PENDAHULUAN
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Atresia esofagus adalah sekelompok kelainan kongenital yang mencakup gangguan
kontinuitas esofagus disertai atau tanpa adanya hubungan dengan trakea.
2.2 Epidemiologi
Atresia esofagus pertama kali dikemukakan oleh Hirscprung seorang ahli anak dari
Copenhagen pada abad 17 tepatnya pada tahun 1862 dengan lebih kurang 14 kasus atresia
Atresia Esofagus Page 1
esofagus, kelainan ini di duga sebagai suatu malformasi dari traktus gastrointestinal. Kelainan
ini tidak diturunkan, walaupun terdapat kaitan dengan abnormalitas kromosomal.
Tahun 1941 seorang ahli bedah Cameron Haight dari Michigan telah berhasil
melakukan operasi pada atresia esofagus dan sejak itu pulalah bahwa Atresia Esofagus sudah
termasuk kelainan kongenital yang bisa diperbaiki. Di Amerika Utara insiden dari Atresia
Esofagus berkisar 1:3000-4500 dari kelahiran hidup, angka ini makin lama makin menurun
dengan sebab yang belum diketahui. Secara Internasional angka kejadian paling tinggi
terdapat di Finlandia yaitu 1:2500 kelahiran hidup. Atresia Esofagus 2-3 kali lebih sering
pada janin yang kembar.
2.3 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan terjadinya
kelainan Atresia Esofagus. Atresia Esofagus lebih berhubungan dengan sindroma trisomi
21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik.
Namun saat ini, teori tentang terjadinya atresia esofagus menurut sebagian besar ahli
tidak lagi berhubungan dengan kelainan genetik, Perdebatan tentang proses embriopatologi
masih terus berlanjut, dan hanya sedikit yang diketahui
Embriologi
Secara umum telah diterima bahwa primordial respirasi merupakan evaginasi ventral
dari lantai foregut postfaringeal pada awal gestasi minggu ke-4 dan apeks paru primitif
terletak pada bagian caudal evaginasi ini. Pada masa pertumbuhan cepat, trakea yang terletak
di ventral berpisah dari esofagus yang terletak di dorsal. Menurut sebuah teori, trakea
berpisah akibat pertumbuhan cepat longitudinal dari primordial respirasi yang menjauh dari
foregut. Teori lain menyatakan bahwa trakea pada awalnya merupakan bagian dari foregut
yang belum berpisah kemudian berpisah karena proses pembentukan apeks paru kearah
kranial. Proses ini berhubungan dengan pola temporospatial dari gen Sonic hedgehog (Shh)
dan pembelahan selanjutnya. Proses pemisahan foregut berlangsung ke arah kranial yang
akan menyebabkan perpisahan trakeoesofageal. Lebih lanjut pemisahan epitel foregut ini
ditandai dengan peningkatan apoptosis. Belum jelas bagaimana ekspresi gen ini
menyebabkan apoptosis.
Kebanyakan penelitian menyatakan bahwa defek primer diakibatkan tidak
membelahnya foregut akibat kegagalan pertumbuhan trakea ataupun kegagalan trakea untuk
berpisah dari esofagus. Menurut keduua teori ini atresia esofagus proksimal bukan
merupakan malformasi primer tetapi sebagai hasil pengaturan kembali foregut proksimal.
Teori kegagaln pemisahan ini menghubungkan keberadaan celah trakeoesofageal pada atresia
esofagus dengan FTE. Teori lain menyatakan bahwa atresia esofagus proksimal merupakan
Atresia Esofagus Page 2
malformasi sebagai akibat dari perwsambungan antara trakea dengan esofagus distal. Teori
kegagalan pemisahan menyatakan bahwa FTE merupakan persambungan foregut dorsal
sedangkan teori atresia primer menyatakan bahwa fistula tumbuh dari trakea menuju
esofagus.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi asli oleh Vogt tahun 1912 masih digunakan sampai saat ini . Gross pada
tahun 1953 memodifikasi klasifikasi tersebut, sementara Kluth 1976 menerbitkan "Atlas
Atresia Esofagus", dengan masing-masing subtipe yang didasarkan pada klasifikasi asli dari
Vogt. Hal ini terlihat lebih mudah untuk menggambarkan kelainan anatomi dibandingkan
memberi label yang sulit untuk dikenali.
Esofagus distal dan proksimal benar-benar berakhir tanpa hubungan dengan segmen
esofagus proksimal, dilatasi dan dinding menebal dan biasanya berakhir setinggi
mediastinum posterior sekitar vetebra thorakalis II. Esofagus distal pendek dan
berakhir pada jarak yang berbeda diatas diafragma.
Gambar 3. Atresia Esofagus tanpa fistula. Pandangan depan dada dan abdomen,
tampak kateter pada kantong esofagus proximal. Perhatikan ketiadaan udara pada
lambung.
Terdapat hubungan seperti fistula antara esofagus yang secara anatomi cukup intak
dengan trakhea. Traktus yang seperti fistula ini bisa sangat tipis/sempit dengan
diameter 3-5 mm dan umumnya berlokasi pada daerah servikal paling bawah.
Biasanya single tetapi pernah ditemukan dua bahkan tiga fistula.
4. Atresia esofagus dengan fistula trakeo esofagus proksimal ( 2%, Vogt III & Gross
B)
Gambaran kelainan yang jarang ditemukan namun. Fistula bukan pada ujung distal
esofagus tetapi berlokasi 1-2 cm diatas ujung dinding depan esofagus.
5. Atresia esofagus dengan fistula trakheo esofagus distal dan proksimal ( <1% Vogt
IIIa, Gross D)
Pada kebanyakan bayi, kelainan ini sering terlewati (misdiagnosa) dan di terapi
sebagai atresia proksimal dan fistula distal. Sebagai akibatnya infeksi saluran
pernapasan berulang, pemeriksaan yang dilakukan memperlihatkan suatu fistula dapat
dilakukan dan diperbaiki keseluruhan. Seharusnya sudah dicurigai dari kebocoran gas
banyak keluar dari kantong atas selama membuat/ merancang anastomose.
Gambar 6. Hubungan antara dua fistula ke trakea dari bagian atas dan bawah
esofagus.
Diagnosa dari atresia esofagus / fistula trakheoesofagus bisa ditegakkan sebelum bayi
lahir. Salah satu tanda awal dari atresia esofagus diketahui dari pemeriksaan USG prenatal
yaitu polihidramnion, dimana terdapat jumlah cairan amnion yang sangat banyak. Tanda ini
bukanlah diagnosa pasti tetapi jika ditemukan harus dipikirkan kemungkinan atresia
esofagus.
Cairan amnion secara normal mengalami proses sirkulasi dengan cara ditelan,
dikeluarkan melalui urine. Pada Atresia Esofagus /Fistula Atresia Esofagus cairan amnion
yang ditelan dikeluarkan kembali karena menumpuknya cairan pada kantong esofagus
sehingga meningkatkan jumlah cairan amnion.
Gambar 9. Hasil USG :tidak terdapatnya gambaran stomach bubbe/ gelembung gas pada
atresia esofagus.
Bayi dengan Atresia Esofagus tidak mampu menelan saliva dan ditandai dengan
saliva yang banyak, dan memerlukan suction berulang. Pada fase ini tentu sebelumnya
makan untuk pertama kali, kateter stiff wide-bored harus dapat melewati mulut hingga
esofagus. Pada Atresia Esofagus, kateter tidak bisa lewat melebihi 9-10 cm dari alveolar
paling bawah.
Gambar 10. Panah merah menunjukkan akhir dari tabung orogastrik yang diblokir saat
memasuki esofagus distal dari akibat atresia esofagus pasien. Perhatikan kurangnya gas
dalam perut menunjukkan saluran fistula tidak terhubung ke trakea esofagus distal.
Gambar 11. Foto AP dari dada dan perut bagian atas saat lahir. Sebuah tabung nasogastrik di
tempat berakhir di cerukan dada. Bagian perut tidak terisi udara. Temuan ini konsisten
dengan atresia esofagus tanpa fistula distal.
Bayi baru lahir yang dicurigai menderita atresia esofagus/ fistula trakheoesofagus
sebaiknya dilakuan pemeriksaan rontgen. Gambarannya berupa dilatasi dari kantong
esofagus, karena adanya penumpukan cairan amnion saat prenatal.
MRI
MRI tidak rutin dilakukan pada gambaran dari EA dan TEF; akan tetapi, MRI
memberikan kemampuan untuk menggambarkan seluruh panjang dari esofagus pada kedua
potongan sagittal dan coronal, dan MRI mempunyai resolusi kontras yang lebih unggul dari
CT. MRI dapat digunakan prenatal untuk mendiagnosa bentuk cacat kongenital.
Beda dengan ultrasonography, prenatal MRI menggambarkan visualisasi dari lesi
keseluruhan dan hubungan anatomi. Pada janin MRI mempunyai bukti akurat untuk
mendirikan atau mengesampingkan satu diagnosa kelahiran dari EA dengan risiko tinggi
Keakuratan
Gambar yang diperoleh dari MRI sangat tinggi tingkat keakuratan nya. Pada janin MRI
mempunyai sensitivitas 100% di prenatal dalam mendiagnose EA di bayi risiko tinggi.
ULTRASOUND
Walaupun ultrasonography tidak berperan rutin pada evaluasi postnatal dari EA dan /
atau TEF, prenatal sonography adalah satu alat pemeriksaan berkala untuk EA dan / atau TEF.
Penemuan ultrasonographic dapat tidak terlihat atau terlihat lambung kecil dengan
gelembung (stomach bubble) di kombinasi dengan maternal polyhydramnios adalah petanda
dari EA dan / atau TEF. Keakuratan diagnostik dapat ditingkatkan jika satu area anechoic
hadir di tengah-tengah leher hal-hal janin; tanda ini membedakan EA dari penyakit susah
menelan.
Penampakan dari membesarnya esofagus pada blind endng esofagus pada sonogram
adalah sugestif dari EA. Tanda kantong ini telah dikonfirmasikan dengan visualisasi langsung
setelah 26 kehamilan minggu, tapi serangan ini disarankan pada awal minggu ke-22.
Postnatally, endoscopic ultrasonography menghasilkan 5 - gambaran berlapis dari dinding
esophageal yang telah dipergunakan dalam cancer;. Sebagai tambahan, lengkungan aortic
mungkin dilihat dengan sonographically untuk merencanakan perbaikan EA dan / atau TEF.
Keakuratan
Tanda kantong adalah yang paling dapat dipercaya pada sonographic yang menandakan EA.
Ratio diagnosa kelahiran dari EA adalah rendah; ini telah dilaporkan 9.2%. Kecuali jika
membesar nya blind ending proximal secara langsung, kecurigaan memerlukan konfirmasi
setelah kelahiran. Nilai positif dapat diprediksi dari penemuan lambung kecil atau tidak
terdapat stomach bubble di asosiasikan dengan maternal polyhydramnios adalah 56%, dan
sensitivitas prenatal ultrasonography pada diagnose dari EA adalah 42%.
Polyhydramnios sendirian adalah satu perkiraan kecil dari EA. Hanyalah 1 pada 12 pasien
dengan polyhydramnios dengan EA.
OBAT-OBATAN NUKLIR
Secara khas, obat nuklir tidak dipergunakan pada evaluasi dari EA dan TEF; akan
tetapi, ini mungkin berguna pada penilaian dari motilitas setelah diperbaiki. Scintigraphy dan
radionuclide mempelajari, mendeteksi, dan pemeriksaan esophageal.
Keakuratan
Radionuclide esophageal memiliki keakuratan tinggi, dengan 97.3% sensitivitas dan 94.7%
positif dan bersifat sebagai prediksi untuk penentuan dari kelainan fungsi motilitas.
2.8 Therapi
Sebelum pembedahan, bayi dievaluasi untuk mengetahui abnormal kongenital yang
lain. Radiografi dada harus dievaluasi secara hati-hati untuk mengetahui abnormalitas
skeletal. Echokardiogram dan usg ginjal biasanya juga dibutuhkan.
Sekali diagnosa Atresia Esofagus ditegakkan, bayi harus dipindahkan dari tempat
bersalin ke sentral bedah anak / NICU. Kateter suction, terutama tipe lumen ganda (replogle
catheter No.10 Frenchgauge) diletakkan pada kantong esofagus bagian atas untuk mensuction
sekret & mencegah aspirasi selama pemindahan. Bayi ditempatkan pada inkubator sambil
dimonitor vital signnya.
Semua bayi dengan Atresia Esofagus harus dilakukan echocardiagram sebelum
pembedahan ECHO akan menentukan kelainan struktur jantung atau pembuluh darah besar
dan biasanya menunjukkan sisi kanan lengkungan aorta yang terjadi pada 2,5 % kasus.
Pada kasus ini, MRI merupakan metode pilihan untuk konfirmasi diagnosis Atresia
Esofagus lengkungan aorta kanan akan menentukan sisi pendekatan pada operasi. Sekitar
25% bayi dengan tetralogi fallot. Lengkungan aorta akan berada disisi kanan.
2.9 Prognosis
Prognosis menjadi lebih buruk bila diagnosis terlambat akibat penyulit pada paru.
Keberhasilan pembedahan tergantung pada beberapa faktor risiko, antara lain berat badan
lahir bayi, ada atau tidaknya komplikasi pneumonia dan kelainan kongenital lainnya yang
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
6. www.dr.H.K.Suheimi.com
8. www.learningradiology.com