Anda di halaman 1dari 11

5

II. UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI BENDUNG BATANG ASAI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Bendung

Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun


melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka
air atau untuk mendapatkan tinggi terjun, sehingga air dapat disadap dan dialirkan
secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya. (Mawardi dan Memed, 2002)
Bendung berfungsi antara lain untuk meninggikan taraf muka air, agar air sungai
dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan untuk mengendalikan aliran, angkutan
sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman,
efektif, efisien dan optimal. (Mawardi dan Memed, 2002) .
Bendung adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi
waduk, danau ,atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk
mengalirkan air kesebuah pembangkit listrik tenaga air. Kebanyakan dam juga
memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan
secara bertahap atau berkelanjutan.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 03-2401-1991 tentang pedoman
perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk bangunan di sungai adalah bangunan
ini dapat didesain dan dibangunan sebagai bangunan tetap, bendung gerak, atau
kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan
angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya,
air dapat dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya.
Fungsi utama dari bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka air dari
sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat
bangunan pengambilan (intake structure), dan untuk mengendalikan aliran,
angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara
aman, efisien, dan optimal, (Mawardi & Memet, 2010).
6

2.1.2 Klasifikasi Bendung


Adapun klasifikasi bendung sebagai berikut:
1. Bendung berdasarkan fungsinya:
a. Bendung penyadap, digunakan sebagai penyadap aliran sungai untuk
berbagai keperluan seperti untuk irigasi, air baku dan sebagainya.
b. Bendung pembagi banjir, dibangun di percabangan sungai untuk
mengatur muka air sungai, sehingga terjadi pemisahan antara debit
banjir dan debit rendah sesuai dengan kapasitasnya.
c. Bendung penahan pasang, dibangun dibagian sungai yang dipengaruhi
pasang surut air laut antara lain untuk mencegah masuknya air asin.
2. Bendung berdasarkan tipe strukturnya:
a. Bendung tetap, bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi
pembendunganya tidak dapat diubah, sehingga muka air di hulu
bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki. Pada bendung
tetap elevasi muka air dihulu bendung berubah sesuai dengan debit
sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun
turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai.
Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing tebing sungai relative
lebih curam dari pada di daerah hilir.
b. Bendung gerak, bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi
pembendunganya dapat diubah susuai yang dikehendaki. Pada
bendung gerak elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan
naik atau turun sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau
menutup pintu air. Bendung gerak biasanya dibangun pada hilir sungai
atau muara.
3. Berdasarkan dari segi sifatnya:
a. Bendung permanen, seperti bendung pasangan batu, beton, dan
kombinasi beton dan pasangan batu.
b. Bendung semi permanen, seperti bendung broncong.
c. Bendung darurat, yang dibuat oleh masyarakat pedesaan seperti
bendung tumpukan batu dan sebagainya (Mawardi dan Memet 2010).
7

2.1.3 Model Fisik Hidraulik


Model fisik hidraulik atau sering disebut sebagai model skala adalah
peniruan bangunan prototipe ke dalam suatu model miniatur skala tertentu,
dengan memperhatikan prinsip kesebangunan dan hubungan antar skala parameter
yang harus dipenuhi (De Vries, M, 1977). Penetapan skala model apabila
hubungan antar skala dan kesebangunan telah dipenuhi, maka sebelum
menetapkan besaran skala yang akan digunakan terlebih dahulu harus
memperhatikan tingkat ketelitian (Sharp J.J., 1981).
Pembuatan model bendung dan bendungan dilakukan dengan cara
pembuatan topografi dilapangan dengan sesuai skala tertentu. Model seri 0 di uji
untuk mengetahui apakah bendung tersebut layak untuk digunakan dalam jangka
waktu tertentu dan juga tidak merusak bendung tersebut.
Pengujian bendung tersebut antara lain:
1. Kecepatan alian
2. Debit aliran
3. Elevasi
4. Tinggi Muka Air

Tata Cara Pembuatan Model yaitu:


Faktor yang diperhatikan dalam pembuatan model yaitu:
1. Kapasitas pompa
2. Lahan atau tempat tersedia
3. Gambar-gambar yang akan dimodelteskan dari konsultan.

Langkah-langkah Pengerjaan Model


1. Mempelajari gambar-gambar yang diterima dari konsultan yang akan
dimodelteskan
2. Menentukan batas model sesuai lahan yang ada
3. Melihat dasar sungai udik dan hilir (batasan elevasi udik dan hilir)
4. Menetukan skala berdasarkan fakta
5. Menentukan skala model.

Persiapan dan Pembuatan Model Fisik


1. Perhitungan skala model
8

Skala model ditentukan sedemikian sehingga cukup untuk mewakili


prototype dan sesuai dengan luas lahan dan fasilitas yang tersedia,
misalnya besar pompa dan reservoir yang tersedia.
2. Persiapan lahan / tempat model
3. Pembuatan / pembangunan model,
Bahan yang digunakan untuk pembuatan model, antara lain: triplek,
batako, pasir, semen PC, benang, paku, kerikil, lumpur, dan akrilik.
4. Pengujian model Dalam pengujian model,
Alat yang dipakai antara lain: pompa listrik berkapasitas, kolam
penampungan air, pengukur elevasi muka air (mistar ukur) water pass,
pengukur kecepatan air (current meter) dan video kamera.
9

2.2 Pengujian Bendung Batang Asai Seri 0


2.2.1 Peralatan dan Fasilitas
Peralatan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :

1. Waterpass ;
2. Tripod ;
3. Meteran ;
4. Benang kasur ;
5. Tali plastik ;
6. Bola tenis meja ;
7. Current meter digital ;
8. PC dan kelengkapannya ;
9. Software Autocad 2009 ;
10. Alat Ukur Thomson ;
11. Alat tulis.

Fasilitas yang menunjang dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah


1. Laboratorium tertutup berukuran 30 x 100 m2 untuk mensimulasikan
model dengan skala yang memadai
2. Sistem suplai air dan pompa berkapasitas 6 x 150 l/s
3. Perbengkelan (workshop) untuk menunjang pembuatan bagian-bagian
model yang terdiri dari perlatan kayu, besi, gelas fleksi, dan sebagainya

2.2.2 Pelaksanaan dan Pengujian


Adapun tahapan dalam pengujian model fisik 3D ini adalah sebagai
berikut :
1. Penggambaran Lengkung Debit
Lengkung debit ini dilakukan dengan pengamatan tinggi muka air pada
berbagai variasi debit di udik dan di hilir bendung. Debit yang digunakan untuk
mengukur tinggi muka air yaitu debit 2 tahun, 10 tahun, dan 100 tahun.
Pembuatan lengkung debit ini dilakukan dengan membaca meteran taraf di udik
dan di hilir bendung. Output dari penggambaran lengkung debit ini adalah
10

hubungan antara debit terhadap elevasi muka air. Penggambaran lengkung debit
juga dilakukan dengan keadaan pintu air tertutup dan terbuka.
Dengan Q = 1.39 h 5/2
Keterangan: Q = debit (m3/s)
h = Ketinggian air (m)

2. Arah Aliran dan Kecepatan dari udik menuju bangunan


Pengukuran arah aliran dan kecepatan aliran dilakukan dengan variasi
debit yang sama dengan percobaan lengkung debit, yaitu debit periode ulang 2
tahun, 10 tahun, dan 100 tahun. Percobaan debit ini sesuai dengan debit rencana
pada DAS tersebut. Pengukuran Kecepatan aliran dilakukan dengan alat current
meter digital. Pengukuran dilakukan di tiap-tiap nomor yang dipasang pada
penampang melintang saluran. Pengamatan arah aliran digunakan bola tenis meja
yang di beri pemberat. Sehingga bola mengikuti aliran dari udik ke hilir pada
tiap-tiap nomor penampang melintang saluran. Penggambaran berdasarkan arah
bola yang melewati saluran hingga ke hilir bendung.

3. Penggerusan Setempat di hilir bangunan


Percobaan pengambilan data penggerusan yaitu dengan mengamati dan
menggambarkan garis kontur gerusan yang terjadi pada saluran. Percobaan juga
dilakukan dengan bukaan pintu air yang berbeda. Semakin sedikit gerusan yang
terjadi maka akan semakin bagus pula desain bendung tersebut. Percobaan juga
dilakukan dengan periode debit yang berbeda-beda.

4. Pembilasan di mulut pintu bangunan pembilas bendung


Percoban pembilasan dilakukan penyelidikan dengan 4 variasi debit.
Percobaan dilakukan dengan lama pengaliran 1 jam. Dan dengan 2 perlakuan
yaitu pintu intake buka dan tutup. Pengambilan data pembilasan yaitu dengan
mengamati dan menggambarkan garis kontur yang terjadi pada pintu air.
Percobaan dilakukan dengan debit yang berbeda-beda tergantung debit rencana.
Semakin besar sedimen yang tergerus pada pintu air dan pintu intake maka akan
semakin bagus pula sistem bendung yang di rencanakan.
11

5. Debit Intake
Pengukuran debit intake dilakukan untuk mengetahui debit yang masuk ke
saluran irigasi. Air yang masuk ke saluran irigasi ini nantinya digunakan untuk
mengairi lahan pertanian. Pengukuran debit dilakukan dengan metode thomson.
Adapun alat yang digunakan adalah waterpass, tripod dan meteran BAK.
Percobaan dilakukan dengan tinggi muka air di saluran intake. Percobaan juga
dilakukan dengan periode debit yang berbeda-beda.

2.3 Hasil Pengujian Model Seri 0 Batang Asai


2.3.1 Analisis Lengkung Debit
Analisis lengkung debit dilakukan untuk memeriksa kapasitas bangunan,
dilakukan dengan mengukur tinggi muka air pada lokasi waduk di hulu bangunan
mercu dan di hilir peredam energi. Pengamatan tinggi muka air dimaksudkan agar
dapat mengetahui keadaan tinggi muka air untuk berbagai debit banjir. Hasil
percobaan muka air di udik bendung untuk berbagai variasi debit dapat dilihat
pada lampiran 4

Gambar 3. Hubungan antara muka air udik dengan debit


Sumber : Hasil Pengamatan

Pada gambar diatas dapat dilihat hubungan antara muka air udik dengan
debit, dapat dilihat bahwa kenaikan air pada setiap kenaikan debit sangat
signifikan terlihat dari grafiknya yang terjal.
12

Gambar 4. Hubungan antara muka air hili dengan debit


Sumber : Hasil Pengamatan

Pada gambar diatas dapat dilihat hubungan antara muka air hilir dengan
debit, dapat dilihat bahwa jika debit yang digunakan semakin besar maka tinggi
muka air juga semakin besar. Kenaikan tinggi muka air pada daerah hilir ini
sangat signifikan, sehingga diperlukan perbuahan untuk seri berikutnya.

Gambar 5. Hubungan antara muka air udi dengan debit intake


Sumber : Hasil Pengamatan
13

2.3.2 Pengukuran arah aliran dan Kecepatan Aliran


Pengamatan arah aliran dilakukan untuk melihat keseragaman aliran
terhadap topografi DAS yang akan di fungsikan. Aliran yang baik terjadi apabila
tidak ada nya aliran silang pada permukaan air, tidak adanya pusaran air, dan
aliran terlihat seragam dari udik sampai hilir. Pengukuran arah aliran dilakukan
dengan melihat arah bola tenis meja yang dijatuhkan pada titik profil penampang
melintang. Hasil dari analisis dapat dillihat dan dipelajari pada lampiran 4. dan
secara ringkas dapat dijelaskan bahwa arah aliran dari sungai terjadi pusaran-
pusaran air di udik mercu sebelah kanan sehingga aliran tidak merata. Pada bagian
udik mercu sebelah kanan terjadi aliran yang menyusur tembok di udik bendung
menuju mercu.

Gambar 6. Pengambilan data arah aliran


Sumber : Hasil Pengamatan

Pengukuran kecepatan aliran dilakukan dengan menggunakan alat current


meter digital. Hasil pengamatan pada variasi debit menunjukkan bahwa aliran
terbesar terjadi pada debit 100 tahun dan aliran terkecil terjadi pada debit 2 tahun.

Gambar 7. Current meter Digital


Sumber : Hasil Analisa
14

2.3.3 Analisis Penggerusan

Berdasarkan hasil percobaan penggerusan ini ternyata penggerusan yang


terjadi pada tiap periode ulangan semakin besar. Pada periode debit 2 tahun
penggerusan yang terjadi -2 artinya terjadi penggerusan sedalam 2 meter pada
kawasan. Sehingga diperlukan perbaikan pada seri berikutnya. Hail dari analisis
dapat dilihat dan dipelajari pada Lampiran 4. Dapat kita lihat juga pada debit 10
tahun dan 100 tahun, penggerusan yang terjadi semakin meluas. Penggerusan
yang terjadi yaitu sebesar -3 artinya terjadi penurunan elevasi sejauh 3 m. Hal ini
menunjukkan bahwa desain bendung yang dibuat masih belum cukup untuk
mengatasi gerusan yang terjadi.

2.3.4 Analisis Pembilasan pada bangunan pembilas


Pembilasan dilakukan untuk melihat seberapa besar kekuatan air untuk
mengalirkan/ membawa sedimen di pintu air. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah penumpukan sedimen di pintu air dan pintu intake. Akibatnya jika
banyak sedimen menumpuk di pintu air dan pintu intake adalah banjir di sekitar
DAS dan berkurangnya pasokan air untuk memenuhi kebutuhan air tanaman di
lahan pertanian. Berdasarkan hasil percobaan pembilasan pada bangunan pembilas
yang terjadi pada tiap periode ulang semakin kecil. Pada debit 100 m3/s
pembilasan yang terjadi pada saat kondisi pintu dibuka 2 m yaitu +2.5, artinya
pembilasan masih sedikit terjadi. Dan pada saat keadaan pintu di buka 1 m terjadi
pembilasan +3 artinya pembilasan yang terjadi semakin kecil. Sehingga
diperlukan evaluasi pada seri 0 ini. Hasil analisis dapat dilihat dan dipelajari pada
Lampiran 4. Pada debit 200 m3/s pembilasan yang terjadi pada keadaan pintu
terbuka 1 m dan 2 m, pembilasan yang terjadi lebih baik karena luas dari
pembilasan yang terjadi tersebar. Pembilasan di depan pintu air dan pintu intake
Bendung Batang Asai masih belum cukup untuk mengalirkan sedimen, sehingga
perlu di perbaiki desain bendung untuk hasil yang lebih baik.
15

2.3.5 Debit Intake


Debit intake merupakan debit air yang masuk ke saluran irigasi. Debit air
yang masuk ke saluran irigasi diharapkan mampu untuk mengairi sawah di lahan
pertanian. Debit intake yang terbesar pada bendung batang asai seri 0 adalah
sebesar 26.468 m3/s dengan muka air udik setinggi +73.85 m. Debit yang
dihasilkan diharapkan mampu mengairi lahan pertanian di hilirnya.

Gambar 7. Pembacaan tinggi muka air pada Thomson intake


Sumber : Hasil Pengamatan

Gambar 8. Pembacaan Tinggi Muka air Udik


Sumber : Hasil Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai