Anda di halaman 1dari 77

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini dan di tengah-tengah persaingan yang begitu
ketat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan,
maka sebagai perawat yang profesional dituntut mampu memberikan
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
Masa Globalisasi menuntut adanya perubahan dan perkembangan
disegala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan
berbagai inovasi yang dilakukan dibidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka terjadi usia harapan hidup warga Indonesia
dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat/status
kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk
mencapai derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merrupakan hakikat
pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan
nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan
partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan.
Hal ini sesuai dengan telah berrlakunya UU No. 23 tahun 1992 yaitu Pasal 5
yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajad kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang
kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya
bidang kesehatan. Dengan berkembangnya paradigma Sehat-Sakit, saat ini
telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya
preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat
berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus

1
yang bersifat aktif. Hal ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam upaya peningkatan status
kesehatannya.
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan,
yang dipengaruhi oleh faktor yang bersifat lintas sektoral dan upayanya lebih
diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan, dan perlindungan kesehatan.
Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan konstribusi
possitif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro
berarti pembangunan kesehatan lebih mengarah pada upaya promotif dan
preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subjek dan objek
pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam upaya peningkatan status kesehatannya dan
mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulanggan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga dan kelompok masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan berkerja dengan individu,
keluarga dan kelompok ditatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan
menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah
satu upaya menyiapkan tenaga keperawatan yang profesional mempunyai
potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus
dicapai, maka Mahasiswa D3 Akper Notokusumo Yogyakarta Kelompok 5
melaksanakan Praktek Klinik Keperawatan Komunitas di Kelurahan Kricak
RW 05 Jatimulyo Tegalrejo Yogakarta dengan menggunakan 3 pendekatan,
yaitu Pendekatan Keluarga, Kelompok dan Masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktik keperawatan komunitas,
mahasiswa mampu menerapkan asuhan kepeawatan komunitas pada setiap

2
area pelayanan keperawatan komunitas di Wilayah RW 05 Kelurahan
Kricak Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta, dengan pendekatan proses
keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik keperawatan komunitas, mahasiswa mampu:
a. Menerapkan metode yang tepat dalam mengkaji keluarga/kelompok/
komunitas
b. Menentukan diagnosa kesehatan/keperawatan keluarga/kelompok/
komunitas
c. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi
pengorganisasian komunitas dalam mengadakan perubahan serta
peningkatan kesehatan komunitas
d. Melaksanakan perawatan kesehatan keluarga/kelompok/komunitas
berdasarkan faktor resiko personal, sosial dan lingkungan
e. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di keluarga/kelompok/
komunitas untuk meningkatkan kesehatan keluarga/kelompok/komunitas
f. Menggunakan pendekatan kolaborasi lintas program dan lintas sektoral
dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di
keluarga/kelompok/komunitas
g. Menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan
h. Mendemonstrasikan karakteristik peran profesional, berfikir kritis,
belajar mandiri dengan keterampilan komunikasi yang efektif dan
kepemimpinan di dalam komunitas.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada
masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas.

3
c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan
interpersonal.
2. Bagi Masyarakat
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan
yang di alami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan mempunyai
upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
3. Bagi Institusi
Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi DIII Akademi
Keperawatan Notokusumo Yogyakarta, khususnya di bidang keperawatan
komunitas.
Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktek keperawatan komunitas selanjutnya.
4. Bagi Profesi Keperawatan
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga
profesi mampu mengembangkannya.
c. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan telah terwujudkan.

D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Bab 1
Membahas pendahuluan yang meliputi : latar belakang, tujuan dan manfaat.

4
2. Bab 2
Membahas tentang tinjauan teoritis yang terdiri dari pengertian keperawatan
komunitas, tujuan keperawatan komunitas, sasaran keperawatan komunitas,
ruang lingkup keperawatan komunitas, kegiatan praktik keperawatan
komunitas, prinsip dasar keperawatan komunitas, model pendekatan
keperawatan komunitas dan metode (tahap-tahap dalam melakukan asuhan
keperawatan komunitas).
3. Bab 3
Membahas tentang profil puskesmas dan profil dusun praktik keperawatan
komunitas.
4. Bab 4
Proses Asuhan Keperawatan Komunitas yang dilakukan yang meliputi
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan
Evaluasi.
5. BAB 5
Pembahasan dan Implikasi.
6. BAB 6
Kesimpulan dan Saran.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Keperawatan Komunitas


1. Kesehatan
Kata Health berasal dari hal, yang berarti hale, sound, whole (kuat,
baik, utuh). Berkaitan dengan kesehatan manusia, kata health (kesehatan)
adalah keadaan atau kondisi dinamis yang sifatnya multidimensional dan
merupakan hasil dari adaptasi seseorang terhadap lingkungannya.
2. Komunitas
Komunitas adalah sekelompok orang yang memiliki karakteristik
sama: komunitas yang dapat ditentukan berdasarkan lokasi, ras, etnik, usia,
pekerjaan, perhatian terhadap masalah, atau hasil akhir tertentu, atau
memiliki ikatan yang sama.
Komunitas adalah masyarakat terbatas yang mempunyai persamaan
value, interest dan merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi
jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga. Misalnya: di dalam
kesehatan dikenal dengan kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,
kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu
wilayah desa binaan dan sebagainya, sedangkan pada kelompok masyarakat
adalah: masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja,
masyarakat terasing, dan lain sebagainya.
3. Kesehatan Komunitas
Kesehatan komunitas mengacu pada status kesehatan suatu kelompok
orang tertentu berikut tindakan dan kondisi, baik dari pihak swasta dan
publik (pemerintah), untuk meningkatkan, melindungi dan mempertahankan
kesehatan mereka (James, F. 2012).
4. Keperawatan Komunitas
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan
dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara

6
kesehatannya secara optimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.
Langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data, pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan.
Keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang
bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, continue, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau
masyarakat yang langkah-langkahnya dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi
tindakan keperawatan.

B. Tujuan Keperawatan Komunitas


Menurut Depkes, 2010 secara umum tujuan dari keperawatan kesehatan
komunitas adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan
fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
Sedangkan tujuan khusus dari keperawatan kesehatan komunitas adalah
untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat dalam hal :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
2. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
3. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/
keperawatan.
4. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
5. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/
keperawatan.
6. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
7. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care).
8. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.

7
9. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu
dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
10. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.

C. Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang
mempunyai masalah kesehatan/perawatan. (Depkes, 2010)
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena
ketidakmampuan merawat diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan
dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental
maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi,
satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau
beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan,
maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-
keluarga yang ada disekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi
yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya
adalah :

8
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan petumbuhannya, seperti:
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anal usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah :
1) Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyakit
kelamin lainnya.
2) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
1) Wanita tuna susila
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu
4) Dan lain-lain
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1) Panti wredha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4) Penitipan balita.
4. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah
ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang
saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai
tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak

9
permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik
maupun kesehatan khususnya.

D. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan :
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks.
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan :
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas
maupun kunjungan rumah.

10
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun
di rumah
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui.

3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau
masalah kesehatan, melalui kegiatan :
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas
dan rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan
nifas.
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta,
TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan :
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
Kusta, patah tulang mapun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi
manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga
dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita
suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat
khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain.

11
Disamping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat
menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut
dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal
ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-
batasan yang jeals dan dapat dimengerti.

E. Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat
mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan
kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik
keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
1. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga,
kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health
nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan
kesehatan masyarakat.
2. Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah
perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
4. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
5. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan
lebih lanjut.
6. Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehtan, pelaksanaan dan penilaian
kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha
pendekatan ilmiah keperawatan.
9. Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas.

12
10. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait.
11. Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan
dan kesehatan.

F. Prinsip Dasar Keperawatan Komunitas


Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus
rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua
tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan
bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral,
asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien
dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan
komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang
dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu.
sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi
kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.

Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :


1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk
masyarakat.
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya
promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan
rehabilitatif.

13
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam
proses keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah di masyarakat dan
bukan di rumah sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang
sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan perilaku
hidup sehat masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan fungsi
kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal
mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja
secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan komunitas digunakan
untuk kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani
masyarakat yang sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat
ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem
pelayanan kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan
yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana
keluarga sebagai unit pelayanan.

G. Model Pendekatan Keperawatan Komunitas


Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan

14
dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan dengan upaya
kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan
dapat diatsi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi
keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya
sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan
pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka
bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke
Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case
approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei
mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community
approach.

H. Metode (Tahap-tahap dalam melakukan Asuhan Keperawatan


Komunitas)
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode
yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di
dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam
mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat adalah:
a. Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan
instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi.

15
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor
lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan
MC. Forlane (2008) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi;
populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat
kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik;
pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan;
pelayanan kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan
efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.

2. Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan
disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data
memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor
stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di
komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa keperawatan.
Menurut Mueke (2012) maslah tersebut terdiri dari :
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan.

3. Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan


Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan
prioritasnya. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman
resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara
lain :
a. Masalah yang ditetapkan dari data umum.
b. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan.

16
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan tindakan yang
lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan
masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan :
a. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.
b. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat.
c. Kemampuan dan sumber daya masyarakat.
d. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat.

Kriteria skala prioritas :


a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya
untuk segera ditanggulangi.
b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun
waktu tertentu.
c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang
menyangkut biaya, sumber daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang
mungkin timbul (Effendi Nasrul, 2015).

4. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan.
b. Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan.
c. Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan
dilakukan.

17
5. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan
melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam
mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat adalah :
a. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait.
b. Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya.
c. Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat.

Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas


terdiri atas :
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi
yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki
sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu
kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.

18
6. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input),
pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai,
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang
harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu :
a. Daya guna
b. Hasil guna
c. Kelayakan
d. Kecukupan
Fokus evaluasi adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efisiensi biaya
d. Efektifitas kerja
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka
waktu berapa?

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang


terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan
keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia,
sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.

19
BAB III
PROFIL PUSKESMAS DAN PROFIL KELURAHAN LOKASI PRAKTIK
KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Profil Puskesmas
1. Deskripsi Umum
Kepulauan NKRI yang ribuan jumlahnya serta letak geografis yang
beraneka ragam membuat tidak semua Kepulauan Indonesia berpenghuni
dan dapat berinteraksi secara luas dengan dunia terbuka. Hal ini juga
menjadi kesulitan tersendiri bagi pemerintah untuk melaksanakan
pemerataan pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan.
Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah mengupayakan adanya sistem
pelayanan kesehatan yang luas, lebih merata dan terjangkau terutama oleh
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tinggi di wilayah pedalam
Kepulauan Indonesia. Berupaya peningkatan peran serta masyarakat secara
efektif dalam upaya kesehatan. Dalam rangka pemerataan dan pembinaan
masyarakat secara menyeluruh tersebut maka didirikan pusat kesehatan
masyarakat yang secara luas dikenal dengan nama PUSKESMAS.
Puskesmas adalah unit pelaaksana teknis Dinas Kesehtan
Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
Fungsi Puskesmas deitetapkan melalui Departemen Kesehatan melalui
keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 128/MENKES/SK/II/2004 yaitu
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta sejumlah 3
buahyaitu Puskesmas induk dan Puskesmas pembantu telah memiliki
gedung yang memadai sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat,
tenaga medis, dan para medis dapat bekerja secara optimal melayani
masyarakat sekitar. Puskesmas di lengkapi dengan fasilitas UGD dan
ambulance yang setiap saat daapat di gunakan pada jam kerja. Puskesmas
tegalrejo melayani pasien rawat inap. Kegiatan pelayanan secara umum

20
meliputi : Balai Pengobatan Umum (BPU), Balai Pengobatan Gigi (BPG),
BKIA/KB, Unit Farmasi, Unit Puskesmas Keliling, UKS, Konseling Gigi,
Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan (Promkes), Poli Lansia, KRR.
Pelayanan khusus kepada Balita dan Usila di laksanakan pada kegiatan-
kegiataan luar gedung yaitu kegiatan Posyandu.
Profil Kesehatan Puskesmas tahun 2016 (data tahun 2015) disusun
dengan tujuan untuk memberikan gambaran hasil pembangunan bidang
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo dengan pencapaian hasil-
hasil pembangunan kesehatan dalam rangka tercspainya Kecamatan Sehat
mendukung terwujudnya Indonesia Sehat. Selain itu juga dimaksudkan
sebagai sistem informasi dan penyajian data terhadap keberhasilan yang
telah dicapai serta memberikan gambaran tentang permasalahan yang
dihadapi menyangkut teknis maupun non teknis, internal maupun eksternal
yang dapat dipergunakan sebagai evaluasi terhadap peningkatan mutu
pelayana kesehatan sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan nasional.
Selain sebagai masukan penting bagi penyusun Profil Kesehatan Kota
Yogyakarta.

2. Batas Wilayah
Puskesmas Tegalrejo terletak dijalan Magelang km 2 nomor 180
Yogyakarta, tepatnya di Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo,
sebelah barat Kota Yogyakarta dengan batas-batasan wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman
b. Sebelelah Timur : Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta
d. Sebelah Barat : Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul

Puskesmas Tegalrejo mempunyai luas wilayah kerja 2,91 km2,


countur tanahnya adalah datar dengan dilewati beberapa sungai yang
lebarnya sedang 5-10 m dengan debit air yang relatif kecil. Ketinggian

21
daratan adalah 113 M dari permukaan air laut. Suhu udara maksimum 32
derajat celcius dan suhu udara minimum adalah 24 derajat celcius. Kisaran
curah hujan rata-rata 2000Mm/Tahun. Jumlah hari dengan jumlah hujan
terbanyak adalah 100 hari. Wilayah Tegalrejo termasuk perkotaan dengan
padatnya pembangunan perumahan dan pertokoan serta pusat-pusat bisnis
dan pendidikan. Kecamatan Tegalrejo sendiri terdiri dari 4 kelurahan
memiliki 46 RW dan 188 RT :
a. Kelurahan Kricak : 13 RW 61 RT
b. Kelurahan Karangwaru : 14 RW 56 RT
c. Kelurahan Tegalrejo : 12 RW 47 RT
d. Kelurahan Bener : 7 RW 26 RT

3. Visi dan Misi Puskesmas


Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang
hidup dalam lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan
sehat yang ingin dicapai mencangkup 4 indikator utama yakni :
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cangkuman pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan yang tinggi penduduk kecamatan

Rumusan Visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada


visi pembangunan kesehatan puskesmas diatas yakni terwujudnya
kecamatan sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masyarakat serta wilayah kecamatan setempat. Untuk mewujudkan hal

22
tersebut secara khusus puskesmas Tegalrejo berusaha memiliki visi :
MITRA KELUARGA MANDIRI MENUJU TEGALREJO SEHAT.

Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangungan kesehatan
nasional. Misi tersebut :
a. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak
b. Mendorong dan meningkatkan kemandirian masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat dalam lingkungan yang sehat
c. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mengutamakan
kepentingan pelanggan yang sesuai standar pelayanan
d. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam
mewujudkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
e. Meningkatkan dan mengefektifkan surveylans, monitoring dan informasi
kesehatan jenis.

4. Program Sasaran dan Target Pembangunan Kesehatan


a. Yang menjadi sasaran pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan
imogiri adalah seluruh warga masyarakat diwilayah kerja Puskesmas
Tegalrejo pada khususnya dan umumnya pada semua yang menggunakan
fasilitas kesehatan di Puskesmas Tegalrejo.
b. Sasaran pembangunan Puskesmas Tegalrejo tahun 2015 mengacu pada
indikator Indonesia Sehat dan SPM Tahun 2005.
1) Derajat Kesehatan
a) Mortalitas
- Angka kematian bayi 27 kelahiran hidup.
- Angka kematian balita 43 per 1000 kelahiran hidup.
- Angka kematian ibu 90 per 100.000 kelahiran hidup.
- Angka harapan hidup waktu lahir 67,9.

23
b) Morbilitas
- Angka kesakitan malaria 5 per 1000 penduduk.
- Angka kesakitan DBD 0.75 per 100.000 penduduk.
- Angka kesakitan polio 0%.
- Kesembuhan ( Cure Rate ) TB Paru BTA +>85%.
- Presentasi kasus diare yang ditangani 75%.
c) Status Gizi
- Status gizi buruk < 15% pada balita.
- Balita diatas garis merah >85%.
2) Keadaan Lingkungan
a) Tempat-tempat umum memennuhi syarat kesehatan 50%.
b) Tempat pengolahan makanan memenuhi syarat 50%.
c) Keluarga menghuni rumah sehat 65%.
d) Angkat bebas jentik 95%.
3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
a) PHSB tataan rumah tangga strata III dan IV 70%.
b) Keluarga berperilaku sehat 70%.
c) Masyarakat kecamatan 27% .
d) Posyandu pernama 75%.
e) Desa dengan garam beryodium baik 90%.
f) Bayi mendapatkan ASI eklusif 90%.
4) Pelayanan kesehatan
a) Cakupan kunjungan ibu hamil k4 95%.
b) Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 95%.
c) Ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk 100%.
d) Kunjungan Neonatal 95%.
e) Cakupan BBLR yang ditangani 100%.
f) Cakupan deteksi tumbuh kembang balita dan prasekolah 90%.
g) Cakupan pemeriksaan siswa SD oleh tenaga kesehatan/guru UKS
100%.
h) Cakupan peserta KB aktif 70%.

24
i) Cakupan desa yang mencapai UCI 100%.
j) Desa terkena kejadian luar biasa yang ditangani <24jam 70%.
k) Keluarga miskin yang mendapat pelayanan kesehatan 100%.
l) Penulisan resep generic 90%.
5) Perbaikan Gizi Masyarakat
a) Balita ditimbang 70%.
b) Balita yang naik berat badannya 80%.
c) Balita garis merah 5%.
d) Cakupan balita mendapat 90 tablet Fe 90%.
e) Cakupan pemberian MP-ASI pada bayi BGM dari gakin 90%.
f) Balita gizi buruk mendapat perawatan 100%.
g) Cakupan Vit A ibu menyusui 80%.
h) Kecamatan rawan gizi 40%.

5. Progam Pokok Puskesmas (6 Program Pokok)


a. Promosi Kesehatan
1) Pengertian
Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi
perorangan, kelompok dan masyarakat, dalam berbagai tatanan,
dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi, dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, dengan melalukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan
pemberdayaan masyarakat untuk mengenali, menjaga atau
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
2) Tujuan
Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dala membina dan memelihara perilaku sehat, serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.

25
3) Sasaran
a) Pelaksanaan posyandu dan binaan kader
b) Penyuluhan kesehatan individu dan kelompok
c) Contoh: penyuluhan PHBS, Vit A, narkoba, HIV, malaria, diare,
P2M, penggunaan Jamkesmas
b. Kesehatan lingkungan
1) Pengertian
Bahwa potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh
lingkungan dapat bersifat fisik, kimi, maupun biologi. Sejalan dengan
kebijaksanaan dalam Paradigm Sehat yang mengutamakan upaya-
upaya yang bersifat promotif, preventif, dan protektif. Makan upaya
kesehatan lingkungan sangat penting.
2) Tujuan kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan
terwujudnya kualitas lingkungan yang telah sehat agar dapat
melindungi masyarakat dari segala kemugkinan resiko kejadian yang
dapat menimbulkan gangguan dan bahaya kesehatan menuju derajat
kesehatan warga dan masyarakat yang lebih baik.
3) Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakuakan
puskesmas meliputi:
a) Penyehatan air
b) Penyehatan makanan dan lingkungan
c) Pengawasan pembuangan kotoran manusia
d) Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
e) Penyehatan pemukiman
f) Pengawsan sanitasi tempat umum
g) Pengamanan polusi industry
h) Pengaman pestisida
i) Klinik sanitasi.

26
c. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
1) Pengertian
a) Penyakit menular
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi atau
toksiknya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang
ditularkan kepada penjamu (host) yang rentan.
b) Kejadian luar biasa
Adalah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik
perhatian umum dan mungkin menimbulkan kehebohan atau
ketakutan di kalangan masyarakat atau menurut pengamatan
epidemiologic dianggap adanyapeningkatan yang berarti atau
bermakna dari kejadian kesakitan atau kematian tersebut kepada
kelompok penduduk dalam kurun tertentu.
c) Wabah penyakit menular
Adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkatkan secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada waktudan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka (UU No 4 tahun 1984 tentang
wabah penyakit menular).
d) Penanggulangan kejadian luar biasa penyakit menular (P2M)
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan
upaya-upaya:
- Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita,
membangun pos-pos kesehatan di tempat kejadian dengan
dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk
rujukan.
- Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya,
abatisasi pada KLB, DBD, kapolarisasi pada sumur-sumur yang
tercemar pada KLB diare, dsb.
- Melakukan kegiatan pendukung yaitu: penyuluhan, pengamatan,
atau pemantauan (surveinlans ketat) dan logistik

27
e) Program pencegahan
Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar di
dalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan
kekebalan host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan
imunisasi.
f) Cara penularan penyakit menular yaitu:
- Penularan secara langsung
- Penularan melalui vehicle seperti melalui makan dan minuman
yang tercemar
- Penularan melalui vektor
- Penularan melalui suntikan, tranfusi, tindik, dan tato
g) Surveilans Evidemiologi penyakit menular
Adalah suatu kegiatan pengumpulan data atau informasi
melalui pengamatan terhadap kesakitan atau kematian dan
penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya secara
sistematik terus menerus dengantujuan untuk perencanaan suatu
program, mengevaluasi hasil program, dan sistem kewaspadaan
dini. Secara singkat dapat dikatakan: pengumpulan data atau
informasi.
- Program pemberantasan penyakit menular :
i. Program imunisasi
ii. Program TB paru dengan penemuan penderita TBC
iii. Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
iv. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan
penanggulangan pneumonia
v. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
vi. Program rabies
vii. Program Surveilans
viii. Pemberantasan P2B2 demam berdarah.

28
d. Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
1) Pengertian
Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia
dan sejahtera dari suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya.
Kesehatan Reproduksi adalah kesjahteraan fisik, mental dan
social yang utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan,
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi serta prosesnya. (WHO).
2) Tujuan
a) Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dan
keluarganya dalam mengatur biologic keluarga termasuk fungsi
reproduksinya serta beperan serta aktif dalam mencegah dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga serta meningkatkan
kualitas hidup keluarga.
b) Tujuan Khusus
- Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan
memecahkan masalah kesehatan keluarga dan masalah
reproduksi
- Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas
dan kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko dari: obat, alat,
perawatan, tindakan serta kemampuan memilih kontrasepsi
dengan tepat
- Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
- Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif
- Kehamilan dan persalinan yang direncanakan dan aman
- Pencegahan dan penanganan pengguguran kandungan yang
tidak dikehendaki
- Pelayanan infertilitas.

29
- Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi
hormone di usis lanjut pada usia lanjut penapisan masalah
malignasi.
3) Kebijaksanaan Penyelenggaraan Pembinaan Kesehatan Keluarga dan
Reproduksi Sesuai dengan intervensi nasional penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi di Indonesia berdasarkan rekomendasi
strategi regional WHO untuk Negara-negara Asia Tenggara, maka
kegiatan pelayanan reproduksi adalah:
a) Kesehatan Ibu dan Anak
b) Kesehatan Anak Usia Sekolah
c) Kesehatan Remaja, termasuk pencegahan serta penanganan PMS
(Penyakit Menular akibat Hubungan Seks, HIV/AIDS)
d) Keluarga Berencana
e) Keseshatan Usia Lanjut (Program Pengembangan Puskesmas)
4) Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan program di wilayah kerja dinilai dari :
a) Angka Kematian Bayi
b) Angka Kematian IBU
c) Prostentase Ibu Hmail yang Mempunyai Berat Badan dan Tinggi
yang Normal
d) Prosentase Ibu Hamil dengan Anemia
e) Prosentase Balita dengan Berat badan dan tinggi sesuai umur
5) Kesehatan Ibu dan Anak
a) Pengertian
Upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi
yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, pengembangan
dan perlindungan bayi, anak bawah lima tahun dan anak usia pra
sekolah dalam proses tumbuh kembang. Prioritas pelayanan KIA
dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak
dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak.

30
Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari :
- Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah puskesmas
- Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah
b) Tujuan
- Tujuan umum
Teciptanya pelayanan berkualitas dengan partisipasi penuh
pengguna jasa dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa
setiap ibu mempunyai, dengan asuhan antenatal yang adekuat,
dengan gizi serta persiapan menyusui yang baik.
- Tujuan khusus :
i. Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIE kepada
ibu hamil termasuk KB berupa pelayanan antenatal,
pertolonganpersalinan dan pelayanan nifas serta perawatan
bayi baru lahir.
ii. Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan
kebidanan dan neonatal serta merujuk ke fasilitas rujukan
primer (RS Dati II) sesuai kebutuhan
iii. Memantau cakupan pelayanan kebidanan dasar dan
penanganan kedaruratan kebidanan neonatal
iv. Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan
v. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran
serta masyarakat dalam upaya KIA
vi. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh
bayi baru lahir yang meliputi usaha pernafasan spontan,
mencegah interaksi serta tata laksana neonatal sakit.
vii. Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh
balita dan anak pra sekolah yang meliputi perawatan bayi
baru lahir, pemeriksaan kesehatan rutin pemberian
imunisasi dan upaya perbaikan gizi
viii. Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi
tumbuh kembang pada seluruh balita dan anak pra sekolah

31
yang meliputi perkembangan motoric, kemampuan
berbicara dan kognitif serta sosialisasi dan kemandirian
anak
ix. Melaksanakan management terpadu balita sakit yang datang
berobat ke fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra
rujukan dan tindak lanjutnya.
c) Sasaran
Adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan keluarga
yang tinggal dan berada di wilayah kerja puskesmas.
6) Kesehatan Anak Usia Sekolah
a) Pengertian
Upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku
hidup serta anak usia sekoalah (7-21 tahun) sesuai proses tumbuh
kembang dibagi 3 sebkelompok yaitu:
- Pra-remaja (7-9 tahun)
- Remaja (10-19 tahun)
- Dewasa muda (20-21 tahun)
b) Tujuan
- Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik, sehingga
memungkinkan pertumbuhan yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
- Tujuan khusus :
i. Memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk
melaksanakan prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif
di dalam usaha peningkatan kesehatan sekolah, pengurus
agama, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat
ii. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh
buruk, penyalahgunaan narkotika dan bahan berbahaya,
alcohol, rokok dan sebagainya.

32
iii. Meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan
bagi peserta pendidikan mencegah termasuk peguryuan
agama, beserta lingkungannya, serta perguruan tinggi
(tingkat 1 dan 2).
7) Kesehatan Remaja
a) Pengertian
Adalah pembinaan yang meliputi perencanaan, penilaian,
pembimbingan dan pengendalian segala upaya untuk meningkatkan
status kesehatan remaja dan peningkatan peran serta aktif remaja
dalam perawatan kesehatan diri dan kesehatan keluarga, dengan
dukungan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
b) Tujuan
- Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan hidup serta remaja sebagai
unsur kesehatan keluarga, guna membina kesehatan diri dan
lingkungannya dalam rangka meningkatkan ketahanan diri,
prestasi dan peran, Meningkatkan kemampuan hidup serta
remaja sebagai unsur kesehatan keluarga, guna membina
kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka meningkatkan
ketahanan diri, prestasi dan peran, Meningkatkan kemampuan
hidup serta remaja sebagai unsur kesehatan keluarga, guna
membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka
meningkatkan ketahanan diri, prestasi dan peran aktifnya dalam
pembangunan nasional.
- Tujuan khusus
i. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang perkembangan
biologic yang terjadi pada dirinya
ii. Menurunkan angka kehamilan dikalangan remaja
iii. Menurunya angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan
remaja

33
iv. Menurutnya angka kejadian penyakit akibat hubungan
seksual (PHS) dikalangan remaja
v. Meningkatnya peran serta aktif keluarga dan masyarakat
dalam upaya pembinaan kesehatan remaja
c) Sasaran
Sasaran untuk wilayah puskesmas
- Sasaran remaja :
i. Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam
institusi pendidikan formal dan non formal dalam wilayah
puskesmas.
ii. Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam
kelompok pekerjaan.
iii. Remaja berusia 10-19 tahun dalam kelompok masyarakat
(olahraga, kesenian, PMI remaja, pramuka, karang taruna).
- Sasaran pembina remaja :
i. Perkumpulan orang tua murid
ii. Pimpinan/supervisor/industry yang beranggota remaja
iii. Pimpinan kelompok pekerjaan/industri beranggoyakan
remaja
- Sasaran pengelolah kegiatan
i. Pempinan pengelolah program/upaya pelayanan kesehatan
ii. Petugas pelayanan kesehatan
8) Keluarga Berencana
a) Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam
menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas. Prioritas
pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan kesehatan pasangan
usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik
jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamian guna
menurunkan angka kelahiran nasional.

34
b) Tujuan
- Tujuan umum
Adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan
penuh pengguna jasa pelayanan dan keluarganya dalam
mewujudkan bahwa setia pasangan usia subur mempunyai
kesempatan yang baik dalam mengatur jumlah, waktu dan jarak
antar kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
- Tujuan khusus
i. Memberikan pelayanan yang berkualitas dan KIE kepada
pasangan usia subur dan keluarganya
ii. Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek
samping dan kegagalan metode kontrasepsi serta merujuk
ke fasilitas rujukan primer sesuai kebutuhan
iii. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan
metode kontrasepsi
iv. Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan
v. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran
serta masyarakat dalam upaya KB
vi. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur,
calon pasangan usia subur, serta anggota yang lain dalam
rangka meningkatkan kualitas kesehatan fungsi
reproduksinya
vii. Melaksanakan penanganan infentaris pasangan usia subur
yang berkualitas dan merujuk kefasilitas rujukan primer
sesuai dengan kebutuhan
viii. Melaksanan menagemen terpadu pelayanan kontrasepsi
yang datang beobat kefasilitas rawat jalan termasuk
pelayanan prarujukan dan tindakan lanjutnya.

35
c) Sasaran
- Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur
- Calon pasangan usia subur
- Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa
menopause
- Keluarga yang tinggal di wilayah kerja puskesmas
- WUS yang datang pada rawat jalan puskesmas yang dalam fase
intervensi pelayanan KB
e. Perbaikan Gizi Masyarakat
1) Pengertian
Adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi
masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi
kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.
2) Program
Upaya perbaikan gizi Puskesmas meliputi :
a) Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPKG)
b) Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
c) Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi yang terdisi dari:
1.1 Pencegahan dan Penanggulangan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium
2.1 Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)
3.1 Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi
Protein (KEP) dan Kurang Energi Kronis (KEK)
4.1 Pencegahan dan Penanggulangan Kekurangan Vitamin A
(KVA)
5.1 Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kekurangan Gizi
Mikro Lain.
6.1 Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Gizi Lebih.

36
3) Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
a) Tujuan
- Tujuan umum
Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi
masyarakat
- Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat,
keluarga dan seluruh anggotanya untuk mewujudkan
perilaku gizi yang baik dan benar sesuai dengan gizi
seimbang
Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi
warga dari berbagai institusi pemerintahan serta swasta
Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan petugas
gizi/petugas Puskesmas lainnya dalam merencanakan,
melaksanakan, membina, memantau dan mengevaluasi
upaya perbaikan gizi masyarakat.
Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan
partisipasi keluarga terhadap pencegahan dan
penanggulangan masalah kelainan gizi
Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan
masalah gizi dan tersedianya informasi situasi pangan dan
gizi.

b) Sasaran
Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang
beresiko menderita kelainan gizi antara lain :
- Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah.
- Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin),
ibu hmil, ibu nifas, ibu menyusui, dan usia lanjut (usila).
- Semua penduduk rawan gizi (endemic).
- Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi.

37
- Pekerja penghasilan rendah.

f. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan


1) Pelayanan medic rawat jalan
a) Pengertian
Adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh pelaksana
pelayanan (dokter) baik secara sendiri ataupun atas koordinasi
bersama dengan sesama profesi maupun pelaksana penunjang
pelayanan kesehatan lain sesuai dengan wewenangnya, untuk
menyesaikan masalah kesehatan dan menyembuhkan penyakit yang
ditemukan dari pengguna jasa pelayanan kesehatan, dengan tidak
memandang umur dan jenis kelamin, yang dapat diselenggarakan
pada ruang praktek.
b) Tujuan
- Tujuan umum
Tujuan pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya
pengguna jasa dan keluarganya yang parsipatif, sehat sejahtera,
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap anggota
keluarga hidup produktif secara sosial dan ekonomi dengan baik
- Tujuan khusus
1.1 Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat,
keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi
masalahnya kesehatannya sendiri, terutama melalui
peningkatan kesehatan dasar dan pencegahan penyakit
2.1 Meningkatkan kesehatan pengguna jasa pelayanan, dan
komunikasi yang dilayani oleh Puskesmasa.
3.1 Terselenggaranya pelayanan medic yang berkualitas serta
melibatkan partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk :
1.1.1 Mengurangi penderitaan karena sakit
2.1.1 Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke
arah kecacatan

38
3.1.1 Memulihkan kesehatan fisik, psikis dan social
4.1 Menurunnya angka mordfibilitas penyakit di wilayah kerja
Puskesmas.
c) Sasaran
Sasaran pelayanan medik rawat jalan yang diselenggarakan
Puskesmas adalah semua anggota masyarakat dengan tidak
memandang umur, dan tidak membedakan strata social.

2) Pelayanan Kedaruratan Medik


a) Pengertian
Adalah pelayanan medik terdepan yang merupakan
penatalaksanaan kecelakaan dan keadaan kedaruratan medik
berkenaan dengan perubahan keadaan baik fisiologik, anatomik,
dan mental psikologikal dari pengguna jasa pelayanan, yang terjadi
mendadak, yang tindakan mengatasinya harus segera dilaksanakan
dimulai dari tempat kejadian sampai dengan pelayanan medik
untuk menyelamatkan kehidupan
b) Tujuan
Pelayanan kecelakaan dan kedaruratan medik adalah
memberikan pertolongan medik segera dengan menyelesaikan
masalah kritis yang ditemukan untuk mengammbil fungsi vital
tubuh serta meringankan penderitaan dari pengguna pelayanan
c) Prinsip Kerja
Pelayanan kedaruratan medik mempunyai prinsip-prinsip kerja
khusus yang harus dilaksanakan, yaitu :
- Pertolongan harus cepat dan tepat
- Pertolongan harus memenuhi standartingkat primer, yaitu :
1.1 Menstabilkan kondisi medikuntuk evakuasi ke tempat
rujukan

39
2.1 Memperbaiki jalan nafas dan pernafasan spontan, agar
terjaminnya oksigenasi yang adekuat ke seluruh tubuh
terutama otak
3.1 Memperbaiki sirkulasi darah
4.1 Menghilangkan dan mengurangi rasa nyeri
5.1 Melakukan tindakan invasive medik yang diperlukan
6.1 Melakukan tindakan invasive medik yang diperlukan
memberikan informed consent kepada keluarga penderita

40
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS TEGALREJO

Kepala UPT Puskesmas


Dr. Prie Aka Mahdayanti
Kepala Sub Bagian TU
Sulistyo, SKM.

Sistem Informasi Kesehatan Kepegawaian Keuangan Rumah Tangga


Gunawan Wibisono Pratama Winardana 1. Bendahara Penerimaan Emon Setiaman, AMKL
Pramono Hadi
2. Bendahara Pengeluaran
Suwarsih

UKM Esensial dan Keperawatan Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan
Kesehatan Masyarakat Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono
Eni Siti
Gunawan Wibisono
Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan
Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono

Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan
Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono

Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan


Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono

Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan


Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono

Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan


Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono

Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan


Gunawan Wibisono Gunawan Wibisono
41
Sistem Informasi Kesehatan
Gunawan Wibisono
42
43
44
45
B. Profil Dusun Praktik Keperawatan Komunitas
1. Data Geografis
a. Batas Wilayah
2) Sebelah Utara : Desa Sinduadi Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman
mengikuti Jalan Jambon dan batas Kota Yogyakarta dengan
Kabupaten Sleman.
3) Sebelah Selatan : Kelurahan Bumijo Kecamatan Jetis Kota
Yogyakarta dan Sungai Buntung.
4) Sebelah Barat : Kelurahan Bener Kecamatan Tegalrejo Kota
Yogyakarta mengikuti Sungai Winongo.
5) Sebelah Timur : Kelurahan Karangwaru Kecamatan Tegalrejo Kota
Yogyakarta mengikuti Jalan Magelang.
b. Topografi Wilayah
1) Persawahan
2) Perladangan
3) Perkebunan
4) Peternakan
5) Nelayan
6) Pertambangan/galian
7) Kerajinan dan Industri kecil
8) Industri sedang dan besar
9) Jasa dan Perdagangan.

2. Data Demografi
a. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur
1) 0-1 Tahun : 3133 jiwa
2) 15-65 Tahun : 8139 jiwa
3) > 65 Tahun : 812 jiwa
b. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin (Laki-laki dan
Perempuan)
1) Laki-laki : 6472 jiwa

46
2) Perempuan : 6655 jiwa
c. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
1) Lulusan Pendidikan Umum
a) Taman Kanak-kanak : 1705 orang
b) Sekolah Dasar : 1805 orang
c) SMP : 2042 orang
d) SMA/SMU : 3877 orang
e) Akademi/D1-D3 : 618 orang
f) Sarjana : 1369 orang
g) Pascasarjana : 191 orang
2) Lulusan Pendidikan Khusus
a) Pondok Pesantren : 0 orang
b) Pendidikan Keagamaan : 0 orang
c) Sekolah Luar Biasa : 0 orang
d) Kursus Keterampilan : 0 orang
d. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
1) Karyawan
a) PNS : 310 orang
b) ABRI : 22 orang
c) Swasta : 3421 orang
2) Wiraswasta/Pedagang : 189 orang
a) Tani : 13 orang
b) Pertukangan : 41 orang
c) Buruh Tani : 15 orang
d) Pensiunan : 189 orang
e) Nelayan : 0 orang
f) Pemulung : 0 orang
g) Jasa : 1529 orang

47
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan Usia di
Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)

91%

21
9%
2

Usia lanjut (eldery) 60-74 Usia lanjut tua (old) 75-


tahun 90 tahun

Sumber : Hasil Survey Mahasiswa Akper Notokusumo Yogyakarta, 2017

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan Jenis


Kelamin di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)
65%

35%

15

Laki-laki Perempuan

Sumber : Hasil Survey Mahasiswa Akper Notokusumo Yogyakarta, 2017

48
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan Status
Pernikahan di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)

52%

35%

12 13%
8

Menikah Duda Janda

Sumber : Hasil Survey Mahasiswa Akper Notokusumo Yogyakarta, 2017

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan


Pendidikan di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)

39% 39%

22%
9 9
5
0% 0% 0%
0 0 0

Sumber : Hasil Survey Mahasiswa Akper Notokusumo Yogyakarta, 2017

49
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan
Pekerjaan di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)

35%

26%

17%
8 13%
9%
6
4
3 0% 0%
2
0 0

Sumber : Hasil Survey Mahasiswa Akper Notokusumo Yogyakarta, 2017

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan Alamat


di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)

35%
30%

17% 17%

8
7

4 4

RT 21 RT 22 RT 23 RT 24

Sumber : Hasil Survey Mahasiswa Akper Notokusumo Yogyakarta, 2017

50
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan Agama
di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)

78.26%

18
17.39%

4.34%
4
1

Islam Katolik Kristen

Sumber : Hasil Survey Mahasiswa Akper Notokusumo Yogyakarta, 2017

2. Data Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden


Tabel 8. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan
Pengetahuan di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)

96% kurang

22

4% baik

Sumber : Hasil Survey Mahasiswa Akper Notokusumo Yogyakarta, 2017

51
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan Sikap di
Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)

91%

21

9%
0%
2 0

Baik Cukup Kurang

Sumber : Hasil Survey Mahasiswa Akper Notokusumo Yogyakarta, 2017

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan Perilaku


di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)

74%

26% 17

6
0% 0%
0 0
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik

Sumber : Hasil Survey Mahasiswa Akper Notokusumo Yogyakarta, 2017

52
3. Data Lingkungan Fisik
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan
Kondisi Perumahan di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta.
(N=23)

JUMLAH PRESENTASE
NO KARAKTERISTIK
(N) (%)
1. Tipe Permanen 11 47,82%
perumahan Semi permanen 12 52,17%
Tidak permanen 0 0%
2. Status Milik sendiri 17 73,91%
kepemilikan Ikut keluarga 6 26,08%
rumah
Sewa 0 0%
3. Jenis Lantai Tanah 0 0%
Papan 0 0%
Ubin 16 69,56%
Semen 7 30,43%
4. Sistem Ada 23 100%
ventilasi
rumah Tidak ada 0 0%
5. Sistem Terang 17 73,91%
pencahayaan
rumah disiang Gelap 6 26,08%
hari
6. Jarak Rumah Dekat 23 100%
dengan
tetangga Jauhan 0 0%
7. Halaman Ada 10 43,47%
disekitar
Tidak ada 13 56,52%
rumah
8. Pemanfaatan Kebun 5 21,73%
pekarangan Kolam 1 4,30%
rumah
Kandang 0 0%
Tidak 4 17,39%
dimanfaatkn
Tidak ada 13 56,52%
9. Jenis bahan Kompor gas 23 100%
bakar rumah Kompor 0 0%
tangga minyak
Kayu bakar 0 0%

53
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan
Sumber Air Bersih di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta.
(N=23)

JUMLAH PRESENTASE
NO KARAKTERISTIK
(N) (%)
1. Sumber air PAM 4 17,39%
untuk masak Sumur 19 82,60%
dan minum
Air Mineral 0 0%
Air sungai 0 0%
2. Sistem Dimasak 23 100%
pengolahan air Tidak dimasak 0 0%
3. Sumber air PAM 4 17,39%
untuk mandi Sumur 19 82,60%
dan mencuci
Air sungai 0 0%
4. Jarak sumber Kurang dari 10 0 0%
air dengan meter
septic tank
Lebih dari 10 23 100%
meter
5. Tempat Bak 20 86,95%
pembuangan
Ember 3 13,04%
air sementara
Gentong 0 0%
6. Kondisi tempat Tertutup 10 43,47%
penampungan
Terbuka 13 56,52%
air
7. Kondisi Air Berasa, 0 0%
berwarna,
berbau
Tidak berasa, 23 100%
tidak
berwarna,
tidak berbau

54
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan
Sistem Pembuangan Sampah di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo,
Yogyakarta. (N=23)
PERSENTASE
NO. KARAKTERISTIK JUMLAH (N)
(%)
1. Pembuangan TPU 23 100%
Sampah
Sungai 0 0
Ditimbun 0 0
Dibakar 0 0
Disembarang 0 0
Tempat
2. Tempat Ada 23 100%
Pembuangan
Sampah Tidak 0 0
Sementara
3. Kondisi Terbuka 15 65,21%
Tempat
Pembuangan Tertutup 8 34,78%
Sampah
Sementara
4. Jarak Kurang dari 5 6 26,08%
Pembuangan meter
Sampah Lebih dari 5 17 73,91%
dengan meter
Rumah

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan


Sistem Pembuangan Kotoran Rumah Tangga di Kelurahan Kricak RW 05,
Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)

PERSENTASE
NO. KARAKTERISTIK JUMLAH (N)
(%)

1. Kebiasaan WC 23 100%
Keluarga
Buang Air Sungai 0 0
Besar Sembarang 0 0
Tempat
2. Jenis Cemplung 13 56,52%

55
Jamban Leher Angsa 10 43,47%
yang
digunakan
3. Sistem Resapan 23 100%
Pembuangan
Got 0 0
Air Limbah
Sembarang 0 0
Tempat

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan


Hewan Peliharaan di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta.
(N=23)
JUMLAH PERSENTASE
NO. KARAKTERISTIK
(N) (%)
1. Kepemilik Ada 6 26,08%
an Hewan Tidak Ada 17 73,91%
Ternak
2. Letak Dalam Rumah 0 0%
Kandang Luar Rumah 6 26,08%
Tidak Ada 17 73,91%
3. Kondisi Terawat 5 21,73%
Kandang
Tidak Terawat 1 4,35%
Tidak Ada 17 73,91%

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan


Kondisi Kesehatan Umum di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo,
Yogyakarta. (N=23)

PERSENTASE
NO. KARAKTERISTIK JUMLAH (N)
(%)
1. Pelayanan Rumah Sakit 0 0%
Kesehatan
Puskesmas 17 73,91%
Terdekat
Posyandu 6 26,08%
Balai 0 0%
Pengobatan
2. Tempat Puskesmas 18 78,26%

56
Berobat Rumah Sakit 4 17,39%
Keluarga
Dokter Praktek 1 4,35%
Bidan/Perawat 0 0%
Balai 0 0%
Pengobatan
3. Kebiasaan Beli Obat 10 43,47%
Keluarga Bebas / Obat
Sebelum Warung
Berobat Minum Jamu 0 0%
Tidak Ada 13 56,52%
4. Sumber Askes 0 0%
Pendanaan
Dana Sehat 0 0%
Kesehatan
Keluarga Jamkesmas/ 23 100%
BPJS
Umum 0 0%
5. Penyakit Pusing 7 30,43%
yang sering
Dideita Demam 5 21,73%
Keluarga
dalam 6 Tidak Ada 11 47,82%
Bulan
Terakhir

4. Data Kondisi Lansia


Tabel 17. Distribusi Frekuensi Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan
Kondisi Lansia di Kelurahan Kricak RW 05, Tegalrejo, Yogyakarta. (N=23)
PRESENTASE
NO KARAKTERISTIK JUMLAH (N)
(%)
1. Jumlah 1 13 56,20%
lansia 2 9 39,13%
>2 1 4,35%
2. Penyakit Jantung 1 4%
keturunan Diabetes 0 0%
Hipertensi 20 87%
Asma 0 0%

57
Tidak ada 2 9%
3. Pemeriksaan Pernah 4 17,39%
gula darah Tidak pernah 19 82,60%
4. Kondisi Sehat 23 100%
lansia Sakit 0 0%
5. Mengatasi Pelayanan 8 34,78%
penyakit kesehatan
lansia Minum obat 9 39,13%
warung
Didiamkan 6 26,08%
saja
Pengobatan 0 0%
alternative
6. Kegiatan Bekerja pabrik 2 8,69%
lansia Tidak bekerja 10 43,47%
Mengasuh 2 8,69%
cucu
Bersih-bersih 4 17,39%
Memasak 3 13,04%
Ikut posyandu 2 8,69%
7. Sering ke Ya,cek gula 16 69,56%
posyandu darah
lansia Tidak 6 26,08%
Tidak,mudah 1 4,34%
lelah
8 Mendengar Pernah 23 100%
posyandu
Tidak 0 0%
lansia
9 Darimana Tetangga 13 56,52%
tahu tentang
Petugas 10 43,47%
posyandu
kesehatan
lansia
Televisi/radio 0 0%
Media cetak 0 0%
10 Kegiatan Pemeriksaan 13 56,52%
yang di kesehatan dan
inginkan pengobatan
Senam lansia 1 4,34%

58
Konsultasi 9 39,13%
kesehatan
11 Penyakit Darah tinggi 19 82,60%
yang di
Jantung 0 0%
derita
Sakit gula 0 0%
Reumatik 0 0%
Sesak nafas 0 0%
Lain-lain 4 17,39%
12 Tindakan Berobat ke 0 0%
untuk rumah sakit
mengatasi Berobat ke 1 4,34%
praktik dokter
Berobat ke 13 56,52%
puskesmas
Di biarkan 9 39,13%
saja
Lain-lain 0 0%
13 Pemeriksaan Ya 7 30,43%
secara rutin Tidak 16 69,56%
14 Berapa kali 1-5 kali 4 17,39%
pemeriksaan >6 kali 4 1`7,39%
dalam
Tidak pernah 15 65,21%
setahun
15 Kegiatan Duduk-duduk 7 30,43%
yang di Mengasuh 0 0%
lakukan cucu
Kegiatan 8 34,78%
rumah tangga
Membaca/ 3 13,04%
menonton tv
Lain-lain 5 21,73%
16 Kegiatan Jalan pagi 5 21,37%
untuk Senam pagi 0 0%
menjaga
kesehatan Berkebun 1 4,34%
Kegiatan 12 52,17%
rumah tangga
Lain-lain 5 21,37%
17 Kegiatan Pengurus 0 0%
sosial yang RT/RW

59
di lakukan Pengurus 0 0%
masjid
Pengajian 10 43,47%
Lain-lain 6 26,08%
Tidak ada 7 30,34%

B. ANALISA DATA

NO. ANALISA DATA MASALAH


1. Data Subjektif : Resiko terjadinya
- Sebagian besar warga masyarakat komplikasi berupa sroke,
RW 05 kelurahan Kricak yang gagal ginjal, dan gagal
menderita Hipertensi mengatakan jantung pada penderita
belum paham betul tentang penyakit hipertensi di RW 05
yang mereka derita. Kelurahan Kricak
- Sebagian warga masyarakat RW 05 berhubungan dengan
kelurahan Kricak mengatakan setau kurangnya informasi
mereka penyakit Hipertensi sebatas mengenai hipertensi.
tekanan darah naik dan belum
memahami secara mendalam tentang
Hipertensi, tanda gejala, komplikasi,
dan cara penanganannya.
- Sebagian warga masyarakat yang
menderita Hipertensi mengatakan
penyakitnya sering kambuh namun
menganggapnya kambuh biasa.

Data Objektif :
- Sebagian besar warga masyarakat
yang menderita Hipertensi terlihat
bingung saat ditanya tentang
penyakitnya.
- Sebagian besar warga masyarakat
yang menderita penyakit Hipertensi
yaitu lansia.
- Sebagian besar warga yang
menderita Hipertensi
- Distribusi Frekuensi Lansia dengan
Hipertensi Berdasarkan Pengetahuan
di Kelurahan Kricak RW 05,
Tegalrejo, Yogyakarta 91% kurang
dan 4% baik.

60
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa sebagai berikut :
1. Resiko terjadinya komplikasi berupa sroke, gagal ginjal, dan gagal jantung
pada penderita hipertensi di RW 05 Kelurahan Kricak berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai hipertensi.

61
PRIORITAS MASALAH
PADA MASYARAKAT AGGREGAT LANSIA DENGAN MASALAH HIPERTENSI
DI KELURAHAN KRICAK RW 05, KECAMATAN TEGALREJO, YOGYAKARTA

Kriteria Penapisan

Diagnosa Sumber
Sesuai Minat Adanya
Keperawatan Kemungkin daya
dengan Masyarakat Sesuai SDM
Komunitas Jumlah Besar an untuk Kemungkinan Sumber Sumber dana Adanya
Peran untuk dengan untuk Jumlah
yang nya dilakukan masalah untuk daya daya untuk fasilitas
Perawat menyelesaikan program mengatasi Skore
berisiko risiko pendidikan diatasi tempat waktu menyele kesehatan
Komunitas masalah kesehatan masalah
kesehatan saikan
kesehatan kesehatan
masalah
Resiko 5 4 3 4 4 3 4 4 4 kesehata
4 3 4 46
terjadinya n
komplikasi
berupa sroke,
gagal ginjal,
dan gagal
jantung pada
penderita
hipertensi di
RW 05
Kelurahan
Kricak
berhubungan
dengan

62
kurangnya
informasi
mengenai
hipertensi.

Keterangan :
Rentang Skor : 0-5

Keterangan :
0 = Nilai paling rendah
5 = Nilai paling tinggi

63
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA MASYARAKAT AGGREGAT LANSIA DENGAN MASALAH HIPERTENSI
DI KELURAHAN KRICAK RW 05, KECAMATAN TEGALREJO, YOGYAKARTA

Tujuan Strategi Rencana Evaluasi Penanggung


Dx. Kep Sumber Dana Tempat
Umum Khusus Intervensi Kegiatan Kriteria Standar Jawab
Resiko Setelah 1. Setelah Pemeriksaan - Pemeriksaan Sikap - Diharapkan Mahasiswa Di tempat Mahasiswa
terjadinya dilakukan dilakukan Kesehatan tekanan warga yang rumah Bu
komplikasi intervensi intervensi darah, menderita Tini (Cak
berupa sroke, keperawatan keperawatan Pengukuran hipertensi Nur)
komunitas komunitas mampu
gagal ginjal, berat badan RT 21
selama 2 selama 2 mengetahui
dan gagal dan tinggi
minggu, minggu, masalah
jantung pada diharapkan diharapkan:
badan. kesehatannya.
penderita tidak terjadi 1.1 Lansia
hipertensi di masalah memiliki Penyuluhan - Penyuluhan Kognitif - Diharapkan Mahasiswa Kricak Di Mahasiswa
RW 05 kesehatan pengetah Senam setelah tempat
Kelurahan tekanan darah uan baik hipertensi mendapatkan rumah Bu
Kricak tinggi pada tentang penyuluhan Tini (Cak
berhubungan kelompok usia penyakit senam Nur)
dengan lanjut di akibat hipertensi RT 21
kurangnya Kelurahan masalah warga antusias Kricak
Kricak RW 05. kesehatan dalam
informasi
tekanan melakukan
mengenai
darah senam dan
hipertensi. tinggi. menyadari

64
1.2 Lansia pentingnya
memiliki senam
pengetah Hipertensi bagi
uan, penderitanya.
sikap,
dan Pemberdayaan - Senam Psikomotor - Setelah Mahasiswa Di tempat Mahasiswa
ketrampil Lansia hipertensi dilakukan rumah Bu
an yang senam Tini (Cak
baik hipertensi Nur)
tentang diharapkan
RT 21
masalah warga merasa
Kricak
kesehatan lebih baik.
lansia.
Penyuluhan - Penyuluhan Kognitif - Diharapkan Mahasiswa Di tempat Mahasiswa
2. Setelah dan dan warga mampu rumah Bu
dilakukan Demonstrasi Demonstrasi menanggulangi Tini (Cak
intervensi pembuatan masalah Nur)
keperawatan obat hipertensi sejak RT 21
komunitas dini dengan
tradisional Kricak
selama 2 obat tradisional
minggu, yang bisa di
diharapkan: buat sendiri
2.1 Terbentu
knya
kelompo
k self
help

65
group
(SHG) di
RW 05 di
Keluraha
n Kricak.

3. Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
komunitas
selama 2
minggu,
diharapkan:
3.1 Usia
lansia
mampu
menerapk
an
perilaku
yang baik
untuk
mencegah
terjadinya
masalah
kesehatan
hipertensi.

66
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA MASYARAKAT AGGREGAT LANSIA DENGAN MASALAH HIPERTENSI
DI KELURAHAN KRICAK RW 05, KECAMATAN TEGALREJO, YOGYAKARTA

Evaluasi
Diagnosa Implementasi Faktor Faktor
No Tanggal Tujuan Sasaran (Struktur, Proses, Pelaksana
Keperawatan Kegiatan Pendukung Penghambat
Hasil)
1. Resiko Jumat, 12 - Pemeriksaan - Untuk Lansia dari S : Lansia mengatakan Lansia sangat Waktu dan Mahasiswa
terjadinya Mei 2017 tekanan darah, mengetahui RW 05 Kricak siap diperiksa dan antusias dan tempat kurang
komplikasi Jam 15.30 Pengukuran berat masalah ingin sekali bersemangat. mendukung
berupa sroke, WIB badan dan tinggi kesehatann mengetahui
ya.
gagal ginjal, badan. hasilnya.
dan gagal O : Hasil pemeriksaan
jantung pada Tekanan Darah
penderita antara 120/70
hipertensi di 190/100 mmHg,
RW 05 BB antara 38 85
Kelurahan kg, TB antara 133
Kricak 169 cm.
berhubungan
dengan Jumat, 12 - Penyuluhan - Untuk Lansia dari S : Lansia mengatakan Lansia sangat Waktu Mahasiswa
kurangnya Mei 2017 Senam hipertensi mengetahui RW 05 Kricak mengerti dengan antusias dan penyuluhan

67
informasi Jam 16.00 cara-cara apa yang diberikan bersemangat. singkat.
mengenai WIB melakukan penyuluh tentang
hipertensi. senam cara-cara senam
hipertensi hipertensi dan
dan tujuan
tujuan dari senam
dari senam
hipertensi.
hipertensi.
O : Lansia terlihat
fokus dalam
penyuluhan.

Jumat, 12 - Senam hipertensi - Untuk Lansia dari S : Lansia mengatakan Lansia sangat Waktu senam Mahasiswa
Mei 2017 mengetahui RW 05 Kricak kalau dirinya antusias dan singkat.
Jam 16.20 bagaimana senang melakukan bersemangat.
WIB cara senam.
melakukan O : Lansia mampu
senam
mengikuti senam
hipertensi.
secara aktif

Jumat, 12 - Penyuluhan dan - Untuk Lansia dari S : Lansia mengatakan Lansia sangat Waktu dan Mahasiswa
Mei 2017 Demonstrasi mengetahui RW 05 Kricak kalau dirinya antusias dan tempat kurang
Jam 17.00 pembuatan obat cara memahami cara bersemangat. mendukung.
WIB tradisional mengontrol pengelolaan
hipertensi mentimun
dengan
obat

68
tradisional O : Lansia mampu
dan menjelaskan
mampu kembali cara
menanggul pengelolaan
angi
mentimun.
masalah
hipertensi
sejak dini
dengan
obat Jumat, 12 Mei 2017
tradisional Jam 18.00 WIB
yang bisa S : Lansia mengatakan
di buat siap diperiksa dan
sendiri. ingin sekali
mengetahui
hasilnya. Lansia
mengatakan
mengerti dengan
apa yang diberikan
penyuluh tentang
cara-cara senam
hipertensi dan
tujuan dari senam
hipertensi. Lansia
mengatakan kalau

69
dirinya senang
melakukan senam.
Lansia mengatakan
kalau dirinya
memahami cara
pengelolaan
mentimun.
O : Hasil pemeriksaan
Tekanan Darah
antara 120/70
190/100 mmHg,
BB antara 38 85
kg, TB antara 133
169 cm. Lansia
terlihat fokus
dalam penyuluhan.
Lansia mampu
mengikuti senam
secara aktif. Lansia
mampu
menjelaskan
kembali cara
pengelolaan
mentimun.

70
A : Masalah Resiko
terjadinya
komplikasi berupa
sroke, gagal ginjal,
dan gagal jantung
pada penderita
hipertensi di RW
05 Kelurahan
Kricak
berhubungan
dengan kurangnya
informasi
mengenai
hipertensi dapat
diatasi.
P : Hentikan
Intervensi.

71
BAB V
PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI KEPERAWATAN

A. PEMBAHASAN
Analisa diatas membantu mengidentifikasi di wilayah RW 05 Kelurahan
Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta, tentang kelebihan, kekurangan dan kelemahan
serta ancaman kesehatan yang ada. Dengan melihat analisa diatas maka
kelompok kami mencoba untuk merencanakan pengembangan pelaksanaan
proses keperawatan dengan melibatkan warga.
Kondisi warga yang terbuka dan menerima mahasiswa dengan baik
memudahkan kami melakukan pengkajian dan hal ini juga menjadi kelebihan
dari warga untuk menerima informasi, namun ternyata setelah kita melakukan
pengkajian lebih mendalam tentang kesehatan Masalah Hipertensi paling
dominan dalam lingkungan warga di RW 05 Kelurahan Kricak, Tegalrejo,
Yogyakarta, yang sebagian besar di derita lansia.
Dalam kasus ini diagnose keperawatan yang muncul adalah Resiko
terjadinya komplikasi berupa sroke, gagal ginjal, dan gagal jantung pada
penderita hipertensi di RW 05 Kelurahan Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta,
berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai hipertensi.
Dari data yang kita peroleh tentang Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Responden warga masyarakat di RW 05 Kelurahan Kricak, Tegalrejo,
Yogyakarta, 99% kurang dan 4% baik karena rata-rata penderita adalah lansia.
Dari masalah kesehatan tersebut kami merancang berbagai kegiatan yang
sudah terlaksana seperti :
1. Pemeriksaan tekanan darah, pengukuran berat badan dan tinggi badan.
2. Penyuluhan Senam hipertensi.
3. Senam hipertensi.
4. Penyuluhan dan Demonstrasi pembuatan obat tradisional.

72
Sehingga warga masyarakat lebih tau tentang masalah kesehatan yang
mereka derita khususnya HIPERTENSI, serta dapat memberikan kegiatan yang
bermanfaat yang dibutuhkan warga.
Kami harap kegiatan penyuluhan dan senam hipertensi tetap berlangsung
rutin dengan pengawasan dari puskesmas atau kader kesehatan di RW 05
Kelurahan Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta.

B. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil kuesioner bahwa tingginya angka hipertensi pada
Lansia, maka kegiatan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia yaitu perlu
diadakan pemeriksaan tekanan darah, pengukuran berat badan dan tinggi badan
dan penyuluhan tentang senam hipertensi. Juga perlu diadakan demonstrasi
untuk mengurangi tekanan darah tinggi dengan mentimun dan memberikan
pelatihan senam hipertensi, memotivasi masyarakat agar rutin kontrol tekanan
darah ke posyandu bahkan ke puskesmas terdekat, secara rutin melakukan
senam hipertensi secara mandiri serta mengendalikan diit atau pola makan
sehari-hari dan dengan adanya program tersebut apabila suatu saat dilakukan
lagi pengkajian data tentang kesehatan maka kejadian hipertensi tidak lagi
ditemukan sebagai angka penyakit tertinggi.

73
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Komunitas adalah sekelompok orang yang memiliki karakteristik sama:
komunitas yang dapat ditentukan berdasarkan lokasi, ras, etnik, usia, pekerjaan,
perhatian terhadap masalah, atau hasil akhir tertentu, atau memiliki ikatan yang
sama.
Komunitas adalah masyarakat terbatas yang mempunyai persamaan
value, interest dan merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi
jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga.
Keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat
ilmiah, sistematis, dinamis, continue, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau
masyarakat yang langkah-langkahnya dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi
tindakan keperawatan.
Secara umum tujuan dari keperawatan kesehatan komunitas adalah
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan
sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
Sedangkan tujuan khusus dari keperawatan kesehatan komunitas adalah
untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat dalam hal :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
2. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
3. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/
keperawatan.
4. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
5. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/
keperawatan.

74
6. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
7. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care).
8. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
9. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu
dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
10. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.

B. SARAN
1. Masyarakat
Hendaknya masyarakat lebih memperhatikan kesehatan lingkungan
sekitar serta dapat menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih, agar tercipta
lingkungan yang sehat serta terhindar dari resiko penyakit.
2. Anggota Profesi
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
hendaknya memperhatikan aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan
pengetahuan tentang tujuan yang direncanakan akan tercapai sesuatu dengan
tingkat aspek yang dimiliki keluarga melalui metode penyuluhan, penjelasan
maupun diskusi bersama.
3. Provider (Mahasiswa Keperawatan)
Diharapkan setelah membaca Asuhan Keperawatan ini provider dapat
mengembangkan dan memperbaruhi hal-hal yang kurang dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan penulis.
4. Puskesmas
Hendaknya puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
baik serta mampu menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana
yang memadai yang dapat membantu kesembuhan pasien, sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan yang optimal pada umumnya
anggota keluarga dan pada pasien dengan hipertensi khususnya.

75
DAFTAR PUSTAKA

76
LAMPIRAN

77

Anda mungkin juga menyukai