KONSELING GIZI
OLEH
DARA ANANDA
P01031214011
PRODI D IV GIZI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan rahmat
dan karunianya sehingga saya dapat melaksanakan Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL) dalam rangka Mata Kuliah Konseling Gizi pada tanggal 13 Juli
2017 di Desa Sekip, Kecamatan Lubuk Pakam.
Terlaksananya program PBL ini dan tersusunnya laporan ini berkat bantuan
fisik maupun non fisik. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
Setitik harapan dari saya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya bagi Desa sebagai bahan tindak lanjut untuk mengatasi masalah
kesehatan Gizi Anak Balita. Akhirnya saya memohon maaf sebesar-besarnya
apabila dalam pelaksanaan Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) ini ada
hal-hal yang kurang berkenan bagi pihak yang terlibat .
Penulis
LATAR BELAKANG
Pemberian makan yang tidak tepat pada bayi dan anak dapat menyebabkan
anak menderita kurang gizi. Growth faltering atau fenomena gagal tumbuh pada
balita di Indonesia mulai terjadi pada bayi usia 4-6 bulan ketika bayi mulai diberikan
MP-ASI dan terus memburuk hingga usia 18-24 bulan.Kekurangan gizi memberi
kontribusi 2/3 kematian balita dan 2/3 kematian tersebut terkait dengan 1 2 praktik
pemberian makan yang tidak tepat pada bayi dan anak usia dini (WHO/UNICEF,
2003). Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa persentase menyusui eksklusif
pada bayi umur 0 bulan adalah 39,8 % dan semakin menurun dengan bertambahnya
umur bayi dimana pada bayi umur 5 bulan hanya 15,3% yang menyusu eksklusif.
Sedangkan untuk pemberian makanan prelakteal kepada bayi baru lahir sebesar
43,6% dengan jenis makanan prelakteal yang banyak diberikan berupa susu formula,
madu dan air putih.
Jika pengetahuan dan kemampuan kader posyandu dan orang tua balita dalam
menafsirkan KMS kurang maka akan berakibat terjadinya kesalahan penafsiran
pertumbuhan sehingga tidak diketahui penyimpangan. Gizi buruk yang seharusnya
terdeteksi secara dini tak dapat dilakukan pada akhirnya terjadilah keterlambatan
dalam intervensi dan penatalaksanaanya, Sebaliknya jika keder dan orang tua balita
mampu mengisi dan menafsirkan KMS dengan baik maka keadaan kurang gizi akan
cepat terdeteksi dan cepat tertangani sehingga status gizi balita menjadi baik
(Lenocoly, 2008).