PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat
menyebabkan kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta
orang buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang
berhubungan dengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar
18 juta orang.
Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas &
Universitas 2013). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya
yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama
sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat
seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter
(Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada
usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih
dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007). Katarak merupakan masalah penglihatan
yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada
tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar
48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di
dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil
survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama
yaitu sebesar 52%. Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada
lansia.
Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya
katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi
vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma,
infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, genetik dan myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada
yang dapat dihindari masyarakat untuk mencegah percepatan terjadinya katarak,
misalnya merokok.(Utara 2009)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahuidefinisi dari katarak
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi katarak
3. Mengetahui patofisiologi terjadinya katarak
4. Mengetahui tanda gejala katarak
5. Mengetahui pathway katarak
6. Mengetahui jenis dan stadium katarak
7. Mengetahui cara mencegah katarak
8. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan katarak
9. Mengetahui diagnosa, intervensi, dan criteria hasil yang diberikan pada klien
10. Mengatahui evaluasi dari hasil asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
1) PENGERTIAN KATARAK
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho (2011)
Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata,akan tetapi
keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2004). Katarak sendiri diumpamakan
seperti penglihatan yg tertutup airterjun akibat kerunhya lensa (Tamsuri,2004)
biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.(Utara 2009)
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan
lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata
sehingga penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa
melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani
Cataracta yang berarti Air terjun, hal ini disebabkan karena penderita katarak
seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas,
2003).(Nyoman et al. 2014).
C. PATOFISIOLOGI KATARAK
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi
menurut masing-masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan
bukti adanya agregasi protein, cedera oksidatif dan peningkatan
pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu pada katarak traumatika
dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa mata mengalami
rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan mekanisme katarak komplikasi
bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit
diabetes mellitus akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang
kemudian menyebabkan lensa mata menyerap air (Kowalak, 2011)
sedangkan katarak kongenital merupakan bentuk yang memberikan
tantanggan khusus. Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa secara kimiawi
pembentukan katarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen dan
bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi.
Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kalium, asam
askorbat serta protein menjadi berkurang.
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa
protein dan mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan
oksigen dan penurunan air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium
dan berubahnya protein larut menjadi tidak dapat larut. Pada kondisi
tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata.
Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan perubahan kandungan
bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang pada
akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang
sampai di berbagai bagian lensa atau kapsulnya. (Pascasarjana & Udayana
2013)
D. TANDA DAN GEJALA KATARAK
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai
pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan
adalah :
1. Silau Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi
keparahannya mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan
yang terang hingga silau pada saat siang hari atau sewaktu melihat lampu
mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini khususnya dijumpai
pada tipe katarak posterior subkapsular. Pemeriksaan silau ( test glare )
dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan penglihatan yang
disebabkan oleh sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang
pandangan pasien.
2. Diplopia monokular atau polyopia Terkadang, perubahan nuklear terletak
pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan
multipel di tengah lensa. Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah
retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini kadang kadang
menyebabkan diplopia monokular atau polyopia. Hal-hal ini bisa terjadi
pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
3. Distorsi Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan
bergelombang,24 sering dijumpai pada stadium awal katarak.
4. Penurunan tajam penglihatan Katarak menyebabkan penurunan
penglihatan progresif tanpa rasa nyeri.
5. Sensitivitas kontras Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien
untuk mendeteksi variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan
benda yang bervariasi dalam hal kontras, luminance dan frekuensi spasial.
Sensitivitas kontras dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan
yang tidak terdeteksi dengan Snellen. Namun, hal tersebut bukanlah
indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak.
6. Myopic shift Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri
kekuatan lensa, yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang.
Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya
penglihatan dekat oleh karena meningkatnya myopia akibat peningkatan
kekuatan refraktif lensa nuclear sklerotik, sehingga kacamata baca atau
bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut second sight.
Namun, seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan
tersebut akhirnya hilang juga.(Mata 2010)
E. PATHWAY
F. JENIS- JENIS DAN STADIUM KATARAK
Stadium katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal) Katarak
subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien Katarak intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks
hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan
memberikan miopisasi
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak
yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh
lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar
sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa
yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak
matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali,
tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
4. Katarak hipermatur, merupakan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata.
Faktor-faktor penyebab katarak antara lain: umur, jenis kelamin, lingkungan, status
sosial, nutrisi, pola hidup. Stadium katarak dibagi menjadi 4 antara lain: Katarak
Insipien, Imatur, Matur, Hipermatur.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak
sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang
merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.