3. Urugan Pasir
Setelah melakukan penggalian pondasi dan kedalaman pondasi sudah sesuai dengan
gambar dan petunjuk teknis, dilanjutkan dengan urugan pasir setebal seperti dalam
gambar. Urugan pasir ini meliputi : Urugan pasir dibawah pondasi dan urugan pasir
dibawah lantai.
- Alat yang digunakan ; sekop, cangkul, keranjang/kotak takar, alat perata alat
pemadat
- Tenaga yang dipakai ; pekerja dan mandor
- Waktu pelaksanaan ; setelah pekerjaan galian pondasi dan peninggian lantai.
2. Semua pekerjaan pasangan batu kali harus dilaksanakan sesuai gambar gambar dan
syarat-syarat yang ditentukan. Pekerjaan pasang batu kali baru boleh dikerjakan apabila
galian tanah telah diperiksa ukuiran kedalamannya dan telah disetujui oleh direksi /
pengawas. Jika pasangan batu kali terpaksa dihentikan, maka ujung penghentian
pasangan batu kali harus bergigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang
kokoh dan sempurna, didalam pasangan batu kali sama sekali tidak boleh terdapat
rongga-rongga atau cela-cela.
3. Adukan yang dipergunakan untuk pasangan batu kali adalah 1 PC : 4 PS. Pasangan batu
kali yang terletak pada tanah urug harus didasari dengan lantai kerja, diurug pasir dan
dipadatkan setebal sesuai dengan gambar rencana, setelah tanah urug dibawahnya
mengalami proses stabilisasi tanah.
V. PEKERJAAN PLESTERAN
Pekerjaan plesteran dinding dilaksanakan setelah pasangan beta merah selesai
dilaksankan, pasangan dinding terbebas dari kotoran dan disiram dengan air, ketebalan
plesteran 1,5 cm rata lurus dan tidak bergelombang, campuran adukan 1 Pc : 4 Psr untuk
plesteran transraam dan 1 Pc : 4 Psr untuk plesteran tembok/dinding atasnya .
Penyelesaian akhir plesteran dinding harus diaci dengan semen kental sedemikan rupa
sehingga permukaan dinding menjadi rata, halus dan tidak retak. Untuk mendapatkan
hasil plesteran yang baik atau rata dan siku harus dibuatkan kepala plesteran serta cara
meratakan plesterannya dengan menggunakan mistar aluminium atau kayu yang lurus
dan rata. Untuk menyelesaikan sudut-sudut, sponing ( benangan ) acian dilaksankan
dengan lurus dan tajam.
- Alat yang digunakan ; molen, kotak adukan, ember, sekop, cangkul,
keranjang/kotak takar, cetok, benang, waterpas
- Tenaga yang dipakai ; pekerja, Tukang batu dan mandor
- Bahan yang digunakan ; pasir semen dan air.
1. Untuk semua pekerjaan plesteran tidak diperkenankan memakai kapur
2. Plesteran dinding bata tebalnya tidak boleh kurang 0,8 cm atau lebih dari 2 cm, kecuali
ditetapkan lain. Dinding bata yang akan diplester harus dibasahi dahulu dengan air
yang bersih sesuai dengan ketentuan
3. Pekerjaan plesteran akhir harus lurus, sama rata, datar maupun tegak lurus.
4. Pada dasarnya plesteran lapis pertama adalah dengan adukan pasangan 1 PC : 2 PS
untuk Trasram dimana pekerjaan tersebut dilaksanakan ( plesteran dinding dengan
bata ).
5. Jika hasil plesteran memungkinkan hasil yang tidak memuaskan seperti tidak rata,
tidak lurus, adanya pecahan atau retak, maka bagian tersebut harus dibongkar kembali
untuk diperbaiki.
6. Pada permukaan beton yang halus / rata hendaknya dibuat kasar permukaannya atau
diberi adukan semen baru dilakukan pekerjaan plesteran ( 1 pc : 2 ps ).
VI. PEKERJAAN BETON BERTULANG
a. Pekerjaan Bekisting
Bekisting dibuat dari kayu/papan yang baik, kokoh dan kuat untuk menahan saat
pekerjaan pengecaoran dilaksanakan, bekisting yang baik menghasilkan cetakan beton
yang baik pula. Oleh karena itu sebelum pengecoran dimulai diteliti dahulu bentuk
hasil yang diinginkan dan kekuatan dari pada kayu dan penyangga bekisting untuk
menerima adukan beton.
c. Pekerjaan Beton
Adukan Beton terdiri dari komposisi Semen ( PC ). Agregat Halus ( Pasir ) dan Agregat
Kasar ( Krikil / Koral ) serta air dengan perbandingan tertentu untuk menentukan
mutu beton yang diinginkan. Agregat halus dan Kasar keadaanya harus bersih dari
kotoran, tanah. agar menghasilkan mutu beton yang maksimal. Dalam proses
pengeringan sambil menunggu beton kering setiap hari beton harus disiram /
diseleb / dilembabkan dengan air bersih.
1. Standart-standart dan persyaratan-persyaratan yang dipakai dalam spesifikasi teknis
ini adalah PBI 71 atau SKSNI T.15-1991.
2. Bahan-bahan beton yang terdiri dari semen, agregat halus (pasir) dan kasar (kerikil),
air dan baja tulangan harus memenuhi syarat syarat pada pasal 30 peraturan ini .
3. Kualitas beton
a. Syarat kualitas
beton yang dipakai untuk konstruksi harus memenuhi standart mutu 25 Mpa
( kubus ) dengan mengingat syarat-syarat lain dalam PBI 1971 atau SKSNI T.15-
1991. untuk itu pemborong harus membuat campuran-campuran percobaan
( mix design ) yang kemudian harus diperiksa di laboratorium yang disetujui
direksi / pengawas dengan b iaya pemborong, sesuai mutu beton 25 Mpa ( kubus )
b. Kontrol kualitas
kontrol kualitas harus dilaksanakan terus menerus selam pekerjaan berlangsung
dimana pemgomtrolan tersebut harus memenuhi PBI-71 atau SKNI-T.15-1991
c. Untuk beton praktis dipergunakan campuran 1PC : 2 PS : 3KR
4. Acuan ( bekisting )
a. Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis
dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang ditunjukan dalam gambar
rencana serta uraian dan syarat syarat teknis pelaksanaan. Acuan harus cukup
kokoh sehingga mampu mencegah kebocoran adukan.
b. Kayu acuan ( bekisting ) digunakan kayu meranti, berkwalitas baik dengan ukuran
tebal 2 cm ( papan ) dan untuk penguatnya dipakai kayu 5/7 atau 4/6
c. Semua sambungan-sambungan dalam pekerjaan acuan antara papan-papan dan
tidak boleh bocor.
d. Bekisting harus sedemikian kuatnya sehingga dapat menahan gaya tekan ke arah
luar yang diakibatkan oleh bertambahan bahan adukan yang dituangkan
kedalamnya
e. Sebelum pengecoran dimulai akan diadakan pengecekan bekisting
f. Lantai kerja harus bersih dari kotoran, sisa n sisa kerja dan sebagainya, dibasahi
permukaannya sebelu, beton dicor.
2. Pekerjaan Kalsiplank
Untuk Bangunan ini menggunakan listplank kalsiplank dengan rangka hollo pekerjaan
listplank harus mendapat persetujuan dari pengawas / direksi untuk mendapatkan
persetujuan.