Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat
menyebabkan kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta
orang buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang
berhubungan dengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar
18 juta orang.
Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas &
Universitas 2013). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya
yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama
sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat
seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter
(Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada
usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih
dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007). Katarak merupakan masalah penglihatan
yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada
tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar
48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di
dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil
survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama
yaitu sebesar 52%. Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada
lansia.
Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya
katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi
vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma,
infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, genetik dan myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada
yang dapat dihindari masyarakat untuk mencegah percepatan terjadinya katarak,
misalnya merokok.(Utara 2009)
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari katarak?


2. Apa faktor dan penyebab yang mempengaruhi katarak?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya katarak?
4. Bagaimana tanda dan gejala katarak?
5. Bagaimana pathway katarak?
6. Apa saja jenis dan stadium katarak?
7. Bagaimana cara mencegah katarak?
8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan katarak?
9. Bagaimana diagnosa, intervensi dan criteria hasil keperawatan?
10. Bagaimana evaluasi hasil nya?

C. Tujuan
1. Mengetahuidefinisi dari katarak
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi katarak
3. Mengetahui patofisiologi terjadinya katarak
4. Mengetahui tanda gejala katarak
5. Mengetahui pathway katarak
6. Mengetahui jenis dan stadium katarak
7. Mengetahui cara mencegah katarak
8. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan katarak
9. Mengetahui diagnosa, intervensi, dan criteria hasil yang diberikan pada klien
10. Mengatahui evaluasi dari hasil asuhan keperawatan

BAB II
TINJAUAN TEORI
1) PENGERTIAN KATARAK
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho (2011)
Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata,akan tetapi
keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2004). Katarak sendiri diumpamakan
seperti penglihatan yg tertutup airterjun akibat kerunhya lensa (Tamsuri,2004)
biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.(Utara 2009)
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan
lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata
sehingga penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa
melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani
Cataracta yang berarti Air terjun, hal ini disebabkan karena penderita katarak
seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas,
2003).(Nyoman et al. 2014).

2) FAKTOR DAN PENYEBAB TERJADINYA KATARAK


Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, namun katarak juga dapat
diakibatkan oleh kelainan kongenital (Tamsuri, 2004). Banyak faktor dikaitkan dengan
katarak, yaitu umur sebagai faktor utama, dan faktor lainnya antara lain penyakit
diabetes melitus (DM), pajanan kronis terhadap sinar ultraviolet (sinar matahari),
konsumsi alkohol, nutrisi, merokok, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan (Tana dkk., 2009)
1. Umur
Bertambahnya umur harapan hidup di seluruh dunia, khususnya dinegara
berkembang, menyebabkan bertambah banyaknya jumlah orang tua secara cepat. Hal
ini dapat menimbulkan fenomena pertambahan kasus katarak, karena dengan
sendirinya jumlah kebutaan karena katarak akan bertambah banyak. Katarak senilis
(lebih dari 40 tahun) merupakan penyebab yang terbanyak penurunan penglihatan
pada orang usia lanjut. Pada penelitian cross sectional dikatakan bahwa prevalensi
katarak sekitar 50 % pada usia antara 65 smpai 74 tahun dan meningkat 70 % pada
usia di atas 75 tahun (Wisnujono, 2004).
2. Jenis kelamin
Menurut Rasyid, dkk (2010) kejadian katarak lebih banyak terjadipada
perempuan dari pada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang menemukan 114
orang (71,7%) penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57 orang
(63,4%) penderita katarak berjenis kelamin laki-laki.
3. Katarak erat kaitannya juga dengan pekerjaan yang berada di luar gedung, dimana
sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor risiko terjadinya katarak.
4. Pendapatan dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah.
Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal penghasilan memiliki
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi setiap harinya. Status ekonomi
juga dihubungkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang yang berkaitan
dengan kemauan untuk mencari informasi mengenai pengobatan katarak, sehingga
munculnya tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak disadari oleh seseorang karena
dirasakan masih belum menganggu. Pada umumnya seseorang akan mengunjungi
tempat pelayanan kesehatan mata setelah merasa terganggu pada matanya. Selain itu
juga penderita katarak yang berasal dari golongan ekonomi rendah tidak akan mampu
mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga
pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana
pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga yang
mengantar menjadi mahal (Pujiyanto, 2004).
5. Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, salah satunya
adalah katarak. peningkatan enzim aldose reduktase dapat mereduksi gula menjadi
sorbitol, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan osmotik sehingga serat lensa lama-
kelamaan akan menjadi keruh dan menimbulkan katarak (Pollreisz dan Erfurth, 2010).
6. Merokok Dari beberapa faktor risiko terjadinya katarak, salah satunya adalah
merokok. Rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu,
pertama paparan asap rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak membrane sel
dan serat-serat yang ada pada mata. Ke dua yaitu, merokok dapat menyebabkan
antioksidan dan enzim-enzim di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat
merusak mata (United For Sigth, 2003 ) Pada penelitian dengan menggunakan kasus-
kontrol, di mana kasus sebanyak 54 orang dan kontrol 35 orang, hasil uji multivariat
(OR=2,287) menunjukkan hubungan merokok dapat meningkatkan kejadian katarak 2
kali dibandingkan dengan yang tidak merokok.

C. PATOFISIOLOGI KATARAK
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi
menurut masing-masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan
bukti adanya agregasi protein, cedera oksidatif dan peningkatan
pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu pada katarak traumatika
dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa mata mengalami
rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan mekanisme katarak komplikasi
bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit
diabetes mellitus akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang
kemudian menyebabkan lensa mata menyerap air (Kowalak, 2011)
sedangkan katarak kongenital merupakan bentuk yang memberikan
tantanggan khusus. Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa secara kimiawi
pembentukan katarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen dan
bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi.
Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kalium, asam
askorbat serta protein menjadi berkurang.
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa
protein dan mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan
oksigen dan penurunan air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium
dan berubahnya protein larut menjadi tidak dapat larut. Pada kondisi
tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata.
Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan perubahan kandungan
bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang pada
akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang
sampai di berbagai bagian lensa atau kapsulnya. (Pascasarjana & Udayana
2013)
D. TANDA DAN GEJALA KATARAK
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai
pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan
adalah :
1. Silau Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi
keparahannya mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan
yang terang hingga silau pada saat siang hari atau sewaktu melihat lampu
mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini khususnya dijumpai
pada tipe katarak posterior subkapsular. Pemeriksaan silau ( test glare )
dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan penglihatan yang
disebabkan oleh sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang
pandangan pasien.
2. Diplopia monokular atau polyopia Terkadang, perubahan nuklear terletak
pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan
multipel di tengah lensa. Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah
retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini kadang kadang
menyebabkan diplopia monokular atau polyopia. Hal-hal ini bisa terjadi
pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
3. Distorsi Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan
bergelombang,24 sering dijumpai pada stadium awal katarak.
4. Penurunan tajam penglihatan Katarak menyebabkan penurunan
penglihatan progresif tanpa rasa nyeri.
5. Sensitivitas kontras Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien
untuk mendeteksi variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan
benda yang bervariasi dalam hal kontras, luminance dan frekuensi spasial.
Sensitivitas kontras dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan
yang tidak terdeteksi dengan Snellen. Namun, hal tersebut bukanlah
indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak.
6. Myopic shift Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri
kekuatan lensa, yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang.
Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya
penglihatan dekat oleh karena meningkatnya myopia akibat peningkatan
kekuatan refraktif lensa nuclear sklerotik, sehingga kacamata baca atau
bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut second sight.
Namun, seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan
tersebut akhirnya hilang juga.(Mata 2010)

E. PATHWAY
F. JENIS- JENIS DAN STADIUM KATARAK
Stadium katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal) Katarak
subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien Katarak intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks
hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan
memberikan miopisasi
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak
yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh
lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar
sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa
yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak
matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali,
tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
4. Katarak hipermatur, merupakan

katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi


keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari
kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering.
Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul
lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai dengan
penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu
disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih
berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.(Masyarakat 2012)
G. CARA MENCEGAH TERJADINYA KATARAK
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan:
1. Menjaga kadar gula darah selalu normal
Pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada
mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung
vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah,
buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan
vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan E dapat
memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang
dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu
penyebab katarak. (Masyarakat 2012).
2. Katarak yang disebabkan oleh faktor resiko lain dapat diusahakan
pencegahannya, misalnya dengan memberikan perlindungan khusus pada
mata seperti topi atau kacamata untuk menghindari radiasi sinar ultra
violet.
3. Menghindari cedera pada mata atau prilaku merokok dan minum alkohol.
Upaya pencegahan ini dibutuhkan untuk menghindari datangnya katarak
pada usia dini.
H. PENATA LAKSANAAN MEDIS
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan
tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak
diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini
tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun,
aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa
menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang
diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol,
aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E2,5,7,9.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah
berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini
phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan,
yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung
pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra
capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi
(ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur
operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE,
dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea
kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme,
glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi
untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami
prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata
dengan sitoid macular edema. Pasca bedah ablasi, untuk mencegah
penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak pasca bedah ablasi,
untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan
ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan
kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-
3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan
katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang
telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak
diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan
pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik
ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan
keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan
lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra
okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita
memerlukan lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan
cara sebagai berikut: kacamata afakia yang tebal lensanya lensa kontak
lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata
pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah
diangkat(Klinis & Protein 2010)
I. PENATA LAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
i. Nama
ii. Usia
iii. Alamat
iv. Jenis kelamin
v. Agama
vi. Status
b. Anamnesis
Kaji keluhan utama pasien saat itu. Kaji riwayat penyakit saat ini. Kaji riwayat
penyakit dahulu. Lebih lanjut kaji riwayat kesehatan keluarga dan riwayat
psikososial(Muttaqin dan Kumala, 2009).
c. Pemeriksaan fisik.
Fokus utama pada pemeriksaan mata. Ketika pelebaran pupil, akan dapat ditemukan
gambaran kekeruhan lensa berbentuk berkas putih. Pasien akan mengeluhkan adanya
diplopia, pandangan berkabut. Tajam penglihata pasien juga mengalami penurunan
(myopia).
d. Pemeriksaaan penunjang; pemeriksaan visus untuk mengetahui batas penglihatan
pasien. Dapat juga dilakukan pemeriksaan lapang pandang.
e. Penatalaksanaan Bedah Katarak 1) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa. dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder (Ilyas, 2004). 2) Ekstraksi
Katarak Intra Kapsular (EKIK) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan
pemakaian alat khusus sehingga tidak banyak penyulit dan pembedahan ini tidak akan
terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2004).

J. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN


1. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan (Tamsuri, 2011). Tujuan: pasien melaporkan
kemampuan yang lebih baik untuk rangsang penglihatan dan
mengkomunikasikan perubahan visual. Kriteria hasil: Pasien
mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk
meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan. Intervensi dan Rasional;
Kaji ketajaman penglihatan; untuk mengidentifikasi kemampuan visual
pasien. Orientasikan pasien akan lingkungan fisik sekitarnya; untuk
meningkatkan kemampuan persepsi sensori. Anjurkan penggunaan
alternative rangsang lingkungan; untuk meningkatkan kemampuan
respons stimulus lingkungan. Cegah sinar yang menyilaukan; untuk
mencegah distress. Optimalisasi lingkungan untuk menurunkkan resiko
cedera.
2. Diagnosa: Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kejadian operasi (Tamsuri, 2011). Tujuan: Tidak terjadi kecemasan. Kriteria
hasil: Pasien mengungkapkan kecemasan berkurang Intervensi dan
Rasional; Kaji tingkat kecemasan, untuk mengetahui kecemasan klien.
Mendorong klien mengungkapkan perasaannya, hal ini dapat mengurangi
rasa cemas pada klien. Menjelaskan gambaran yang terjadi pada saat
pembedahan, peningkatan pemahaman tentang kejadian yang mungkin
terjadi dapat menurunkan kecemasan. Memberikan kesempatan bertanya,
dapat memerjelas pemahaman.
3. Diagnosa: Nyeri berhubungan dengan luka post operasi (Tamsuri,2011).
Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol. Kriteria hasil: pasien melaporkan
nyeri berkurang atau terkontrol. Intervensi dan Rasional; Kaji nyeri klien,
untuk mengetahui derajat nyeri klien. Mengajarkan teknik relaksasi, dapat
menurunkan intensitas nyeri. Berikan posisi yang nyaman, posisi yang
tepat mempengaruhi perasaan nyeri. Lakukan kolaborasi pemberian
antalgesik, untuk mengurangi nyeri dengan menaikkan ambang nyeri.
Monitor kenyamanan manajemen nyeri, untuk memantau perkembanagan.
4. Diagnosa: Resiko Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan
kerentanan, sekunder akibat interupsi bedah pada permukaan mata
Tujuan: bebas dari infeksi. Kriteria hasil: Tanda infeksi selama fase
perawatan tidak muncul. Intervensi dan Rasional; Anjurkan istirahat yang
cukup meminimalisir terjadi infeksi. Berikan asupan nutrisi cukup, untuk
meningkatkan imunitas tubuh. Ajarkan teknik aseptik, untuk mencegah
infeksi. Monitor tanda infeksi, untuk memantau perkembangan klien.
Kolaborasi pemberian antibiotic, meningkatkan imun.
5. Diagnosa: Defisit pengetahuan b.d terbatasnya informasi. Tujuan:
memahami cara perawatan dirumah. Kriteria hasil: Pasien mampu
mengidentifikasi kegiatan perawatan rumah yang diperlukan. Intervensi
dan Rasional; Kaji tingkat pengetahuan keluarga, untuk mengetahui
pemahaman keluarga. Menjelaskan tentang proses penyakit, memberikan
gambaran dari penyakit yang diderita klien. Menjelaskan tindakan yang
diperbolehkan dan yang perlu dihindari, meningkatkan pemahaman
keluarga. Memberika kesempatan bertanya, untuk memperluas cakupan
diskusi pembahasan.(Anon 2012)
K. EVALUASI
1. Gangguan Penglihatan mata dirasa minimal
2. Pasien tampak tenang
3. Skala nyeri setelah operasi berkurang

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata.
Faktor-faktor penyebab katarak antara lain: umur, jenis kelamin, lingkungan, status
sosial, nutrisi, pola hidup. Stadium katarak dibagi menjadi 4 antara lain: Katarak
Insipien, Imatur, Matur, Hipermatur.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak
sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang
merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.

Anda mungkin juga menyukai