Anda di halaman 1dari 7

Perbedaan Ilmu pengetahuan dan pengetahuan

A. Pengertian ilmu

Istilah ilmu dalam pengertian klasik dipahami sebagai pengetahuan tentang sebab-
akibat atau asal-usul. Istilah pengetahuan (knowledge) biasanya dilawankan dengan
pengertian opini, sedang isitilah sebab (causa) diambil dari kata Yunani aitia, yakni prinsip
pertama.

Setiap aktivitas ilmiah tentu bertolak dari konsep , karena konsep merupakan sebuah
struktur pemikiran. Sontag menyatakan bahwa setiap pembentukan konsep selalu terkait
dengan empat komponen, yaitu : kenyataan (reality), teori (theory), kata-kata (words), dan
pemikirian (thought). Kenyataan (reality) hanya akan merupakan sebuah misteri manakala
tidak diungkapkan ke dalam bahasa. Teori merupakan tingkat pengertian tentang sesuatu
yang sudah teruji, sehingga dapat dipakai sebagai titik tolak bagi pemahaman hal lain. Kata-
kata merupakan cerminan ide-ide yang sudah diverbalisasikan. Pemikiran merupakan produk
akal manusia yang diekpresikan ke dalam bahasa. Kesemuanya itu akan membentuk
pengertian pada diri manusia, pengertian ini dinamakan konsep. Bagan pembentukan konsep
adalah sebagai berikut :

Theory

Reality Concept Words

Thought
Gaston Bachelard menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu produk pemikiran
manusia yang sekaligus menyesuaikan antara hukum-hukum pemikiran dengan dunia luar.
Atau dengan kata lain, ilmu pengetahuan mengandung dua aspek, yaitu subjektif dan objektif,
sekaligus memerlukan kesamaan di antara keduanya; oleh karena itu sesungguhnya manusia
tidak mungkin mengubah hukum-hukum alam semesta. Bachelard menengarai bahwa adanya
dua aspek tersebut subjektif dan objektif-melahirkan dua pandangan yang berbeda dalam
epistemologi. Pertama, pandangan rasionalisme yang memandang bahwa hukum alam itu
direflesikan kedalam epitemologi. Pertama, pandangan rasionalisme yang memandang bahwa
alam itu direfleksikan ke dalam hukum-hukum pemikiran, lebih memihak pada sikap
subjektif. Hal ini dapat dikatakan senada dengan pernyataan Hegel yang berbunyi semua
yang rasional adalah real. Kedua , pemanandangan bahwa hukum-hukum pemikiran secara
mutlak mencontoh hukum-hukum pemikiran

Daoed Joesoef menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu


pada tiga hal, yaitu: produk-produk, proses, masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk
yaitu pengetahuan yang telah di ketahui dan diakuinya kebenarannya oleh masyarakat
ilmuan. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini terbatas pada kenyataan-kenyataan yang
mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk di teliti di uji dan di bantah
seseorang

Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan


demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang
kita kehendaki. Metode ilmiah yang khas dipakai dalam proses ini adalah analisis-rasional,
objektif, sejauh mungkin impersonal dari masalah-masalah yang di dasarkan pada
percobaan dan data yang dapat diamati.

Ilmu pengetahuannya sebagai masyarakat artinya dunia pergaulan yang tindak-


tanduknya, perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan (imperative )
yaitu universalisme, komunilasime, tanpa pamrih, dan skeptisisme yang teratur.

B. Beberapa pandangan tentang klasifikasi ilmu pengetahuan


Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau
perubahan sesuai dengan semangat zaman. Ada beberapa pandangan yang terkait
dengan klasifikasi ilmu pengetahuan sebagai berikut.
1. Christian wolf (1679-1754)
Wolff lebih dikenal sebagai pembela setia ajaran-ajaran Leibnitz, namun
disamping itu ia juga cukup gigih mengembangkan logika-matematik sistem
filsafat yang terkait berbagai lapangan pengetahuan dengan mempergunakan
sarana metode deduktif seperti yang dipakai dalam matematik. Wolff
mengklasifikasi ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu ilmu
pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat. Wolff menjelaskan pokok-pokok
pikirannya mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan itu sebagai berikut:
a. Dengan mempelajari kodrat pemikiran rasional, kita dapat menemukan sifat
yang benar dari alam semesta. Semua yang ada di dunia ini terletak di luar
pemikiran kita yang direfleksikan dalam proses berfikir rasional. Sebab alam
semesta ini merupakan suatu sistem rasional yang isinya dapat diketahui
dengan menyusun cara deduksi dari hukum-hukum berfikir.
b. Pengetahuan kemanusiaan terdiri atas ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis.
Ilmu-ilmu murni adalah theologi rasional yang terkait dengan pengetahuan
tentang Tuhan; psikologi rasional yang terkait dengan masalah-masalah jiwa;
dan kosmologi rasional yang terkait dengan kodrat dunia fisik. Filsafat praktis
mencakup etika sebagai ilmu tentang tingkah laku manusia; politik atau ilmu
pemerintahan; ekonomi sebagai bidang ilmu apa yang harus dilakukan
seseorang untuk mencapai kemakmuran.
c. Ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis sekaligus merupakan prosuk metode
berfikir deduktif. Ilmu-ilmu teoritis dijabarkan dari hukum tak bertantangan
yang menyatakan bahwa sesuatu itu tak dapat ada dan tidak ada dalam waktu
yang bersamaan. Apa yang sanggup kita ketahui tentang dunia fisik diturunkan
dari hukum alasan yang mencukupi ( sufficien reason) yang menyatakan
bahwa ada sesuatu alasan yang niscaya bagi keberadaan segala sesuatu.
d. Seluruh kebenaran pengetahuan diturunkan dari hukum-hukum berfikir. Apa
yang dikatakannya tentang moral dan religi adalah sesuatu kodrat yang abstrak
dan formal secara niscaya. Etika dalam pandangannya tidak lebih daripada
seperangkat aturan yang kaku dan harus diikuti, sesuatu yang tidak terjawab
yang hanya hadir dalam kasus-kasus tertentu saja. Agama juga demikian,
diformalkan ke dalam seperangkat kepercayaan tentang Tuhan dan jiwa
manusia. Unsur-unsur emosi yang bermain secara normal masing-masing
berperan penting di dalam wilayah pengalaman yang sangat minim.
e. Jika manusia dalam pandangan Wolff dibagi menjadi tiga, yaitu mengetahui,
menghendaki, dan merasakan. Ketiga aspek ini akan mempengaruhi
pandangan Immanuel Kant tentang tiga kritiknya yang terkenal, yaitu, Kritik
atas Rasio Murni, Kritik atas Rasio Praktis, Kritik atas Daya Pertimbangan.
C. Teori pengetahuan
Berbicara tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya,
bahwa pengetahuan yang di peroleh melalui indra tidak pasti dan tidak lengkap,
karena dunia hanyalah merupakan tirua belaka, sifatnya maya (bayangan), yang
menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya. Pengetahuan yang benar hanya
merupakan hasil akal belaka, karena akal bisa membedakan bentuk spritual murni dari
benda-benda di luar penjelmaan material. Demikian menurt plato, idelaisme
metafisika percaya, bahwa manusia dapat pengetahuan tentang realistis, karena
realistas pada hakikatnya spiritual, sedangkan jiwa manusia merupakan bagian dari
substansi spirtual tersebut.
Hegel menguraikan konsep plato tentang teori pengetahuan dengan mengatakan,
bahwa pengetahuan dikatakan valid, sepanjang sistematis maka pengetahuan manusia
tentang realitas adalah benar dalam arti sistematis. Dalam teori pengetahuan dan
kebenaran, idealisme merujuk pada rasionalisme dan teori koherensi. Teori koherensi
didasari oleh pendapat bahwa item-item partikular pengetahuan menjadi signifkan
apabila dilihat dalam konteks keseluruhan. Oleh karena itu, semua ide dan teori harus
divalidasi sehubungan dengan koherensinya(kesesuaiannya) dalam pengembangan
sistem pengetahuan yang tidak ada sebelumnya. Seperti yang di kemukakan di atas,
bahwa teori pengetahuan idealisme adalah rasionalisme. Dalam hal ini Henderson
(dalam Saddulloh,2003:98) mengemukkan, bahwa :
The rationalist argue our sense give us but the raw material from which
knowledge comes. Knowledge, say they, is not to be found in sense-perception of
particularsbut in concept, in principle, which our sense cannot possibly furnish us;the
main itself is active, an organizer and systematize of our sensory experience. For the
rationalist, matehematic furnishes the corret pattern for thought.
Jadi, rasionalisme mendasari, teori pengetahuan idealisme mengemukakan,
bahwa indra kita hanya memberikan materi mentah bagi pengetahuan . pengetahuan
tidak di temukan pengalaman indra, melainkan dari konsepsi dalam prinsip-prinsip
sebagai hasil aktivitas jiwa. Jiwa manusialah yang mengorganisasi pengalaman.

Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris science yang berasal dari
bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari,
mengetahui . pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu perluasan arti sehingga
menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam bahasa jerman wissenschaft.
The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas
penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman
secara rasional empiris mengenai duinia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan
pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin di mengerti
manusia.

Aktivitas

Ilmu

Metode Pengetahuan

Dalam bagan tersebut memperlihatkan bahwa ilmu harus diusahakan dengan


aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan
akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Ilmu
sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study), penyelidikan (inqury),
usaha menemukan atau pencarian. Oleh karena itu, pencarian biasanya dilakukan
berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini di pergunakan istilah penelitian untuk
aktivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan pengetahuan baru. Metode
ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbgai tindakan pikiran, pola kerja, tata
langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau
memperkembangkan pengetahuan yang ada. Metode yang berkaitan dengan pola
prosedural meliputi pengamata, percobaan, pengukuran, survei dedukasi,
induksi,analisis, dan lain-lain. Berkaitan dengan tata langkah meliputi penetuan
masalah, perumusan hipotesis (bila perlu), pengumpulan data, penurunan kesimpulan,
dan pengujian hasil yang berkaitan dengan berbagai teknik meliputi daftar pertanyaan,
wawancara, perhitungan, pemanasan, dan lain-lain dan berkaitan dengan aneka alat,
meliputi timbangan, meteran, perapian, komputer, dan lain-lain. Dari aktivitas ilmiah
dengan metode ilmiah yang di lakukan oleh para ilmuwan dapatlah di himpun
sekumpulan pengetahuan yang baru atau di sempurnakan pengetahuan yang telah ada,
sehingga di kalangan ilmuwan maupun para filsuf pada umumnya terdapat
kesepakatan bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan pengetahuan yang sistematis.
Adapun menurut Bahn (dalam Koento Wibisono, 1997) definisi ilmu pengetahuan
melibatkan paling tidak enam macam komponen, yaitu masalah (problem), sikap (attitude),
metode (method), aktivitas (activity), kesimpulan (conclusion), dan pengaruh (effects).

a. Masalah (Problem)
Ada tiga karakteristik yang harus dipenuhi untuk menunjukkan bahwa suatu masalah
bersifat scientific, yaitu communicability, the scientific attitude, dan the scientific
method. Communicability berarti masalah adalah sesuatu untuk dikomunikasikan. the
scientific attitude paling tidak memenuhi karakteristik curiosity speculativeness,
willingness to be objektive, willingness to suspend judgmen, dan tentativty. The
scientific method berarti masalah harus dapat diuji (testabe).
b. Sikap (Attitude)
Karakteristik yang harus dipenuhi antara lain: curiocity berarti adanya rasa ingin tahu
tentang bagaiamna sesuatu itu ada, bagaimana sifatnya, fungsinya, dan bagaimana
sesuatu dihubungkan dengan sesuatu yang lain. Speculativeness. Scientist harus
mempunyai usaha dan hasrat untuk mencoaba memecahkan masalah, melalui
hipotesis-hipotesis yang diusulkan. Willingness to be objektive, hasrat dan usaha untuk
bersikap dan bertindak objektif merupakan hal yang penting bagi seorang scientist.
Willingness to suspend judgmen, ini berarti bahwa seseorang scientist dituntut untuk
bertindak sabar dalam mengadakan observasi, dan bersikap bijaksana dalam
menemukan kebijakan berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan karena apa yang
ditemukan masih serba tentatif.
c. Metode (Method)
Sifat scientist method berkenaan dengan hipotesis yang kemudian diuji. Esensi
science terletak pada metodenya. Science sebagai teori, merupakan sesuatu yang
selalu berubah, berkenaan dengan sikap metode scientific, para scientist tidak selalu
memiliki ide yang (pasti) yang dapat ditunjukkan sebagai sesuatu yang absolut atau
mutlak.
d. Aktivitas (Activity)
Science adalah sesuatu lahan yang dikerjakan oleh para scientist, melalui apa yang
disebut scientific researah, terdiri atas dua aspek, yaitu individual dan sosial. Dari
aspek individual, science adalah aktivitas, yang dilakukan oleh seseorang. Adapun
dari aspek sosial, science has become a vast institutional undertaking. Scientist
menyuarakan kelompok orang-orang elite, dan scientist merupakan a never ending
journey, atau a never ending effort.
e. Kesimpulan (Conclusions)
Science lebih sering dipahami sebagai a body of knowledge. Body dari ide-ide ini
merupakan science itu sendiri. Kesimpulan yang merupakan pemahaman yang dicapai
sebagai hasil pemecahan masalah adalah tujuan dari science, yang diakhiri dengan
pembenaran dari sikap, metode, dan aktivitas.
f. Beberapa Pengaruh (Effects)
Sebagian dari apa yang dihasilkan melalui science pada gilirannya memberi sebagai
pengaruh. Pertimbangannya dibatasi oleh dua penekanan, yaitu pertama, pengaruh
ilmu terhadap ekologi, melalui apa yang disebut dengan applied science, dan kedua,
pengaruh ilmu terhadap alam dalam masyarakat serta membudayakannya menjadi
berbagai macam nilai.

Anda mungkin juga menyukai