Anda di halaman 1dari 17

0BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam undang-undang diupayakan seadil-adil mungkin dalam
pembuatannya dan juga penerapan undang-undang tersebut. Dan juga tidak di
kesampingkan hak dari pada terpidana. Ini jelas terlihat dari kesempatan yang
diberikan undang-undang dalam berbagai tingkatan. Misalnya saja seseorang yang
tidak puas dengan keputusan pengadilan maka dia mempunyai hak untuk
mengajukan kembali ketidaksetujuannya itu kepada pengadilan tinggi.

Namun semua itu ada syarat yang telah ditetapkan dalam UU, misalnya saja ada
bukti yang terbaru atau novum yang dapat meringankan atau bahkan
membebaskan si terdakwa dari putusan pengadilan pertama atau pengadilan
negeri. Untuk pengajuan banding itu ada batasan waktu yang jika melewati
batasan tersebut maka putusan pengadilan negeri atau pengadilan tingkat pertama
telah disetujui oleh pihak yang telah di dakwa oleh pengadilan.

Jika sebuah keputusan pada tingkat banding juga tidak memuaskan salah satu
pihak, maka pihak yang merasa tidak puas dengan keputusan tersebut dapat
mengajukan peninjauan kembali (PK) pada tingkatan Mahkamah Agung (MA)
dalam bentuk kasasi. .

Maka dalam makalah ini kami mencoba membahas tentang procedure atau
tatacara dalam pengajuan banding dan kasasi atau lebih tepastnya tentang Upaya-
upaya Hukum dalam undang-undang pengadilan di Indonesia serta perlawanan
pihak ketiga.

1
2. Rumusan Masalah
a. Seperti apa pengajuan upaya hukum?
b. Apakah yang dimaksud dengan perlawanan pihak ketiga dalam hukum
acara perdata?
3. Tujuan Penulisan
a. Untuk Mengetahui apa itu pengajuan upaya hukum.
b. Untuk Mengetahui apa dengan perlawanan pihak ketiga dalam hukum
acara perdata.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian upaya hukum

Tujuan utama dalam suatu proses di muka Pengadilan adalah untuk


memperoleh putusan Hakim yang berkekuatan hukum tetap. Akan tetapi, setiap
putusan yang dijatuhkan oleh Hakim belum tentu dapat menjamin kebenaran
secara yuridis, karena putusan itu tidak lepas dari kekeliruan dan kekhilafan,
bahkan tidak mustahil bersifat memihak. Agar kekeliruan dan kekilafan itu dapat
diperbaiki, maka demi tegaknya kebenaran dan keadilan, terhadap putusan Hakim
itu dimungkinkan untuk diperiksa ulang. Cara yang tepat untuk dapat
mewujudkan kebenaran dan keadilan itu adalah dengan melaksanakan upaya
hukum. Jadi, Upaya hukum merupakan Upaya atau alat untuk mencegah atau
memperbaiki kekeliruan dalam suatu putusan (Krisna Harahap, 2003 : 114-115).

Upaya hukum merupakan hak terdakwa yang dapat dipergunakan apabila


siterdakwa merasa tidak puas atas putusan yang diberikan oleh pengadilan.
Karena upaya hukum ini merupakan hak, jadi hak tersebut bisa saja dipergunakan
dan bisa juga siterdakwa tidak menggunakan hak tersebut. Akan tetapi, bila hak
untuk mengajukan upaya hukum tersebut dipergunakan oleh siterdakwa, maka
pengadilan wajib menerimanya. Hal ini dapat dilihat dalam KUHAP pada
rumusan pasal 67 yang menyatakan: terdakwa atau penuntut umum berhak untuk
minta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama, kecuali terhadap
putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah
kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan acara cepat

KUHAP membedakan upaya hukum kepada dua macam, Upaya hukum biasa dan
upaya hukum luar biasa (istimewa). Upaya hukum biasa terdiri dari dua bagian,
bagian kesatu tentang pemeriksaan tingkat banding, dan bagian kedua adalah
pemeriksaan kasasi. Sedangkan uapaya hukum luar biasa adalah peninjauan

3
kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Upaya Hukum Biasa .


1. Pemeriksaan Tingkat Banding .
Dari segi formal , pemeriksaan banding merupakan upaya yag data diminta oleh
pihak yang berkepentingan , supaya putusan peradilan tingkat pertama diperiksa
lagi dalam peradilan tingkat banding. Dengan kata lain undang-undang memberi
upaya kepada pihak yang berkepentingan untuk mengajukan permintaan
pemeriksaan putusan peradilan tingkat pertama kepada peradilan tingkat banding.

Ditijau dari segi tujuan pemeriksaan tingkat banding mempunyai beberapa


maksud antara lain sebagai berikut: :

Memperbaiki kekeliruan putusan tingkat pertama .

Pada dasarnya segala putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan mengenai hakim
tak luput dari kesalan, kelalaian, dan kekhilafan. Agar kesalahan dan kelalaian
tersebut tidak melekat pada putusan yang dijatuhkan, undang-undang memberikan
kesempatan untuk melakukan upaya hukum yang bertujuan untuk mengoreksi
kekeliruan yang ada dalam putusan tersebut koreksi atau perbaikan atas kesalahan
putusan tingkat pertama tersebut dibebankan kepada peradilan tingkat banding
dalam pemeriksaan tingkat banding. .

Mencegah kesewenangan dan penyalahgunaan jabatan .

Tidak dapat dibayangkan seandainya undang-undang tidak membuka pemeriksaan


tingkat banding, peradilan tingkat pertama bisa saja terjerumus kepada
kesewenangan dan penyalahgunaan jabatan karena putusan tersebut telah absolut.
akan tetapi dengan adanya upaya banding hal ini mempengaruhi peradilan tigkat
pertama untuk lebih berhati-hati dan korektif karena ada kemungkinan putusan
yang dijatuhkannya akan di uji kebenarannya pada peradilan tingkat banding.

4
Untuk Menciptakan keseragaman Penerapan hukum .

Yang dimaksud dengan keseragaman penerapan hukum adalah sesuainya dalam


menafsirkan salah atau tidaknya suatu perbuatan menurut undang-undang . Baik
dari sudut pandang peradilan tingkat pertama maupun peradilan tingkat banding.
Hal ini untuk menghindari terjadinya penerapan putusan peradilan yang saling
tidak bersesuaian antar peradilan . .

Mengenai pemeriksaan tingkat banding dalam KUHAP dapat dilihat pada pasal
233 243, diantaranya dibahas antara lain mengenai :

Penerimaan permintaan banding. .

Penerimaan permohonan banding dilakukan atas alasan permintaan yang


memenuhi persyaratan undang-undang, diantaranya : :

Permohonan banding memenuhi syarat. .

Hal ini dapat dilihat dalam pasal 233 yang antara lain memuat :

- Permohonan diajukan kepada panitera pengadilan negeri yang memutus


perkara tersebut. .

- Permohonan banding diajukan terhadap putusan yang dapat diminta


banding.

- Permintaan banding diajukan dalam tenggang waktu yang ditentukan yakni


7 hari sesudah putusan dijatuhkan. .

Tatacara penerimaan banding .

5
- permohonan permintaan banding disampaikan kepada panitera pengadilan
negeri yang memutus perkara tersebut, dalam hal ini panitera wajib membuat akta
permintaan banding yang di tandatangani oleh pemohon.

- Permohonan banding juga dapat dilakukan tanpa menghadap langsung pada


panitera yang mungkin karena pemohon berhalangan.

- Yang berhak mengajukan permintaan banding antara lain terdakwa, orang yang
khusus dikuasakan terdakwa, petuntut umum, terdakwa dengan petuntut umum
yang sekaligus sama-sama mengajukan banding.

permintaan banding wajib diberitahukan kepada pihak lain agar mereka dapat
mempersiapkan diri. .
Tenggang waktu pengiriman berkas paling lambat 14 hari terhitung sejak
permohonan banding diajukan. .
Memori dan kontra memori banding adalah uraian atau risalah yang memuat
tanggapan keberatan terhadap putusan yang dijatuhkan pengadilan tingkat
pertama, hal ini diajukan oleh pemohon untuk mengemukakan kelemahan dan
ketidaktepatan penafsiran atau penerapan hukum yang terdapat dalam putusan
pengadilan tingkat pertama. Kontra memori banding ini merupakan hak kepada
pemohon, bukan kewajiban hukum jadi tanpa memori banding pun perkara tetap
diperiksa.
Pencabutan permohonan banding dapat dilakukan selama perkara banding
belum diputuskan oleh pengadilan tinggi, jadi apabila telah dicabut permintaan
banding keatas perkara tersebut tidak dapat diajukan lagi.
Pemeriksaan pada tingkat banding hanya berdasarkan berkas perkara yang
terdiri daripada : :

- berita acara pemeriksaan penyidik .

- berita acara pemeriksaan disidang pengadilan negeri .

6
- semua surat yang timbul selama pemeriksaan sidang negeri sepanjang surat
tersebut berhubungan dengan perkara .

- putusan yang dijatuhkan pengadilan negeri .

Walaupun di pengadilan tinggi pemeriksaan hanya didasarkan atas berkas perkara,


namun tidak menuntut kemungkinan pihak pengadilan tinggi mendengar langsung
pernyataan yang dianggap perlu kepada pihak yang bersangkutan

bentuk putusan tingkat banding dapat berupa : :

1) menguatkan putusan pengadilan negeri. Baik secara murni maupun dengan


tambahan pertimbangan atau bisa juga menguatkan putusan dengan alasan
pertimbangan lain .

2) Mengubah atau memperbaiki putusan peradilan negeri, dapat berupa :

- perubahan atau perbaikan kualifikasi tindak pidana .

- perubahan atau perbaikan mengenai alat bukti .

- perubahan atau perbaikan pemidanaan .

2. Pemeriksaan Tingkat Kasasi .

Kasasi merupakan upaya hukum tingkat kedua setelah pemeriksaan tingkat


banding. Aturan formil menegnai procedure dalam beracara pada pemeriksaan
tingkat kasasi ini dapat dilihat dalam KUHAP pasal 244 sampai pasal 258.

Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan oleh pengadilan negeri dan
pengadilan tinggi, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan kasasi

7
permintaan pemeriksaan kasasi pada Mahkamah Agung, kecuali terhadap putusan
bebas. Upaya-upaya kasasi ini juga merupakan hak yang diberikan kepada
terdakwa maupun penuntut umum. .

Tujuan upaya kasasi antara lain adalah untuk mengoreksi kesalahan putusan
pengadilan bawahan, dapat juga putusan yang dikeluarkan oleh mahkamah agung
itu merupakan koreksi sekaligus menciptakan hukum baru dalam bentuk
yurisprudensi. Disamping itu juga kasasi dari mahkamah agung juga merupakan
bentuk pengawasan terciptanya keseragaman penegakan hukum.

Dalam buku yang dikarang oleh M.Yahya beliau menjelaskan setidak ada tiga alas
an yang dibenarkan oleh UU untuk mengajukan kasasi, di antaranya:

Untuk menguji apakah benar suatu peraturan hukum telah diterapkan


sebagaimana mestinya atau tidak. .
Untuk menguji apakah benar cara mengadili telah dilaksanakan berdasarkan
ketentuan UU. .
Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.

Prosedur permohonan kasasi antara lain meliputi : :

- pengajuan permohonan kasasi kepada panitera pengadilan yang telah


memutuskan perkaranya dalam waktu 14 hari sesudah putusan dan ditandai
dengan adanya tanda terima penyerahan memori kasasi.

- permintaan tersebut ditulis oleh panitera yang kemudian ditandatangani oleh


panitera dan pemohon serta dicatat dalam berkas perkara.

- Permintaan kasasi wajib diberitahukan kepada semua pihak yang


berkepentingan.

8
- Pemeriksaan kasasi dilakukan dengan sekurang-kurangnya tiga orang
hakim meliputi berkas perkara. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya
pemeriksaan tambahan. .

Upaya Hukum Luar Biasa .

Disebut upaya hukum luar biasa karena: :

Diajukan dan ditujukan terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan


hukum yang tetap. .
Upaya ini hanya dapat dilakukan dalam keadaan tertentu, bukan terhadap
semua putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum yang tetap.
Upaya hukum luar biasa diajukan kepada mahkamah agung sebagai pemeriksa,
serta pembuat keputusan sebagai instansi pertama dan terakhir.

Upaya hukum luar biasa UU menggolongkannya kepada dua bagian:

Kasasi demi kepentingan hukum .

Procedure hukum beracara dalam pemeriksaan tingkat kasasi demi kepentingan


hukum dapat dilihat dalam KUHAP pasal 259 sampai pasal 262. Terhadap semua
putusan pengadilan kecuali putusan mahkamah agung, dapat diajukan kasasi demi
kepentingan hukum dengan syarat putusan pengadilan itu telah berkekuatan
hukum yang tetap. Jadi, hanya terbatas pada putusan pengadilan negeri dan
putusan pengadilan tinggi. .

Pada dasarnya procedure pengajuan kasasi demi kepentingan hukum ini sama
halnya dengan beberapa upaya hukum yang telah dijelaskan diatas. Yakni,
permohonan nya disampaikan kepada panitera pengadilan tingkat pertama yang
selanjutnya oleh panitera disampaikan kepada pihak yang berkepentingan yang
dilampirkan dalam berkas perkara. .

9
Peninjauan Kembali (PK) putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum yang tetap .

Tata cara beracara pada peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum yang tetap (PK) dapat dirujuk pdalam KUHAP
pasal 263-269. .

Yang membedakan PK dengan kasasai demi kepentingan hukum adalah bahwa


kasasi demi kepentingan hukum dikecualikan atas putusan mahkamah agung,
sedangkan PK dapat diajukan atas semua bentuk keputusan dan dari segala
instansi baik itu putusan dari pengadilan negeri, pengadilan tinggi, maupun
mahkamah agung sendiri. Perbedaannnya juga terdapat pada pihak yang dapat
mengajukan permohonan PK yakni hanya terpidana atau ahli warisnya, sedangkan
Jaksa agung tidak dapat mengajukan PK. .

Tetapi pada masa belakangan ini terutama sejak lahir putusan No. 55 PK/Pid/1996
yang menerima secara formal permintaan peninjaun kembali oleh penuntut umum
dalam kasus Muchktar Pak Pahan telah menimbulkna perdebatan diberbagai
kalangan dan menjadi preseden bagi penuntut umum untuk mengajukan PK.
Bahkan hingga saat ini ada beberapa permintaan PK yang terdaftar di Mahkamah
Agung yang diajukan oleh penuntut umum. .

Alasan pokok yang dapat dijadikan dasar permintaan PK ialah disebut didalam
pasal 263 ayat 2 adalah: :

Novum, yakni adanya keadaan baru yang mempunyai sifat dan kualitas untuk
meringankan terpidana. baik itu meringankan dari segi dia bisa bebas atau lepas
dari segala tuntutan hukum atau meringankan dari segi tuntutan penuntut umum
tidak dapat diterima atau bisa juga meringankan dari segi pidana yang dia terima.
Apabila terdapat pertentangan dalam berbagai putusan. misalnya adanya
pertentangan antara putusan perdata dengan putusan pidana. Sebagai contoh:

10
terdakwa yang berstatus sebagai direktur BPD dijatuhi pidana karena bersalah
melakukan kejahatan penggelapan dalam jabatan karena menjual tanah jaminan di
bawah tangan tanpa melalui PUPN (pasal 374 KUHP). Tetapi dalam perkara
perdata pengadilan perdata menyimpulkan bahwa penjualan dibawah tangan atas
barang jaminan yang dilakukan tersebut adalah sah dan tidak bertentangan dengan
cara yang ditentukan oleh UU. Nah, dalam kasus seperti ini terpidana dapat
menjadikannya sebagai alasan yang mendasari permintaan peninjauan kembali.
Apabila terdapat kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam putusan.

Tata cara mengajukan peninjauan kembali meliputi: ;

a) Permintaan peninjauan kembali diajukan baik secara tertulis maupun lisan


dengan mengemukakan alasan-alasan yang mendasari permintaan peninjauan
kembali kepada panitera yang memutus perkara itu pada tingkat pertama tanpa
batas waktu. .

b) Kemudian panitera membuat akta permintaan PK yang ditanda tangani oleh


permohonan panitera. Kemudian berkas tersebut disampaikan kepada mahkamah
agung melalaui ketua pengadilan.

B. Perlawanan pihak ketiga (derden verzet)


Derden verzet dilakukan apabila putusan pengadilan merugikan pihak ketiga.
Derden verzet termasuk upaya hukum luar biasa karena pada dasarnya suatu
putusan hanya mengikat para pihak yang berperkara saja dan tidak mengikat
pihak ketiga (pasal1917 KUHPer), ,

Perlawanan pihak ketiga (derden verzet), diatur dalam Buku I. titel 10 dari
Reglemen Hukum Acara Perdata untuk Raad van Justitie dan Hooggerechtshof
(pasal 378 - 384).Pokoknya, ialah bahwa orang ketiga dapat mengajukan
keberatan terhadap sesuatu keputusan yang dapat merugikan haknya, jikalau baik

11
ia sendiri ataupun yang ia wakili, tidak pernah dipanggil di dalam perkaranya atau
tidak ikut serta sebagai pihak. .

Sudikno Mertokusumo memberi definisi atas derden verzet sebagai berikut:

Perlawanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang hak-haknya dirugikan kepada
hakim yang menjatuhkan putusan yang dilawan itu dengan menggugat para pihak
yang bersangkutan dengan cara biasa. .

Definisi lain diberikan oleh hukumpedia.com sebagai berikut: :

Perlawanan pihak ketiga atas putusan pengadilan. Dimana pihak ketiga merasa
kepentingannya dilanggar atas putusan tersebut. Prinsipnya, kepentingan pihak
ketiga yang dilanggar itu harus dibuktikan dengan bukti otentik.

Derden verzet terhadap sita eksekutorial dapat menangguhkan eksekusi,sepanjang


permohonan yang diajukan tersebut memang benar-benar beralasan,sedangkan
untuk sita jaminan, derden verzet bukanlah upaya hukum luar biasa. Derden
verzet terhadap sita jaminan tidak diatur dalam HIR, namun dalam praktik dapat
diajukan

Apabila sita telah diletakkan atas harta kekayaan yang ditunjuk Penggugat,
kemudian hal itu dilawan oleh Tergugat berdasarkan alasan harta itu milik pihak
ketiga, dan dari hasil penelitian pengadilan memperoleh fakta, harta itu benar
milik pihak ketiga, tindakan yang mesti dilakukan hakim:

Segera menerbitkan penetapan yang berisi perintah pengangkatan sita


terhadap barang dimaksud, dan
Jika barang itu berupa tanah atau kapal, yang pengumuman sitanya
didaftarkan di kantor pendaftaran

12
tanah atau kapal maka pengangkatan sita tersebut segera diberitahukan kepada
pejabat yang bersangkutan agar pengumuman sita dicabut dan objek sitaan
dipulihkan ke dalam keadaan tidak berada di bawah penyitaan.

Sebagian besar Ahli Hukum : memberikan pendapatnya tentang Derden verzet :

Perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekusi atau sita jaminan tidak hanya
dapat diajukan atas dasar hak milik, tetapi juga dapat didasarkan pada hak-hak
lainnya, seperti hak pakai, HGB, HGU, hak tanggungan, hak sewa, dan lain-
lain".1

Pemegang hak harus dilindungi dari suatu (sita) eksekusi dimana pemegang hak
tersebut bukan sebagai pihak dalam perkara antara lain pemegang hak pakai. hak
guna bangunan, hak tanggungan, hak sewa dan lain-lain. .

Pemegang hak tanggungan, apabila tanah dan rumah yang dijaminkan kepadanya
dengan hak tanggungan disita, berdasarkan klausula yang terdapat dalam
perjanjian yang dibuat dengan debiturnya langsung dapat minta eksekusi kepada
Ketua Pengadilan Negeri atau Kepala PUPN. .

Dalam perlawanan pihak ketiga tersebut pelawan harus dapat membuktikan


bahwa ia mempunyai alas hak atas barang yang disita dan apabila ia berhasil
membuktikan, maka ia akan dinyatakan sebagai pelawan yang benar dan sita akan
diperintahkan untuk diangkat. Apabila pelawan tidak dapat membuktikan bahwa
ia adalah pemilik dari barang yang disita maka pelawan akan dinyatakan sebagai
pelawan yang tidak benar atau pelawan yang tidak jujur, dan sita akan
dipertahankan.

Perlawanan pihak ketiga yang diajukan oleh istri atau suami terhadap harta

1 Upaya hukum, repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2039

13
bersama yang disita, tidak dibenarkan karena harta bersama selalu merupakan
jaminan untuk pembayaran hutang istri atau suami yang terjadi dalam
perkawinan, yang harus ditanggung bersama. .

Apabila yang disita adalah harta bawaan atau harta asal suami atau istri maka istri
atau suami dapat mengajukan perlawanan pihak ketiga dan perlawanannya dapat
diterima, kecuali: :
a. Suami istri tersebut menikah berdasarkan BW dengan persatuan harta atau
membuat perjanjian perkawinan berupa persatuan hasil dan pendapatan.
b. Suami atau istri tersebut telah ikut menandatangani surat perjanjian hutang,
sehingga harus ikut bertanggung jawab. .

Perlawanan pihak ketiga adalah upaya hukum luar biasa dan pada azasnya tidak
menangguhkan eksekusi. .
Eksekusi mutlak harus ditangguhkan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang
memimpin eksekusi yang bersangkutan, apabila perlawanan benar-benar
beralasan, misalnya, apabila sertifikat tanah yang akan dilelang sejak semula jelas
tercatat atas nama orang lain, atau dari BPKB yang diajukan, jelas terbukti bahwa
mobil yang akan dilelang itu, sejak lama adalah milik pelawan. Harus
diperhatikan apabila tanah atau mobil tersebut baru saja tercatat atas nama
pelawan, karena ada kemungkinan tanah atau mobil itu diperoleh oleh pelawan,
setelah tanah atau mobil itu disita, sehingga perolehan barang tersebut tidak sah.2

Terhadap perkara perlawanan pihak ketiga ini, Ketua Majelis yang memeriksa
perkara tersebut, selalu harus melaporkan perkembangan perkara itu kepada
Ketua Pengadilan Negeri, karena laparan tersebut diperlukan oleh Ketua
Pengadilan Negeri untuk menentukan kebijaksanaan mengenai diteruskan atau
ditangguhkannya eksekusi yang dipimpinnya. .

2 Harahap,Yahya. Hukum Acara Perdata, sinargrafika, Jakarta, oktober 2008

14
Perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan, yaitu sita conservatoir dan sita
revindicatoir, tidak diatur baik dalam HIR, RBg, atau Rv. Dalam praktek menurut
yurisprudensi putusan Mahkamah Agung tanggal 31-10-1962 No. 306 K/Sip/1962
dalam perkara: CV Sallas dkk melawan PT. Indonesian Far Eastern Pasific Line,
dinyatakan bahwa meskipun mengenai perlawanan terhadap pensitaan
conservatoir tidak diatur secara khusus dalam HIR, menurut yurisprudensi
perlawanan yang diajukan oleh pihak ketiga selalu pemilik barang yang disita
dapat diterima, juga dalam hal sita conservatoir, ini belum disahkan (van waarde
verklaard). Lihat putusan Mahkamah Agung tanggal 31-10-1962 No. 306
K/Sip/1962, dalam Rangkuman Yurisprudensi II halaman 370).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Upaya hukum merupakan suatu tindakan yang diberikan atau hak yang
diberikan oleh undang-undang kepada para pihak yang tidak puas dengan
keputusan pengadilan diberbagai tingkatan pengadilan. .
Ada dua upaya hukum yaitu: :
Upaya hukum biasa; yantermasuk kedalam upaya hukum biasa adalah:
a. Upaya hukum banding .
b. Upaya hukum kasasi .
Upaya hukum luar biasa; yang termasuk kedalam upaya luar biasa adalah:
a. Kasasi demi kepentingan hukum .
b. Peninjauan kembali (PK) putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum yang tetap .
Semua upaya hukum ini mempunyai aturan dan tatacara dalam pengajuannya.
Dan juga merupakan hak dari setiap warga negara Indonesia yang tidak puas
dengan keputusan pengadilan.

1. Derden verzet merupakan upaya hukum luar biasa yang diajukan oleh pihak
ketiga karena merasa dirugikan atas putusan atau penetapan pengadilan.
2. Kompetensi relatif pengajuan perlawanan yang diatur oleh Pasal 195 ayat (6)
maupun Pasal 206 ayat (6) R. Bg. digantungkan kepada dimana eksekusi akan
dilaksanakan. Berbeda dengan yang ditentukan oleh Pasal 379 Rv, perlawanan
diajukan ke pengadilan yang menjatuhkan putusan.
3. Tenggang waktu pengajuan perlawanan limitasinya sampai eksekusi belum
selesai dilaksanakan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sumber :

Upaya hukum, repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2039.pdf,ditelusuri tanggal 17


Mei 2017

HERZIEN INLANDSCH REGLEMENT (H.I.R) REGLEMENINDONESIA


YANG DIPERBAHARUI(R.I.B.),

legislasi.mahkamahagung.go.id/.../KOLONIAL_HERZIEN%20INLANDSCH%2
0REGLEMENT.pdf,ditelusuritanggal 17 Mei 2017

hukum acara perdataindonesia,sudikno mertokusumo,liberty


yogyakarta,yogyakarta,2002

Derden verzet, http://hukumpedia.com/index.php?title=Derden_verzet,ditelusuri


tanggal 17 Mei 2017

Upaya hukum, op.cit

Harahap,Yahya. Hukum Acara Perdata, sinargrafika, Jakarta, oktober 2008

Harahap Yahya. Hukum Acara Perdata. 2005, Jakarta: PT. Sinar Grafika
http://peunebah.blogspot.com/2011/12/upaya-hukum.html, Diakses pada tanggal
17 Mei 2017

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan


Agama. 2000, Jakarta: PT. Yayasan Al-Hikmah

17

Anda mungkin juga menyukai