102-110 Makalah Abak PDF
102-110 Makalah Abak PDF
TeknikA 102
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
TeknikA 103
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi a. Benda uji yang digunakan adalah agregat
kepadatan yang diharapkan. yang lolos saringan # 14,0 mm dan tertahan
saringan # 10,0 mm pada British Standard.
2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Untuk setiap pengujian dibuat dua benda
Kualitas Campuran uji.
b. Benda uji harus dalam kondisi kering
a. Gradasi agregat yang digunakan
permukaan. Pengeringan dengan oven
b. Absorpsi agregat terhadap aspal
dilakukan tidak lebih dari 4 jam dengan
c. Rongga antar butir
suhu 110 oC. Suhu benda uji harus dalam
d. Rongga dalam campuran
kondisi ruang (25 oC) pada saat dilakukan
e. Kadar aspal campuran
pengujian.
c. Kedalaman benda uji dalam wadah adalah
2.9 Sifat-Sifat Laston
sekitar 100 mm. Benda uji dibuat tiga
Sesuai dengan fungsi Laston tersebut diatas, lapis, untuk lapisan pertama benda uji
maka Lapis aspal beton mempunyai sifat-sifat dimasukkan kedalam wadah hingga kira-
sebagai berikut ; kira sepertiga dari 100 mm. Benda uji
a. Stabilitas yang tinggi dipadatkan dengan batang penusuk yang
b. Ketahanan Gesek (skid resistance) dijatuhbebaskan pada ketinggian 50 mm
c. Kedap air dan udara dari benda uji dan dilakukan sebanyak 25
d. Nilai struktural kali pada titik yang berbeda. Hal yang sama
e. Peka terhadap penyimpangan perencanaan dilakukan untuk lapisan kedua dan ketiga
dan pelaksanaan. hingga mencapai kedalaman sekitar 100
Syarat dari campuran Aspal Beton terdapat pada mm.
table 2.1. d. Sebelum dilakukan pengujian benda uji
ditimbang dengan ketelitian 0,1 gram dan
Tabel 2.1 Persyaratan Campuran Lapis Aspal Beton dinyatakan sebagai berat A.
e. Jumlah benda uji untuk setiap pengujian
Lalu Lintas Berat (2 minimal dua buah
Sifat Campuran x 75 Tumbukan)
Prosedur Pengerjaan
Min Maks
a. Letakkan Mesin Crushing Agregat pada
Stabilitas (kg) 800 -
lantai datar.
Kelelehan (mm) 3.0 -
b. Letakkan wadah benda uji pada baseplate
Marshall Quotient (kg/mm) 250 -
dan set plunger (penekan) diatasnya.
VIM (%) 3.5 5.5
c. Benda uji ditekan melalui plunger selama
VMA (%) 15 -
10 menit dengan beban 40 kN dengan
Sumber : Depkimpraswil, 2006. mesin penekan.
d. Lepaskan beban dan pindahkan benda uji
2.10 Aggregate Crushing Value yang sudah ditekan pada sebuah wadah.
Menurut British Standard (1975) Nilai Pastikan tidak ada partikel yang hilang
kehancuran agregat diukur sebagai kekuatan relatif tertinggal selama pemindahan.
agregat terhadap beban tekan (crushing) yang e. Saring benda uji dengan saringan # 2,36
dinyatakan dengan Aggregate Crushing Value mm selama 1 menit dan timbang berat
(ACV). yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang
Peralatan : dinyatakan sebagai B. Pastikan tidak ada
a. Alat yang digunakan adalah Mesin Crushing partikel yang hilang selama proses tersebut.
Agregat. Alat ini dilengkapi dengan mesin f. Ulangi prosedur tersebut untuk benda uji
Penekan (Commpression Machine) yang berikutnya.
memiliki kapasitas untuk gaya sebesar 400 kN Perhitungan
dan dapat dioperasikan untuk memberikan Nilai Crushing Agregat dinyatakan dengan Rumus :
beban merata selama 10 menit. B
b. Saringan dengan diameter # 14,0 mm; 10,0 ACV = X 100%
mm; dan 2,36 mm (British Standard). A
c. Silinder pengujian, yaitu tempat benda uji dimana :
berbentuk silinder, tempat ini biasanya terbuat ACV = Aggregate Crushing Value (%)
dari baja. A = Berat awal benda uji (gram)
d. Besi penusuk dengan panjang antara 450 mm B = Berat lolos saringan # 2,36 mm (gram)
sampai 600 mm serta memiliki potongan
melintang lingkaran berdiameter 16 mm. III. METODOLOGI PENELITIAN
e. Plunger (penekan), alat ini biasanya terbuat 3.1 Pengujian material
dari baja.
3.1.1 Pengujian Agregat
Benda Uji
TeknikA 104
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
Pengujian agregat meliputi : dipadatkan Rongga ini dinyatakan dalam persen (%)
1. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan terhadap volume campuran total.
agregat. BeratIsi
2. Pemeriksaan keausan agregat dengan Mesin VIM = (1 X 100) (3.1)
BJ Agregat
Los Angeles.
3. Pemeriksaan kelekatan agregat terhadap 4. Rongga Antar Mineral Agregat (VMA)
aspal. Rongga antar mineral agregat adalah rongga
4. Pemeriksaan berat isi agregat. udara yang ada diantara partikel agregat dalam
5. Pemeriksaan kehancuran agregat. campuran yang sudah dipadatkan, termasuk ruang
yang terisi aspal. VMA dinyatakan dalam %
3.1.2 Pengujian Aspal terhadap volume total benda uji.
% Agregat
Pengujian aspal meliputi : VMA = 100 ( X Berat Isi ) (3.2)
1. Pemeriksaan penetrasi. BJ Agregat
2. Pemeriksaan berat jenis aspal. 5. Marshall Quotien (MQ)
3. Pemeriksaan kehilangan berat aspal. Marshall Quotien (MQ) adalah perbandingan
4. Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar. antara stabilitas dengan kelelehan. MQ merupakan
5. Pemeriksaan kelekatan aspal terhadap agregat. indikator kelenturan yang potensial terhadap
6. Pemeriksaan daktilitas. keretakan.
TeknikA 105
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
dengan penyerapan 2,43 %. Berat jenis agregat kasar Dari hasil pemeriksaan berat volume ini kita
dan halus minimal 2.5 dan penyerapan agregat dapat menentukan jumlah agregat yang akan
maksimal 3%. digunakan persatuan volume. Dengan diketahuinya
Dengan demikian berat jenis agregat kasar panjang jalan, lebar jalan dan tebalnya perkerasan
memenuhi spesifikasi yang disyaratkan, kecuali akan diperoleh jumlah agregat yang akan digunakan.
kombinasi (5), begitu juga dengan penyerapan Dan dengan diketahuinya berat volume ini maka
agregat kasar dan halus. Tetapi berat jenis agregat dapat diketahui cara pemadatan yang optimum pada
halus tidak memenuhi spesifikasi. Agregat yang lapisan jalan.
mempunyai pori yang kecil cukup baik digunakan
dalam perkerasan jalan, karena agregat tersebut akan 4.1.2 Pemeriksaan Aspal
membutuhkan jumlah aspal yang lebih sedikit
A. Berat Jenis (AASHTO T-228-90)
dibandingkan dengan agregat yang memiliki pori
yang besar. Pada pemeriksaan ini diperoleh berat jenis aspal
sebesar 1,039. Berat jenis yang disyaratkan menurut
B. Pemeriksaan Keausan dengan Mesin Los spesifikasi minimal 1. Jadi berat jenis aspal yang
Angeles (AASHTO T-27-74) digunakan sesuai dengan spesifikasi. Nilai berat
jenis ini digunakan dalam perencanaan campuran
Pada pemeriksaan ini diperoleh nilai keausan
untuk suatu lapisan perkerasan lentur, karena dengan
agregat kasar (1) sebesar 26.35 %, (2) sebesar
berat jenis aspal ini kita dapat menentukan
29.27 %, (2) sebesar 31,46 %, (4) 28.89 %, dan
peresentase aspal atau besar kecilnya volume dari
(5) sebesar 35,30 %. Hal ini menunjukkan agregat
aspal.
yang diperiksa masih cukup kuat untuk menahan
B. Penetrasi (AASHTO T-49-89/ASTM D-5-71)
gaya gesek yang diberikan terhadap agregat tersebut.
Bina Marga menyarankan nilai keausan maksimum Pada percobaan ini diperoleh nilai penetrasi aspal
adalah 40%. tanpa kehilangan berat berkisar antara 7,0 mm 8,5
mm. Jadi nilai penetrasi aspal digolongkan sebagai
C. Pemeriksaan Kelekatan Agregat Terhadap Pen 70/85. Sedangkan nilai penetrasi kehilangan
Aspal (AASHTO T-182) berat didapatkan lebih kecil dibanding tanpa
kehilangan berat yaitu berkisar antara 6,0 mm 7,0
Pada percobaan ini diperoleh nilai kelekatan
mm yang lebih dikenal dengan Pen 60/70.
pada kombinasi (1) sebesar 100% (2) sebesar 99%,
(3) sebesar 96%, (4) sebesar 97%, dan (5) sebesar
C. Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal
100%. Berarti agregat tersebut mempunyai daya
lekat terhadap aspal >95%. Hal ini menunjukkan Pada percobaan ini diperoleh kehilangan berat
bahwa agregat yang diperiksa baik untuk bahan aspal sebesar 0,297 %. Persentase ini menunjukkan
perkerasan jalan. Agregat dengan permukaan yang besarnya kehilangan berat aspal akibat penguapan
kasar dan berpori lebih baik daya lekatnya terhadap yang terjadi. Batas maksimum kehilangan berat
aspal dibandingkan dengan agregat yang aspal adalah 0,8%. Berarti aspal memenuhi
permukaannya licin. spesifikasi.
TeknikA 106
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
4
Macam-macam kombinasi yang dibandingkan 10
yaitu : 3
KELELEHAN (mm)
8 5
1.Kombinasi 1, agregat yang digunakan mempunyai 2
nilai ACV = 4.57% 6
1
2. Kombinasi 2, agregat yang digunakan mempunyai 4
nilai ACV = 5.77%
3. Kombinasi 3, agregat yang digunakan mempunyai 2
5. Kombinasi 5, agregat yang digunakan mempunyai Gambar 5.2 Kelelehan vs Kadar Aspal Campuran
nilai ACV 14,84%
Dari gambar diatas dapat kita simpulkan bahwa:
A. Stabilitas Kelelehan kombinasi 5 > Kelelehan
Perbandingan hasil pengujian stabilitas benda uji kombinasi 4 > Kelelehan kombinasi 3 >
campuran-campuran yang menggunakan agregat Kelelehan kombinasi (2) > kelelehan
dengan nilai ACV yang bervariasi dapat dilihat pada kombinasi (1).
gambar 5.1 Semua hasil pengujian diatas memenuhi spesifikasi
yang disyaratkan yaitu > 3 mm.
GRAFIK STABILITAS VS KADAR ASPAL
Grafik memperlihatkan pengaruh dari penggunaan
1700 ACV yang besar terhadap kelelehan.
1500
1
C. VIM (Void In Mix)
STABILITAS (kg)
1300 2 3
Hasil penelitian terhadap rongga dalam
1100
campuran (VIM) dari berbagai campuran kombinasi
900 4 5 dapat dilihat pada gambar 5.3
700
GRAFIK VIM VS KADAR ASPAL
10
500
4 5 6 7 8 9 10 8 1
KADAR ASPAL (% )
2 4
VIM (%)
6
3
Gambar 5.1 Stabilitas vs Kadar Aspal Campuran 4
2 5
Hasil pengujian menunjukan bahwa :
0
Stabilitas komb.1 > stabilitas komb.2 > 4 5 6 7 8 9 10
Stabilitas komb.3 > Stabilitas komb.4 > KADAR ASPAL (%)
Stabilitas komb.5
Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa semua Gambar 5.3 VIM (Void in Mix) vs Kadar Aspal
hasil pengujian yang dilakukan memenuhi Campuran.
spesifikasi (Stabilitas > 800 Kg/mm). Namun, nilai
stabilitas kombinasi 1 (ACV = 4,57 %) mempunyai Dari gambar diatas terlihat bahwa :
VIM komb.4 > VIM komb.2 > VIM komb.1 >
nilai stabilitas yang lebih tinggi.
Campuran kombinasi 5 (ACV = 14,84 %) VIM komb.3 > VIM komb.5
Tidak semua hasil pemeriksaan tersebut yang
mempunyai stabilitas yang paling rendah dari
memenuhi spesifikasi (min 3.5% dan maksimal
campuran lain. Hal ini menunjukan bahwa
penggunaan agregat dengan nilai ACV besar kurang 5.5%), tetapi kombinasi 4 memberikan hasil VIM
yang lebih besar. hal ini disebabkan karena
baik untuk campuran perkerasan tetapi masih
kombinasi 4 memberikan volume pori yang tersisa
memenuhi stabilitas yang disyaratkan.
Pada gambar 5.1 dapat dilihat kecenderungan campuran yang besar.
Kombinasi 2, 3 dan kombinasi 4 menghasilkan
grafik stabilitas relatif turun pada penggunaan
agregat dengan nilai ACV yang semakin besar. nilai VIM yang memenuhi spesifikasi yang ada,
sedangkan pada kombinasi 5 VIM yang diperoleh
terlalu kecil sehingga berada dibawah nilai
B. Kelelehan
spesifikasi, ini terjadi diakibatkan oleh penggunaan
Dari hasil pengujian terhadap campuran aspal yang banyak, sehingga aspal menutupi rongga-
kombinasi didapatkan perbandingan nilai kelelehan ronga udara yang ada.
seperti pada gambar 5.2 Nilai VIM merupakan indikator dari durabilitas,
VIM yang terlalu besar akan mengakibatkan beton
aspal berkurang kekedapan airnya, sehingga
TeknikA 107
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
berakibat meningkatnya proses oksidasi aspal dan Dari gambar tersebut terlihat bahwa :
mempercepat penuan aspal dan menurunkan sifat MQ 1 > MQ komb.2 > MQ komb.3 > MQ
durabilitas aspal. VIM yang terlalu kecil akan komb.4 > MQ komb.5
mengakibatkan perkerasan mengalami bleeding jika Campuran AC-WC mensyaratkan bahwa
temperatur meningkat. MQ > 250 Kg/mm. Kombinasi yang berada dibawah
spesifikasi terjadi karena stabilitas yang rendah tidak
D. VMA (Void in the Mineral Aggregate) diiringi oleh nilai kelelehan yang rendah.
Dari gambar 5.2 dapat dilihat bahwa
Hasil pengujian rongga terhadap agregat (VMA)
kombinasi 3, 4, dan 5 memiliki nilai kelelehan yang
dapat dilihat pada gambar 5.4
tinggi dan pada gambar 5.1 terlihat kombinasi 1 dan
GRAFIK VMA VS KADAR ASPAL kombinasi 2, serta kombinasi 3 memiliki nilai
26 stabilitas yang tinggi.
24
Hasil MQ kombinasi 3, 4, dan 5 lebih kecil,
22
hal ini terjadi karena nilai stabilitas yang rendah
VMA (%)
300 2
250 3
(kg/mm)
200 4
150
100 5
50
0
4 5 6 7 8 9 10
KADAR ASPAL (% )
TeknikA 108
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
Kelelehan (mm)
7,50
7,00
9
GRAFIK VMA vs ACV
8 23
Void Mineral Aggregate (%)
22
7
21
6 20
19
5 18
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Aggregate Crushing Value (%) 16
15
Gambar 5.6 Kadar Aspal Campuran vs Aggregate 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1800
Rongga dalam campuran aspal (VIM) pada
penggunaan agregat dengan nilai ACV yang
1600
bervariasi dapat dilihat pada gambar 5.10.
Stabilitas (kg)
1400
GRAFIK VIM vs ACV
1200
7
1000
6
Void in Mix (%)
800 5
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 4
Aggregate Crushing Value (%) 3
2
Gambar 5.7 Stabilitas vs Aggregate Crushing Value 1
0
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
TeknikA 109
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
Dari gambar 5.6 dapat disimpulkan bahwa Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas
semakin besar nilai ACV akan menghasilkan VIM sehingga selesainya penelitian dan tulisan ini.
yang semakin kecil.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan lima parameter Marshall masing-
masing kombinasi, penggunaan ACV = 4,57 %
memiliki stabilitas yang tinggi serta kelelehan
yang rendah dibandingkan dengan campuran
lainnya. Sehingga campuran diusulkan dapat
digunakan dalam campuran Asphalt Concrete
Wearing Coarse/AC-WC.
2. Penggunaan agregat dengan nilai ACV yang
berbeda akan menghasilkan nilai parameter
marshal yang bebeda, dimana semakin besar
nilai ACV yang digunakan, maka semakin
berkurang kualitas campuran aspal, ini terlihat
pada parameter-parameter Marshall diatas.
Selain parameter Marshall ACV ini juga
berpengaruh pada kadar aspal optimum yang
dibutuhkan.
3. Kombinsai 4 (ACV = 12,265%) dan kombinasi
5 (ACV = 14,84%) kurang baik digunakan
dalam campuran Asphalt Concrete Wearing
Coarse/AC-WC, karena menghasilkan stabilitas
yang rendah serta kelelehan yang besar
dibandingkan dengan campuran lainnya,
meskipun nilai stabilitas memenuhi spesifikasi
yang ada. Dilihat dari nilai VIM dan MQ
campuran ini tidak memenuhi spesikasi yang
ada, sedangkan dari segi nilai VMA besar dari
15% sesuai dengan standar, tetapi apabila
terjadi perubahan kadar aspal pada palaksanaan
pancampuran nilai ini akan berubah secara
signifikan.
TeknikA 110