Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi

dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna

hijau atau dapat bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005).

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah

dan/atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara

mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang

sebelumnya sehat. (Mansjoer, 2000)

Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air besar encer atau

cair lebih dari tiga kali sehari (Hendarwanto, dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid I,

1996 : 451).

Gastroenteritis adalah sindrom klinik disertai diare atau muntah sering

disertai demam dan gejala umum lainnya (Pusdiknakes, 1989).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

diare/gastroenteritis adalah suatu sindrom penyakit pada sistem pencernaan

dengan gejala utama diare yaitu defekasi encer lebih dari 4 kali sehari pada bayi

dan lebih dari 3 kali sehari pada anak yang disebabkan berbagai macam

penyebab.

3
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi

dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau

atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.

2. Etiologi

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :

a. Faktor infeksi

Infeksi internal yaitu : infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak.

Meliputi infeksi internal sebagai berikut :

Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)

Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.

Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);

protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichmonas

hominis); Jamur (Candida albicans).

Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat perncernaan makanan seperti :

Otitis Media Akut (OMA), Tonsilitis/ Tonsilofaringitis,

Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

4
b. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada

bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

Malabsorbsi lemak.

Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih

besar). (Ngastiyah, 2005)

e. Imunodefisiensi (Mansjoer, 2000)

3. Manifestasi Klinis

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,

nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin

disertai lendir atau lendir darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-

hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul

lecet karena sering defeksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat

makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh

usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan

5
asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan

elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak; yaitu berat mulai turun, turgor

berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir

bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan

gejala denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah bahkan tidak

teraba, tekanan darah menurun, klien tampak lemah dengan kesadaran menurun.

Karena kekurangan cairan, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila

terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat, pernapasan cepat dan dalam

(pernapasan Kussmaul). (Ngastiyah, 2005)

4. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

a. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang

berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul

diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya

timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

6
c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul

diare pula.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi

dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi

menjadi dehidrasi hipotonik, isotonic dan hipertonik.

(Ngastiyah, 2005)

Tabel : Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1980

TANDA DAN
RINGAN SEDANG BERAT
GEJALA

Keadaan umum

dan kondisi

Bayi dan anak Haus, sadar, Haus, gelisah Mengantuk, lemas,

gelisah atau lethargi tapi ekstremitas dingin,

iritabel berkeringat,

sianosis, mungkin

koma.

Anak lebih Haus, sadar, Haus, sadar, Biasanya sadar,

besar dan gelisah merasa pusing gelisah, ekstremitas

7
dewasa pada perubahan dingin, berkeringat

posisi dan sianosis, kulit

jari kaki dan

tangan keriput,

kejang otot.

Nadi radialis Normal Cepat dan lemah Cepat dan halus,

(frekuensi dan kadang-kadang tak

isi) teraba

Pernafasan Normal Nafas dalam, Dalam dan cepat

mungkin cepat

Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung

besar

Elastisitas kulit Elastisitas kulit Lambat kembali Sangat lambat

pada pencubitan kembali lebih dari

kembali dengan 2 detik

segera 2 detik

Mata Normal Cekung Sangat cekung

8
Air mata Ada Kering Sangat kering

Selaput lendir Lembab Kering Sangat kering

Urine Normal Berkurang dan Tidak ada urine

warna tua untuk beberapa

jam, kandung

kencing kosong

TD sistole Normal Normal, rendah < 80 mmHg,

mungkin tidak

teratur

Kehilangan BB
45% 69% > 10 %
(%)

Perkiraan

kehilangan 40 50 60 90 100 110

cairan (ml/kg)

5. Komplikasi

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat

terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)

b. Renjatan hipovolemik

c. Hipokalemia

d. Hipoglikemia

9
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus

f. Kejang (terjadi pada dehidrasi hipertonik).

g. Malnutrisi (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)

(Ngastiyah, 2005)

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja

lengkap untuk mengetahui penyebab infeksi..

Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui

asam basa pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, BJ

plasma.

Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau

parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

Pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi bila ada
demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik Helicobacter jejuni

sangat dianjurkan.

Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya


menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.

7. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan diare adalah :

a. Pemberian cairan

10
Cairan per-oral.

Pada dehidrasi ringan dan sedang cairan diberi peroral berupa cairan

berisikan Nacl dan NaCO, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera

di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L dan di bawah umur 6

bulan dengan dehidrasi sedang kadar natrium 50-60 mEq/L.

Cairan parenteral

Pada umumnya cairan yang sering diberikan adalah RL. Mengenai

pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari

berat/ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan

sesuai dengan umur dan berat badannya.

b. Diatetik (cara pemberian makanan ).

Untuk anak di bawah umur 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan BB

kurang dari 7 Kg, jenis makanan :

Susu ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam

lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenisnya.

Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).

Susu khusus yang disediakan dengan kelainan yang ditemukan misalnya

tidak mengandung laktosa atau asam lemak jenuh yang berantai sedang

atau tidak jenuh.

c. Obat-obatan.

Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang dengan

cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula,

air tajin, tepung beras, dll).

11
Obat anti sekresi :

- Asetosal 25 mg dengan dosis minimun 30 mg.

- Klorpromazin dosis 0,5-1 mg/kg/BB/hari.

Obat spasmolitik

Seperti : papaverin ekstrak beladone.

Antibiotik

Umumnya tidak diberikan lagi bila tidak ada penyebab yang jelas.

(Ngastiyah, 2005)

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status, suku bangsa,

alamat, no. register, dan tanggal masuk.

Perlu diperhatikan adalah usia. Diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.

Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman

usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan

penurunan kejadian penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun

atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi

usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak

menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat

12
dari pola makan dan perawatannya. Tempat tinggal dengan sanitasi yang

buruk juga dapat menyebabkan diare.

b. Keluhan Utama

Klien datang dengan keluhan berak berak lebih dari 3 kali, muntah, nafsu

makan menurun dan kadang disertai suhu tubuh meningkat, tinja biasanya

berupa cairan bisa bercampur lendir, darah.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak kapan klien mengalami keluhan.

Mengapa klien sampai menderita diare apa karena makanan atau

minuman.

Apa yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan tersebut.

Apakah disertai penurunan nafsu makan, muntah, sakit perut, peningkatan

suhu badan, dan gejala penurunan kesadaran.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah klien sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama.

Apakah klien pernah menderita penyakit yang menyerang saluran gasto

intestinal seperti disentri atau kolera.

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi

dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-

kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial,

psikoseksual, interaksi dan lain-lain.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah keluarga pernah menderita pemyakit yang sama dengan klien?

13
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan

komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan

hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat

mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan

lain-lain.

f. Pengkajian Fisik

Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang

meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala

dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.

Tanda-tanda vital

Suhu badan : mengalami peningkatan

Nadi : cepat dan lemah

Pernafasan : frekuensi nafas meningkat

Tekanan darah : menurun (dehidrasi berat)

Antropometri

Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran

kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare

mengalami penurunan berat badan.

Pernapasan

Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan

bunyi nafas tambahan.

Kardiovaskuler

Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.

14
Pencernaan

Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering,

peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi

encer. Perkusi timpani (bila kembung).

Perkemihan

Volume diuresis menurun.

Muskuloskeletal

Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.

Integumen

Lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek

Endokrin

Tidak ditemukan adanya kelaianan.

Penginderaan

Mata cekung. Hidung, telinga tidak ada kelainan.

Reproduksi

Tidak mengalami kelainan.

Neorologis

Dapat terjadi penurunan kesadaran.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan GI berlebihan melalui

feses atau emesis.

15
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.

c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus

saluran GI.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.

e. Cemas/takut berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan

tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.

f. Perubahan proses keluarga berhubungan krisis situasi, kurang pengetahuan.

3. Rencana Keperawatan

(Wong, 2003)

a. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan GI

berhubungan dengan kehilangan GI berlebihan melalui feses atau

emesis.

SASARAN PASIEN 1: Pasien menujukkan tanda-tanda dehidrasi dan

mempertahankan hidrasi adekuat.

INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL

1) Beri larutan rehidrasi oral (LRO) untuk rehidrasi dan penggantian

kehilangan cairan melalui feses.

2) Beri LRO sedikit tapi sering khususnya bila anak muntah, kecuali jika

muntah anak itu hebat, bukanlah kontraindikasi untuk penggunaan LRO.

3) Berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan untuk dehidrasi hebat dan

muntah.

16
4) Beri agens antimikroba sesuai ketentuan untuk mengobati pathogen

khusus yang menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan.

5) Setelah rehidrasi, berikan diet regular pada anak sesuai toleransi karena

penelitian menujukkan pemberian ulang diet normal secara dini bersifat

menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasi dan penurunan berat

badan serta pemendekan durasi penyakit.

6) Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti air, ASI, formuls bebas

laktosa untuk mepertahankan terapi cairan.

7) Pertahankan pencatatan yang ketat terhadap pemasukan dan keluaran

(urin, feses, dan emesis) untuk mengevaluasi keefektifan intervensi.

8) Pantau berat jenis urin setiap 8 jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji

hidrasi.

9) Timbang berat badan anak untuk mengkaji dehidrasi.

10) Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental

setiap 4 jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi

11) Hindari masukkan cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat

dan gelatin karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah

elektrolit, dan mempunyai osmolaritas tinggi.

12) Intstruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan

masukkan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi untuk

menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan

terapeutik.

17
HASIL YANG DIHARAPKAN

Anak menujukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.

SASARAN PASIEN 1: Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk

mempertahankan berat badan yang sesuai dengan

usia.

INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL

1) Setelah rehidrasi, instruksikan ibu menyusui untuk pemberian ASI karena

hal ini cenderung mengurangi kehebatan dan durasi penyakit.

2) Hindari pemberian diet dengan pisang, beras, apel dan roti panggang atau

the karena diet ini rendah dalam energy dan protein, terlalu tinggi dalam

karbohidrat, dan rendah elektrolit.

3) Observasi dan catat respon terhadap pemberian makan untuk mengkaji

toleransi pemberian makan.

4) Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat untuk

meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik.

5) Gali masalah dan prioritas anggota keluarga untuk memperbaiki

kepatuhan terhadap program terapeutik.

HASIL YANG DIHARAPKAN

Anak mengkonsumsi nutrisi yang ditentukan dan menujukkan penambahan

berat badan yang memuaskan.

18
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang

menembus saluran GI.

SASARAN PASIEN (ORANG LAIN) 1: Pasien (orang lain) tidak

menunjukkan tanda infeksi

gastrointestinal.

INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL

1) Implementasikan isolasi substansi tubuh atau praktik pengendalian

infeksi rumah sakit, termasuk pembuangan feses dan pencucian yang

tepat, serta penanganan specimen yang tepat untuk mencegah penyebaran

infeksi.

2) Pertahankan pencucian tangan yang benar untuk mengurangi risiko

penyebaran infeksi.

3) Pakaikan popok dengan tepat untuk menghindari kemungkinan

penyebaran infeksi.

4) Gunakan popok sekali pakai superabsorbment untuk menampung feses

dan menurunkan kemungkinan terjadinya dermatitis popok.

5) Upayakan untuk mempertahankan bayi dan anak kecil dan menempatkan

tangan dan objek dalam area terkontaminasi.

6) Ajarkan anak, bila mungkin, tindakan perlindungan untuk mencegah

penyebaran infeksi seperti pencucian tangan setelah menggunakan toilet.

7) Instruksikan anggota keluarga dan pengunjung dalam praktik isolasi,

khususnya mencuci tangan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi.

19
HASIL YANG DIHARAPKAN

Infeksi tidak menyebar ke orang lain.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.

SASARAN PASIEN 1 : Kulit pasien tetap utuh

INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL

1) Ganti popok dengan sering untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan

kering.

2) Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan sabun lunak non-alkalin dan air

dan celupkan anak dalam bak untuk pembersihan yang lembut karena

feses diare sangat mengiritasi kulit.

3) Beri salep seperti seng oksida untuk melindungi kulit dari iritasi (tipe

salep dapat bervariasi untuk setiap anak dan memerlukan periode

percobaan).

4) Pajankan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika

mungkin untuk meningkatkan penyembuhan.

5) Hindari menggunakan tisu basah yang dijual bebas yang mengandung

alkohol pada kulit yang terekskoriasi untuk memudahkan penyembuhan.

6) Observasi bokong dan perineum akan adanya infeksi seperti Kandida,

sehingga terapi yang tepat dapat dimulai.

7) Berikan obat antijamur yang tepat untuk mengobati infeksi jamur kulit.

HASIL YANG DIHARAPKAN

Anak tidak mengalami bukti-bukti kerusakan kulit.

20
e. Cemas/takut berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,

lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.

SASARAN PASIEN 1 : Pasien menunjukkan tanda-tanda kenyamanan

INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL

1) Beri perawatan mulut dan empeng untuk bayi untuk memberikan rasa

nyaman.

2) Dorong kunjungan dan partisipasi keluarga dalam perawatan sebanyak

yang mungkin dilakukan keluarga untuk mencegah stress yang

berhubungan dengan perpisahan.

3) Sentuh, gendong dan bicara pada anak sebanyak mungkin untuk

memberikan rasa nyaman dan menghilangkan stress.

4) Beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang sesuai dengan tingkat

perkembangan anak dan kondisinya untuk meningkatkan perumbuhan

dan perkembangan yang optimal.

HASIL YANG DIHARAPKAN

1) Anak menujukkan tanda-tanda distres fisik atau emosional yang minimal.

2) Keluarga berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak mungkin

f. Perubahan proses keluarga berhubungan krisis situasi, kurang

pengetahuan.

SASARAN PASIEN (KELUARGA) 1: Keluarga memahami tentang

penyakit anak dan

21
pengobatannya serta mampu

memberikan perawatan.

INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL

1) Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan tindakan

terapeutik untuk mendorong kepatuhan terhadap program terapeutik,

khususnya jika sudah berada dirumah.

2) Bantu keluarga dalam memberikan rasa yang nyaman dan dukungan pada

anak.

3) Izinkan anggota untuk berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak

yang mereka inginkan untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.

4) Instruksikan keluarga mengenai pencegahan untuk penyebaran infeksi.

5) Atur perawatan kesehatan pascahospitalisasi untuk menjamin pengkajian

dan pengobatan yang kontinu.

6) Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan komunitas untuk

pengawasan perawatan dirumah sesuai kebutuhan.

HASIL YANG DIHARAPKAN

Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak, khususnya

dirumah.

4. Pendidikan Kesehatan

Penyebab diare telah dikemukakan lebih dahulu baik karena infeksi

enteral maupun parenteral serta faktor lain. Tetapi mengingat ada beberapa

faktor risiko yang ikut berperan dalam timulnya diare yang kebanyakan

22
karena kurangnya pengetahuan orang tua maka penyuluhan perlu diberikan.

Hal-hal tersebut adalah higiene yang kurang, baik perorangan maupun

lingkungan, pola pemberian makanan, sosio-ekonomi dan sosio-budaya.

Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui 4F (Finger, feces,

food, dan fly) maka penyuluhan yang penting adalah:

a. Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan dan

setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah.

b. Membiasakan anak defekasi di toilet dan toilet harus selalu bersih agar

tidak ada lalat.

c. Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.

d. Makanan harus selalu tertutup (jika di atas meja).

e. Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan

untuk tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.

f. Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang berjangkit penyakit diare

selain air harus yang bersih juga perlu dimasak.

Berikan juga petunjuk bila anak menderita diare agar secepatnya

diberi banyak minum (jelaskan apa perlunya) dan lebih baik dengan oralit

atau jika tidak ada dapat dengan larutan gula garam. Tetapi jika anak muntah

lebih sering atau berak-berak terus sehingga pemberian oralit tidak dapat

menolong supaya segera dibawa berobat ke pelayanan kesehatan agar tidak

terlambat. Jelaskan bahwa oralit/LGG bukan untuk mengobati diarenya tetapi

hanya untuk mencegah agar anak tidak jatuh dalam keadaan dehidrasi berat.

23

Anda mungkin juga menyukai