup
o Pernafasan : 22 x/menit, reguler
o Suhu : 36,4 0C
Status Internus :
o Ekstremitas :
Superior Inferior
Laboratorium
RESUME
Telah diperiksa seorang perempuan usia 34 tahun dengan keluhan nyeri pinggang dan
perut bagian bawah sejak 3 jam SMRS. Nyeri timbul secara tiba-tiba saat pasien
Kesan Umum : compos mentis, tampak sakit sedang, kesan gizi baik.
Tanda-tanda vital :
o Tekanan Darah : 110/80 mmHg
o Nadi : 110 x/menit, isi dan tegangan cukup
o Pernafasan : 22 x/menit, reguler
o Suhu : 36,4 0C (suhu axila)
Status Internus :
Dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
ISK
Nefrolitiasis
Ureterolitiasis
Vesikolitiasis
Uretrolitiasis
DIAGNOSA SEMENTARA
ISK
Kolik Abdomen ec Susp. Nefrolitiasis
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
o Injeksi Ranitidine 50mg/2ml 1 ampul
o Injeksi Ondansetron 4mg/2ml 2 ampul
o Injeksi Norages 1 ampul
Non Medikamentosa :
o Tirah baring
o Minum air putih 2L/hari
o Rujuk ke Spesialis Urologi untuk dilakukan pemeriksaan (USG/BNO-IVP)
untuk mengetahui diagnosis pasti dan terapi lebih lanjut
PROGNOSA :
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
DEFINISI
Batu saluran kencing merupakan keadaan patologis karena adanya massa keras
berbentuk seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan
nyeri, perdarahan atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air
kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat terbentuknya batu. Batu saluran
kencing dapat terbentuk karena adanya peningkatan kalsium, oksalat, atau asam urat dalam
air kencing serta kurangnya bahan-bahan seperti sitrat, magnesium, pirofosfat yang dapat
menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi air seni, infeksi saluran kencing,
gangguan aliran air kencingdan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap/idiopatik.
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih
(batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis atau renalis,
nefrolitiasis).
Renal calculi adalah pengkristalan dari mineral-mineral yang mengelilingi suatu zat
organik seperti nanah, darah, atau sel-sel yang sudah mati. Kebanyakan dari renal calculi
terdiri dari garam-garam calcium (oxalate dan posphat), atau magnesium-amonium phospat
dan uric acid.
Renal calculi, merupakan penumpukan garam mineral yang dapat diam di mana saja di
sepanjang saluran perkemihan. Ini terjadi jika urine penuh mencapai batas jenuh asam urat,
fosfat, dan kalsium oksalat. Normalnya, zat-zat ini larut dalam cairan urine dan dengan
mudah terbilas saat buang air kecil. Tetapi ketika mekanisme alami seperaati pengaturan
keseimbangan asam-basa (Ph) terganggu atau imunitas tertekan, zat-zat itu mengkristal dan
kristal ini bisa menumpuk, akhirnya membentuk zat yang cukup besar untuk menyumbat
aliran urin.
ETIOLOGI
b) Batu Ginjal
c) Batu Kandung kemih
d) Batu Uretra
KOMPOSISI BATU
1 Batu Kalsium (kurang lebih 70 - 80 % dari seluruh batu saluran kemih)
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan
dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat
sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu
infeksi), batu xanthyn, batu sistein dan batu jenis lainnya. 5
Sebagian besar penderita batu kalsium mengalami hiperkalsiuria, dimana kadar kalsium
di dalam air kemih sangat tinggi. Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan
mengurangi pembentukan batu yang baru.5
Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam
air kemih, diberikan kalium sitrat. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang
menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang
kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu
sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi. Kadang batu kalsium terbentuk akibat
Faktor terjadinya batu kalsium5
Hiperkalsiuri (kalsium di dalam urine lebih besar dan 250-300 mg/24 jam)
Hiperkalsiuri absobtif
Hiperkalsiuri renal
Hiperkalsiuri resorptif
Hiperoksaluri adalah ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram perhari
teh, kopi instan, minuman .soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan
sayuran berwarna hijau terutama bayam
Hiperurikosuri adalah kadar asam urat di dalarn urine yang melebihi 850
mg/24 jam
Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan yang
mengandung banyak purin/asam urat maupun berasal dari metabolisme
endogen
Hipositraturi
penyakit asidosis tubuli ginjal atau renal tubular acidosis, sindrom
malabsobsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka
waktu lama
Hipomagnesiuri
Batu struvit, disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu
staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Kuman penyebab infeksi ini adalah
golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan
Sekitar 75% kasus batu staghorn, didapatkan komposisi batunya adalah matriks struvit-
karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat, batu
infeksi, atau batu urease, walaupun dapat pula terbentuk dari campuran antara kalsium
oksalat dan kalsium fosfat.1
Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium amoniun fosfat (MAP) atau (Mg NH 4PO4.H2O) dan
karbonat apatit (Ca10[PO4]6CO3. Karena terdiri atas 3 kation Ca ++ Mg++ dan NH4+) batu jenis
ini dikenal dengan nama batu triple-phosphate. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea
diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan
Stafilokokus. Meskipun E.coli banyak menyebabkan infeksi saluran kemih, namun kuman ini
bukan termasuk bakteri pemecah urea.1
3 Batu Urat (Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih)
Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan
tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih. Untuk mengurangi
pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol. Batu asam urat terbentuk jika keasaman
air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa),
bisa diberikan kalium sitrat. Dan sangat dianjurkan untuk banyak minum air putih.
Hiperurikosuri.
Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat
membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang
normal.
Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk
asam urat, sistin dan mineral struvit. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan
fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut kalkulus staghorn.
Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
EPIDEMIOLOGI
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai
hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan
perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu
saluran kemih di berbagai negara, dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai
berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian bawah, terutama terdapat di kalangan
anak.
Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif rendah, baik
dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih bagian atas. Di negara
yang telah berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di
kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran kemih sangat
jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika Selatan.
Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita = 3:1. Puncak kejadian di usia 30-
60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12% untuk pria dan 7% untuk wanita.
Batu struvite lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria. 4
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini
mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas
peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan
sensasi nyeri.
Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya
pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri bersifat
tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha,
bahkan pada batu ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai
keadaan ini.4
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau
infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah
kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal
ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.4
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis
renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri
kolik yang hebat).4
Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah
dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil
dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika
batu melewati ureter.4
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga
terjadilah infeksi.4
PATOFISIOLOGI
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis),
divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan
buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu.7
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan
metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi
membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik
bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.7
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu
sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi
metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, laju aliran urine
di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu.7
Batu Ureter
Colic pain, menyebar dari pinggang kearah testis. Nyeri tidak hilang pada perubahan
posisi.
Sering disertai perut kembung, mual dan muntah.
Hematuria.
Batu Ginjal
Tidak mempunyai keluhan yang khas.
Keluhan dapat timbul karena :
a. Infeksi (pielonefritis)
b. Batu masuk ke ureter
Peradangan pelvokalises.
Perlu ditanya usia penderita, tingkat social, riwayat keluar batu dan diet.
Pemeriksaan Fisik
Regio Costovertebra Angle
Nyeri
Ballottement/massa
Regio Supra Simfisis
Benjolan bulli-bulli
Nyeri tekan
Rabaan batu (dengan bimanual)
Genitelia Eksterna
Mungkin dapat meraba batu jika batu terletak pada uretra pars anterior
Rectal Toucher
Untuk mendeteksi adanya hipertrofi prostat
Pemeriksaan Penunjang
Internship RSUK Pesanggrahan
Periode 14 September 2016 14 September 2017 19
1. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio opak di
saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling
sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen). Urutan
radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.
Kalsium Opak
MAP Semiopak
3. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan-
keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang
sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang
ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.
PENATALAKSANAAN
Tujuan :
a. Menghilangkan batu untuk mempertahankan fungsi ginjal
b. Mengetahui etiologi untuk mencegah kekambuhan
1. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti disebutkan sebelumnya,
batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, berupa :
(http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/02/gelombang-kejut-penghancur-batu-ginjal/)
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi obat penangkal
nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan gelombang kejut untuk
memecahkan batunya Bahkan pada ESWL generasi terakhir pasien bisa dioperasi dari
ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol
dan ESWL di ruang operasi akan bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentang atau telungkup
sesuai posisi batu ginjal. Batu ginjal yang sudah pecah akan keluar bersama air seni.
Biasanya pasien tidak perlu dirawat dan dapat langsung pulang.
ESWL ditemukan di Jerman dan dikembangkan di Perancis. Pada Tahun 1971, Haeusler
dan Kiefer memulai uji coba secara in-vitro penghancuran batu ginjal menggunakan
gelombang kejut. Tahun 1974, secara resmi pemerintah Jerman memulai proyek penelitian
dan aplikasi ESWL. Kemudian pada awal tahun 1980, pasien pertama batu ginjal diterapi
dengan ESWL di kota Munich menggunakan mesin Dornier Lithotripter HMI. Kemudian
berbagai penelitian lanjutan dilakukan secara intensif dengan in-vivo maupun in-vitro.
Barulah mulai tahun 1983, ESWL secara resmi diterapkan di Rumah Sakit di Jerman. Di
Indonesia, sejarah ESWL dimulai tahun 1987 oleh Prof.Djoko Raharjo di Rumah Sakit
Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti dapat diambil atau dihancurkan;
fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas. Prosesnya berlangsung
cepat dan dengan segera dapat diketahui berhasil atau tidak. Kelemahannya adalah PNL perlu
keterampilan khusus bagi ahli urologi. Sebagian besar pusat pendidikan lebih banyak
menekankan pada URS dan ESWL dibanding PNL.8
b. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),
c. ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi
langsung batu ureter yang besar, sehingga perlu alat pemecah batu seperti yang disebutkan di
atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman
masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.8
d. ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang
Dormia).
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara dramatis terapi
batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan
pneumatik telah sukses dalam memecah batu ureter. Juga batu ureter dapat diekstraksi
langsung dengan tuntunan URS. Dikembangkannya semirigid URS dan fleksibel URS telah
menambah cakupan penggunaan URS untuk terapi batu ureter.8
4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-
tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan
melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau
Internship RSUK Pesanggrahan
Periode 14 September 2016 14 September 2017 25
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di
ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal
karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah
sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan
obstruksi atau infeksi yang menahun.11
Beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan.
Tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada
flank, dorsal atau anterior. Meskipun demikian dewasa ini operasi terbuka pada batu ureter
kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama pada penderita-penderita dengan kelainan
anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.11
5. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter terkadang memegang
peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam penanganan batu ureter. Misalnya pada
penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi, pemakaian stent sangat perlu. Juga pada
batu ureter yang melekat (impacted).11
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah
pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.11
KOMPLIKASI
Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang
sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi
dan tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal
dan kebutuhan transfusi pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi
akut dapat dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi
signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau
pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedang yang termasuk kurang signifikan perforasi
ureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent.6
Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya disebabkan oleh
intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang melekat. Angka
kejadian striktur kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara klinis tidak
Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat penanganan batu
dilakukan. Infeksi, termasuk didalamnya adalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi
melalui pembedahan terbuka maupun noninvasif seperti ESWL. Biasanya infeksi terjadi
sesaat setelah dilakukannya PNL, atau pada beberapa saat setelah dilakukannya ESWL saat
pecahan batu lewat dan obstruksi terjadi. Cidera pada organ-organ terdekat seperti lien, hepar,
kolon dan paru serta perforasi pelvis renalis juga dapat terjadi saat dilakukan PNL, visualisasi
yang adekuat, penanganan yang hati-hati, irigasi serta drainase yang cukup dapat
menurunkan resiko terjadinya komplikasi ini. 6
Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan darah, demam, dan terapi
nyeri yang diperlukan selama dan sesudah prosedur lebih sedikit dan berbeda secara
bermakna pada ESWL dibandingkan dengan PNL. Demikian pula ESWL dapat dilakukan
dengan rawat jalan atau perawatan yang lebih singkat dibandingkan PNL.7
Komplikasi akut meliputi transfusi, kematian, dan komplikasi keseluruhan. Dari meta-
analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan kombinasi terapi sama (< 20%). Kebutuhan
transfusi pada ESWL sangat rendah kecuali pada hematom perirenal yang besar. Kebutuhan
transfusi pada operasi terbuka mencapai 25-50%. Mortalitas akibat tindakan jarang, namun
dapat dijumpai, khususnya pada pasien dengan komorbiditas atau mengalami sepsis dan
komplikasi akut lainnya. Dari data yang ada di pusat urologi di Indonesia, risiko kematian
pada operasi terbuka kurang dari 1%.6
Komplikasi ESWL meliputi kolik renal (10,1%), demam (8,5%), urosepsis (1,1%) dan
steinstrasse (1,1%). Hematom ginjal terjadi akibat trauma parietal dan viseral. Hasil studi
pada hewan tidak menunjukkan adanya kelainan lanjut yang berarti. Dalam evaluasi jangka
pendek pada anak pasca ESWL, dijumpai adanya perubahan fungsi tubular yang bersifat
sementara yang kembali normal setelah 15 hari. Belum ada data mengenai efek jangka
panjang pasca ESWL pada anak. 6
Komplikasi pasca PNL meliputi demam (46,8%) dan hematuria yang memerlukan
transfusi (21%). Konversi ke operasi terbuka pada 4,8% kasus akibat perdarahan
Internship RSUK Pesanggrahan
Periode 14 September 2016 14 September 2017 27
intraoperatif, dan 6,4% mengalami ekstravasasi urin. Pada satu kasus dilaporkan terjadi
hidrothoraks pasca PNL. Komplikasi operasi terbuka meliputi leakage urin (9%), infeksi luka
(6,1%), demam (24,1%), dan perdarahan pascaoperasi (1,2%). Pedoman penatalaksanaan
batu ginjal pada anak adalah dengan ESWL monoterapi, PNL, atau operasi terbuka. 6
PENCEGAHAN
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah
pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7% pertahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.9
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasar atas kandungan unsure yang menyusun
batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya pencegahan ini berupa:9
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakanproduksi urin sebanyak 2-3
liter perhari.
2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Pemberian medikamentosa.
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan menyebabkan
suasana urin menjadi lebih asam.
2. Rendah oksalat
3. Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri
4. Rendah purin.
5. Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderitya hiperkalsiuri
absortif tipe II.
PROGNOSIS
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan adanya
infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk prognosisnya. Letak batu
yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar
kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal.1
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas dari
batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa fragmen batu dalam
1. 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Jakarta. 2006.
2. Price; Wilson. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Volume 2. Edisi
6. ECG Michigan. 2002.
3. W Schrier, Robert. Manual of Nephrology: Diagnosis and Therapy. 5th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins Publishers. October 1999. hal 12
4. Tiselius HG, Ackermann D, Alken P,dkk. Guidelines on urolithiasis. Dalam : EAU
guidelines. Edition presented at the 16th EAU Congress, Geneva, Switzerland 2001
5. Tiselius HG, Ackerman D, Alken P, dkk. Guidelines on urolithiasis. Dalam :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=pubmed&dopt
7. http://www.emedicine.com/med/topic1599.htm/nefrolitiasis
8. http://atanidayrus.wordpress.com/about/IGedeSuryadinata/Algoritma Penatalaksanaan
Batu Saluran Kemih
9. http://en.wikipedia.org/wiki/Urolithiasis
10. http://www.medicinenet.com
11. http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=46662
12. http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=47973