Henry Sintoro
PPDS Bedah Toraks Kardiovaskular
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo Surabaya
Buku ini hanyalah sebuah corat coret catatan harian yang disusun saat
menjalani stase pendidikan bedah toraks kardiovaskular berdasarkan
apa yang dilihat, didengar dan dibaca sebagai wujud ungkapan
aspirasi dan inspirasi dan tolak ukur pribadi tentang apa yang sudah
didapat selama ini.
Semoga apa yang tertulis disini dapat membantu memicu keinginan untuk menggali ilmu
lebih lanjut dengan membaca buku sumbernya atau jurnal terbaru karena apa yang tertulis
belum bisa dipertanggungjawabkan
Henry P. Sintoro
Learning is to a man as the leaves and branches are to a tree, and
it can be said that he should simply not be without it.
Studi awal tahun 1980an menunjukkan aktivasi cascade komplemen pd tingkat C3 dari serum trauma pasien dan beratnya trauma
dapat dinilai dari hebatnya aktivasi C3.
Bagaimana dengan trauma toraks ???
Trauma toraks khususnya contusio paru memicu reaksi inflamasi
eksaserbasi lung injury, ARDS, MOF & kematian. Aktivasi makrofag
alveolar dan rekrutmen netrofil ke dlm interstitial & kompartemen
alveolar diikuti pelepasan proteinase dan oksidan yg memicu
leakage pumonary microvasculature & destruksi epitel alveolar.
Pe C5a terdeteksi pd cairan brancheoalveolar pasien trauma
toraks akut. Anafilaktosis C5a pelepasan sitokin proinflamasi
oleh makrofag alveolar seperti TNF dan IL-1. Interaksi ICAM dgn
reseptor pd neutrofil (CD11b/CD 18) adhesi dan transmigrasi
netrofil ke dlm alveoli. Pelepaan TNF dan IL ini juga mengaktifkan
makrofag kemokin yg kmd nantinya memperantarai infiltrasi
netrofil. Neutrofil teraktivasi, makrofag alveolar dan sel epitel dpt
melepaskan ROS dan proteinase yg memicu kerusakan alveolar dan
mikrovascular difus eksaserbasi lung injury.
Neher MD, Weckbach S, Flierl MA, Lang H, Stahel P. Molecular mechanism of inflammation and tissue
injury after major trauma is complement the bad guy. Journal of Biomedical Science 2011;18(1):90
Gambar 1. Mekanisme terjadinya koaguloplasti post tauma. Trauma memicu perdarahan shg perlu resusitasi dilusi dan hipotermi
koagulopati dan perdarahan lanjut (classic dilutional coagulopathy). Perdarahan juga memicu syok shg tjd asidosis dan hipotermi
koagulopati (trias). Trauma & syok jg memicu ACOTs (Acute Coagulopathy of Trauma-Shock) terkait konsumsi faktor & fibrinolisis.
Sihler KC, Napolitano LM. Complications of Massive Transfusion. Chest 2010;137(1):209-20
(Prof PT, 14/12/11) Bagaimana cara pemeriksaan fisik pd trauma toraks dan apa
yang dievaluasi?
1. Inspeksi : gerak napas simetris? Gerakan paradoksal ? Retraksi?
Pernapasan cuping hidung? Adanya luka, bila ada luka terbuka lebih
lebar dari ukuran trakea sucking wound
Evaluasi pula apakah ada jejas atau hematom pada regio toraks?
2. Palpasi : nyeri tekan, vocal fremitus, krepitasi, ictus cordis
3. Perkusi : sonor atau redup?
4. Auskultasi : suara napas vesikuler meningkat atau menurun, bandingkan
kanan dan kiri. Bila pada pasien dgn ventilator mekanik, pastikan ETT
terletak pada tempatnya sebelum menilai suara napas kedua
hemitoraks. Bisa saja terjadi perbedaan suara napas karena letak ETT.
(Prof Puruhito, Course 20/08/14) Problema pasien dengan sesak ? Apa yang dipikirkan dan dilakukan?
- Sesak berasal dari intratorakal atau ekstratorakal ; sesak bisa akibat dari cardiac atau non cardiac ; komponen perlu
dipertimbangkan seperti jantung, paru, mediastinum
- Sesak bisa akibat dari suatu pendesakan
Langkah yg dilakukan ? FOTO TORAKS... jangan lupa selalu ambil AP dan lateralnya (harus selalu dari dua arah) dan tidak ada alasan,
kalo perlu pasiennya dipaksa...
Pada kasus ini ada skoliosis? Apa yang perlu dipikirkan ? --- Adanya kelainan anatomical lain yg menyertai spt kelainan dinding
toraks. Jgn lupa utk selalu menilai kondisi tulang belakang; jangan hanya menilai jantung, paru dan mediastinum saja
(dr ATA, weekly report Nov 2011) Bila menghadapi tension pneumotoraks dibuat kontra ventile/ open pneumotoraks dgn needle
thoracocentesis pada ICS II garis midclavicular R. hemitoraks yang bombans, kemudian dilakukan pemasangan bulleau drain, atau
bila menunggu alat, dibuat koneksi thoracocentesis dg selang infus ke water sealed drainage.
(dr APM, ujian chief 10/7/13) Apa yang dimaksud DEADLY DOZEN dalam trauma toraks?
A. IMMEDIATE LIFE THREATENING INJURIES (THE LETHAL SIX)
a. Airway Obstruction
b. Tension Pneumothorax
c. Pericardial Tamponade
d. Open Pneumothorax (sucking chest wound)
e. Massive Hemathorax
f. Flail Chest
B. POTENTIALLY LIFE THREATENING INJURIES (THE HIDDEN SIX)
a. Thoracic Aortic Disruption
b. Tracheobronchial Injuries
c. Blunt Myocardial Injury
d. Diaphragmatic Injury
e. Oesophageal Injury
f. Pulmonary Contusion
Cubash H, Degiannis E. The Deadly Dozen of Chest Trauma. CME 2004;22(7):369-74
Yamamoto L, Schroeder C, Morley D, Beliveau C. Thoracic Trauma: The Deadly Dozen.
Crit Care Nurs Q 2005;28(1):22-40
(dr HSB, weekly 21/12/11) Sebelum melepasan drain yang terpasang cukup lama selain 3K-1R apalagi yang harus dievaluasi?
(NIK, jaga 3/1/12) Post insersi bulleau drain, undulasi kmdn menghilang saat drain dimasukkan dlm cairan, dpt disebabkan akibat
bagging berlebih shg tjd sumbatan akibat drain tertekan paru dan tdk mungkin disebabkan oleh clot yg menyumbat.
Pada kasus kecurigaan pneumotoraks/hematotoraks sebaiknya di foto lebih dahulu sebelum melakukan tindakan insersi chest tube
kecuali darurat spt tension pneumotoraks. Bila ragu membedakan antara hematotoraks atau bukan proof punctie
(dr HK, weekly 25/1/12) Bila ada syok hipovolemik sumber perdarahan yg perlu dipertimbangkan?
- Abdomen
- Thorax
- Pelvis
Hati-hati kalo sudah muncul trias death. Tekanan darah itu baru turun setelah perdarahan diatas 2 liter.
(dr HK, weekly 25/1/12) Robekan pada hilus paru yang memicu hematotoraks jarang terjadi karena akselerasi dan deselerasi.
Akselerasi dan deselerasi paling sering tjd pada aorta.
(dr ATA, 19/7/2013) Kasus laki2 30 thn, dgn trauma tusuk torak regio punggung kiri bwh + hematotoraks sinitra + hematoma ren s.
Pasien post chest tube insertion prod drain initial didapatkan 900 cc merah kehitaman ( 6 jam post kejadian). Bila ada luka tusuk
yang mengenai dua regio organ curiga ruptur diafragma harus eksplorasi krn risiko terjadinya hernia diafragmatika berikutnya
sangat besar
(dr HK, visite besar 20/11/2013 ) Apa bahaya hiperkarbia pada pasien atelectasis post trauma toraks?
Terjadi vasodilatasi pembuluh darah sesuai dengan hukum Monroe Kellie, memicu edema otak dan mendesak sekitar sehingga
memicu herniasi otak.
SYOK PADA POST TRAUMA TORAKS
Syok didefinisikan sebagai sindrom ditandai penurunan perfusi secara global yg memicu penurunan suplai oksigen ke jaringan
sehingga berujung pada disfungsi organ. Syok dini pasca trauma biasanya akibat perdarahan dan hipovolemi. Syok juga bisa
disebabkan akibat kompresi mekanik pada jantung misalnya pada tension pneumotoraks. Selain itu walau sedikit juga dapat
disebabkan karena syok cardiogenik (miocardial failure) dan syok neurogenik ( hilangnya tonus simpatis).
(Pearson 2nd, h. 1789) Trauma toraks sedikitnya membangkitkan tiga respon tubuh yaitu :
1. Respon fisiologis, sgt tgt pd volume perdarahan. Penurunan tekanan darah mengaktifkan sistem simpatis dg takikardia
dan vasokonstriksi
2. Respon neuroendokrin, diawali pe epinephrin dan nor-epinephrin. Kadar kortisol me selama 48 jam sbg respon
pe mendadak hormon adrenokortikotropik dari pituitari anterior yg diperlukan utk katabolisme jaringan
menyediakan substrat utk penyembuhan luka dan sintesis hepatik glukosa dan protein. Aktivasi aldosteron dan ADH
memicu retensi urin. Katabolisme ini berlangsung 2-6 hari.
3. Respon selular. Konsekuensi hipoperfusi dan pe delivery oksigen. Kondisi hipoksemia ini memicu metabolisme
anaerob dan produksi laktat. Bila hipoperfusi dibiarkan, sfingter prekapiler dan membran seluler akan terganggu shg
asidosis seluler dan pembengkakan akan makin resisten thdp resusitasi dan berujung pd kematian
Primer Sekunder
Symptoms dominated Pain Shortness of breath
Underlying disease No Yes
Age <30 y.o >45 y.o
Recurrence 10-15% >50%
Assessment Histopatology Apical blebs Diffuse lung disease
(OQR 30/11/11) Mekanisme tjdnya pneumotoraks pd kasus trauma toraks tapi tidak ada fraktur costae atau contusio ? Mekanisme
kantong kertas atau paperbag phenomenon, dimana trauma (deselerasi atau barotrauma) menyebabkan kompresi pada paru
terjadi saat paru mengembang (inspirasi) dan glotis dalam kondisi tertutup.
Bgm mekanisme patofisiologi pneumotoraks spontan?
(Sugarbaker h.918) Akibat pbentukan dan rupture subpleural bullae.
Perubahan struktur parenkim paru (emphysema like changes) memicu ke
pressure gradient dari apeks hingga base ruang pleural yg kmd me tek.
Intraalveolar & memicu distensi alveoli subpleural apical pbentukan dan rupture
kista terkait degradasi elastic fibers dlm paru (khususnya pd perokok) akibat
pelepasan mediator neutrophil dan makrofag.
Degradasi ini memicu ketidakseimbangan protease dan antiprotease --- oksidan
dan antioksidan kerusakan irreversible dari parenkim paru,emfisema dan bullae
paru. Stlh bullae tbtk, inflamasi dari saluran udara kecil memicu pe tek alveolar
rupture diikuti air leak mell interstitium paru ke hilum
Andres JR, Lopez MF, Rodo LM, Trullen AP, Lanzas JT. Guidelines for the Diagnosis and
Treatment of Spontaneous Pneumothorax. Arch Bronconeumol. 2008;44:437-48
(ARH 10/12/11 dr HK 14/5/13) Apa bahaya dan penyebab kematian pd tension pneumotoraks?
Bahayanya :
- Hanya satu paru yang berfungsi karena satunya kolaps dan mendesak ke kontralateral shg makin hipoksia
- Kompresi vena cava yg paling rapuh & torsion great artery aliran venous return menurun drastis dan
Pasien meninggal karena low cardiac output syndrome
Bronkopleural fistel hrs sgr direpair bila buble bsr atau 1 mgg tdk berkurang, krn dpt memicu tension pneumotoraks.
Pneumotoraks tension terjadi bila akumulasi udara menyebabkan tekanan intrapleural diatas tekanan atmosfer.
(dr HSB,21/2/12) Bagaimana cara kmu tahu kalo fistel bronkopleuralnya besar?
Adanya continuos expiratoar buble yang besar shg menyebabkan air di continuos suction tumpah
(dr HSB, 2/11/11) Tdk ada tmpt utk pemasangan cavafix sebagai treatment pneumotoraks!
Namanya juga CAVAfix yg artinya cava vein.. jadi aksesnya utk vaskular dan bkn utk toraks
(dr HSB, weekly 2/11/11) Spontaneous pneumotoraks? Apa yg dipikirkan? Kpn operasi dan kapan tidak? Bila konservatif tdk berhasil
dan pneumotoraks tetep ada (pada kasus fistel pneumotoraks non trauma)
Apakah pd kasus ini, pemeriksaan faal paru bpengaruh? Tidak..Baru ada manfaat bila kasusnya Lung Volume Reduction
(YP/dr HK, weekly 28/2/12) Kontroversi aplikasi drainase pada fistel bronkopleural
- Pemasangan drain pada tekanan tinggi 40 cmH2O tidak banyak membantu bahkan dapat memicu hipoksia akibat oksigen
yang tersedot keluar lewat bulleau drain dan berisiko memperlebar fistel
- Pada fistel bronkopleural, dipasang thorax drain dengan passive suction
- Berapa lama? smp 2 mgg, bila dgn konservatif tdk mdapatkan hasil maka direncanakan utk terapi operatif.
Catamenial Pneumothorax terjadi 48-72 jam stlh onset menstruasi, dominan pada sisi kanan, biasanya kecil, pasien datang
dengan nyeri dada dan dispneu.
Rhea 1983, mengajukan normogram utk kalkulasi luasnya pneumotoraks, jarak intapleural rata-rata dihitung dg mengukur jarak
interpleural pada apeks dan midpoint pada bagian paru atas dan bawah
Light 1990, menghitung rata-rata diameter paru kolaps (x) dan hemitoraks yang sakit (y)
Bagaimana kecepatan reabsorbsi spontan pneumotoraks? Brp lama bisa sembuh? Bagaimana mempercepatnya?
o Reabsorpsi spontan pneumotoraks berkisar 1,25% hingga 1,8% (50-75 ml) dari total volume udara dlm pleura setiap harinya.
Ini artinya butuh 20 hari bagi pneumotoraks 25% untuk dapat sembuh.
o Pemberian suplementasi oksigen sgt penting karena akan me tekanan parsial nitrogen dlm kapiler pleural dan me
kecepatan reabsorbsi udara dari ruang pleural.
Henry A, Arnold T, Harvey J. BTS guidelines for the management of
spontaneous pneumothorax. Thorax. 2003;58 Suppl 2:39-52. C
(dr HSB, 20/2/2012) Apa beda trauma tusuk dan trauma tumpul toraks?
Pada trauma tumpul toraks, energi disebarkan ke seluruh arah sehingga kerusakan jaringan dpt lebih luas
(VAN, 06/5/2013) Saat ini pd prinsipnya semua pneumotoraks oleh krn trauma hrs dipasang drain
(dr HSB, 05/08/14) Setiap tindakan, termasuk pemasangan drainase toraks, harus mendapatkan antibiotik profilaksis, apalagi jika
tidak dihubungkan dengan continuous suction,.. risiko untuk timbulnya ascending infection sangat besar.
(dr HK) Emfisema subkutis dengan fraktur costae bila emfisema subkutis bertambah luas ptimbangkan adanya pneumotoraks
walaupun pd foto toraks tdk didapatkan gmbrn pneumotoraks, krn udara trs mengalir ke pleurokutan malalui pleura parietal yang
robek shg pneumotoraks tdk tampak.
(dr HSB) pada kasus ini sebaiknya pasang WSD cegah tension pneumotoraks apalagi bila dg ventilator
(dr HK) Aplikasi multiple incision utk dekompresi tdk lagi dianjurkan krn risiko infeksi yg lbh tinggi shg pasien rentan sepsis.
(dr ATA) Penatalaksanaan emfisema subkutis saat ini dg mpertahankan bulleau drain, jika perlu ditingkatkan tekanannya utk
menarik udara dari ruang subkutis, chestfisiotherapi napas dan dgn massage pd daerah krepitasi ke arah selang bulleau drain.
Emfisema subkutis juga dapat terjadi pasca pemasangan chest tube/ bulleau drain terkait insisi atau jahitan fiksasi yg kurang tight
atau suction yg tdk memadai (tekanan hisapan kurang atau ada obstruksi akibat clot atau posisi chest tube yg kingking)
(dr HSB, 21/12/11, weekly report) Bagaimana bisa terjadi acute emfisema subkutis luas?
- Trakeobronchial injury --- setiap kali inspirasi maka udara masuk dlm soft tissue & sll bertambah dlm setiap inspirasi
(Pada TT FNABTranstorakal), jd FNAB nya menusuk mengenai bronkus memicu tension pneumotoraks
- Drain yg tdk berfungsi dgn baik
Udara dlm jar. subcutaneous brsl dr paru & masuk mell 2 jalur:
1. Bila ada robekan pleura parietal, udara msk ke ruang pleura
& lgsg menuju ke ddg toraks & jar subkutan
2. Ruptur alveolar udara alveolar msk di bronchovascular
sheath (peribronchial sheath) ke proksimal menuju hilus
paru kmd ke superfisial mell endothoracic fascia dan memicu
emfisema subkutan.
Dismpg itu dpt msk ke mediastinum & ke ruang visceral
servikal antara trakea dan esofagus
Omar YA, Catarino PA. Progressive Subcutaneous Emphysema and
Schematic diagram of distal bronchovascular sheath and surrounding Respiratory Arrest. J R Soc Med. 2002 February; 95(2): 9091
alveoli in the normal state (left panel) and after alveolar hyperinflation.
With high transpulmonary pressures and alveolar distention, the Bagaimana emfisema subkutis memicu gang respiratori?
pressure gradient between the alveoli and the perivascular interstitium Penjelasan sederhana gangguan respiratori pada emfisem
leads to rupture of gas into the bronchovascular sheath. This gas then subkutis ialah akibat restriksi pengembangan toraks akibat
moves towards the mediastinum, subcutaneous tissues, and the
sejumlah besar udara dalam jaringan subkutan atau akibat
retroperitoneal space. Gas in the mediastinum may cause pleural
rupture, creating a pneumothorax kompresi jalan napas itu sendiri.
(dr HK, 27/12/11, visite besar) Kpn indikasi pemasangan drain pd emfisema subkutis?
Jika emfisema subkutis dimulai dari toraks, apalagi ada fraktur costae yg mnyebabkan robekan pleura parietal, pneumotoraks akan
sulit terlihat krn terus udara msk ke dlm subkutis akibat pgerakan paru wajib utk dilakukan pemasangan toraks drain.
Jika emfisema subkutis dimulai dari leher, kmngknn besar akibat robekan tracheobronchial shg jgn lgsg dipasang drain tetapi hrs
dilakukan bronkoskopi lebih dahulu
Laennec mendeskripsikan pneumomediastinum pertama kali thn 1819 pada pasien trauma toraks.
Pneumomediastinum spontan didekripsikan secara terpisah oleh Louis Hamman thn 1939
(syndrome Hamman) dimana dijelaskan Hamman sign yaitu suara bubling atau crackling dlm toraks
disekitar apeks dan tjd bersama bunyi jantung saat auskultasi jtg precordial systolic crepitation.
HAMMAN SIGN crunching, rasping sound yg sinkron dgn SISTOLIK (precordial systolic crepitation) yg terdengar saat aukultasi
Suara ini disebabkan gerakan kontraksi jantung yg menekan jrgn sekitar yg berisi udara (spontaneous emfisema mediastinal) pada
pneumomediastinum atau pneumopericardium. Suara ini dideteksi terbaik saat posisi lateral kiri (left lateral position) dan
precordial cracles ini berhubungan dgn denyut jantung dan BUKAN RESPIRASI.
Zylak CM, Standen JR, Barnes GR, Zylak CJ. Pneumomediastinum Revisited. RadioGraphics 2000;20:1043-1057
Panah biru menunjukkan continuous diaphragm sign. Seluruh diadragma dapat terlihat jelas dari sisi kanan ke kiri karena adanya udara dalam
mediastinum. Biasanya di bagian tengah tidak akan nampak garis karena gambaran jantung dan struktur jaringan mediastinum saling tumpang tindih
dan menempel dengan diafragma. Pada foto lateral, panah merah menunjukkan adanya udara dibawah dan di posterior jantung.
Hermann Boerhave
(1668-1738)
(multi trauma, Juni 2011, dr HK) Contusio pulmonum adalah perdarahan parenkim paru
sehingga memicu tjdnya atelektasis pd parenkim paru akibat penekanan oleh perdarahan
dmn pleura visceralis msh utuh shg drh tdk berada di interpleura.
(multi trauma, Juni 2011, dr HK) Klinis sama dengan hematotoraks, dimana didapatkan
gerak dada yang tertinggal akibat alveoli yang kurang mengembang, suara napas yg
menurun. Gangguan pada contusio pulmonum adalah gangn difusi akibat tjd kerusakan
vascular. Penatalaksanaan konservatif ditunggu hingga perdarahan dpt diabsorbsi, jika
gangguan difusi bertambah berat maka pertimbangkan indikasi ventilator mekanik dgn
PEEP tinggi utk mendorong cairan dlm alveoli ke sirkulasi.
Patofisiologi
Patofisiologi local trauma paru pertama kali dipelajari pd
studi hewan thn 1970.
Oppenheimer mdeskripsikan contusio paru = laserasi paru yg
memicu pe compliance pe ventilasi / unit volume dan
pe shunt fraction hipoksemia.
Fulton dlm penelitiannya mdeskripsikan pe progresif dan
bermakna PO2 pada paru contusio dlm kurun 24 jam, disertai
pe PVR dan pe PBF. Wagner jg melaporkan pe PVR
sebanding dgn volume contusio dan menganggap sbg
mekanisme kompensasi utk meminimalkan shunt fraction.
Hellinger menunjukkan pd paru bebas trauma ipsi dan
kontralateral mengalami penebalan septa, peningkatan
vakuolasi dan edema dalam 8 jam setelah jejas.
Tipe Kausa
Tipe I akibat kompresi langsung dinding toraks pada parenkim paru (kausa terbanyak)
Tipe II akibat pergesekan (shearing) jaringan tissue dgn corpus vertebrae
Tipe III lesi terlokalisir akibat fraktur costae, yg secara langsung melukai paru dibawahnya
Tipe IV akibat adhesi pleuropulmonal dari trauma paru sebelumnya yg merobek parenkim
Wagner RB, Crawford WO, Schimpf PP. Classification of Parenchymal Injuries of the lung. Radiology 1988;167:77-82
PF RATIO
PF ratio digunakan untuk estimasi indirek shunt fraction. Ada dua hal yg memicu keterbatasan PF ratio ialah akibat
- variabilitas dari FiO2 saat suplementasi oksigen diberikan baik melalui nasal prong maupun masker.
- Keterbatasan akibat A-a PO2 gradien (alveolar-arterial PO2 gradien)
HIPOXEMIA
Kausa hipoksemia terbagi dalam 3 grup berdasarkan proses fisiologis yang terjadi yaitu :
1. Hipoventilasi --- AaPO2 normal PVO2 normal misal kelemahan otot pernapasan, obesitas (Pickwickian syndrome)
2. V/Q mismatch --- AaPO2 meningkat PVO2 normal misal ok pneumonia, inflammatory lung injury, obstructive lung
disease, emboli paru, edema pulmonal hidrostatis
3. DO2/VO2 imbalance --- AaPO2 meningkat PVO2 menurun
(dr HSB, morning report 4/11/2013) Hematotoraks mendadak tanpa riwayat trauma, apa yang dipikirkan?
- Tanda tanda infeksi? Demam, batuk, keringat dingin?
- Kemungkinan keganasan?
- Riwayat aktivitas?
- Malformasi arteriovenous?
(dr HSB, morning report 4/11/2013) Berapa persentase tjdnya hematotoraks yg diawali oleh sebuah contusion pulmonum? Kapan
waktunya dipasang drain?
(dr APM, multitrauma 28/2/12) Pada prinsipnya, setting operasi pd hematotoraks harus mulai dipikirkan bila onset kejadian dini, jadi
misalnya kejadian pd pasien 50 kg kecelakaan 1 jam, dipasang thorax drain keluar 300cc artinya ada perdarahan masif (>
5cc/kgBB). Jangan memakai patokan atau menunggu sampai 800cc karena itu adlh patokan perdarahan akumulasi disamping itu
merupakan standar dari orang barat yg bertubuh lbh besar.
Sebaiknya setelah pasang drain misal keluar 500 cc langsung di klem dan lakukan foto toraks, bila gambaran foto toraks msh ttp
menunjukkan kesuraman yg sama dan tdk berkurang maka siapkan setting torakotomi krn ada ongoing loss.
(dr HSB, weekly 9/12/08) Trauma tusuk toraks? Kapan dirujuk dan kapan
ditorakotomi?
(dr HK, visite besar 14/5/13) Hanya 10-15% kasus hematotoraks akibat trauma
tusuk yg berlanjut utk torakotomi, krn stlh drain dipasang, paru mengembang
& menekan pmbuluh darah pd parenkim shg prdarahan berhenti
(Nortons Essential Practice of Surg 2003, h. 520) Hematotoraks massif
didefinisikan sbg bila produksi chest tube pasca insersi chest tube diperkirakan
> 1500 ml atau > 200 cc perjam selama 2-4 jam. Biasanya akibat kerusakan
pembuluh darah paru atau akibat trauma tusuk.
(27/08/2014) Kasus Tn S 36 thn jatuh dari ketinggian 6 m, 1 hari SMRS. Masuk dengan diagnosis Atelektasis lobus medius dan inferior paru kanan, efusi
pleura minimal kanan + Fraktur dislokasi VTh XII-L1 Fr. A + Trauma Tumpul Abdomen + COR + SDH
(Prof PR), batas diafragma ialah pada costae 6. Bila terdapat fraktur costae 8-12
apalagi dengan unstable hemodinamik pertimbangkan internal bleeding
(trauma intrabdominal); dugaan perlukaan hepar/lien/ginjal
(dr HK, visite besar 6/2/12) Bagaimana cara kmu melakukan pemeriksaan pada
fraktur costae dg cepat?
Penekanan pada stenum dengan tangan, jika ada patah tulang terutama lateral
maka akan terasa nyeri
(Prof PR, 2008) Bagaimana fase penyembuhan pada tulang pipih? Hematoma, inflamasi, kalus, remodelling
Sejumlah laporan ttg fiksasi internal flail chest muncul di tahun 1950an. Teknik bedah meliputi fiksasi dg jahitan wire
pada ujung fraktur dan rush rod fixation pd segmen yg flail. Di akhir 1950an, terapi internal splinting flail chest dgn positive
pressure ventilation mjd popular dan berhasil memperbaiki outcom pasien pada kasus yg relatif non operatif dini. Walaupun
demikian kasus ini bila tjd prolonged infection dapat memicu terjadinya secondary chest infection dgn angka mortalitas 10-36%.
(Dr HK) Clipping costae tidak lagi dipertimbangkan pada fraktur costa yang telah terjadi
lebih dari 7-10 hari karena telah terjadi pertumbuhan callus sejak hari ke 5.
Hati-hati risiko terjadinya pneumotoraks atau hematotoraks akibat tusukan fragmen fraktur costae
Pada fraktur costae, reduksi nyeri adalah faktor yang sangat penting karena nyeri akan menghambat pengembangan paru dan
refleks batuk yang berisiko meningkatkan terjadinya pneumonia. Bila pemberian analgesik tidak adekuat dapat dilakukan anestesi
blok interkostal pada segmen costae yang patah.
Hati-hati, nyeri pada fraktur costae juga dapat memperberat hipoventilasi ! Jadi analgesia sgt penting!
(dr HSB,21/3/2012) Bagaimana cara membedakan nyeri akibat fraktur costae dan bukan?
Nyeri akibat fraktur costae terjadi saat pasien bernapas, jadi minta pasien untuk menarik napas dalam
yaitu :
PARADOXICAL MOVEMENT
Paradoxical movement segmen yang mengambang
akan bergerak ke dalam selama fase inspirasi dan
bergerak ke luar selama fase ekspirasi, sehingga udara
inspirasi terbanyak memasuki paru kontralateral dan
banyak udara ini akan masuk pada paru ipsilateral selama
fase ekspirasi;
PENDELLUFT MOVEMENT
Saat inspirasi, udara yang kaya oksigen harusnya masuk
ke sisi paru sakit akan TERHISAP ke dlm paru sehat dan
Saat ekspirasi, udara deoksigenated TERHISAP masuk dlm
paru yg sakit daripada dikeluarkan oleh tubuh
kapasitas vital paru makin menurun HIPOKSIA.
MEDIASTINAL FLUTTER
PARADOXICAL MOVEMENT dan PENDELLUFT MOVEMENT
Gerakan mediastinum yg hebat mengikuti gerakan napas,
ke kiri dan ke kanan. Dapat memicu unstable
hemodinamik
Tindakan
1. Non Operative Management
a. Konservatif dan Analgesia yang adekuat
b. Eksternal stabilisasi
c. Standar terapi Internal pneumatic stabilization with mechanical ventilation
d. Pulmonary toilet
2. Operative Management
a. Open reduction dan fixation
b. Pertimbangkan indikasi chest tube dan risiko barotrauma
Gambaran klinis --- dyspneu, hemoptisis dan emfisema subkutan. Emfisema subkutan mrpkn temuan fisik yg plg umum.
Seringkali trauma trakeobronchial disertai cedera lain seperti contusio pulmonum, fraktur clavicula, fraktur costae dan cedera
tempat lain spt abdomen. Cedera plg srg menyertai trauma trakeobronkial ialah ruptur esofagus (BOOERHAVE SYNDROME)
Mengapa bronkus kanan lebih rentan/ sering terkena trauma daripada yang bronkus kiri?
- Bronkus kanan bentuknya lebih pendek dg diameter lebih besar. Bronkus besar lebih rentan karena gaya terhadap
dinding bronkus pada saat peningkatan tekanan intraluminal akan lebih besar
- Bronkus kiri memiliki proteksi alami yg lebih baik dari struktur mediastinum di sekitarnya.
Jenis dari cedera yg terjadi bisa berbentuk robekan parsial (jarang) sampai transeksi yang lengkap (lbh srg)
Bentuk robekan trauma bronkus menurut Deslauries adalah :
1. Ruptur transversa
a. Ruptur inkomplit
b. Ruptur komplit
2. Ruptur linear stelata
Pemeriksaan bronkoskopi dpt membantu memastikan adanya rupture dg adanya gelembung2 udara di daerah rupture, dpt
dikerjakan pd kondisi gawat, bila perlu diatas meja operasi
Tracheobronchial rupture in blunt chest trauma bronkoskopi lebih informatif daripada CT scan
Penatalaksanaan
Laki-laki 32 thn dgn ruptur total main bronchus D + Tension Pneumothorax D +Ruptur parsial main bronchus S + Kontusio pulmonum S + Fr.Clavicula S
+ Fr.Scapula D + Fr.costae 4 posterior D + Fr.costae 1, 4,8 posterior S
Dari MSCT Scan didapatkan ;
1. Tension pneumothorax D ec ruptur proximal main bronchus kanan 4 mm (posisi 1 cm post carina), dan bronchus superior kanan 1 cm
2. Hematothorax kanan
3. Paru kiri terdesak dgn dysteletaksis compressive segmen posterior basal lobus inferior kiri, interstisial emfisematous pada parenkim paru
segmen anterior-inferior lingula lobus superior paru kiri dan tanda kontusio hemoragis pada segmen apicoposterior lobus superior kiri
4. Subsequent pneumomediastinum, pneumoperitoneum, dan emfisema subkutis thorakoabdominal wall dan regio colli
5. WSD tip tampak sedikit masuk parenkim paru kanan
6. Great vessel tidak menunjukkan tanda dissection
7. Tip ETT 6.3 cm supracarina
Thoracotomy posterolateral D
Didapatkan Dilakukan
bronkus utama kanan ruptur total repair bronkus utama kiri dgn vicryl 3.0 interrupted
bronkus utama kiri ruptur parsial anastomosis end to end main bronchus D dgn vicryl 3.0 interrupted
(longitudinal) sepanjang 5 cm repair laserasi lobus superior D dengan nylon 5.0
laserasi lobus superior paru kanan
Volume tidal normal memicu gerakan diafragma 3-5 cm ke setiap arah, inferior saat inhalasi dan superior saat ekshalasi.
Saat ekshalasi, hemidiafragma kanan naik di ICS IV & hemidiafragma kiri naik di ICS V anterior serta disisi posterior pd ICS VIII
Kalo dulu cukup laparatomi dgn catatan foto toraks baik baik,
atau yakin tidak ada apa2 dlm rongga toraks
Jika kronis (fase laten) pendekatan yang terbaik adalah
torakotomi jika ada organ yang herniasi.
Manifestasi
o Dispneu, ortopneu
o Nyeri dada;
o Kehr sign nyeri diafragma yang menjalar ke bahu
Killeen KL, Mirvis SE, Shanmuganathan K. Helical CT of diaphragmatic rupture caused by blunt trauma. Am J Roentgenol. 1999;173 (6): 1611-6
DIagnostik spesifik rupture diafragma hanya 50% kasus dapat terdiagnosis dari foto toraks awal. Dicurigai dari adanya tanda:
- Collar sign (atau hour glass sign) herniasi intratorasik dari hollow viscus ( lambung, colon, small bowel) dengan atau
tanpa konstriksi fokal dari viskus pada tempat rupture
- Visualisasi nasogastric tube diatas hemidiafragma pada sisi kiri
Dari CT scan terlihat diskontinuitas diafragma dengan atau tanpa herniasi organ abdomen. Lambung dan colon merupakan organ
visceral yg plg sering mengalami herniasi disisi kiri dan hepar pada sisi kanan. Tanda lainnya meliputi :
Ruptur diafragma kanan akan lebih sulit didiagnosis dgn foto toraks akibat adanya hepar yg menutupi daerah sobekan shg organ
abdominal tdk dpt masuk ke thorax
Hernia Bochdalek, tampak adanya protrusi organ abdomen dari sisi posterior diafragma masuk ke dalam toraks
Hernia Morgagni, akibat defek pada sisi anterior yang jarang dijumpai
Kasus :
Laki laki 28 thn. Sepuluh bulan lalu KLL di daerah
hipogastrium. Sehari hari tidak sesak, 2 minggu ini merasa
ada ngganjel di ulu hati.
Gambaran CT scan toraks sebagai berikut disamping.
- Apa diagnosis ?
- Apa tindakan dan manajemen sbg chief?
(dr HK, weekly report) Bagaimana membedakan hernia diafragma dan eventrasio diafragma?
o Foto toraks Eventrasio diafragma tampak sbg peninggian diafragma dgn lengkungan yg utuh (unbroken line) dari
mediastinum menuju arkus costae (tapi masih srg dikacaukan dgn high fundus atau bila ada volvulus)
o Dengan fluoroskopi (syarat; tnp ventilator mekanik) Dilakukan fluoroskopi; jika saat inspirasi dlm diafragma me maka
itu adlh eventrasio diafragma (Paradoxical Movements) & bila tdk bergerak, itu adlh hernia diafragmatika.
o (dr Wuryantoro 29/9/11) kalo ada elevasi hemidiafragma kanan, bagaimana tahu kalo itu ruptur atau tidak , kl dgn
fluoroskopi kan sulit sebab kanan adlh hepar ?pastikan ruptur diafragma dgn torakoskopi
(dr HK, weekly report 2011) Kapan dilakukan repair diafragma melalui dari torakotomi atau laparatomi?
- Tergantung jenis luka, biasa lebih baik melalui torakotomi
- Tetapi disini berlaku kebijakan, tergantung dari letak lukanya, jika ada akut abdomen maka langsung dilakukan laparatomi
tujuannya dua yaitu eksplor dan repair
- Jika kasusnya berlangsung kronis, maka sebaiknya buka atas karena biasanya telah terjadi perlengketan
- (Prof PR) secara kualitas dan teknik, repair diafragma melalui torakotomi memberikan keluaran yang lebih baik dibanding
melalui laparatomi
Cuci cavum toraks harus lewat torakotomi apalagi jika terdapat spillage asam lambung , jika dicuci lewat cavum abdomen kurang
steril dan berisiko memicu terjadinya schwarte dan fistel
(dr HK, weekly report 2011) Bagaimana cara menjahit diafragma post ruptur (dr HK)
- Jahitan satu persatu atau continous
- Menggunakan benang non absorbable monofilament (polypropylene) nomor 0 atau 1
- Simpul jahitan menghadap ke bawah ke abdomen utk mencegah terjadinya friksi saat pasien bernapas
Repair diafragma dengan jahitan matras horizontal. Jahitan dg interrupted suture atau matras horizontal pada laserasi kompleks > 5
cm membutuhkan running suture untuk memperkuat jahitan.
(Prof PR, 21/9/11) Pada kasus ruptur diafragma prinsipnya diafragma adalah bagian dari toraks dan approach harus
thoracoabdominal bukan hanya laparatomi.
Tujuannya adalah repair anatomis bukan kosmetik! Jadi dilakukan approach transthoracal lebih dulu jika sulit dilanjutkan dengan
laparatomi. Risiko jika pendekatan repair diafragma hanya lewat laparatomi ialah eventrasio/ hernia diafragma (2-3 tahun kmd)
karena tidak dilakukan fundoplication.
(Prof PR, 21/9/11) Dalam melakukan tindakan, harus tahu prinsipnya, teknik terserah preferensi tiap orang tapi prinsip penting,
misalnya dalam menjahit usus baik dengan stapler atau jahit biasa tidak boleh melupakan prinsip dimana lapisan mukosa harus
ketemu mukosa, serosa ketemu dengan serosa dsb.
(dr Wuryantoro, 29/9/11) Apa bahaya dari ruptur diafragma?
Terjadinya herniasi yg berakibat strangulasi organ intraabdomen yg terhisap o.k. tekanan negatif dalam rongga intratoraks
(dr Wuryantoro, 29/9/11) Bagaimana approach ruptur hemidiafragma kanan dgn ruptur hepar yg menyebabkan hematotoraks pada
hemitoraks kanan? Approachnya torakotomi, sehingga lebih mudah untuk menjahit, tapi evaluasi dulu kondisi dibawah diafragma
dengan melebarkan viscus, ada maka perlu approach laparatomi
(dr HSB, 4/5/13, Reading Sabtu) Bagaimana tutup defek rupture diafragma selain menggunakan prolene mess?
- Menggunakan flap dari m. latisimmus dorsi
- Fascia juga dapat dipakai seperti fascia lata, walau berisiko terjadi hernia sikatrikalis
- Memakai pericardium
(dr HSB,4/5/13, Reading Sabtu) Bagaimana evaluasi dengan tes kebocoran?
Tes kebocoran hanya bisa dilakukan jika pembukaan dilakukan secara transabdominal
Pada katup aorta, pd EARLY DIASTOLE saat gradien tekanan yg besar terbentuk dan menekan katup aorta yg kompeten.
Pada katup mitral dan apparatusnya sangat rentan selama LATE DIASTOLE dan EARLY SYSTOL saat tekanan yg dihantarkan secara
mendadak memnuhi ventrikel dan meregangkan aparatus mitral.
Lesi katup aorta yg plg srg dijumpai ialah robekan atau avulsi dari annulus salah satu cuspis katup aorta khususnya pd NCC. Lesi
katup mitral yg plg srg dijumpai ialah ruptur musculus papilaris, diikuti robekan chordae tendinae dan robekan leaftlet.
Pada penderita dtg dg dugaan luka tembus jantung maka operasi harus segera dilaksanakan. Pemeriksaan foto toraks, EKG,
laboratorium bukan syarat mutlak dan dapat menghambat tindakan.
Pada luka tembus jantung lebih baik torakotomi negative daripada terlambat
Tindakan torakotomi dilakukan pd sela iga ke IV - V kiri / kanan atau keduanya tgtg luka masuk dan lokasi tusukan jantung.
Insisi anterolateral atau anterior dan pericardium dibuka pd garis sejajar 1 cm di anterior jlnnya nervus phrenicus
Temporary techniques to control bleeding. (A) Finger occlusion; (B) partial occluding clamp; (C) Foley balloon catheter;(D) skin staples.
( Copyright Baylor College of Medicine, 2005)
Organ berongga yang menempel pada ligamentum treiz.. perbedaan antara fix nda mobile..
(dr HSB, visite besar) Apa sih bedanya ruptur organ padat ama ruptur organ berongga ?
(dr FEN, October 2011, Friday forum) Gini ya..
o Kalo ruptur organ padat
o Peritonism timbul
o Nyeri lebih kurang dibanding ruptur organ berongga
o Kalo ruptur organ berongga ,
o peritonitis terjadi lebih cepat , kecuali mengenai usus halus delayed
o adanya cairan nyeri terasa lebih hebat
Whiplash Injury?
(dr HSB, 3/6/13) Akselerasi dan deselerasi --- hati hati vertebra juga
Organ berongga plg sering terkena gaster
Lien ginjal paru rentan terhadap coup contracoup, akselerasi dan deselerasi
Widening Mediastinum?
(dr HK, visite besar 9/7/13) apa yang anda pikirkan jika ada pelebaran mediastinum?
Hati-hati dalam mendiagnosis widening mediastinum karena bukan hal yang mudah. Bisa saja ada orang gemuk yang diambil
rontgennya saat ekspirasi sehingga mediastinumnya tampak melebar.
Apa tanda-tanda ruptur aorta?
o Nyeri dada yang sangat hebat
o TEKANAN DARAH SISTOL TIDAK PERNAH LEBIH DARI 100 mmHg
DEFINISI :
Menurut AECC 1994. ARDS didefinisikan sebagai sindrom inflamasi akut dan peningkatan permeabilitas membran alveolar kapiler
yang terkait dengan satu atau lebih faktor risiko. ARDS merupakan kaeadaan yang lebih bera t dibandingkan ALI. Kriteria ALI dan
ARDS menurut AECC 1994 tampak pd tabel dibawah ini
Setelah 18 tahun digunakan, kriteria AECC ini banyak dipertanyakan diantaranya ialah batasan akut, penggunakan ventilator, PAWP
dan cut off ratio P/F. Tahun 2012, definisi inipun akhirnya diperbaharui.
Dalam kriteria Berlin 2012, ada beberapa perubahan dari kriteria AECC yaitu :
1. ARDS dikelompokkan dlm 3 kategori berdasarkan derajat hipoksemia dari P/F ratio ringan (200<PF<300), sedang
(PF<200) dan berat (PF<100); dgn demikian ALI termasuk dlm ARDS ringan
2. Onset akut dibatasi maksimum 7 hari dari pemajanan faktor risiko atau perburukan respirasi
3. Batasan nilai PEEP juga ditentukan pada 5 cmH2O, karena PEEP juga mempengaruhi oksigenasi dengan demikian dapat
diekslusi hipoksemia akibat atelektasis
4. Tidak lagi diperlukan pemeriksaan PAWP utk ekslusi edema paru kardiogenik. Penilaian klinis cukup utk menentukan ada
tidaknya faktor risiko ARDS dan jika tidak ada yg jelas, echo dapat dilakukan utk evaluasi fungsi jantung.
Sejak dikeluarkannya definisi Berlin 2012, muncul sejumlah penelitian membandingkan kedua definisi ARDS tersebut dan dilaporkan
bahwa dengan menggunakan definisi Berlin maka insiden ARDS akan lebih tinggi, terutama pada kasus luka bakar. Definisi Berlin
lebih akurat menentukan derajat beratnya penyakit dan prediksi outcomenya. Dengan definisi ini maka diagnosis ARDS dapat
ditegakkan lebih cepat sehingga strategi ventilasi proteksi juga dapat segera dilaksanakan.
Stadium awal ALI edema pulmonal oleh karena proses inflamasi pada mikrosirkulasi pulmonal meningkatkan permeabilitas
sawar alveoli kapiler
Secara histologis ARDS dibagi menjadi 3 fase:
1. Eksudatif (0-7 hari) edema interstitial, perdarahan intraalveoli dan plasma protein bercampur debris seluler.
Mikroskopis tjd keruakan endotel dan dasar membran
2. Proliferatif (7-21 hari) sel tipe II berproliferasi menutup permukaan dasar membrane spjng dinding alveoli. Fibroblas
merubah eksudat alveoli mjd jrgn fibrosis pdt & sel epitel menutupi jaringan granulasi
3. Fibrotik (>21 hari) terjadi perubahan jaringan ikat kolagen pada dinding dan septum alveoli vakular paru berubah,
dimana tunika intima menebal dan terjadi hipertrofi arteri pulmonalis
Mana yg lebih mendapat efikasi dari manuver lung recruitment? Pulmonal atau extrapulmonal ARDS?
Tergantung pada elastisitas paru dan bukan pada etiologi ARDS nya..
Patofisiologi dan respon thdp alveolar recruitment strategies pada ARDS pulmonal dan ekstrapulmonal
Garcia CS. Pulmonary and extrapulmonary acute respiratory distress syndrome:
are they different? Rev Bras Ter Intensiva 2008; 20: 2
Bat Wing Appearance pada Edema Paru --- Bilateral Perihilar Shadowing
http://posterng.netkey.at/esr/viewing/index.php?module=viewing_poster&task=viewsection&pi=121234&ti=406237&searchkey=
Tatalaksana :
Penatalaksanaan ARDS menurut American European Consensus Conference on ARDS part 2, 1996 :
1. Strategi ventilator
a. Tujuan menjamin transportasi O2 ke organ vital, mempertahankan homeostasis, Melepaskan beban
pernapasan dan mencegah keruakan paru.
b. Minimalisir keracunan O2 dg menurunkan FiO2 melalui peningkatan tekanan rata2 jalan napas, memperbaiki
fungsi kardiovaskular, diuresis yang cukup
c. Lung recruitment ; alveoli yang menutup dapat dibuka melalui dua jalan yaitu
i. MENINGKATKAN PEEP
ii. MEMPERPANJANG FRAKSI WAKTU INSPIRASI
d. Minimalisir tekanan jalan napas yang tinggi misalnya
i. Toleransi adanya hiperkapnia
ii. Pressure Controlled Ventilation,
iii. Volume cycled ventilation
e. Mencegah atelectasis
f. Sedasi dan paralitik
2. Tatalaksana farmakologis : Nitrit oksida, penggantian surfaktan mgkn dpt memperbaiki kerusakan paru
Tatalaksana spesifik pada ARDS ialah dengan mengobati kausa ARDS misalnya pemberian antibiotik pada infeksi yg memicu
pneumonia difus. Terapi spesifik pada fase awal ARDS ini sangat terbatas kecuali pada kasus infeksi yang dapat diobati. Penyebab
terbanyak ARDS ialah pneumonia dan syok septik sehingga identifikasi kasusa sangat penting. Pemberian kortikosteroid juga tdk
menguntungkan, demikian juga pemberian inhalasi nitric oxide juga masih kontroversial dan hanya diberikan sebagai rescue therapy
oleh intensivis yang berpengalaman.
Semua pasien ARDS harus dilakukan intubasi dg ventilasi mekanik utk dapat mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat. Berdasarkan data tekanan alveolar yg tinggi dan volume tidal besar dapat memicu lung injury. Sebuah randomized
controlled clinical trial tahun 2000 menunjukkan bahwa angka mortalitas akan berkurang signifikan pd kelompok dengan volume
tidal yg kecil yaitu 6 ml/kgBB(40%) dibandingkan dengan 12 ml/kgBB (31%). Sehingga ventilasi dengan volume tidal kecil ialah
standar pada pasien ARDS. Rekomendasi lainnya ialah plateau airway pressure harus < 30 cmH2O.
Tentang PEEP, masih diperdebatkan. Berdasarkan definisi Berlin, level minimum PEEP utk diagnosis ARDS ialah 5 cmH20. Kombinasi
standar FiO2 dan PEEP telah digunakan terutama pada pasien ARDS ringan. Pada ARDS sedang-berat disarankan PEEP lebih dari 10
cmH2O walaupun fiO2 < 0,6 karena akan memperbaiki survival. Target ventilasi mekanik pada ARDS ialah mencapai oksigenasi yg
cukup dgn PaO2 diatas 55 mmHg. Dg limitasi plateau pressure maka kebanyakan pasien akan terjadi kenaikan pCO2 dan ini dpt
ditolerir jika pH dipertahankan diatas 7,15-7,2. Kondisi ini disebut sebagai permissive hypercapnia.
Tabel kombinasi FiO2 dan PEEP
Lung recruitment
- low tidal volume (6 cc/kgbb)
- high peep,
- permissive hiperkapnea,
- pressure limitation
Apa bahayanya high dan low tidal volume?
- High tidal volume memicu overstrecth
alveoli volutrauma (secondary lung injury)
- Low tidal volume memicu hiperkapnia dan
atelektasis akibat peningkatan dead space
Low tidal volume ventilation reduced mortality
in ARDS pada penelitian NIH
Fibrosing Alveolitis (NEJM) fibrotic lung injury
pasca ALI atau ARDS yang terjadi 5-7 hari pasca
onset dimana alveolus terisi dgn sel mesenkimal,
pembuluh darah baru akumulasi kolagen dan
fibronectin dalam paru mortalitas meningkat
Pd thn 1990, Hicking dkk melaporkan pengalaman
klinis ARDS berat dgn low tidal volume dan pressure
limited ventilation dgn permissive hypercapnia yg
ditujukan utk menekan ventilator associated lung
injury dan ternyata angka mortalitasnya lbh rendah
Jahagirdar A, Prayag S. Low tidal volume ventilation in
acute respiratory distress syndrome.
Indian J Crit Care Med 2005 ;9:189
Nutrisi pada ARDS juga belum ditentukan dengan jelas. Energi juga disesuaikan bertahap tergantung tahapan penyakit. Pada fase
akut dapat diberikan 10-15 kcal/kgBB, setelah fase akut 15-20 kcal/kgBB dan masa pemulihan 20-30 kcal/kgBB. Untuk menekan
produksi CO2 maka asupan karbohidrat dibatasi.
Restriksi cairan juga diterapkan untuk menurunkan tekanan kapiler paru pada pasien ARDS sehingga diharapkan tidak terjadi edema
paru karena peningkatan permeabilitas. Pada ARDS dan MOSF, penurunan volume intravaskular akan memicu hipotensi, penurunan
cardiac output dan juga kegagalan perfusi organ.
Catatan Henry Sintoro 2014 61
Bila terjadi hopoksemia refrakter terhadap terapi suportif yang optimal dan terapi farmakologi maka ECMO merupakan pilihan
terapi pada pasien ARDS berat dengan P/F ratio dibawah 100. ECMO diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas. Tantangannya
ialah kapan waktu terbaik dan siapa kandidatnya untuk mendapatkan ECMO. Beberapa parameter yg dikemukan seperti :
- Hipoksemia refrakter dengan P/FG < 80 lebih dari 6 ham
- Asidosis respiratorik tidak terkompensasi dgn pH dibawah 7,15-7,2 setelah diberikan terapi yang optimal
Caro. Extracorporeal Lung Assist in Severe Respiratory Failure and ARDS. Current Situation and Clinical Applications.
Arch Bronconeumol. 2010; 46: 531-7
David G Ashbaugh
Professor of Surgery
Ohio State University
Preemptive analgesia pemberian analgesik sebelum tindakan bedah dapat menekan sensitisasi yg dipicu oleh
impuls nociceptive terhadap sistem saraf belum terbukti dapat menekan insiden sindrom ini
Beberapa factor pemicunya ialah intercostal neuroma, fraktur costae, infeksi local, costochondritis/ costochondral
dislocation, local tumor recurrence dan sebab psikologis.
Gambar 1. Pleural fluid turnover pd tgkt pleura parietal scr fisiologis : Perbedaan tekanan memicu cairan masuk dari kapiler pleura parietal kedalam
kavitas dan kmd didrainase melalui stomata limfatik yg menghubungkan ruang pleura dg jaringan limfatik submesothelial dlm pleura.
Gambar kiri menunjukkan fluid filtrasi tbyk pd regio yg bebas dan didranase pd lokasi absorbsi spt di bag bwh dan di regio me diastinal. Gambar tengah
menunjukkan tekanan absorpsi limfatik pd tekanan subatmosfer dari cairan pleura (-10cmH2O) pd mid heart level, makin ke bawah makin negatif
dimana mendekati 0 cmH2). Tekanan ini berguna untuk menjaga paru dlm close apposition pd chest wall. (Miserochi 1999)
(Pearson h.1160) Kadar glukosa cairan pleura sgt penting --- Kadar glukosa KURANG DARI 60 hy dijumpai pd 4 kondisi yaitu :
- Keganasan
- Tuberculous pleuritis
- Parapneumonic effusion
- Rheumatoid pleural effusion
Kadar amilase meningkat pada 3 kondisi yaitu : perforasi esofagus, pankreatitis dan efusi maligna.
(Pearson 2nd h.1160) Kapan pemeriksaan bila mencurigakan keganasan atau efusi pleura magligna?
- Carcinoembryonic antigen (plg byk dipakai sbg pleural fluid marker); kadar diatas 5 ng/ml spesifik tp tdk sensitif
- Bloody exudative effusion dgn kadar gula rendah sangat mencurigakan kemungkinan keganasan.
- Peningkatan kadar amilase
- Pemeriksaan lain spt creatinine kinase isoenzyme BB, adenosine deaminase dan galactosyltransferase
PLEURODESIS
Pleurodesis berasal dari kata yunani yaitu pleura (selaput yg meliputi dinding luar paru dan dinding dlm dinding toraks) dan desis
(melekatkan).
Pleurodesis dgn stimulus kimia pertamakali dilakukan pada tahun 1901 oleh Spengler dgn injeksi silver nitrat ke dalam kavitas pleura
untuk kontrol pneumotoraks rekuren. Talkum sebagai agen pleurodesis pertama kali diperkenalkan Bethune pada tahun 1935 dan
sejak saat itu mulai sering digunakan berbagai agen untuk sklerosis.
Indikasi pleurodesis :
- Efusi pleura ganas yang terus berulang
- Pneumotoraks berulang
(dr HSB weekly report 2011) Bahan apa yg digunakan untuk pleurodesis? Apa
saja campurannya? bgmn cara pemberian pleurodesis? Kpn dapat dilakukan?
Bleomisin 3 vial dicampurkan lidokain 10 ampul dalam PZ 100cc
Tujuannya untuk merangsang reaksi inflamasi fibrosis oblierasi
rongga pleura akumulasi cairan pleura (-)
(dr Jan Arif SpP, RSAL 20/8/13) Di RSAL, untuk pleurodesis biasanya digunakan betadine. Caranya betadine 50 cc dgn NaCl 200 cc
(perbandingan 1;4) dimasukkan via chest tube dan kemudian di klem selama 2-3 jam. Setelah itu dibuka
(Prof PR, course) Pada prinsipnya, pleurodesis mrpkn terapi lytic plg baik dg menggunakan urokinase atau hialuronidase tp
agen ini mahal harganya (mencapai 4 juta). Pada kasus keganasan biasanya digunakan bleomisin. Agen pleurodesis lain yg digunakan
ialah talkum
(dr HSB, weekly report Des 2008) Apa keuntungan dan kerugian pemakaian talk untuk pleurodesis?
Keuntungan nyeri minimal, murah dan mudah didapat, hasil lebih memuaskan, shield
Kerugian talk dapat memicu terjadinya ARDS
Pemberian bleomisin dikombinasi dengan lidokain, bleomisin memiliki efek toksik tapi tidak memicu ARDS
(dr HSB) Bleomisin menyebabkan rasa nyeri oleh sebab itu dibagian paru lebih suka memilih betadin
Fungsi primer duktus torasikus adalah membawa 60-70% ingested fat pada kadar 0,4 6 g/dl dari intestine masuk ke sistem
sirkulasi. Chyle ini mengandung banyak kolesterol, trigliserida, chylomicrons dan vitamin larut lemak.
Limfe ialah salah satu komponen dari chyle dan terdiri dari immunoglobulin, enzim, produk digestif dan antara 400-6800 WBC/ml
(sebagian besar adalah LIMFOSIT). Transportasi chyle mencapai puncaknya setelah High fat meal dan mencapai titik terendah saat
puasa atau kelaparan dimana alirannya menurun.
(dr HK) Perjalanan chyle :
o protein dan TG dari usus (VAN), sumbernya dari mana, usus sebelah mana? (HK)
o naik ke atas lewat ductus thoracicus di kiri vertebra, kemudian bermuara di vena subclavia sinistra --> makanya hati2 kalau
PASANG DOUBLE LUMEN KIRI
CHYLOMA, sebuah istilah klasik --- pengumpulan chyle dibawah pleura terjadi akibat kebocoran duktus torasikus. Jarang terdeteksi,
bermanifest sebagai pembengkakan pada fossa supraclavicular disertai nyeri dada berat, dyspneu dan takikardia
Chyloma juga dapat bermanifestasi di tempat lain dari pleura tanpa pembengkakan supraclavicula misalnya akumulasi chyle dlm
rongga pleura. Kebocoran chyle juga dapat memicu chylomediastinum atau chylopericardium walaupun jarang.
McGrath E, Blades Z, Anderson PB. Chylothorax : Aetiology, diagnosis and Therapeutic Option. Respiratory Med 2010;104
Modes of origin of thoracic duct. a. Cisterna chyli. b, c. Efferent trunks from lateral aortic glands. d. An efferent vessel which pierces the left crus of the
diaphragm. e. f. Lateral aortic glands. h. Retroaortic glands. i. Intestinal trunk. j. Descending branch from intercostal lymphatics.
Sebelum mendefinisikan chylothorax, ada baiknya mengetahui normal komposisi cairan pleura ialah :
Kadar TRIGLISERIDA diatas 110 mg/dl sgt mencurigakan sdgkan kadar dibawah
50 mg/dl adl kriteria ekslusif
Chylothorax dapat terjadi unilateral (83%) maupun bilateral (16%) tergantung pada lokasi kebocoran.
CHYLOTHORAX K I R I terjadi bila kebocoran duktus diatas vertebra torakalis 5 30% kasus
CHYLOTHORAX KANAN terjadi bila kebocoran duktus dibawah vertebra torakalis 5 50% kasus
Rapid Loss akibat chylothorax berhubungan dengan hypovolemia dan kesulitan respiratori malnutrisi akibat hilangnya protein,
lemak dan vitamin. Electrolyte loss hiponatremia dan hipokalsemia
Penyakit pembuluh darah limfe yang memicu terjadinya Chylothorax yaitu :
1. Gorham Disease atau Gorham vanishing bone disease atau phantom bone disease atau haemangiomatosis, vaskulatura
(darah atau limfe) dalam tulang yg tipis mengalami proliferasi, distensi tidak terkontrol yang memicu resorpsi dan
replacement tulang dengan angioma atau fibrosis. Sekitar 17% pasien akan mengalami kebocoran yg mengancam jiwa
dari pembuluh limfatik
(Emmet dkk) Terapi bedah pada chylothorax direkomendasikan pada beberapa hal :
1. Gagal terapi konservatif
2. Produksi drain lebih dari 1,5 liter/hari pada dewasa atau > 100 ml/kgBB per hari pada anak
3. Produksi drain lebih dari 1 liter selama 5 hari berturut turut
4. Produksi chylous yang lebih dari 2 minggu
5. Penurunan status nutrisi yang cepat walau telah diberikan tatalaksana konservatif.
McGrath E, Blades Z, Anderson PB. Chylothorax : Aetiology, diagnosis and Therapeutic Option. Respiratory Med 2010;104
(Emmet dkk) Apa yang termasuk dalam terapi konservatif untuk chylothorax?
1. Drainase chylothorax dgn chest drain utk memastikan ekspansi paru yg sempurna
2. Replacement nutrisi yg hilang dlm chyle
3. Puasa total / pemberian low fat medium chain triglyceride (angka keberhasilan 50% kasus kongenital/traumatik)
4. Pemberian Somatostatin dan Octreotide
5. Radioterapi atau kemoterapi pada kasus malignancy
6. Pleurodesis
Octreotide long acting synthetic analog of endogenous somatostatin potent inhibitor growth hormone, glukagon dan insulin.
Efek pada gastrointestinal ialah reduksi splanchnic blood flow sehingga menurunkan aliran duktus torasikus dan menekan
kandungan TG dalam chyle.
Dosis octreotide subcutan ialah 10 mcg/kgBB/hri dibagi tiga dosis
Pratap dkk infus berkesinambungan octreotide dg dosis 1-4 mcg/kgBB/hari selama 5-9 hari
John D. Puskas
Professor of Cardiothoracic Surgery
Emory University School of Medicine
Bagaimana kontrol fistula?
Insisi pada BPF proksimal meliputi ipsilateral thoracotomy, contralateral thoracotomy dan median sternotomy dgn transpericardial
approach.
- Ipsilateral thoracotomy utk repair fistula dan tatalaksana infected pleural cavity
- Contralateral thoractomy dan sternotomy keuntungan menghindari diseksi pd hilus yg inflamasi tetapi dapat memicu
pencemaran ruang steril lainnya, dan terbatas pada kasus dengan stump bronkial yg panjang dan biasanya memerlukan
prosedur kedua untuk mengatasi kavitas pleura yg terkontaminasi
Repair primer harus dilakukan jika mungkin dgn reseksi dan revisi. Jika tdk bisa direvisi maka, pedicle muscle flap dijahit dgn jahitan
interrupted pada tepi dari fistula secara airtight. Otot digunakan utk memperkuat repair pd pasien risiko tinggi. Otot tambahan
(intercostalis, pectoralis, lattisimus dan rektus) digunakan utk obliterasi kavitas dgn atau tanpa thoracoplasty. Bila ada kavitas
residual kecil dpt ditatalaksana dgn chest tube. Bila koreksi gagal, maka terapi definitif hrs dgn vascularized muscle. Flap pleura dan
azygos bukan well-vascularized dan srg gagal. Otot, perikardium bahkan diafragma dpt digunakan sbg utk memperkuat repair.
(dr Wuryantoro, ujian akhir PPDS, 29/9/11) hidropneumotoraks atau fluidopneumotoraks (gambaran air fluid
level) non trauma empiema toraks, komplikasi dari tbc
Kenapa bisa ada gambaran udara? Darimana asalnya?
o Adanya fistula bronkopleural
o Gas yang dihasilkan dari metabolisme bakteri sendiri
(OQR, diskusi 11/2/12) Aplikasi streptokinase pada empiema toraks? Instilasi streptokinase pertama kali diperkenalkan Tillet
1951 dgn tujuan memicu fibrinolisis (menghambat akumulasi fibrin yg memicu terjadinya fibrosis) sehingga dapat memecah
septa-septa pada kavitas empiema dan memacu degradasi masa nekrotik yang menyelimuti sisi dalam. Di RSDS jarang
dipakai karena harganya yg mahal, sedangkan pasien empiema sebagian besar dari golongan bawah.
(OQR, diskusi 11/2/12) Kapan diberikan streptokinase dan apakah bermanfaat? Stadium II --- atau awal organisasi
Streptokinase dan urokinase sama efektifnya
Streptokinase (250.000 unit) atau Urokinase (100.000 unit) dilarutkan dalam 30-60 normal saline kemudian diberikan ke
intrapleural melalui chest tube. Kelm chest tube selama 1-2 jam. Dapat diulang hingga 14 hari.
Athanassiadi K, Gerazounis M, Kalantzi N. Treatment of post-pneumonic empyema thoracis.
Thorac Cardiovasc Surg 2003; 51(6):338-341
(Sugarbaker h. 777) Streptokinase 250.000 unit dalam 100 cc NaCl dimasukkan lewat chest tube dan diklem selama 4 jam.
Terapi fibrinolitik ini dihentikan bila volume drainase sdh berkurang atau tjd reekspansi paru.
Edmond Delorme
Decortication adalah istilah yg diperkenalkan Delorme utk mempertegas operasi mengangkat false 1847-1929
membrane yg menyelimuti paru. Hal ini didasarkan pd temuan otopsi bhw paru dibalik membran yg Professor of Surgery at
menebal akibat empiema adalah normal dan pengembangannya terganggu oleh membran tsb.
Operasi pertama dilakukan oleh Fowler pd 7 Okt 1893, dan kmd Delorme pd 24 Januari 1894 Val de Grace, France
Bagaimana pengaruh dekortikasi (delorme, 1896) pada fungsi paru? Empiema stadium III dapat menurunkan perfusi paru
hingga 20-25% pada sisi yang sakit.Dekortikasi dapat memperbaiki kapasitas paru dari 62% 80%, FEV dari 50% 69%
2. Open Thoracostomy :
Ada dua strategi yg menggunakan teknik open thoracostomy yaitu Eloesser flap dan Clagett Windows. Walaupun
demikian Eloesser bukanlah ahli bedah pertama yg mendeskripsikan open drainage ini. Adalah Samuel Robinson yg
pertama kali melaporkan open pleural drainage pada tahun 1916 pada pasien empiema non tuberkulosis. Hal yang
menarik disini ialah Robinson menutup dan melakukan obliterasi kavitas pleura dgn transposisi intratorasik dari otot
latisimus dorsi. (Surg Gynecol Obstet 1916;22:557-71)
a. Eloesser Flap
(Sugarbaker h. 17) Awalnya diperkenalkan thn 1935 oleh Leo Elloeser untuk Leo Elloeser
tatalaksana empiema tuberkulosis --- utk open drainase dgn insisi U shaped. 1881-1976
Flap yg dibentuk oleh insisi kemudian dilipat masuk ke dalam dada melalui Thoracic Surgeon and
Professor of Surgery
defek costae dan dijahitkan ke dalam dinding toraks--- mencegah premature Stanford Medical School
closure dari defek
Modified Eloesser flap by Panagiotis Symbas (thn 1971). Dilakukan inverted U-shaped flap pd kulit dan jaringan subkutan di daerah
kavitas empiema. Lebar dasar flap 2-4 inchi dengan tinggi 2-3 inchi atau sepanjang lebar 2-3 intercostal space. Dua atau tiga costae
direseksi tergantung luas kavitas empiema. Ujung kulit kemudian dimarsupialisasi menuju soft tissue. Post operative care nya
meliputi rawat luka dengan irigasi sekali sehari dgn solusio antibiotik kecuali ada PBF, dilanjutkan dgn kassa kering. Evaluasi selama
3 bulan.
Thourani V. Twenty Years of Experience with The modified Eloesser Flap. Annals of Thoracic Surgery 2003;76:401-6
(OQR, Journal Reading 2011) Kapan elloeser flap --- pd orang yang tidak mungkin atau gagal dilakukan
decortikasi atau terapi drainase definitif sbg first line therapy untuk kontrol septic proses
b. Clagett Procedure open pleural drainage, serial operative debridement and chest closure with filling antibiotic
solution, syarat : tdk ada BPF
(Pearson h.1066) Efektivitas Claget procedure (space sterilization) ini mencapai 50-70% bila tanpa BPF.
(Sugarbaker h.17) Dr Clagett dan Geraci memperkenalkan teknik sederhana ini pd post pneumectomy empiema di
tahun 1963. Teknik ini terdiri dari dua tahap (two-stage) yaitu :
jalur drainase yg lebar. Tepi kulit kemudian dijahitkan pada pleura parietal yg menebal.
1. Tahap pertama membuat open window thoracotomi dgn reseksi costae utk membuka jalur drainase toraks
Prinsipnya sama dengan Eloesser. Pada Clagett, insisinya eliptikal, kemudian satu hingga tiga costae direseksi
utk membentuk open drainase, kemudian dilakukan serial debridement.
2. Tahap kedua setelah ruang pleura bersih dan steril, ruang tersebut diisi dengan larutan neomisin 0,25% dan
ditutup secara bedah
(dr Bryan F Meyers, St Louis MO) Bagaimana cara menentukan .. kapan indikasi utk dekortikasi ? dan
kapan utk open thoracostomy?
(dr Thourani)
- Dekortikasi diindikasikan pd empiema dgi entrapment lung utk membebaskan jeratan tersebut
- Open thoracostomy ditujukan pada kasus empiema yg kronis dimana letak masalahnya bukan pd
entrapment lung lagi. Pd pasien debilitated dan tdk bisa memberikan toleransi pd sekedar torakotomi saja
atau menderita kavitas empiema posterior yg tdk mudah ditatalaksana dg chest tube posterior.
(dr Constantine Mavroudis, Chichago IL) Bgm follow up jangka panjang post elloeser flap?
Bgm cara menutup flap? Dan apa saja flap yg digunakan?
(dr Pairolero, Rochester MN)
Pada prinsipnya sangat tergantung pada letak empiema
Semakin rendah ruang rugi tersebut maka semakin sulit untuk mengisi otot ke dalam area tersebut karena semakin
sedikit otot yg bisa mencapai area tersebut; akan tetapi otot yg dapat digunakan untuk mengisi ialah semua otot
dinding dada; pectoris mayor, seratus anterior dan omentum tampaknya bekerja baik mengisi kavitas pada ruang
yg lebih rendah. Hal lain yg dpt dilakukan ialah kombinasi. Kadang dapat melakukan torakoplasti lokal, mberikan
antibiotik dan sebagian besar pasien akan memberikan hasil baik bila tdk ada penyakit paru destruktif.
3. Thoracoplasty terapi kolaps, remodelling dinding osteomuscular dari thoracic cage untuk kontrol inflamasi.
Tujuannya space filling baik dengan cara
a. menghilangkan jarak parenkim paru dgn memicu kolaps atap dada atau
b. mengisinya dengan jaringan viable (omentum atau otot)
Bilamana ruang rugi akibat empiema toraks menetap maka dpt dilakukan pendekatan;
1. Internal closure BPF (endoskopik)
2. External closure BPF (reamputasi, coverage)
3. Thoracoplasty menghilangkan ruang tersisa dg
de-roofing musculoskeletal structure
4. Space occupying dgn otot/omentum transposition (plombage)
5. Mempertahakan drainase persisten dgn window/tube
(dr HK, weekly report Okt 2010) Kapan empiema toraks TB dinyatakan sembuh ?
o Produksi pus mnimal (dibawah 50cc/24 jam)
o Paru mengembang, lebih dari hemitoraks
o Rongga mengecil kurang dari hemitoraks
o Pemeriksaan sputum BTA negatif
Rathinam S. Pleurectomy Decortication in the Treatment of the Trapped Lung in Benign and Malignant Pleural Effusions
Thoracic Surgery Clinics 2013;23(1):51-61
(dr HSB, 05/08/2014) Pada pemasangan drain mediastinum, yang dibuka adalah jaringan pretrakea bukan substernal atau
retrosternal dan harus ditelusuri dengan jari untuk memastikan identifikasi. Jaringan yang terinfeksi akan longgar dan lebih mudah
dibebaskan.
Gambaran kecurigaan dpt timbul dgn adanya pengumpulan gas dlm leher. Infeksi pd leher itu sendiri dpt menyebar ke inferior
akibat efek dari gravitasi dan tekanan intratorasik yg negatif. Mediastinum visceral juga dapat terlibat melalui jalur prevertebral
space. Mediastinitis akut jarang dan penyebabnya biasanya berupa perforasi esofageal, neoplasma nekrotik esofagus atau jalur
infeksi dari leher dan retroperitoneum menuju mediastinum. Istilan necrotizing mediastinitis diarahkan utk menjelaskan kondisi
inflamasi akut dan berat yg berpotensi mengancam jiwa akibat infeksi streptokokus atau infeksi bakterial kombinasi. Keterlambatan
dalam menegakkan diagnosis merupakan penyebab mortalitas tinggi.
Dwivedi M K, Pal R K, Gupta R, Rizvi S J, Singh R P, Borkar P B. CT findings of descending necrotizing mediastinitis.
Indian J Radiol Imaging 2001;11:131-4
Diamantis S, Giannakopoulos H, Chou J, Foote J. Descending necrotizing mediastinitis as a complication of odontogenic infection.
Int J Surg Case Rep 2011;2(5):65-67
A B C
A. Contrast enhanced CT scan showing anterior and posterior mediastinitis with mediastinal abscess in the right paratracheal region with gas
bubbles
B. Contrast enhanced CT scan showing anterior mediastinitis, fluid collections and right empyema
C. Contrast enhanced CT scan showing mediastinal abscess in the anterior and posterior mediastinum extending below the carina associated
with mediastinal emphysema
Howard Lilienthal pertama kali melaporkan keberhasilan reseksi paru pada penyakit paru
supuratif pada tahun 1914.
Howard Lilienthal
Professor of Surgery at
Mount Sinai Hospital
(YP/dr HK, weekly 28/2/12) Abses paru tidak cukup hanya dengan tindakan drainase abses saja, tetapi perlu dipikirkan apakah perlu
tindakan lanjutnya. Apalagi jika dijumpai adanya fistel. Bila FOB dpt menemukan adanya fistel berarti tindakan harus lebih agresif
lagi (karena letaknya lebih dkt ke main bronkus) tapi kalo tidak tampak pada FOB letak dari fistel bisa lebih distal mungkin cukup dgn
segmentektomi.
Drainase abses paru ?
Fistelnya tidak akan nutup; karena pasien ini waktu batuk keluar pus, maka tidak bole torakotomi lalu dibuat fistel untuk
drainase.
Apa yang harus diperhatikan dalam operasi drainase abses
1. Pertimbangan faal paru split
2. Pertimbangan dari lokasi dan ukuran abses.
3. Aplikasi one lung anesthesia dengan pemakaian carlens.
Kenapa tidak dilakukan lobektomi?? kalo pneumektomi bisa bermasalah kalo faal paru jelek
Akan jadi masalah bila terjadi fistel bronkopleural , tidak mudah dijahit karena lokus minorisnya disitu yg infected dan mudah jebol
sehingga akan sulit untuk aff drain.
(Sugarbaker h.724) Kapan disebut Giant bullae bila satu atau lebih bullae membesar dan menempati lebih dari 1/3 hemitoraks
Bullous Emphysema bila sisa paru yang ada menunjukkan perubahan emfisema (80% pasien)
(dr HSB, weekly report 21/3/12) Kapan dilakukan bullotomy dan kapan bullectomy o.k. giant bullae?
o Bullotomy dilakukan pada kondisi darurat/urgent, dimana pasien mengalami distress napas
o Bullectomy dilakukan pd kasus single bullae, bila bullae multiple dipertimbangkan lobektomi/Pneumektomi, syaratnya
hasil BGA atau Faal Paru hrs baik. Tapi kalo sudah destroyed lung konservatif.
(dr HSB) Apakah pasien dengan giant bullae harus dipasang thorax drain mengingat risiko terjadinya tension pneumotoraks? Apa
pertimbangannya?
o Jika dijumpai ada pneumotoraks atau efusi pleura maka memang indikasi untuk insersi
o Perlu dipertimbangkan bahwa pemasangan chest tube pada pasien giant bullae , menyebabkan pasien akan tergantung
pada bullae drainnya sehingga perlu direncanakan tindakan operatifnya dan sebelum merencanakan tindakan operasi
maka perlu dipertimbangkan pengobatan tuberkulosisnya apakah ada antibiotik yang sensitif.
Kasus anak vero 6 bln dgn TOF Pink Fallot dan giant bullae kanan.
(Prof PR, Diskusi Pediatri) Massive hemoptisis pada anak kira2 1/3 dari jumlah pada dewasa
Patofisiologi
o Pecahnya pembuluh darah paru yang berasal dari anastomosis sirkulasi a. bronchial dan pulmonal pada arteri
ukuran sedang, mikrovaskuler dan prekapiler
o Hal ini akibat proliferasi vaskuler sebagai respon dari sirkulasi bronkial pada penyakit akut dan kronis, neovaskular
terlihat 4-5 hari setelah kejadian akut
(Dr HK, ujian chief ) Kpn org hemoptoe dioperasi cito? Bila produksinya profus (100 cc/kali batuk atau 600 cc/24 jam)
Istilah Thoracic Outlet Syndrome (TOS) mulai dipopulerkan oleh Peet dkk dlm Mayo Clinic Proceedings thn 1956, sebagai suatu
sindrom yg disebabkan oleh kompresi struktur neurovaskular pada cervicobrachial junction. Sindrom ini melibatkan cervical ribs,
constriction band, otot dan ligamen kompresi. ( jadi bisa ada komponen vaskular dan neuro)
Secara nomenklatur anatomi, ujung atas thorax adalah thoracic inlet dan mungkin seyogyanya disebut sebagai Thoracic Inlet
Compression Syndrome, namun terminologi ini telah diterima luas walaupun merupakan suatu erroneous
Savgaonkar MG. Anatomy of Inter-scalene Triangle and Its Role in
Thoracic Outlet Compression Syndrome. J Anat Soc India 2006; 55 (2) 52-55
Sir Ashley Cooper adalah org pertama yg mendeskripsikan adanya kompresi vaskular dari cervical
rib yg memicu iskemik pada tangan.
Pada tahun 1861, Coote pertama kali mendeskripsikan terapi bedah pada TOS, beliau menyebutkan
dalam Lancet dan hingga kini masih relevan bahwa regio tersebut adalah regio yg berbahaya bagi
tindakan terkait dgn pisau
IT Interscalene Triangle
CC Costoclavicular Space
RP Retropectoralis minor Space
M. scalenus medius adalah otot terbesar dari ketiga otot scalenus dan mengisi sebagian besar area posterior costae pertama. M.
scalenus anterior masuk pada aspek anterior dari costae pertama
M. scalenus minimus dijumpai pada 34% dan muncul dari prosesus tranversus C7 dan masuk ke costae pertama.
Otot lain yg melekat pada costae pertama ialah intercostal, seratus anterior dan subclavius.
Pemeriksaan Fisik
Leher pasien harus diperiksa utk membedakan TOS dari penyakit diskus servikalis. Pada keduanya, nyeri dapat muncul di leher yg
menyebar ke tangan. Manuver provokatif seperti traksi lengan atau overhead abduction dpt memicu parestesia dan numbness di
tangan pd kedua kondisinya, sehingga untuk membedakan sebaiknya dilakukan Spurling Test.
SPURLING TEST dilakukan dgn memutar kepala hingga ekstensi dan disaat yg sama; ujung kepala
di tekan dan leher difleksikan pada sisi yg sakit. Jika pasien masih mengeluh nyeri menyebar ke
bahu atau lengan maka, kemungkinan kompresi saraf servikal lebih besar.
SPURLING POSITIF KOMPRESI SARAF DOMINAN
Spurling sign. Axial compression of the spine and rotation to the ipsilateral side
of symptoms reproduces or worsens cervical radiculopathy.
Pain on the side of rotation is usually indicative of foraminal stenosis and nerve root irritation.
2. Wrights Test
Hiperabduksi dari bahu dgn siku difleksikan tdk lebih dari 45 derajat. Munculnya gejala pasien dipertimbangkan sebagai
hasil positif. (atas)
4. Roos Test
Elevasi lengan hingga 90 derajat dari abduksi bahu dan rotasi eksternal dgn fleksi siku 90 derajat dgn buka tutup tangan
selama lebih dari 3 menit
Tidak satupun tes diatas diterima sebagai gold standard bagi TOS tetapi hanya sekedar sugestif respon positif terhadap TOS.
Selama kompresi saraf kronis, perubahan saraf terjadi tergantung beratnya penyakit. Seiring peningkatan tekanan, demielinisasi
menjadi degenerasi Wallerian.
Pada kasus yg melibatkan saraf ulnaris (cubital tunnel) dan medianus (carpal
tunnel) hrs diperiksa Tinels sign walaupun tanda ini baru nampak di
perjalanan lanjut proses kompresi saraf.
Berengario da Carpi Provided the first good description of the thymus gland
(1470-1550)
Felix Platter 1614 Reported death from suffocation due to hypertrophy of thymus
Von Haller 1776 Classified the thyroid, thymus, and spleen as glands without ducts that release their fluids into the bloodstream
Sir Astley Cooper 1832 Provided anatomic description of thymus and account of tumor in the thymus
Arthur Hill Hassall 1849 Described thymic histology (Hassall's corpuscles) and thymic asthma
Friedleben 1858 After thymectomies, showed that the thymus gland is not essential for life
Paltauf 1889 Stated that sudden death is secondary to "status lymphaticus" or "status thymolymphaticus"
Bastianelli 1893 Removed a dermoid cyst from the anterior mediastinum after resection of manubrium
Milton 1897 Used sternal splitting to remove two tubercular lymph nodes. The wound was closed successfully after 24 hours.
Hermann 1899, Reported the association of disease of the thymus to myasthenia gravis, and identified a thymic tumor in a patient
Oppenheim 1901 with myasthenia gravis
Laquer and Weigert 1901 Observed nodular thymic tumor in a patient who died from myasthenia gravis, and identified the relationship
between the thymus and myasthenia gravis
Pollosson and Piery 1901 Surgery of cervical thymic cyst; patient died
Veau 1910 Performed subtotal subscapular transcervical thymectomy for the relief of thymic pressure
Sauerbruch 1911 Performed a transcervical thymectomy in a myasthenic patient. The gland was hypertrophic but tumor was not
present.
Von Haberer 1917 Reported a partial transcervical thymectomy in patient with myasthenia gravis and no thymic enlargement
Crotti 1918 Used radiation for treatment of thymic hyperplasia. Stated that the name thymus comes from the herb called
o in ancient Greek and "thyme" in modern English.
DuBois 1926 Removed a parathyroid adenoma found in the mediastinum of a patient with osteitis fibrosa cystica secondary to
hyperparathyroidism
Boyd 1932 Stated that Paltauf's attribution of "status lymphaticus" or "status thymolymphaticus" as a cause of sudden death
is not accepted
Blalock et al. 1936 Using median sternotomy, removed a thymoma from a 19-year-old woman with myasthenia gravis, resulting in
reduction of myasthenic symptoms
Keynes 1946 Removed the thymus gland by sternal division with an emphasis on the blood supply of the thymus
Allison 1946 Reported on a procedure involving intrapericardial pneumonectomy with dissection of mediastinal tissue and
lymph nodes (radical pneumonectomy)
Wangensteen 1949 Reported on his superradical mastectomy to treat breast cancer. This surgery included a cervicothoracic approach
and median sternotomy with supraclavicular dissection, upper mediastinal dissection, and removal of the internal
mammary chain of lymph nodes.
Harken 1954 Used mediastinoscopy to sample lymph nodes in the superior mediastinum and paratracheal areas
Carlens 1959 With a specifically designed mediastinoscope, explored the mediastinum through a suprasternal notch incision
Lobdell 1959 Reported a newborn with agenesis of the parathyroid and thymus glands
Kaplan 1960 Used megavoltage radiation treatment for several malignancies inside the mediastinum
DiGeorge 1965 Associated congenital hypocalcemia, aplasia of the thymus, and defective cellular immunity
Grillo 1966 Developed mediastinal tracheostomy with bipedicled upper thoracic apron flap
Heitzman 1977 Used aortic and azygos arches as boundaries to classify mediastinal anatomy
Krespi et al. 1985 Performed mediastinal dissection using one-stage pectoralis major myocutaneous flap
Davis et al. 1987 Tabulated frequencies of various primary mediastinal tumors and cysts
Vilmann et al. 1993 to Pioneered endoscopic ultrasonography and fine-needle aspiration biopsy of mediastinal lesions
1995
Langen et al. 1995 Produced artificial dilatation of mediastinum for cadaver biopsy
Bagaimana mendeskripsikan bahwa massa tersebut terletak di dalam mediastinum dan bukan massa paru? Bagaiman ciri khas
massa yang berasal dari mediastinum?
o Berbeda dgn lesi paru, massa mediastinum tidak mengandung air bronchogram
o Batas tumpul dengan paru
o Mediastinal line seperti azygoesophageal recess, anterior dan posterior junctional line menjadi
o Kadang disertai kelainan spinal, costal maupun sternal
Disebut thymic carcinoma bila secara sitologik bersifat atipik dan gmbrn histologinya tdk mperlihatkan spesifik sel timus
(timoma tipe C).Timoma memiliki tendensi rekurensi local dibanding metastasis sdgkn thymic carcinoma cenderung invasive
dg risiko relaps dan kematian
Klasifikasi menurut WHO 1999 berdasarkan derajat invasi tumor dan histologinya ialah :
PENATALAKSANAAN TIMOMA
Stage I reseksi saja
Stage II reseksi dilanjutkan radioterapi /neoadjuvan
Stage III reseksi dilanjutkan radioterapi / neoadjuvan
Stage IV A Debulking dilanjutkan dengan kemoterapi dan radioterapi
Stage IV B Kemoterapi dan radioterapi dilanjutkan dengan debulking
Pada non invasive thymoma, reseksi lengkap biasanya kuratif dengan angka rekurensi < 2%. Radioterapi dan adjuvant tidak
diperlukan kecuali pada kasus dimana tumor tidak dapat direseksi lengkap dan inoperable.
Kapan harus diperiksa faal paru? Apakah semua eksisi tumor mediastinum harus diperiksa faal paru?
- One lung anesthesia
- Bila tumor menginvasi ke paru
Mediastinoskopi
CT scan terbatas pada pemeriksaan kelenjar kurang dari 1 cm bila kurang dari 0,5 cm akan sulit terdeteksi pada oleh sebab itu perlu
dilakukan mediastinal mediastinoskopi
Deskripsi pertama oleh Thomas Willis pada tahun 1672 mengenai prudent and honest woman
dengan kelemahan yang fluktuatif. Pada tahun 1895, Friedrich Jolly dari Jerman memperkenalkan
istilah myasthenia gravis pseudoparalytica. Myasthenia gravis masih merupakan misteri hingga
pada thn 1960 saat Simpson menjelaskan bahwa myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi thdp
reseptor asetilkolin
Kessey J. Myasthenia Gravis. Arch Neurol 1998;55:743
Thomas Willis
1621-1675
Acetylcholine test Values >0.02 nmol/L are consistent with a diagnosis of acquired myasthenia gravis (MG),
provided that clinical/electrophysiological criteria support that diagnosis
Penatalaksanaan :
1. Inhibitor asetilkolinestrase piridostigmin (MESTINON) dan neostigmin
2. Immunosupresive drugs
3. Plasmapharesis
4. Bedah : Extended Thymektomi
Catatan Henry Sintoro 2014 108
2.Limfoma
Bila ada tumor mediastinum dan masih tampak gambaran pembuluh darah hilus melewati massa maka ketahuilah bahwa masa tidak berasal dari hilus
dan ini disebut sebagai HILUM OVERLAY SIGN karena geometri mediastinum dari sebagian besar massa ini terletak pada mediastinum anterior.
Tampak massa yang membentuk sudut tumpul dengan mediastinum massa mediastinum. Gambaran pembuluh darah hilus tampak melalui massa
sehingga tidak muncul dari hilum dan kemungkinan dari mediastinum anterior. Lokasi anterior dipastikan pada gambaran CT. Sebagian besar
merupakan masa yg berasal dari timus atau limfe. Gambaran ini kmd terbukti sbg limfoma pada pasien HIV.
Kapan bedah?
Bedah adalah tindakan adjuvan terhadap kemoterapi, pada kasus tanpa kegawatdaruratan. Bila kadar tumor marker tidak
mengalami penurunan dan tumor tidak mengecil maka dapat dipertimbangkan tindakan bedah reseksi
http://www.radiologyassistant.nl/en/p4620a193b679d/mediastinum-masses.html
(dr HSB, 19 Juni 2013). Kasus wanita 43 thn dg tumor mediastinum superior anterior post kemoterapi 4x dan radioterapi 25x. CT
scan didptkn tumor mediastinum anterior, retrosternal ukuran 9x7cm melekat pd pembuluh darah besar dan memicu destruksi
sternum. Pembesaran KGB dan nodul hepar tdk ada. SVCS (+) Kmd diputuskan utk kemoradioterapi dan CT scan ulang didapatkan
tumor mengecil 1x2cm. FNAB Guiding CT : Malignant Teratoma. Apakah ada tempat utk tindakan bedah?
(I) Extrapleural pneumonectomy (EPP): en bloc resection of the parietal and visceral pleura with
the ipsilateral lung, pericardium, and diaphragm. In cases where the pericardium and/or
diaphragm are not involved by tumor, these structures may be left intact (Figure 1).
(II) Extended pleurectomy/decortication (EPD): parietal and visceral pleurectomy to remove all
gross tumor with resection of the diaphragm and/or pericardium (the IASLC Mesothelioma
Domain suggested use of the term extended rather than radical in this instance as the latter
implies a completeness of resection with added therapeutic benefit and there was insufficient
evidence that resection of the pericardium and diaphragm provides either) (Figure 2).
(IV) Partial pleurectomy: partial removal of parietal and/ or visceral pleura for diagnostic or
palliative purposes but leaving gross tumor behind (Figure 4).
Although treatment can be initiated based upon positive tumor marker results, histological
diagnosis is recommended. There is a pathologic discrepancy of 6% between histology and
fine-needle aspiration (FNA), and difficulty may arise in differentiating germ cell tumor from
poorly differentiated carcinoma [3]. Core needle biopsy should be performed when possible
and, if surgical biopsy is warranted, an anterior mediastinotomy (Chamberlain) is usually the
procedure of choice. In diagnostic dilemmas, tissue should be sent for genetic analysis -
specifically the i(12p) chromosomal abnormality, which is a consistent finding in germ cell
tumors and rarely observed in other tumors. Chemotherapy is the mainstay of initial
treatment and surgery should be viewed as an adjuvant to chemotherapy. Bleomycin,
etoposide, and cisplatin (BEP) is the current standard [4, 5]. A rapid decline of tumor marker
levels with platin-based chemotherapy treatment is associated with improved response rates
and overall survival [6]. Chemotherapy is also indicated post-surgical resection when viable
tumor is present in the resected specimen.
(Prof PR, Chest Conf) hamartoma adalah tumor intra paru yang sifatnya jinak
(Prof PR, 31/7/2013) HEMOPTYSIS pada Tumor paru, ada dua kemungkinannya :
1. Letak tumor yang lebih sentral sehingga menimbulkan gejala dini hemoptysis
2. Perjalanan penyakit keganasan sudah lanjut
(dr ATA, Agustus 2011) Beda tumor primer paru dgn metastasis :
1. Lesinya berupa coin lesion jika primer
2. Kl tumor primer biasanya mulai dr perifer sdgkn kalo metastasis, mulai dr sentral (dkt hilus, krn vaskularisasi baik)
Saat dilakukan lobektomi dgn VATS pada tumor paru, harus diganti torakotomi bila terdapat perlengketan pada dinding dada
Brinkman index (number of cigarettes smoked per day _ the number of years smoked)
Seperti halnya tumor yg lain, klasifiaksi dan staging kanker paru menilai penyebaran anatomis dari
tumor yg penting utk menentukan terapi dan prognosisnya
Pierre Denoix
(1912-1990)
Professor at Institute
Gustave-Roussy,
France
(dr HSB, 18/1/12) Staging on The Table atau Surgical Staging (Exploratif Surgical) jadi evaluasi di atas meja operasi untuk
menentukan kasus ini operable atau tidak bila kita menghadapi keraguan apakah kasus ini ada M1 atau tidak .. stadium II a
misalnya, tapi kalo ada meta M1 stadium IV jadinya non operable pada kasus NSCLC
(dr HK, weekly report 2008) Bagaimana sih pemberian kemoterapi pada tumor paru? Walaupun tidak melakukannya, kita harus tahu
untuk informasi kepada pasien post tindakan. Jadi prinsip pemilihan jenis antikanker/kemoterapi ialah
1. platinum based therapy (cisplatin atau carboplatin)
2. respons obyektif satu obat antikanker > 15%
3. pertimbangan toksisitas obat
4. harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 3 siklus pada penilaian terjadi progresivitas tumor
Kemoterapi umumnya diberikan 4-6 siklus/sekuen.
Evaluasi respon dilakukan dengan melihat perubahan uuran tumor pad afoto toraks PA setelah pemberian siklus kemoterapi ke 2,
jika memungkinkan CT scan setelah 3 kali pemberian
Pedoman Penatalaksanaan Kanker Paru di Indonesia 2011
Kapan dioperasi setelah pasien mendapat kemo pada pasien kanker paru? (ARH/dr ATA)
(dr ATA, Sept 2011) Bagaimana cara menilai hasil kemoterapi?
Nilai respon kemo dapat dievaluasi total respon, parsial respon maupun no respon
Parsial respon sudah boleh operasi
Respon obyektif dinilai menurut prinsip RECIST :
- Complete response, CR tumor hilang 100% dan keadaan menetap lebih dari 4 minggu
- Partial response, PR tumor mengecil > 50% tetapi tidak 100%
- Stable disease, SD ukuran tumor tidak berubah; atau mengecil > 25% tp < 50%
- Progresive disease, PD bila tjd pertambahan ukuran tumor > 25% atau muncul lesi baru
Pedoman Penatalaksanaan Kanker Paru di Indonesia 2011
(Sesats, 7/5/13) Laki2 55 thn dgn 6 cm adenokarsinoma paru lobus atas kanan menjalani reseksi lobektomi kanan atas dan
limfadenektomi mediastinal lengkal. Tumor primer dikelilingi parenkim paru tanpa adanya metastasis. Staging pasien ialah
.T2bN0M0
(Sesats, 7/5/13)Batas minimum (margin length) reseksi bronkial untuk NSCLC ialah 2 cm
(Sesats, 7/5/13) Wanita 74 tahun post uncomplicated intrapericadial left pneumectomy utk NSCLC yg mengenai hilum (T3N0) Post
operatif mengalami serak dan aspirasi (tanda paralysis n laryngeus reccurent). Tatalaksana awal sebaiknya injeksi gelfoam /kolagen
pd vocal fold. Pemasangan feeding tube/trakeostomi tdk diperlukan.
(Sesats, 7/5/13) Wanita 54 thn post pneumonektomi kanan untuk NSCLC. 26 bulan kemudian dijumpai solitary brain metastasis dan
diterapi dengan gamma knife. Ia mengalami batuk dg gambaran berikut
Preoperative Assessment
Martin J. Lung resection in the pulmonary compromised patient. Thorac Surg Clin 2004;14:157-162
Rekomendasi preoperatif status pulmonal untuk reseksi paru pada octogenarian ialah :
1. FEV > 50%
2. MVV > 50%
3. VO2 max > 20cc/kgBB/ menit atau 75% dari prediksi fungsi paru adekuat
Dexter EU, Jahangir N, Kohman LJ. Resection for Lung Canceer in The Elderly Patients. Thorac Surg Clin 2004:14:163-171
VO2 max ialah maksimum oxygen uptake per kgBB per menit
predictor outcome post lung resection
VO2 max dan DO2 max memberi informasi ttg physiological
reserve dan kemampuan terkait extra metabolic demands of
surgery. VO2 dan DO2 tgt sistem jantung paru. Titik dimana
konsumsi oksigen melebihi uptake oksigen disebut
ANAEROBIC THRESHOLD, bila melebihi level ini ASIDOSIS
METABOLIK
Left pneumonectomy. Using a combination of blunt and scissors dissection, the pulmonary artery is dissected away from the
pulmonary vein antero-inferiorly.
Left pneumonectomy. The bronchus is dissected away from the pulmonary artery posteriorly
Left pneumonectomy. The pulmonary veins are divided. If the pericardium has been opened to gain control of the tumor, this
incision can be extended to control the pulmonary veins (inset).
Left pneumonectomy. A. Before dividing the bronchus, the lung is grasped to deliver the bronchus inferiorly into the chest. B. The
bronchial clamp or stapler is positioned to close the bronchus in an anterior-to-posterior fashion. C. The bronchus is covered with a
pericardial fat pad or thymus and sutured either to the bronchus itself or to the surrounding tissues
Right pneumonectomy. The pleura surrounding the hilum is divided, the inferior pulmonary ligament is taken down, and for tumors
in the hilum, the azygos vein is divided, harvesting the right paratracheal nodes first
Right pneumonectomy. When there is extensive mediastinal involvement, the proximal pulmonary artery can be approached
medially to the superior vena cava.
(Sesats, 7/5/13) wanita 39 thn dgn sudden left sided weakness dg riwayat dispneu dan fatigue. PF ditemukan bruit pada hemitoraks
kanan bawah. Tatalaksana berikutnya ialah embolisasi
Pulmonary arteriovenous malformation (PAVM) ialah kelainan hub PA dan PV yg diperantarai alveoli. Memicu R to L shunting. Bisa
single maupun multiple. 70% kasus disebabkan hereditary hemorrhagic teleangiektasia (HHT, Osler Weber Rendu syndrome) dan
20% dari pasien HHT mderita PAVM. Diagnosis srg dgn CT scan. Pulmonary angiography dgn embolisasi mrpkn treatment awal.
Rekanalisasi sekitar 8%.
1. BRONCHOPLEURAL FISTULA
Insiden bronchopleural fistel post pneumonektomi ialah 5% dengan mortalitas 16-23%. BPF lebih sering dijumpai pada
pneumonektomi sisi kanan. BPF ini merupakan penyebab postpneumonectomy empyema.
Insiden bronchial stump leak ialah 5% dgn angka mortalitas 16-23%, plg sering tjd pasca pneumektomi kanan
Kebocoran minggu pertama biasanya akibat penutupan yg tdk sempurna dan membutuhkan reoperation
Kebocoran minggu kedua/tiga biasanya akibat penyembuhan yg tidak sempurna misalnya ada preoperative radiotherapy, residual
cancer atau diabetes, Pada 5% kasus dapat memicu terjadinya empiema
Postpneumectomy pulmonary oedema (PPO) dpt tjd pasca pneumectomy /lung resection walau pasien tdk menderita infeksi atau
disfungsi ventrikel kiri. Lebih sering pd pneumectomy dbndg lung resection dan lbh byk di kanan.
Insiden 5,1% dgn angka mortalitas 3,6%
Bauer P. Post Pneumectomy Pulmonary Edema Revisited. Eur Respir J 2000; 15: 629-630
3.ATRIAL FIBRILATION POST THORACIC SURGERY
Insiden AF post bedah paru atau esofagus berkisar 12-44% dan berdampak pada komplikasi paru, lama rawat inap dan risiko
mortalitasnya.
Faktor risiko meliputi kelamin laki2, usia, luas paru / esofagus yg direseksi, riwayat gagal jtg kongestif, kelainan paru penyerta,
episode pre-operatif dari AF, lama prosedur & tindakan terkait dgn inflamasi perikardial khususnya diseksi sekitar atria.
Angka tertinggi AF postoperatif terjadi pasca pneumonektomi, pneumonektomi ektrapleural dan transplant paru. Pasca
pengembangan prosedur minimal invasif, insiden AF turun hingga 0,6%. AF dapat terjadi sekunder akibat hipertiroidism, emboli
paru, pneumonia atau perikarditis. Onset AF post operatif biasanya pada hari kedua dan ketiga
Kelas Rekomendasi
I Bila sebelum GTS, mdpt blockers, maka sebaiknya dilanjutkan post operatif ( terutama bila ada analgesia epidural)
IIA Bila sebelum GTS, tdk mdpt blockers profilaksis DILTIAZEM dapat diberikan (risiko hipotensi dosis turun) 30-60mg/6 jam
IIA Profilaksis amiodaron dpt menekan insiden AF post GTS namun dg dosis ketat
Dosis direkomendasikan post lobektomi ialah 1050 mg dlm infus continous / 24 jam pertama, diikuti oral 2x400 mg (6 hari)
III Amiodaron tdk direkomendasikan pada pasien pneumektomi hingga potensial toksisitas tersedia
IIa Suplementasi magnesium penting utk memperkuat efek profilaksis medikasi
IIb Direkomendasikan pemberian blocker baru pasca GTS namun aplikasinya terhambat oleh efek sampingnya dibanding diltiazem
III Digitalis tidak boleh diberikan sebagai agen profilaksis pasca GTS
Meta-analisis menunjukkan peningkatan kasus AF post operatif pada pasien yg mengalami sindrom putus obat blocker
(withdrawal syndrome). Mengingat pasien GTS mnpt analgesik epidural shg mjd hipotensif jadi pemberian kembali blocker
minimal satu jam setengah setelah dosis preoperatif.
Bila pasien tidak mendapat blocker sebelumnya maka diltiazem direkomendasikan, karena diltiazem memiliki efek hipotensi lebih
rendah dibanding verapamil.
Bagaimana dgn amiodaron profilaksis? reasonable tp pd limited dosis tp cenderung dihindari pada bbrp pasien
Amiodaron profilaksis bermakna menurunkan insiden AF pasca bedah jantung, paru dan esofagus.
Pada kasus reseksi paru, insiden AF dapat ditekan dari 21% hingga menjadi 3% dlm sebuah studi.
Akan tetapi ada risiko dini ARDS pd pasien dg amiodaron (9,4%). Pd kelompok dgn pneumonektomi, risiko ARDS berkisar 27%
Amiodaron toksisitas paru , bkn hy krn pemberian kronis tetapi j uga pemberian iv dlm bbrp hari. Toksisitasnya plg sering muncul
perioperatif karena selama operasi atau perioperatif, insipirasi tinggi oksigen merangsang radikal bebas sbg etiologi.
Dlm penelitian dilaporkan :
o 3 dari 8 pasien pasca bedah jtg setelah mendapat amiodaron 1200 mg --7 hari menderita ARDS dan
o 6 dari 11 pasien yg mndpt terapi amiodaron jangka panjang sebelum bedah jtg menderita ARDS
Kondisi paru pre-operatif juga turut memberikan sumbangsihnya thdp toksisitas pulmonal.
Namun dlm penelitian Tisdale dkk melaporkan efektifitas amiodaron sbg profilaksis pada dosis rendah
Risiko stroke iskemik akan meningkat bila ada AF dengan INR dibawah 2.0 dibandingkan dgn INR diatas 2.0
Sebagian besar penelitian melaporkan efikasi terapi antikoagulan pada AF dgn target INR 2.0 sd 2.5 pd pasien GTS
Fernando HC, Jaklitsch MT, Walsh GL. The Society of Thoracic Surgeons Practice Guideline on the Prophylaxis and Management of Atrial Fibrillation
Associated With General Thoracic Surgery: Executive Summary. Ann Thorac Surg 2011;92:114452
(dr APM, weekly 25/9/13) Post pneumomectomy, jika masih ada efusi dan terus berulang jadi masif, bagaimana sikapmu?
--- Pleurodesis? Bagaimana penekanannya? Kan paru sudah tidak ada?
--- Van : Muscle plombage? Untuk mengurangi ruang rugi atau dead space?
Jawaban di buat window
Manifestasi klinis :
Nyeri pada bahu atau bagian medial scapula (90%)
Radicular pain dgn atau tanpa muscle wasting pd distribusi nervus ulnaris ke siku (distribusi T1) atau lengan medial dan telapak
tangan (distribusi C8)
HORNER syndrome (62%)
Walaupun Pancoast tumor merupakan tumor paru gejala paru jarang. Tumor ini menginvasi dinding dada destruksi costae
(45% kasus) dan vertebrae (23% kasus). Penyebab Pancoast syndrome ialah : squamous cell carcinoma (52%) dgn adenocarcinoma
dan large cell (23%). Small cell carcinoma jrg memicu Pancoast syndrome (1%)
Tatalaksana
Operasi utk pancoast tumor disebut Garteflle
A. Cavo-caval anastomoses via the azygos veins. Diagram of the direct cavo-caval shunting by the azygos system
B. Superficial venous anastomoses. The parietal (internal and external thoracic, epigastric and superficial epigastric) veins ensure the shunting
between the inferior vena cava (IVC) and the superior vena cava (SVC).
Lacout A. Radioaanatomie du syndrome cave superiur et orientations therapeutiques.
Journal de Radiologie Diagnostique et Interventionnelle 2012;93:601-10
Sindrom superior vena cava (SVCS) ditandai obstruksi/kompresi bertahap, insidious pada SVC
Sekitar 90% kasus SVCS ini disebabkan oleh adanya malignancy; dimana sebagian besar akibat karsinoma paru (70%).
Dari keseluruhan kasus SVCS, 35% ditemukan juga adanya trombosis yg memicu obstruksi; biasanya akibat aplikasi instrumen
intravaskular seperti kateter maupun pacemaker.
Kompresi SVC tjd o.k. dinding yg tipis disertai tekanan intravaskular rendah SVC dikelilingi struktur rigid shg mudah tertekan.
Tekanan intravaskular rendah memungkinkan pembentukan trombus. Obstruksi aliran ini pe tekanan vena edema
interstitial dan aliran kolateral retrograde
Pe tekanan vena pada bagian tubuh atas menyebabkan edema kepala, leher
dan lengan, seringkali disertai sianosis, plethora dan distensi vaskular subkutan.
- Edema kepala ini dapat memicu gangguan fungsi laring atau faring shg
bermanifestasi sebagai batuk, suara serak, dispneu, stridor dan disfagia.
- Edema di serebral juga akan memicu sakit kepala, confusion dan koma
Saat vena cava superior tersumbat, darah mengalir melalui kolateral ke bagian
tubuh bawah dan vena cava inferior atau vena azygos. Biasanya memerlukan
beberapa minggu agar kolateral vena ini dapat cukup berdilatasi utk memenuhi
aliran darah dari vena cava superior. Bila terjadi sumbatan, maka tekenan vena
servikal akan naik mencapai 20-40 mmHg ( normalnya 2-8 mmHg). Berat gejala
sangat tgtg diameter vena cava superior dan kecepatan onset penyempitan.
Wilson LD. Superior vena cava Syndrome with Malignant Causes. NEJM 2007;356
Klasifikasi
1. Menurut letaknya terbagi menjadi
a. Supra-azygos atau pre azygos
b. Infa-azygos atau post azygos lebih berat daripada tipe supra azygos
2. Menurut etiologi obstruksi terbagi menjadi
a. Obstruksi luminal (akibat lead pacemaker atau thrombosis terkait kateter)
b. Kompresi ekstrinsik (akibat keganasan, mediastinitis, aneurisma, hematoma, goiter)
Klasifikasi Raptopoulus derajat penekanan vena cava menurut radiologis (CT scan)
Tipe IA. Penyempitan sedang dan tanpa aliran kolateral atau tidak terjadi penambahan ukuran vena azigos
Tipe IB. Penyempitan berat menyebabkan aliran darah balik (retrograde) ke vena azigos
Tipe II. Obstruksi di atas azygos arch aliran darah balik ke vena torasis, vertebra dan perifer
Tipe III. Obstruksi di bawah azygos arch menyebabkan aliran darah balik melalui azygos arch ke vena kava inferior.
Tipe IV. Obstruksi pada azygos arch dengan multipel kolateral perifer sedangkan vena azigos tidak terlihat.
Raptopoulos V. Computed tomography of the superior vena cava. CRC Crit Rev Diagn Imag 1986; 25: 373.
Pemeriksaan CT imaging dengan kontras dapat membedakan trombosis vena cava secara spesifik dari kompresi massa ekstrinsik.
Diagnosis jaringan diperlukan untuk memastikan kondisi keganasan misalnya dari biopsi perifer pd limfe node, sitologi sputum atau
sitologi cairan efusi pleura. (sekitar 66% pasien VCSS menderita efusi pleura)
Berdasarkan derajat stenosis vena cava --- Klasifikasi Stanford dan Doty :
Yu JB, Wilson LD, Detterbeck FC. Superior vena cava syndrome--a proposed classification system and algorithm for management.
J Thorac Oncol 2008; 3:811-4
Penatalaksanaannya sendiri tgt dari gejala dan kondisi maligna dan juga respon terhadap terapi. Misalnya pasien limfoma, Small cell
lung cancer atau germ cell tumor, yg memberikan respon cepat dgn kemoterapi saja. Pada kasus NSCLC, kecepatan respon lebih
lambat dibanding dengan limfoma atau SCLC atau germ cell tumour.
Cheng S. Superior Vena Cava Syndrome : A Contemporary Review of a Historic Disease. Cardiology in Review 2009;17: 1623
Sejumlah terapi suportif dapat diberikan seperti glukokortikoid (dexamethason 4 mg tiap 6 jam) walaupun blm sepenuhnya terbukti
tapi tampaknya mampu meredakan gejala obstruksi pada pasien limfoma dan tymoma dibandingkan tumor jenis lain.
(dr HSB, visite besar 05/08/2014) Gejala klinis yg dapat dijumpai pada TEF akibat trauma ?
- Sianosis saat menelan
- Hemoptoe
Paraneoplastik syndrome
Indikasi trakeostomi
- Bronchial toilet
- Refleks batuk menurun
- Prolonged ventilator
- Retensi sputum yang memanjang
- Mengurangi dead space
Bila mendapatkan tumor paru dari foto toraks AP dan kalo sudah CT scan bagaimana .. apa perlu
dilakukan foto lateral?
Dr AI jangan lupa CT scan harus dengan kontras, dengan batas kreatinin 2-2,5 TTNA,
apakah selalu CT guiding? tidak selalujadi FNAB bisa guiding atau tidak
(dr HSB) Apa beda rupture organ padat dengan rupture organ berongga?
(dr FEN)
Pada rupture organ berongga ;
- Peritonitis lebih cepat timbul terutama bila ada perforasi lambung atau usus besar, sedangkan pada usus
halus akan lebih terlambat
- Nyeri terasa lebih hebat akibat adanya rangsangan cairan dari organ berongga
Tindak lanjutnya bisa dengan evaluasi USG ada cairan bebas atau tidak, biasanya cairan diatas 200 cc baru
terdeteksi ada cairan bebas tapi pada ahli bisa mendeteksi hanya dengan 50 cc saja
Ruptur pada gaster atau colon udara bebas, bisa kita evaluasi dari foto BOF erect atau LLD
(dr HK, visite besar 19//11/2013) Bagaimana cara melakukan chestfisiotherapi pada pasien post trauma toraks yang tidak sadar dan
dalam ventilator? Apa sih tujuan dilakukan gentle clapping? Apa bisa pada pasien semacam ini?
Tujuannya adalah untuk merangsang batuk
Yang penting ialah nebulisasi berkala dengan uap air, dapat ditambahkan bisolvon untuk menciptakan humiditas dan mengurai
pluggingnya. Mobilisasi setengah duduk
(dr HSB, ujian chief bedum) Faal paru kuantitatif (berapa %) fungsinya untuk menentukan prognosis post op?
Sekuestrasi pulmonal merupakan sindrom kongenital yang ditandai kelainan sistem suplai darah ke paru, biasanya terjadi pada
lobus inferior. Anomali ini memicu terjadinya komplikasi seperti infeksi dan hemoptysis.
Pectus Excavatum ?
(DPR, 23 Jan 2012) Indeks Heller ialah perbandingan antara diameter anteroposterior dan diameter lateral pada sisi
yang terlebar, dikatakan normal bila < 3,25 dan bila lebih maka pectus
Apa bedanya?
Kalo ravith procedures dilakukan potongan baji pada sternum dan costocondral
Bar pada procedures Ravith/Nuss ini dapat diangkat setelah 2-4 tahun kemudian, tetapi perlu diingat adanya rekurensi untuk timbul
pectus kembali sekitar 2-5% setelah pengangkatan bar.
Kapan dilakukan Ravith dan kapan dilakukan Nuss procedures sbg tatalaksana?
Pentalogy of Cantrell??
1. Sternum distal tidak terbentuk
2. Defek diagfragma ventral
3. Omfalokel
4. Defek jantung ectopic cordis
5. Defek pericardial apical yang terkait kavitas peritoneum
ase
29 wanita dg MDR
Disebut juga Primary Ciliary Dyskinesia (PCD) atau Siewert Syndrome atau Immotile
Cilia Syndrome mrpkn kondisi kongenital dimana cilia tidak bekerja efektif yg
memicu gejala seperti bronkiektasis dan sinusitis kronis.
Manifestasi klinis ditandai mulai dari batuk, chest pain, lobar opacity hingga intolerable chest plain, batuk yg tidak berhenti dengan
pemberian expektoran pd kasus frothy sputum, hipoksemia, hipotensi hingga syok dgn opasifikasi pd satu paru.
Cheng L. Chen, Wei-Chow Chen, Cheng-Feng Ho. Management and Prevention of Reexpansion Pulmonary Edema
After Tube Thoracostomy for Prolonged Massive Pneumothorax. Chest. 2010;138:224A.
PATOGENESIS
Studi eksperimental juga menunjukkan kerusakan endotel vaskular stlh vasokonstriksi hipoksik ini merangsang ekspresi mediator
inflamasi seperti TNF dan IL inilah yg menjelaskan kaitan faktor lokal dan sistemik yg menunjukkan adanya edema bilateral
walaupun manipulasi hanya dilakukan pada satu sisi.
Recently, it was investigated whether the ventricular complacency and the pulmonary
capillary pressure can influence the redistribution of the extravascular lung fluid.4
Nevertheless, even with normal cardiac function and occlusion pressures of lung
capillaries, reexpansion edema can occur.5 Posteriorly, Sue et al.6 concluded that
reexpansion edema after thoracostomy or thoracentesis is essentially hydrostatic and not
a consequence of increased permeability of the alveolarcapillary barrier. It should be
emphasized that these patients presented no dysfunction of left chambers or signs of
hypervolemia.
Therefore, current knowledge imputes to the hydrostatic forces the onset of the edema
after acute reexpansion of the lungs. However, the concomitance of a variable degree of
stress to pulmonary capillaries presupposes damage to the basement membrane with a
consequent production of cytokines by the vascular endothelium, especially selectin,
generating increased protein permeability.
The clinical picture varies according to the extent of the edema, but about 64% of
patients are symptomatic during the first hour postpuncture. Suggestive symptoms are
persistent cough (generally for more than 20 min and regardless of the presence of
pinkish sputum), tachycardia, tachypnea, hypoxemia, and hemodynamic instability.7
Olvia Meira Dias, Lisete Ribeiro Teixeira, Francisco S Vargas. Reexpansion pulmonary edema after therapeutic thoracentesis.
Clinics (Sao Paulo). Dec 2010; 65(12): 13871389
Open thoracotomy and pleurectomy remains the procedure with the lowest recurrence rate
for difficult or recurrent pneumothoraces. Minimally invasive procedures, thoracoscopy
(VATS), pleural abrasion, and surgical talc pleurodesis are all effective alternative strategies.
The timing of surgical intervention for pneumothorax has recently been challenged and remains contentious.
There is no evidence based justification for the arbitrary but widely advocated cut off point of 5 days for
surgery for a persistent air leak.48
Chee and colleagues108 showed that 100% of primary pneumothoraces treated by tube drainage with
persistent air leaks for more than 7 days had resolved their air leaks by 14 days and 79% of those with
secondary pneumothoraces and persistent air leaks had resolved their air leaks by 14 days with no
mortality. However, considering the efficacy and relatively low levels of morbidity and recurrence associated
with surgery for pneumothorax,109112 earlier surgical intervention has been advocated for persistent air leak
or failure of re-expansion, particularly in cases of secondary pneumothorax. 92,113 Several authors have
recommended operative referral/intervention as early as 3 days for a persistent air leak. However, these
studies were not controlled.91,93 Despite the reduction in the incidence of late recurrence of pneumothorax in
many of these studies, surgical referral for a persistent air leak in a first primary pneumothorax within the
first 45 days is not supported by the literature. However, best practice suggests that protracted chest tube
drainage is not in the patients interest. It is therefore recommended that patients with difficult
pneumothoraces should receive care from a respiratory physician and that a thoracic surgical opinion will be
an early part of management.
According to the statistical and perceived risk of recurrence, accepted indications for operative
Recently Marik and Corwin have proposed expanding the definition to include the syndrome of
delayed TRALI, which occurs 6 to 72 h after transfusion. These patients often have additional risk
factors for ALI/ARDS, such as sepsis, trauma, or burns.79 The risk of TRALI varies by the type of
blood product used and ranges from 1 case per 5,000 units PRBCs to 1 per 2,000 units FFP to 1
per 400 units platelets.80-82 However, a more recent study in a medical ICU population found that
8% of transfused patients developed TRALI and that the risk was increased almost threefold for
patients who got either FFP or platelets.83 Another study by the same group showed that the odds
ratio of acquiring TRALI was 1.39 for any PRBC transfusion, 2.48 for FFP transfusion, and 3.89
for platelet transfusion.84
The lungs of a critically ill patient are exquisitely sensitive to the effects of transfusion, such that
even small amounts of blood products can result in lung injury. 85 PRBC transfusion after the
development of ALI/ARDS was associated with increased mortality risk. 86 Multiple PRBC
transfusions have long been considered a risk factor for ALI and ARDS.87,88 Blood transfusion has
been associated with an increased development of and increased mortality in ARDS. 89-96 These
findings further support restrictive transfusion practices after hemorrhage is controlled. Treatment
is largely supportive with the use of lung-protective strategies for mechanically ventilated patients
as well as minimizing fluid administration when possible to reduce the amount of fluid crossing
the damaged pulmonary endothelium and epithelium.
- Hilangnya recoil elastik sehingga terjadi hiperinflasi statis dan dinamik; pelebaran progresif diameter paru
dan toraks
Torakotomi Posterolateral
Keuntungan :
- Aksesibilitas seluruh area hemitoraks yang lebih baik
dibanding insisi yang lain seperti akses sempurna ke paru,
hilum, mediastinum medial dan posterior, trakea dan
esofagus endotorasik.
- Kontrol pembuluh darah yg aman selama reseksi paru
Kerugian :
- Nyeri
- Defek yg luas kemungkinan yg dapat mengganggu
mekanika respirasi dan memicu penurunan mobilisasi
rongga dada
Posisi lateral decubitus dgn sisi operasi di atas
Insisi dimulai dari garis axilaris anterior pd ruang intercostalis 5-6 dari Latissimus dorsi pertama dibuka dgn elektrokauter. Ini adalah otot
posterior hingga curva di titik ditengah yg dibentuk antara medial scapula besar dg origo dari prosesus spinosus T6 hingga T12 dan inferior 3-4
(kmd aspek medial scapula) & midline tulang belakang. Insisi kulit costae dan msk ke intertubercular groove dari humerus. Insisinya hrs
mengikuti garis costae di sisi anterior tegak lurus dgn jarasnya utk mpermudah aproksimasi. Utk mcegah
disabilitas post op, otot seratus anterior biasanya disisihkan.
Anterolateral Thoracotomy
Torakotomi anterolateral memberikan ekspos yg sempurna utk lobus superior, lobus medius kanan dan anterior hilus, disamping itu
dapat diperpanjang ke sisi opposite (insisi clamshell). Insisi ini mrpkn pendekatan utk transplantasi paru unilateral. Efek kosmetik
juga lebih baik disbanding sternotomi median maupun torakotomi posterolateral.
Trapdor Thoracotomy
Trapdor thoracotomy diperkenalkan sbg approach ke hilus dan region subclavian khususnya dalam setting trauma vascular.
Torakotomi ini disebut juga sebagai book thoracotomy atau flap thoracotomy. Better surgical view pd bedah aortic arch branches.
Insisi midclavicular hingga sternal notch, kmd midline sternum & insisi
menyusuri intercostalis IV hingga garis midaxilaris. Masuk melalui sela
iga ke IV dilanjutkan ligase a.v. mamaria interna dan memisahkan otot
pectoralis mayor.
Diseksi leher dimulai dgn insisi platysma mengikuti bdg anterior
sternocleidomastoid junction tnp memotong omohyoid hingga tampak
carotid sheath