M. DWI NURCAHYO
LUTFI ANDRIANSYAH
LIA ROSIATI
RISKI TRI WAHYUNI
GABRIEL TERRYUS CHRISTIE
AFIAH GANI
ZAYAT RAHMAN
LUKAS LEDE DAIRO
SERVUS YORIS
YOHANA MARSELINA SUSU
YOHA BENEDIKTA PHILIPS
TAOFIKURAHMAN
ANDREAS DODOK
ISNAINI ARIZA .P
JOLNIA OTNEL
SUWASTI LEURO PORO
NORBERTUS MILLA MESA
ULIL MUARIF
1. Latar belakang
Dokumentasi adalah bagian dari keseluruhan tanggung jawab perawat
untuk perawatan klien. Catatan klinis memfasilitasi pemberian perawatan,
meningkatkan kontinuitas perawatan, dan membantu mengoordinasikan
pengobatan dan evaluasi klien. Dan dokumentasi salah satu hal yang penting
dalam penerapan MAKP. Perawat profesional dimasa yang akan datang
dihadapkan pada suatu tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap
segala tindakan yang dilaksanakan. Kesalahan sekecil apapun yang dilakukan
akan berdampak terhadap citra keperawatan secara keseluruhan. Kesadaran
masyarakat menggunakan jasa pengacara untuk memperoleh, membela dan
meminta tanggung jawab serta tanggung gugat dalam perawatan kesehatan juga
semakin meningkat.Untuk itu dibutuhkan sebuah pendokumentasian yang lengkap
dan jelas (Lyer & Camp, 2004).
Dokumentasi merupakan suatu catatan yang dapat dijadikan bukti hukum
jika ditemukan suatu masalah yang berhubungan dengan kejadian yang terdapat
dalam catatan. Pada sistem Dokumentasi yang digunakan oleh Ruang Rawat Inap
RS Hastabrata Batu untuk saat ini adalah pendokumnetasian model Model
dokumentasi SOR merupakan model dokumentasi yang berorientasi pada sumber.
Model ini dapat diterapkan pada klien rawat inap, yang didalamnya terdapat
catatan pesan dokter yang ditulis oleh dokter, dan riwayat keperawatan yang di
tulis oleh perawat. Namun demikian, secara umum catatan ini berisi pesan dari
dokter. Catatan-catatan dalam model ini ditempatkan atas dasar disiplin orang atau
sumber yang mengelola pendokumentasian.
Sistem SOR yang digunakan dilengkapi dengan adanya format pengkajian
yang berupa model, pendokumentasian kadang tidak lengkap, pengkajian yang
berorientasi pada SOR, lembar asuhan keperawatan, resume keperawatan dan
buku penunjang lain yaitu buku injeksi, observasi suhu nadi, dan laporan hasil
perawat. Namun dalam pengisian dokumentasi keperawatan masih belum sesuai
standart, dikarenakan kurangnya efisiensinya waktu untuk pendokumentasian
keperawatan. Selain itu hambatan dalam pelaksanaan pendokumentasian kadang
tidak lengkap, format kurang sistematis terfokus dalam masalah medis dan
mobilisasi pasien yang tinggi sehingga pendokumentasian kurang optimal.
Maka dari itu Mahasiswa Profesi Ners pada Praktek Klinik Manajemen
akan mencoba melakukan pendokumentasian yang benar dan sesuai dengan
protap pendokumentasian. Pendokumentasian yang efektif menggunakan standart
terminology (pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi). Data
yang relevan dan bermanfaat dikumpulkan kemudian dicatat sesuai dengan
prosedur, diagnose keperawatan disusun berdasarkan klasifikasi dan analisa data
yang akurat, rencana tindakan keperawatan ditulis dan dicatat sebagai bagian dari
catatan yang permanen, observasi dicatat secara akurat, lengkap dan sesuai,
evaluasi dicatat sesuai dengan urutan waktu, rencana tindakan yang direfisi
berdasarkan hasil yang diharapkan klien.
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Menerapkan sistem dokumentasi yang efektif, efisien, akurat dan
menjamin kepastian hukum, sesuai dengan standart terminology (pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi).
2.2 Tujuan Khusus
2.2.1. Mengidentifikasi cara pengkajian dengan format ROS.
2.2.2. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan, tindakan dan perkembangan
klien dengan menggunakan system pendokumentasian model PIE.
2.2.3. Mendokumentasikan tindakan keperawatan dengan lembar observasi.
2.2.4. Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama atau
dengan pihakk lain melalui dokumentasi keperawatan yang efektif.
2.2.5. Melakukan timbang terima setiap pergantin shift.
2.2.6. Melakukan Ronde sesuai dengan standart.
2.2.7. Melakukan discharge-planning pada pasien yang akan pulang
2.2.8. Melakukan resume keperawatan pada pasien yang sudah pulang.
3. Manfaat
3.1. Sebagai bahan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan di depan
hukum.
3.2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
3.3. Sebagai sarana komunikasi terbuka antara perawat, klien, dan profesi
lain.
3.4. Mempunyai nilai penelitian, sebagai bahan atau objek riset
3.5. Sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan
3.6. Sebagai referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan
3.7. Mengawasi, mengendalikan, dan menilai kualitas askep yang diberikan
perawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Dokumentasi merupakan suatu catatan yang asli dapat dijadikan buktu
hukum, jika saat ditemukan masalah yang berhubungan dengan kejadian yang
terdapat dalam catatan tersebut. semua catatan otentik yang dapat dibuktikan
atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Dokumentasi memainkan peran
yang penting daam beberapa area hukum termasuk klaim malpraktek medis
(Hutahaean, 2010).
Dokumentasi keperawatan adalah bagian dari media komunikasi antara
perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan perawat lain atau dengan
tenaga kesehatan lain, serta pihak-pihak yang memerlukannya dan yang berhak
mengetahuinya. keterangan tertulis dari seluruh pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien, baik pasien yang mengalami rawat inap ataupun rawat
jalan (Dinarty, 2009).
2. Tujuan Dokumentasi Keperawatan
Tujuan dari pendokumentasian keperawatan adalah:
2.1. Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasiakn (menjelaskan)
perawatan klien termasuk perawatan individual, edukasi klien dan penggunaan
rujukan untuk pemulangan, adapun tujuan yang lain, diantaranya ;
2.1.1. Koordinasi asuhan keperawatan.
2.1.2. Mencegah informasi berulang.
2.1.3. Meminimalkan kesalahan dan meningkatkan asuhan keperawatan.
2.1.4. Penggunaan waktu lebih efisien.
2.2. Mekanisme pertanggungjawaban
2.2.1. Dapat dipertangggungjawabkan baik kualitas dan kebenaran.
2.2.2. Sebagai perlindungan hukum bagi perawat.
2.3. Metode pengumpulan data
2.3.1. Mencatat kemajuan pasien secara reliable dan objektif.
2.3.2. Mendeteksi kecenderungan yang mungkin terjadi.
2.3.3. Sebagai bahan penelitian.
2.3.4 Sebagai data statistik.
2.3.5. Berbagai aspek pasien : kebutuhan, kekuatan dan keadaan khusus.
Sarana untuk evaluasi
2.4. Sarana pelayanan keperawatan secara individu
2.4.1. Mencatat secara terintegrasi.
2.4.2. Sarana untuk meningkatkan kerjasama antar disiplin dalam tim kesehatan.
2.4.3. Sarana pendidikan lanjutan.
2.5. Memantau kualitas asuhan keperawatan yang diterima dan kompetensi
yang berhubungan untuk asuhan keperawatan.
3. Standar Dokumentasi Keperawatan
3.1 Kepatuhan terhadap aturan pendokumentasian yang ditetapkan oleh profesi
atau pemerintah. Pencatatan tersebut menyediakan pedoman penggunaan
singkatan, tanda tangan, metode jika ada kesalahan, dan peraturan jika data
terlambat masuk.
3.2 Standar profesi keperawatan dituliskan kedalam catatan kesehatan. Sesuai
dengan prosedur dalam catatan yang permanen. Data yang ada
menjabarkan apa yang dilakukan perawat.
3.3 Peraturan tentang praktek keperawatan dapat dilihat pada catatan pelayanan
kesehatan. Data yang tertulis menunjukkan kegiatan perawat yang
independent dan interdependen.
3.4 Pedoman akreditasi harus diikuti. Penekanan yang khusus pada data
tentang kegiatan observasi dan evaluasi.
Kelebihan :
1. Memungkinkan penggunaan proses keperawatan.
2. Rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
3. Memungkinkan pemberian asuhan keperawatan yang continue karena
secara jelas mengidentifikasi masalah klien dan intervensi keperawatan.
4. Perkembangan klien mulai dari klien masuk sampai pulang dapat dengan
mudah digambarkan.
5. Dapat diadaptasi untuk catatan yang otomatis.
Kelemahan :
1. Tidak dapat dipergunakan untuk pencatatan untuk semua disiplin ilmu.
2. Pembatasan rencana tindakan yang tidak aplikatif untuk beberapa situasi
keperawatan.
PERENCANAAN
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dilaksanakan selama praktik
manajemen keperawatan mulai tanggal .
2. Metode
a. Format pengkajian menggunakan review of system
b. Format catatan keperawatan menggunakan PIE (Problem Intervensi
Evaluasi)
3. Instrumen
a. Format pengkajian
b. Catatan keperawatan PIE/ SAK
c. Lembar observasi
d. Resume keperawatan
e. Standart operasinal perawatan
f. Petunjuk teknis pengisian format pengkajian
g. Petunjuk teknis pengisian catatan keperawatan PIE
4. Pengorganisasian
Struktur Pengorganisasian Tanggal 18 April 2016
Karu :
Katim Pagi :
Anggota :
Pembimbing :
:
Kriteria Hasil
1) Pelaksanaan dokumentasi dapat dilaksanakan dengan baik.
2) Semua pasien terdokumentasi dengan baik
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT PENGKAJIAN
1. Pengisian tanggal MRS, no register, tanggal pengkajian, tanggal masuk,
diagnosa medis, jam masuk ruangan.
2. Identitas diisi sesuai dengan identitas klien, informasi identitas klien
atau keterangan lainnya berdasarkan keterangan dari klien / keluarga /
catatan dan identitas resmi
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien MRS, tanyakan keluahan / hal yang menjadi sebab utama klien
atau alasan klien datang ke rumah sakit, jabarkan dalam metode
pengkajian PQRST (paliativ/provokatif, Quality, Severe/Scale,
Region/radiation, Time) terhadap terjadinya penyakit atau keluahan
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengisian terhadap riwayat penyakit yang pernah dialami, seperti
riwayat penyakit kronik dan menular, riwayat alergi
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji tentang riwayat penyakit yang pernah dialami oleh keluarga
6. Pengkajian Fisik
a. Tanda tanda vital
Observasi tanda tanda vital meliputi tekanan darah, suhu,
frekwensi nadi dan pernapasan
b. Sistem Pernapasan
Di kaji tentang keluhan sesak, batuk, nyeri dada saat bernapas,
keteraturan irama napas, jenis pernapasan, penggunaan alat bantu
pernapasan (oksigen). Jika ada keluhan, data penunjang ditulis
dalam kolom lain lain.
c. Sistem Kardiovascular
Di kaji adanya keluhan nyeri dada, pemeriksaan terhadap suara
jantung (S1/S2, irama, suara jantung tambahan), pengukuran
capilary revil time (CRT) apakah normal (<3 dtk) atau tidak normal
(> 3 dtk), apaka peningkatan JVP, konjungtiva anemis atau tidak.
d. Sistem Persyarafan
Di kaji adanya keluhan pusing, tingkat kesadaran , pemeriksaan
pupil mata dengan menggunakan pen light apaka isokor/anisokor,
pembesaran pupil, adanya tanda kaku kuduk, kelumpuhan di organ
tubuh, gangguan persepsi sensorik
e. Sistem Perkemihan
Di kaji keluhan saat berkemih, adakah keluhan urine keluar sedikit,
disertai nyeri dan darah, jumlah urine sedikit atau banyak, urine
sulit keluar. Intake cairan yang dikonsumsi sehari hari (jumlah,
jenis)
f. Sistem Pencernaan
Di kaji tentang keluhan di mulut seperti keluhan nyeri telan, adanya
luka di rongga mulut (stomatitis). Pemeriksaan abdomen adakah
nyeri tekan, distensi, jejas, diet yang dikonsumsi (jenis, frekwensi,
jumlah)
g. Sistem Musculoskeletal dan Integumen
Di kaji adanya keluhan pergerakan sendi yang terbatas, kelainan
fisik dari keempat ekstermitas, kelainan tulang belakang, kondisi
kulit (sianosis, iketrus,akral dingin, turgor)
h. Sistem Endokrin
Dilakukan pemeriksaan fisik terhadap pembesaran kelenjar tyroid,
pembesaran kelenjar getah bening ( konsistensi, pembesaran dan
lokasi)
7. Pengkajian Psikososial
Perlu di kaji tentang persepsi klien terhadap penyakit yang di derita saat
ini, ekspresi klien terhadap respon penyakitnya, reaksi saat interaksi
(kooperatif/tidak kooperatif), adanya gangguan konsep diri (gambaran
diri, harga diri, identitas, ideal diri dan peran)
8. Pemeriksaan Penunjang
Didokumentasikan tentang hasil dari pemeriksaan penunjang ( laborat,
rontge, USG, MRI, EKG dll serta terapi kolaboratif)
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN PIE