Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN MANUSIA SEBAGAI MAKLUK SOSIAL DENGAN PENYAKIT

DEFISIENSI

MAKALAH

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Biologi sosial
yang dibimbing oleh Ibu Siti Imroatul Muslikah, S.Si, M.Si

Disusun oleh:

Stefanus Nahas 120342410319

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
JULI 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup dengan sendiri. Manusia diciptakan
oleh ALLAH sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Di dalam
kehidupannya manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Hal ini
merupakan salah satu kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan dengan manusia lain.
Selain itu manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam mengembangkan potensi-
potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya, tetapi membutuhkan
bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya, tidak ada manusia
yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia
hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu dengan lainnya.

Penyakit defisiensi adalah sekumpulan aneka penyakit yang karena memiliki satu atau
lebih ketidaknormalan sistem, dimana kerentanan terhadap infeksi meningkat. Maka dari itu
dibuat makalah ini dengan tujuan untuk mengetahui hubungan manusia sebagai makluk sosial
dengan penyakit defesiensi.

B. Tujuan :

Tujuan penulisan makalah ini agar penulis dan pembaca mengetahui hubungan
Manusia Sebagai Makluk Sosial dengan Penyakit defesiensi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian.

Secara kodrat, manusia merupakan makhluk monodualistis, artinya selain sebagai


makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial,
manusia dituntut untuk mampu bekerjasama dengan orang lain sehingga tercipta sebuah
kehidupan yang damai. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan
dengan tegak.

Dengan bantuan orang lain, manusia bisa makan menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensinya kemanusiaannya.
Seseorang memiliki sikap sosial apabila ia memperhatikan atau berbuat baik terhadap orang
lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap sosial merupakan beberapa tindakan
menuju kebaikan terhadap sesamanya. Selain itu, Manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial
karena pada diri manusia ada dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain. Manusia
memiliki kebutuhan mencari kawan. Kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, sering
kali didasarkan kepentingan dan persamaan ciri.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial dengan beberapa
alasan, yaitu:

Ada dorongan untuk berinteraksi.


Manusia tunduk pada aturan norma sosial.
Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan satu sama lain.
Potensi manusia akan benar-benar berkembang apabila ia hidup ditengah-tengah
manusia.
B. Interaksi Sosial

Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal
balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi
adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam
pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari
tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial adalah hubungan antar
dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

C. Penyakit Defisiensi
Defisiensi nutrisi atau malnutrisi adalah kondisi ketika manusia tidak mendapatkan unsur
pembangun tubuh seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam kadar ideal agar tubuh
bisa berfungsi dengan baik. Hal ini membuat tubuh lebih rentan terserang penyakit.
Makanan yang tidak seimbang mengakibatkan penyakit gangguan gizi dan gizi buruk.
Gangguan gizi adalah suatu keadaan akibat zat makanan yang masuk dalam tubuh tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh. Gizi buruk adalah suatu keadaan dimana kebutuhan tubuh
terhadap berbagai zat makanan tidak terpenuhi dalam jangka waktu yang lama.
1. Penyakit KEP (kurang energy dan protein)
Penyekit KEP dibedakan menjadi dua yaitu: marasmus dan kwashiorkor.
Marasmus adalah penyakit kelaparan atau kekurangan energi. Ciri-cirinya antara lain otot
mengecil, tidak ada lapisan lemak, wajah tampak tua, berat badan sangat kurang.
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan kekurangan protein. Ciri-cirinya antara lain
otot tidak berkembang baik, kaki bengkak, rambut coklat, dan mudah rontok, edema, dan
perut membuncit.
2. Rabun Senja (Xeroftalmia)
Penderita rabun senja tidak dapat melihat pada waktu senja hari. Penyebab rabun senja
antara lain adalah tidak adanya cadangan vitamin A dalam tubuh anak sewaktu lahir, kadar
vitamin pada ASI rendah sehingga kekurangan Vitamin A serta anak tidak menyenangi
makanan yang berbahan makanan yang mengandung vitamin A seperti wortel tomat dan
papaya.
3. Anemia (kekurangan sel darah merah)
Penyebab Anemia antara lain karena kekurangan zat besi dalam tubuh sehingga
Hemoglobin di dalam tubuh menjadi rendah, kekurangan zat besi, pendarahan usus, genetik,
kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat dan gangguan sum-sum tulang belakang.
Selain itu sel-sel darah merah juga dapat berkurang karena infeksi cacing tambang.
Akibat dari anemia adalah transportasi sel darah akan terganggu dan jaringan tubuh si
penderita anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi. Gelaja
anemia antara lain merasa cepat lelah, pucat, gelisah dan terkadang sesak.
4. Penyakit Gondok (Pembengkakan Kelenjar Gondok)
Penyebab penyakit gondok antara lain kekurangan iodium dalam setiap makanannya dan
terdapatnya kadar zat kapur yang tinggi pada air minum. Apabila kekurangan iodium,
kelenjar gondok akan bekerja keras agar produksi hormone tiroid terpenuhi. Akibatnya
kelenjar gondok akan membengkak. Penderita gondok dapat mengalami penurunan
kecerdasan dan pertumbuhannya terhambat.
Penyebab penyakit gondok antara lain obat-obatan, penghancuran tiroid, kekurangan
yodium berat, penyakit Graves, pengeluaran yang abnormal dari TSH (thyroid stimulating
hormone), tiroidits ( peradangan kelenjar tiroid) dan konsumsi yodium yang berlebih.
5. Defisiensi imun
Defisiensi imun ialah fungsi system imun yang meurun atau tidak berfungsi dengan baik.
Secara garis besar defisiensi imun dibagi menjadi dua golongan, yaitu defisiensi kongenital
dan defisiensi imun dapatan. Penyakit defisiensi imun adalah sekumpulan aneka penyakit
yang karena memiliki satu atau lebih ketidaknormalan sistem imun, dimana kerentanan
terhadap infeksi meningkat.

. Macam-macam Penyakit Defisiensi Imun


1) Common Variable Immunodefisiensi
Merupakan Immunodefisiensi yang berubah-ubah terjadi pada pria dan wanita pada usia
berapapun, tetapi biasanya baru muncul pada usia 10-20 tahun. Penyakit ini terjadi akibat
sangat rendahnya kadar antibodi meskipun jumlah limfosit Bnya normal. Pada beberapa
penderita limfosit T berfungsi secara normal, sedangkan pada penderita lainnya tidak.
Sering terjadi penyakit autoimun, seperti penyakit Addison, tiroiditis dan artritis
rematoid. Biasanya terjadi diare dan makanan pada saluran pencernaan tidak diserap dengan
baik. Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita. Jika terjadi
infeksi diberikan antibiotik.

2) Kekurangan antibody selektif


Pada penyakit ini, kadar antibodi total adalah normal, tetapi terdapat kekurangan antibodi
jenis tertentu. Yang paling sering terjadi adalah kekurangan IgA. Kadang kekurangan IgA
sifatnya diturunkan, tetapi penyakit ini lebih sering terjadi tanpa penyebab yang
jelas. Penyakit ini juga bisa timbul akibat pemakaian fenitoin (obat anti kejang).
Sebagian besar penderita kekurangan IgA tidak mengalami gangguan atau hanya
mengalami gangguan ringan, tetapi penderita lainnya bisa mengalami infeksi pernafasan
menahun dan alergi. Jika diberikan transfusi darah, plasma atau immunoglobulin yang
mengandung IgA, beberapa penderita menghasilkan antibodi anti-IgA, yang bisa
menyebabkan reaksi alergi yang hebat ketika mereka menerima plasma atau immunoglobulin
berikutnya. Biasanya tidak ada pengobatan untuk kekurangan IgA. Antibiotik diberikan pada
mereka yang mengalami infeksi berulang. .1[4]
3) Hippogammaglobulin sementara pada bayi
Pada penyakit ini, bayi memiliki kadar antibodi yang rendah, yang mulai terjadi pada usia 3-6
bulan. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang lahir prematur karena selama
dalam kandungan, mereka menerima antibodi ibunya dalam jumlah yang lebih sedikit.
Beberapa bayi (terutama bayi prematur) sering mengalami infeksi. Penyakit ini tidak
diturunkan, dan menyerang anak laki-laki dan anak perempuan. Sebagian bayi mampu
membuat antibodi dan tidak memiliki masalah dengan infeksi, sehingga tidak diperlukan
pengobatan. Pemberian immunoglobulin sangat efektif untuk mencegah dan membantu
mengobati infeksi. Biasanya diberikan selama 3-6 bulan jika perlu, bisa diberikan antibiotik
4) Agammaglobulinemia X-linked
Agammaglobulinemia X-linked (agammaglobulinemia Bruton) hanya menyerang anak
laki-laki dan merupakan akibat dari penurunan jumlah atau tidak adanya limfosit B serta
sangat rendahnya kadar antibodi karena terdapat kelainan pada kromosom X.
Bayi akan menderita infeksi paru-paru, sinus dan tulang, biasanya karena bakteri
(misalnya Hemophilus dan Streptococcus) dan bisa terjadi infeksi virus yang tidak biasa di
otak.
Tetapi infeksi biasanya baru terjadi setelah usia 6 bulan karena sebelumnya bayi memiliki
antibodi perlindungan di dalam darahnya yang berasal dari ibunya.Jika tidak mendapatkan
vaksinasi polio, anak-anak bisa menderita polio. Mereka juga bisa menderita artritis. Anak
laki-laki penderita agammaglobulinemia X-linked banyak yang menderita infeksi sinus dan
paru-paru menahun dan cenderung menderita kanker.
Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita agar penderita
memiliki antibodi sehingga bisa membantu mencegah infeksi. Jika terjadi infeksi bakteri
diberikan antibiotik.2[5]
(a) Kandidiasis mukokotaneus kronis
Kandidiasi mukokutaneus kronis terjadi akibat buruknya fungsi sel darah putih, yang
menyebabkan terjadinya infeksi jamur Candida yang menetap pada bayi atau dewasa muda.
Jamur bisa menyebabkan infeksi mulut (thrush), infeksi pada kulit kepala, kulit dan kuku.
Penyakit ini agak lebih sering ditemukan pada anak perempuan dan beratnya bervariasi.
Beberapa penderita mengalami hepatitis dan penyakit paru-paru menahun. Penderita lainnya
memiliki kelainan endokrin (seperti hipoparatiroidisme). Infeksi internal oleh Candida jarang
terjadi.
Biasanya infeksi bisa diobati dengan obat anti-jamur nistatin atau klotrimazol. Infeksi
yang lebih berat memerlukan obat anti-jamur yang lebih kuat (misalnya ketokonazol per-oral
atau amfoterisin B intravena). Kadang dilakukan pencangkokan sumsum tulang.
Daftar Pustaka:

Effendi, Ridwan. (2007). Panduan kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial, Budaya, dan
Teknologi .Bandung: CV. Maulana media Grafika

Harsono Sunaria, Nono. (2010). Bahan belajar mandiri sosiologi-antropologi Pendidikan.


Bandung.

Interaksi Sosial ; Definisi, Bentuk, Ciri dan Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial.
[Online]. Tersedia:http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/interaksi-sosial-definisi-
bentuk-ciri.html. [02 Maret 2011].

Sofa, Pakde. (2008). Bidang Kajian Sosiologi dan Interaksi Sosial. [Online].
Tersedia:http://massofa.wordpress.com/2008/02/06/bidang-kajian-sosiologi-dan-
interaksi-sosial/. [02 Maret 2011].

Sunny. (2009). InteraksiSosial. [Online]. Tersedia:


http://ilmupsikologi.blogspot.com/2009/05/interaksi-sosial.html. [12 juli 2017].

Anda mungkin juga menyukai