Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan


makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Makalah ini memuat tentangDATA KAB.SANGGAU dan PROFIL SUKU


SUNDA yang menjelaskan bagaimana keadaan kabupaten sanggau dan sejarah
suku sunda.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Guru yang telah
membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Daftar isi

Bab 1 Data Kab. Sanggau


Profil kab.Sanggau
Sejarah
Geografis
Suku Bangsa
Sejarah Suku Melayu
Iklim
Tofografi
Geologi
Pariwisata
Ekonomi
Teransportasi
Penduduk
Pemekaran daerah
Bab2 Sejarah Suku Sunda
Profil suku sunda
Kebudayaan suku sunda
Sistem kepercayaan
Mata pencarian
Kesenian
Karya sastra
Seni tari
Seni musik dan suara
Alat musik
Bahasa
Keluarga
Pernikahan
Masalah sosial dalam masyarakat sunda
Stratifikasi
Komunikasi vertikal
1. Profil Kab. Sanggau
Kabupaten Sanggau adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kalimantan Barat.
Kabupaten Sanggau merupakan salah satu daerah yang terletak di tengah-tengah dan berada di
bagian utara provinsi Kalimantan Barat dengan luas daerah 12.857,70 km dengan kepadatan 29
jiwa per km. Dilihat dari letak geografisnya kabupaten sanggau terletak di antara 1 10" Lintang
Utara dan 0 35" Lintang Selatan serta di antara 109 45", 111 11" Bujur Timur. Daerah ini
merupakan tempat kelahiran Gubernur Kalimantan Barat saat ini, Cornelis M.H.
2. Sejarah
Kontrak 1756, Sultan Tamjidullah I dari Banjarmasin dengan VOC-Belanda mendaftarkan
Sanggau dalam wilayah pengaruh Kesultanan Banjarmasin.[2] Menurut Staatsblad van
Nederlandisch Indi tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan
Bsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27
Agustus 1849, No. 8[3]
3. Geografis
Batas wilayah
Kabupaten Sanggau memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara Serian, Sarawak, Malaysia Timur
Selatan Kabupaten Ketapang
Barat Jelimpo, Kabupaten Landak
Timur Kabupaten Sintang dan Peniti, Kabupaten Sekadau
4. Suku bangsa
Suku bangsa yang ada di daerah ini adalah:

Suku Dayak Bidayuh di Kecamatan Noyan, Sekayam, Kembayan, Sanggau, dan Beduai,
Jangkang
Suku Dayak Kerambay di sebagian Kecamatan Sekayam dan Entikong
Suku Dayak Mali di Kecamatan Balai, Tayan Hulu, Tayan Hilir, Teraju, Parindu, dan
Sanggau
Suku Dayak Desa di Kecamatan Toba, Sanggau
Suku Dayak Pandu di sebagian Kecamatan Parindu dan Kapuas
Suku Dayak Ribun di sebagian Kecamatan Tayan Hulu dan Meliau
Suku Dayak Iban di sebagian besar wilayah perbatasan dengan Serawak, Malaysia
Suku Tionghoa di sebagian besar wilayah Kabupaten Sanggau
Suku Melayu tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Sanggau[rujukan?]

5. Sejarah suku melayu


Suku Melayu adalah suku asli Kabupaten Sanggau yang dahulunya merupakan wilayah
Kerajaan Sanggau. Kerajaan ini sudah berdiri sejak tahun 1380. Kerajaan ini dipimpin oleh
seorang raja dan bertempat tinggal di istana/keraton, dan kalangan kerajaan yang bertahta
sekarang merupakan keluarga Gusti.
6. Iklim
Kabupaten Sanggau beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan tertinggi mencapai 196 mm
terjadi pada bulan Januari dan terendah mencapai 54 mm terjadi pada bulan Juli.Pada umumnya
Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dan rawa-rawa yang dialiri
oleh beberapa sungai seperti Sungai Kapuas dan Sungai Sekayam.Adapun jenis tanah yang
terdapat di kabupaten Sanggau adalah jenis podsolik yang hampir merata di seluruh kecamatan.
7. Tofografi
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Sanggau adalah jenis tanah podsolid merah
kuning batuan dan padat yg hampir seluruh Kecamatan dengan luas mencapai sekitar 576,910
ha.
8. Geologi
Formasi geologi antara lainj adalah Formasi kwartir, Kapur, Trias, Pistosen, Instruksif
dan Plutonik Basa menengah, Intruksif Plutonik Asam, Seksi Hablur Intruksif dan Plutonik
Lapisan Batu dan Permo Karbon.
9. Periwisata
Pancur Aji
Pancur Aji merupakan salah satu objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Sanggau,
Wisata ini terletak di kota Sanggau dengan jarak kurang lebih 4 km dari kota Sanggau. Lokasi ini
dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Konon ceritanya lokasi ini
merupakan persembunyian Bujang Melaka membentengi diri dari kejaran musuh. Kawasan ini
nantinya akan dikembangkan atau ditata menjadi kawasan yang memiliki kesesuaian dan
integritas antara satu dengan lainnya.
Arung jeram
Arung Jeram merupakan salah satu olahraga yang bernilai rekreasi ( sport tourism) yang
banyak menarik minat orang untuk mengikutinya. Arung jeram juga dianggap sebagai wisata
petualangan yang menantang sekaligus atraktif dan memberikan pengalaman yang cukup
mendalam bagi yang pernah mengikutinya. Kabupaten Sanggau memiliki lokasi arum jeram
yang terletak Entikong di Kecamatan antara suruh tembawang ke kota Entikong Kecamatan
Entikong, kurang lebih 115 Km dari kota Sanggau.
Arung jeram suruh tembawang memiliki 20 riam ( kesulitan ) yang terjal dengan waktu tempuh
dari Entikong ke Suruh Tembawang 5 sampai 12 jam tergantung kondisi air, serta memiliki
tikungan sungai yang sempit. Arung jeram suruh tembawang merupakan peluang bagi investasi
untuk mengembangkan olahraga arung jeram ini.
Sipatn Lotup (air panas)
Objek wisata sumber air panas ini terletak di kampung Peruntan, Desa Sape, Kecamatan
Jangkang yang dapat dikunjungi melalui jalan darat dari Kecamatan Kembayan menuju
Jangkang atau dari kota Sanggau melalui Kecamatan Mukok selanjutnya menuju lokasi air panas
tersebut dengan jarak tempuh kurang lebih 70 km dari kota Sanggau.Sumber air panas ini oleh
penduduk setempat dinamakan Sipatn Lotup yang artinya air mendidih. Keunikan sumber air
panas Sipatn Lotup ini berasal dari mata air yang di panaskan oleh panas bumi (geothermal)
dengan temperatur 52-55 derajat Celsius, Air panas Sipant Lotup termasuk andalan wisata
kabupaten Sanggau, namun belum banyak yang mengetahui potensi wisata ini, sehingga belum
banyak yang mengunjungi sumber air panas yang unik ini.
Gunung Tiong Kandang
Gunung Tiong Kandang merupakan salah satu objek wisata alam dan sebagai kawasan
hutan lindung yang terjaga dengan baik oleh masyarakat setempat yang terdapat di
Kabupaten Sanggau. Wisata gunung Tiong Kandang ini terletak di Dusun Mangkit dan
Dusun Mak Ijing dengan jarak 83 km dari kota Sanggau, dapat ditempuh dengan kenderaan
roda dua atau roda empat melalui Dusun Mangkit dengan jarak 2.502 meter sampai di
pedagi, atau melalui Dusun Mak Ijing dengan jarak 2.855 meter sampai ke pedagi di tengah-
tengah gunung Tiong Kandang, sebuah batu dengan ketinggian 160 cm berbentuk pintu
masuk oleh masyarakat menuju puncak gunung, sedangkan kiri kanan batu terdapat jurang
yang sangat dalam.
10. Ekonomi
Ekonomi Sanggau ditopang oleh dua komoditas utama,yakni karet dan sawit.
11. Transportasi
Sebagian besar transportasi di Kabupaten Sanggau masih mengandalkan transportasi
sungai seperti sampan, speedboat dan lain-lain. Daerah ini juga masih mengandalkan
transportasi umum seperti bus, angkutan dalam kota dan lain-lain.

12. Penduduk
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Sanggau pada tahun 2010 tercatat sebanyak 407.989 jiwa
terdiri atas 211.304 Laki-laki dan 196.685 Perempuan (BPS 2010) dengan laju Pertumbuhan
sebesar 1,63 Persen per tahun. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Kapuas dengan
jumlah penduduk sebanyak 78.702 jiwa sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat di
Kecamatan Noyan dengan jumlah penduduk sebanyak 9.872 jiwa
Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk Kabupaten Sanggau rata-rata 32 jiwa per km2, dengan jumlah kepadatan
penduduk terbesar adalah Kecamatan Kapuas yakni 57 jiwa per kilometer persegi dan paling
jarang penduduknya adalah kecamatan Toba sebesar 11 jiwa per kilometer persegi. Masalah
pokok dalam bidang kependudukan antara lain adalah jumlah penduduk yang besar, tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang belum merata, komposisi
penduduk yang tidak seimbang serta arus urbanisasi dari desa ke kota. Untuk mengetahui secara
jelas mengenai jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Sanggau pada tahun 2009 dapat
dilihat pada link Kabupaten Sanggau terkait.
13. Pemekaran daerah
Kabupaten Sekayam Raya
Kabupaten Tayan

Bab 2
1. Profil suku sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia,
jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Kerena letaknya yang berdekatan dengan ibu kota
negara maka hampir seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di provinsi ini. 65%
penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda yang merupakan penduduk asli provinsi ini.
2. Kebudayaan suku sunda
Kebudayaan Sunda merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi
bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan. Kebudayaan- kebudayaan
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut

3. Sistem kepercayaan
Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak beragama
Islam, Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara keseimbangan
alam semesta.

Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan


sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam
kepercayaan Sunda, adalah lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka,
yang percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang menitiskan sebagian kecil
diriNya ke dalam dunia untuk memelihara kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata).
Ini mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.

4. Mata pencaharian
Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup
berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal
meningkatkan taraf hidup. Menurut data dari Bappenas (kliping Desember 1993) di Jawa Barat
terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan oleh kelangkaan
sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya manusia yang
berupa pendidikan, pembinaan, dll.

5. Kesenian
KIRAB HELARAN
Kirap helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni
pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya
biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti ; menyambut tamu,
hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan harihari besar lainnya.
PENCAK SILAT CIKALONG
Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya
Maempo Cikalong. Khususnya di Jawa Barat dan di seluruh Nusantara pada umumnya, hampir
seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan aliran ini. Daerah
Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti;
musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini
dipergunakan dll.
WAYANG GOLEK
adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang
sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang.

6. KARYA SASTRA
Di bawah ini disajikan daftar karya sastra dalam bahasa Jawa yang berasal dari daerah
kebudayaan Sunda. Daftar ini tidak lengkap, apabila para pembaca mengenal karya sastra
lainnya dalam bahasa Jawa namun berasal dari daerah Sunda,
Babad Cerbon,Cariosan Prabu Siliwangi, Carita Ratu Galuh, Carita Purwaka Caruban Nagari,
Carita Waruga Guru, Kitab Waruga Jagat

7. Seni tari
yaitu : Tari jaipong, Tari merak, Tari topeng, Ketuk tilu, Kuda renggong

TARI JAIPONGAN
Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan
adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong
sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau
pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu. Tari Jaipong ini dibawakan
dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung.

KETUK TILU
Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya
diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau
diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas.
TARI MERAK
Dalam sebuah pertunjukan, tari Merak umumnya dimainkan oleh seorang atau beberapa orang
penari wanita. Ketika pertunjukan, mereka mengenakan kostum yang penuh warna, seperti
merah, kuning, serta hijau. Konon, warna itu menggambarkan pesona warna dari burung merak.
8. Seni musik dan suara
Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya dinamakan Sinden. Tidak
sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya
cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah Sunda :
Bubuy Bulan , Es Lilin, Manuk Dadali , Tokecang Warung Pojok

9. Alat musik
yaitu : Kecapi ,suling, calung,Angklung

SULING
Alat musik ini adalah alat musik tiup terbuat dari bambu Tamiang, salah satu jenis bambu yang
tipis dan diameter kecil sehingga cocok untuk dibuat seruling, suling Sunda disebut "suling"
yang biasa menemani Kacapi, gamelan dan gamelan Tembang Sunda, suara yang dihasilkan
sangat unik dan membangkitkan jiwa pendengar, itu karena skala nada seruling.
10. Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda adalah bahasa yang
diciptakan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai alat
pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda merupakan
bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai identitas Suku Sunda yang
merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada di Indonesia

11. Keluarga
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan
ibu bersama. Dalam keluarga, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan
yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh
sendi kehidupan suku Sunda. Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-
istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan.

12. Pernikahan
UPACARA ADAT PENGANTIN SUKU SUNDA merupakan salah satu pilihan calon
mempelai yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari
Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini:
Sawer, Meuleum Harupat, Nincak Endog, Nincak Songsong, Meupeuskeun Kendi,
Buka Panto, Huap Lingkung
13. Masalah sosial dalam masyarakat
Berbagai unsur kebudayaan Sunda yang sebenarnya sangat potensial untuk
dikembangkan, bahkan untuk dijadikan model kebudayaan nasional dan kebudayaan dunia
tampak tidak mendapat sentuhan yang memadai. Ambillah contoh, berbagai makanan
tradisional yang dimiliki orang Sunda, mulai dari bajigur, bandrek, surabi, colenak, wajit,
borondong, kolontong, ranginang, opak, hingga ubi cilembu, apakah ada strategi besar dari
pemerintah untuk mengemasnya dengan lebih bertanggung jawab agar bisa diterima
komunitas yang lebih luas.

14. Stratifikasi
SUKU SUNDA Masyarakat Jawa Barat, yaitu masyarakat Sunda, mempunyai ikatan
keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat tergantung pada penilaian masyarakat.
Dengan demikian, dalam pengambilan keputusan, seperti terhadap perkawinan, pekerjaan,
dll., seseorang tidak dapat lepas dari keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya

15. Komunikasi vartikal


Hubungan seseorang dengan orang lain dalam lingkungan kerabat atau keluarga dalam
masyarakat Sunda menempati kedudukan yang sangat penting. Soalnya, hubungan
kekerabatan seseorang dengan orang lain akan menentukan kedudukan seseorang dalam
struktur kekerabatan keluarga besarnya, menentukan bentuk hormat menghormati, harga
menghargai, kerjasama, dan saling menolong di antara sesamanya, serta menentukan
kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di antara anggota-anggotanya guna membentuk
keluarga inti baru.

Sumber : wikipedia bahasa indonesia


Arung Jeram

Arung Jeram adalah kegiatan yang membutuhkan kemampuan fisik dan mental karena
adanya tantangan alam. Tentu ada aspek rekreasi Rafting Adventure karena lokasinya berada di
daerah yang masih hijau dan asri. Anda bisa menikmati pemandangan dan suasana yang
tenang. Arung jeram juga biasanya dilakukan beramai-ramai.

Ketika melintasi jeram, Anda akan berteriak keras, seolah-olah terlepas dari semua
masalah. Anda pun akan merasa excited dan stres yang membebani pikiran akan hilang.
Bahkan, sekali mengarungi Wisata Arung Jeram, Anda pasti akan ketagihan. Mengapa? Seperti
olah raga lain, arung jeram bagus dari segi kesehatan. Berarung jeram dapat

meningkatkan kemampuan atau kapasitas jantung dan paru-paru, kekuatan dan daya tahan
otot, serta fleksibilitas sendi bahu dan pinggang. Manfaat Rafting Adventure, tubuh bisa merasa
lebih bugar

Arung Jeram sebagai Wisata Arung Jeram mulai dikenal di Indonesia pada pertengahan
dekade 90-an. Sebelumnya kegiatan ini lebih banyak dilakukan para pencinta alam. Tak ayal,
muncul kesan bahwa arung jeram hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah ahli dan
berpengalaman. Namun pada dasarnya olahraga arung jeram bisa dilakukan siapa saja tentu
saja dengan persyaratan tertentu yang tentu saja untuk menjaga keselamatan orang itu sendiri.

PERSIAPAN ARUNG JERAM

Tidak ada pakaian khusus, tapi jangan pakai jins karena akan memberatkan jika terkena air.
Pilih yang ringan, tidak menyerap air, dan tidak menyulitkan gerakan di air

Sepatu juga tidak perlu jenis khusus, tapi sebaiknya gunakan sandal gunung, atau sepatu kets
yang tidak licin dan ringan klik Arung Jeram Bandung

Makan dulu minimal dua jam sebelumnya. Jangan terlalu banyak karena bisa muntah jika
sering mengalami goncangan di perahu. Makan cukup kalori, supaya bertenaga

Sebelumnya lakukan peregangan otot bahu dan lengan untuk menghindari cedera otot atau
kram. Setengah jam cukup silakan anda kunjungi Arung Jeram Bandung
Setiap petunjuk harus dipahami dengan benar

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pariwisata pada saat ini merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia, baik yang

melakukan perjalanan wisata maupun masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Wisatawan butuh

dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat sekitar lokasi berharap akan mendapatkan

implikasi positif berupa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Fenomena ini harus menjadi

perhatian para pembantu kebijakan sebagaimana diamanatkan bahwa pembangunan

kepariwisataan nasional diarahkan menjadi sektor andalan dan unggulan secara luas akan

diterjemahkan sebagai penghasilan devisa terbesar yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas

lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

Perhatian pemerintah terhadap sektor pariwisata diwujudkan dalam berbagai kebijakan

pemerintah, salah satunya adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004

2009, menjelaskan bahwa salah satu sasaran untuk meningkatkan sektor non migas adalah

dengan meningkatkan kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa sehingga sektor pariwisata

diharapkan mampu menjadi salah satu penghasilan besar. Berdasarkan hal tersebut, maka

kebijakan pembangunan kepariwisataan diarahkan untuk meningkatkan efektifitas pemasaran

melalui kegiatan promosi dan pengembangan produk-produk wisata serta meningkatkan sinergi

dalam jasa pelayanan pariwisata.

Sebagai industri yang prospektif, maka upaya mengembangkan pariwisata untuk

mendorong kemajuan ekonomi bangsa dilakukan berbagai Negara, tak terkecuali Indonesia.
Program pengembangan pariwisata menjadi salah satu program pembangunan nasional di

Indonesia yang secara terus menerus menjadi perhatian pemerintah pusat dan pemerintah daerah

serta menjadi salah satu andalan Pemerintah dalam memulihkan dari kondisi krisis bangsa.

Pada saat ini, kedudukan sektor pariwisata menjadi salah satu sektor andalan yang dapat

meningkatkan devisa negara sebagai pendukung komoditi ekspor migas maupun non migas.

Pengembangan sektor pariwisata dilakukan karena mampu memberikan kontribusi yang cukup

besar bagi penerimaan devisa negara dan disamping itu kegiatan pariwisata merupakan hal yang

terkait erat dengan sumberdaya yang unik dari suatu tujuan wisata yaitu dalam bentuk daya tarik

alam dan daya tarik budaya.

Dalam upaya untuk melaksanakan program pembangunan pariwisata yang sedang giat-

giatnya dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah Kabupaten Banjarnegara berusaha

meningkatkan citra positif daerah dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya atau potensi

pariwisata yang dimiliki.

Selain upaya pembangunan obyek dan daya tarik wisata dan kegiatan promosi untuk

mensukseskan program sektor pariwisata, diperlukan pula fasilitas pelayanan wisatawan diantara

sarana transpotasi, akomodasi yang nyaman, keamanan, kesehatan serta hal lain yang dianggap

perlu untuk menunjang program pengembangan pariwisata. pada dasarnya pengembangan sektor

pariwisata sangat di tentukan oleh pengembangan elemen-elemen nyata dan tidak nyata dari

produk wisata itu sendiri. Sebagai contohnya adalah pembangunan waterboom pada Kolam

renang Seruling mas.

Pemerintah Kabupaten Banjarnegara memiliki berbagaimacam potensi pariwisata yang

dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa potensi obyek


wisata dan daya tarik wisata dimiliki pemerintah Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut

1. Kawasan Daratan Tinggi Dieng

Kawasan wisata ini merupakan perpaduan antara daya tarik budaya berupa percandian hindu

tertua di Indonesia yang dilengkapi dengan musium purbakala dan daya tarik berupa : Kawah

Sikidang, Kawah Sileri, Telaga Merdada, Kawah Candra dimuka dan Sumur Jala Tunda.

Berdasarkan peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 14 Tahun 2004 tentang rencana

induk pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Tengah merupakan obyek wisata andalan di

Provinsi Jawa Tengah.

2. Taman Rekreasi dan Margasatwa Seruling mas

Obyek wisata ini dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dengan dukungan

paguyuban Seruan Eling Banyumas (SERULINGMAS). Obyek wisata berada pada lembah

sungai serayu dengan daya tarik berupa Taman Marga Satwa, Taman rekreasi dan siphon

(Bendungan) Banjarcahyana yang dibangun oleh Belanda.

3. Bendungan Panglima Besar Sudirman

Bendungan ini merupakan bendungan terbesar di Asia Tenggara selain sebagai Pembangkit

Listrik Tenaga Air, Bendungan Pangsar Soedirman juga dikembangkan sebagai wisata air.

4. Obyek Wisata Minat Khusus Arung Jeram

Obyek wisata ini memanfaatkan alur sungai serayu sebagai wisata Arung Jeram karena sungai

Serayu memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau dan jeram yang aman untuk wisatawan.

5. Obyek wisata Taman Anglir Mendung

Obyek wisata ini memiliki daya tarik malam yang indah dan udara yang sejuk dikembangkan

sebagai tempat istirahat.


6. Obyek Wisata Curug Pitu

Obyek wisata ini berupa air terjun yang bertingkat dengan tujuh tingkatan dengan didukung oleh

panorama alam yang indah dan perkebunan salak.

7. Sentra Kerajinan Keramik di Klampok

Kerajinan keramik Klampok sudah ada sejak jaman pemerintahan Belanda. Perkembangannya

saat ini sudah menjadi sebuah industri rakyat dengan pengemasan yang modern sehingga

menjadi salah satu tempat kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun

wisatawan nusantara.

8. Desa Wisata Gumelem dengan daya tarik Bangunan bangunan Kuno

Kerajinan Batik, Kerajinan Kerang dan Industri Tradisional berupa pembuatan peralatan dari

besi seperti pisau, cangkul, dan kerajinan patung.

Dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah

untuk memberikan peluang otonomi bagi daerah dalam membangun daerahnya.

Otonomi daerah merupakan titik tolak bagi daerah dalam mengembangkan dan

mengelola aset-aset atau potensi sumberdaya yang dimilikinya bagi kepentingan pembangunan

ekonomi daerah. Untuk itu, daerah perlu mencermati sektor-sektor strategis yang memiliki

potensi kuat dalam menopang pembangunan di daerahnya. Salah satu sektor yang strategis yang

dimiliki oleh Kabupaten Banjarnegara adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata ini perlu

dikelola secara maksimal agar mampu untuk meningkatkan kunjungan wisata agar dapat

memberikan multipliereffect berupa peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), pendapatan

masyarakat, devisa Negara, memperluas pemerataan kesempatan berusaha dan lapangan kerja

serta mendorong kegiatan ekonomi.


Industri pariwisata yang ingin bertahan lama, tidak dapat hanya mengandalkan pada

pembangunan fisik semata seperti infrastruktur aksesibilitas, seperti jalan raya, pelabuhan,

bandara, melainkan secara terpadu (integrated) dilakukan bersama dengan pengembangan

kualitas individu pelaku kepariwisataan dan respon positif masyarakat disekitarnya. Pariwisata

sebagai salah satu kegiatan pembangunan diupayakan dapat sejalan dengan konsep dan prinsip

pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan perlu menerapkan kaidah-

kaidah : 1) pengembangan pariwisata berorientasi jangka panjang dan menyeluruh (holistic)

tidak hanya memanfaatkan tetapi sekaligus melestarikan obyek dan daya tarik wisata yang

memberikan manfaat secara adil bagi semua, 2) pembangunan pariwisata yang sesuai dengan

karakter wilayah, kondisi lingkungan, kontak sosial dan dinamika budaya, 3) penciptaan

keselarasan sinergis antara kebutuhan wisatawan dan penyediaan oleh masyarakat local, yang

memunculkan hubungan timbal balik dan saling menghargai, nilai, adat istiadat, kebiasaan,

warisan budaya, 4) pemanfaatan sumberdaya pariwisata yang memperhitungkan kemampuan

lestarinya yang pengelolaannya secara eco-efficiency (Reduce, Reuse dan Recycle) sehingga

mencapai eco-effectivity (Redistribute, Reactual), 5) pengelolaan kegiatan pariwisata yang

tanggap terhadap perubahan yang terjadi dari kedua sisi permintaan (pasar) dan penawaran

(produk).

Ada dua hal penting yang menyebabkan metode yang bersifat partisipatif dikembangkan

dalam rangka membantu memecahkan masalah masyarakat dan membantu merumuskan program

untuk memecahkan masalah. Pertama, selama ini masyarakat cenderung dijadikan obyek dan

kurang atau bahkan tidak terlibat dalam merumuskan masalah dan menyusun program

pembangunan bagi dirinya sendiri. Kedua, dalam penerapan kebijakan yang membangun mereka

masyarakat lebih banyak berlaku sebagai penerima dan bukan sebagai pelaku utama dari
pembangunan yang pada dasarnya dimaksudkan untuk mereka sendiri. Selama ini penentuan dan

perumusan masalah ditentukan oleh para ahli yang mengunakan metode survey yang berat

sebelah kearah peneliti, sehingga seringkali tidak sesuai dengan masalah yang sesungguhnya

dihadapi oleh masyarakat. Sehingga pada akhirnya justru tidak mendapatkan keuntungan apa-apa

dari program pembangunan diwilayahnya baik itu yang bersifat sosial-budaya dan peningkatan

pada taraf ekonomi. Demikian juga dengan halnya yang terjadi di Kabupaten Banjarnegara,

selama ini masyarakat setempat kurang atau tidak diikut sertakan dalam menyusun program

pembangunan terutama pembangunan pariwisata.

Pengembangan pariwisata dengan pendelakan partisipasi perlu mendapatkan perhatian,

terutama dalam konsep pengembangan pariwisata jangka panjang. Pariwisata memang belum

tergali secara optimal, padahal sektor ini mendapatkan banyak keuntungan, baik dari pasar

domestik maupun pasar internasional. Bermodal berbagai kondisi alam wilayah yang dimiliki

Indonesia, keragaman masyarakat dan berbudaya yang berkualitas, maka pengembangan sector

pariwisata berbasis masyarakat dianggap potensial untuk dikembangkan agar dapat menjadi

sektor andalan penerimaan devisa.

Dengan demikian, diharapkan sektor pariwisata yang dikembangkan melalui partisipasi

masyarakat dapat menjadi salah satu lokomotif perekonomian Indonesia. Sebab pengembangan

sektor ini memiliki keterkaiatan erat dengan sektor lainnya, serta menjangkau berbagai elemen

baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Sejalan dengan kondisi tersebut dan multiplier

effect ekonomi yang demikian besar, maka pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegaratelah

membuat program pariwisata yang berisi kegiatan pokok yang secara bertahap harus

dilaksanakan secara berkesinambungan yaitu :


1. Memantapkan kebijakan dan strategi pembangunan pariwisata daerah yang berwawasan

lingkungan dan berbasis kerakyatan.

2. Menyusun grand strategy pengembangan objek wisata.

3. Memperluas diversifikasi dan meningkatkan daya saing daerah tujuan dan produk pariwisata

melalui : pengembangan wisata domestik, revitalisasi program daerah sadar wisata,

pengembangan wisata alam (arung jeram) dan budaya serta wisata sungai, pengelolaan industri

yang bertanggungjawab.

4. Memantapkan strategi pemasaran pariwisata termasuk pengembangan riset serta analisis pasar

wisata.

5. Mengembangkan dan memantapkan promosi pariwisata di dalam maupun di luar negeri melalui

berbagai media dan melalui kemitraan dengan berbagai lembaga didalam dan di luar negeri.

6. Mengembangkan dan memperkuat database dan jaringan sistem informasi kepariwisataan.

7. Mengembangkan sekaligus memantapkan koordinasi dan jaringan kerja antar sektor, instansi,

wilayah, daerah dan pelaku pariwisata.

8. Mengembangkan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan peraturan di bidang pariwisata antara

pemerintah daerah dan pemerintah provinsi.

9. Meningkatkan peran serta masyarakat dan UKM dalam pembangunan industri wisata.

10. Mensosialisasikan UU Kepariwisataan pengganti UU No. 9/1990 tentang kepariwisataan.

11. Pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana objek dan daya tarik wisata.

12. Peningkatan dan pengembangan pelayanan publik.

Berbagai program tersebut akan berjalan baik apabila masyarakat memiliki keterlibatan

secara langsung ataupun tidak dalam peningkatan prasaranan dan pemeliharaan prasarana. Upaya

peningkatan peran dan kualitas keterlibatan masyarakat dan stakeholders dalam pembangunan
pariwisata dengan pembentukan kelompok-kelompok sadar wisata sebagai motivator atau pelaku

utama dan pengembangan budaya sapta pesona pada masyarakat disekitar obyek dan daya tarik

wisata; membangun komunikasi antara masyarakat dan stakeholders dengan pihak-pihak terkait

guna mendorong tumbuhnya kemampuan masyarakat dapat mengetahui apa yang menjadi

permasalahannya dan bagaimana mengatasi masalah tersebut secara bersama-sama atau self

assessment sehingga dengan atau tanpa bantuan fasilitasi pemerintah dapat meningkatkan

kualitas keterlibatannya dalam pembangunan pariwisata, melalui penyelenggaraan forum delik

masyarakat sebagai stakeholders kepariwisataan di Kabupaten Banjarnegara; mendorong

perkuatan kelembagaan dan asosiasi kepariwisataan serta pelaku pariwisata.

Dikatakan pula bahwa pemberdayaan masyarakat setempat akan turut menentukan

keberhasilan pengembangan sektor pariwisata dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah.

Pengembangan pariwisata melalui pendekatan merupakan salah satu mesin penggerak

pertumbuhan ekonomi di daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah juga harus memperhatikan

masalah infrastruktur fisik yang tentu saja sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dunia

usaha dan industri pariwisata yang berbasis masyarakat.

Hal ini mengandung arti bahwa pemerintah daerah bias menyediakan jasa atau fasilitas

khusus untuk memenuhi keinginan duia usaha atau industri pariwisata, khusunya yang

menunjang pemberdayaan masyarakat. Dalam kebijakan pembangunan daerah, pemerintah

Kabupaten Banjarnegara menetapkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan yang

mendorong pembangunan di Kabupaten Banjarnegara. Kontribusi yang dapat diandalkan pada

pembangunan ekonomi Kabupaten Banjarnegara pada sektor pariwisata, diantaranya di industri

pariwisata dan jasa-jasa, dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang

secara langsung mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melakukan pengembangan-pengembangan kawasan obyek

wisata yang ada.

Untuk memasarkan obyek dan daya tarik wisata yang dimiliki, Pemerintah Kabupaten

Banjarnegara melakukan berbagai program promosi baik didalam negeri maupun di luar negeri

dengan bentuk roadshow, travel, dialog, dan aksesbilitas. Bentuk roadshow dilakukan oleh

DISPARBUD dengan menyelenggarakan promosi diberbagai daerah baik di Banjarnegara itu

sendiri maupun didaerah lain. Sedangkan travel yang dimaksud dalam skripsi ini adalah promosi

dalam bentuk fasilitas akomodasi yang menjanjikan bagi wisatawan. Akomodasi yang

memberikan kenyamanan tetapi dengan harga yang terjangkau. Untuk promosi dalam bentuk

dialog, biasany dilakukan oleh lembaga tertentu seperti dari pihak Dissparbud. Maksud dari

aksesbilitas disini adalah penyelenggaraan dan pengadaan fasilitas penunjang wisata yang

memadai seperti pembuatan jalan yang memadai, homestay, perhotelan, dll.

Kegiatan promosi ini telah menjadikan daerah ini dikunjungi oleh wisatawan baik

wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Namun kegiatan promosi tersebut akan

menjadi kurang berarti apabila masyarakat local itu sendiri tidak ikut berpartisipasi dalam sektor

pariwisata di Banjarnegara. Partisipasi dari masyarakat merupakan langkah awal untuk

membangun kerjasama antara pegawai pariwisata sebagai pembuat kebijakan dengan masyarakat

sebagai pendorong suksesnya kebijakan tersebut dalam rangka pengembangan pariwisata. Atas

dasar itulah peneliti mengambil judul PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN

BANJARNEGARA

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perumusan maka perumusan masalah yakni :
Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Banjarnegara

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan

pengembangan Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara dengan mengakomodasi partisipasi

masyarakat.

D. KERANGKA TEORI

1. Pengembangan Pariwisata

Dalam upaya mendalami kepariwisataan, perlu terlebih dahulu memahami berbagai

definisi kepariwisataan secara komprehensif, sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun

1990 Tentang Kepariwisataan terutama Pasal 1 angka (1) sampai dengan (7) yang menyatakan

bahwa :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara

sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan wisata, termasuk pengusaha obyek dan daya

taris wisata, serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

5. Usaha pariwisata adalah usaha yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau

menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan

usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

6. Obyek dan daya tari wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan lias tertentu yang dibangun atau disediakan untuk

memenuhi kebutuhan pariwisata.

Kepariwisataan dapat dipandang sebagai sesuatu yang abstrak. Secara khusus

kepariwisataan dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk memperkecil kesenjangan saling

pengertian di antara negara-negara yang sudah berkembang yang biasanya adalah negara-negara

wisatawan atau negara Pengirim Wisatawan dengan negara-negara yang sedang berkembang

yakni negara-negara kunjungan wisatawan atau negara Penerima Wisatawan.

Pada dasarnya bagian-bagian dari gejala pariwisata terdiri dari 3 unsur yakni : Manusia

(unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata), Tempat (unsur fisik sebenarnya tercakup oleh

kegiatan itu sendiri), dan Waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan

selama berdiam di tempat tujuan). Inilah unsur-unsur yang menjadi persyaratan terjadinya gejala

pariwisata tersebut. Tetapi ada faktor kas lainnya yang dituntut untuk membedakan kegiatan

pariwisata dari suatu kegiatan jalan-jalan cuci mata atau makan angin pada suatu saat tertentu.

Selain itu, ada faktor-faktor khas yang dimaksud bepergian, sifat sementara bebergian

tersebut penggunaan fasilitas wisata dan yang dianggap paling penting yaitu faktor kenikmatan

dan perasaan yang rileks berkreasi. Dari faktor tersebut, bukanlah faktor kepariwisataan yang

mutlak, meskipun dalam beberapa hal kaidah kenikmatan dan rekreasi bukanlah tujuan utama

kepergian mereka, melainkan orang yang berpariwisata berbisnis.

Segi lain pariwisata hendaknya dilihat dari sudut pandang negara penerima wisatawan.

Didalam konteks ini pariwisata hendaknya dipandang sebagai suatu industri yang turut memberi

andil dalam pembangunan sosial dan ekonomi, baik negara maju atau sedang berkembang, maka

badan usaha dan organisasi tersebut harus dianggap sebagai suatu kesatuan industri, diantaranya

: titik berat tulang punggung perekonomian dewasa ini sedang beralih dari industri klasik, zaman
: Revolusi Industri, ini mempunyai dimensi-dimensi dan persepesi-persepesi yang bervariasi

pula. Lagi pula pariwisata sebagai suatu sektor yang komplek, meliputi industri-industri dalam

arti yang klasik, seperti misalnya industri kerajinan tangan dan industri cendra mata. Begitu juga

penginapan dan transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.

Definisi klasik mengenai industri ini, sudah membuka jalan pendekatan secara lebih

modern menuju suatu batasan arti bahwa indutri sebagai suatu kelompok badan usaha yang

menghasilkan barang-barang secara lebih modern menuju suatu batasan arti bahwa industri

sebagai suatu kelompok badan usaha yang menghasilkan barang-barang tertentu. Suatu industri

dianggap oleh konsumen harus saling menunjang secara sempurna, walaupun secara fisik

industri itu mungkin berbeda. Definisi itu dapat juga diperluas pengertiannya sehingga mencakup

badan-badan usaha yang menghasilkan suatu jenis produksi melalui proses yang sama.

Apakah jasa-jasa termasuk pada kelompok pengertian industri atau tidak, pertanyaan ini

hanya masalah sematik (arti kata) istilah industri itu. Mendesaknya kebutuhan dalam kehidupan

ekonomi modern telah mengakibatkan begitu kompleksnya bidang produksi dan begitu

bervariasinya aktivitas produksi sehingga pengertian kita mengenai apa yang dimaksud dengan

istilah industri harus ditinjau kembali. Suatu produk apakah yang dapat dijamah atau tidak dapat

dijamah, jika memenuhi kebutuhan tertentu manusia, haruslah dianggap sebagai suatu produk

industri. Jika serangkaian suatu produk yang dihasilkan oleh berbagai badan usaha dan

organisasi kerja menunjukan secara khusus bahwa fungsi mereka secara menyeluruh ada kaitan

dan membuktikan kedudukan mereka di dalam kehidupan ekonomi, maka badan usaha dan

organisasi tersebut harus dianggap sebagai suatu kesatuan industri.

Departemen pariwisata, Pos dan Telekomunikasi RI (dalam Karyono, 1997:20:21)

mendefinisikan wisatawan berdasarkan rumusan hasil sidang IX WTO (Word Tousrism


Organization) di Buenos aires, Argentina yang diselenggarakan pada tahun 1991, sebagai berikut

: wisatawan merupakan seorang pengunjung untuk sekurang-kurangnya satu malam tetapi tidak

lebih dari melaksanakan suatu kegiatan yang mendatangkan penghasilan dari negeri yang

dikunjungi.

Berdasarkan sifat perjalanannya dan lokasi dimana perjalanan wisata dilakukan,

Karyono (1997:21-22), mengklasifikasikan wisatawan sebagai berikut :

1. Wisatawan Asing (Foreign Tourist) adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata yang

datang memasuki suatu Negara lain yang bukan merupakan Negara dimana ia biasanya tinggal.

Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau disebut wisman. Wisatawan asing

yang biasanya berkunjung ke Banjarnegara adalah wisatawan dari Malaysia, Singapore ataupun

Australia. Wisatawan biasanya berkunjung ke Dieng.

2. Domestic Foreign Taurist adalah orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal disuatu

Negara karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata diwilayah Negara dimana ia tinggal

misalnya, staf kedutaan Belanda, melakukan perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia Bertugas).

Di Banjarnegara pada khususnya, biasanya terdapat domestic foreign tourist. Misalnya saja, pada

saat diselenggararan Australian rafting 2010 yang diselenggarakan di pusat rafting singomerto

Banjarnegara, maka terdapat beberapa domestic foreign tourist yang tinggal di Banjarnegara,

baik menjadi juri atau peserta lomba. Kegiatan tersebut dihadiri oleh berbagai negara seperti

Malaysia, Filipina, Australia, dan beberapa peserta dari negara lain.

2. Partisipasi masyarakat

Istilah partisipasi sering digunakan di dalam kajian tentang peranan anggota masyarakat

baik formal maupun non formal. Partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat dalam suatu
kegiatan. Jadi partisipasi adalah Keterlibatan sejumlah besar orang dalam usaha menigkatkan

kesejahteraan sosial (Joyomartono 1991: 63) Bahwa berhasilnya pembangunan nasional sebagai

pengamalan pancasila tergantung dari Partisipasi seluruh rakyat serta sikap mental, tekad dan

semangat, ketaatan dan disiplin dalam menyelenggarakan pembangunan.

Suatu program yang menyangkut aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat tidak

akan berhasil tanpa peran aktif masyarakat, baik kedudukannya sebagai obyek maupun subyek

dalam pengembangan hutan rakyat. Definisi partisipasi digunakan di dalam kontek yang

beragam baik secara khusus ataupun umum. Menurut Awang (1999), partisipasi adalah

keterlibatan aktif dan bermakna dari masa penduduk pada tingkatan berbeda seperti:

a. Di dalam pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan-tujuan tersebut

b. Pelaksanaan program-program dan proyek-proyek secara sukarela dan pembagian yang merata

c. Pemanfaatan hasil-hasil dari suatu program atau suatu proyek

Jadi partisipasi masyarakat disini merupakan partsipasi aktif baik dalam identifikasi

masalah, perencanaan, pelaksanaan, monitoring maupun evaluasi dalam suatu kegiatan atau

program pembangunan. Pemahaman arti partisipasi tidak cukup hanya pada pengertian secara

harfiah. Menurut Slamet (1989) memahami arti partisipasi dapat dilihat dari 3 pandangan,

khususnya dalam partisipasi pembangunan :

a. Cara pandang dimana partisipasi merupakan kegiatan pembagian massal dari hasil-hasil

pembangunan

b. Cara pandang dimana masyarakat secara massal telah menyumbang jerih payah dalam

pembangunan

c. Partisipasi harus terkait dengan pengambilan keputusan di dalam pembangunan, misalnya

pembangunan hutan rakyat melalui strategi program penghijauan


Partisipasi memang mempunyai arti yang sangat beragam, sehingga selama 10 tahun

terakhir ini, istilah partisipasi menjadi sangat terkenal dalam kontek berbagai kegiatan

pengembangan pariwisata di Indonesia maupun di seluruh dunia. Partisipasi masyarakat lebih

lanjut akan menyebabkan keterlibatan masyarakat dalam mengikuti perubahan yang lebih nyata.

Adanya perasaan ikut memiliki dan partisipasi masyarakat menunjukkan adanya interaksi antara

masyarakat dengan hutan di dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Masyarakat sebanyak mungkin ikut serta atau berperan aktif dengan pemerintah untuk

menjamin keberhasilan pembangunan. Partisipasi disini bisa berupa partisipasi buah pikiran atau

ide, partisipasi ketrampilan atau tenaga, partisipasi sosial dan partisipasi dalam pelaksanaan

program. Dari partisipasi ini banyak hal yang dapat diserap, diantaranya rasa kompetisi, rasa

tanggung jawab dan solidaritas.

Partisipasi dalam pengelolaan sumber daya alam nasional termasuk dalam pengembangan

pariwisata sangat penting dimasyarakatkan kepada semua pelaku yang terlibat. Partisipasi tidak

berarti hanya berasal dari rakyat dan masyarakat, atau hanya dari pemerintah saja, tetapi

partisipasi harus datang dari semua pihak baik rakyat atau masyarakat maupun pemerintah, pihak

swasta, dan lain-lain. Jadi jelas kiranya bahwa yang dimaksud dengan partisipasi adalah

kemampuan sistem pengelolaan sumber daya hutan nasional untuk membuka kesempatan seluas-

luasnya kepada semua pihak yang terlibat dalam pengeloaan untuk mengambil bagian secara

aktif, mulai dari kegiatan identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

pemantauan, dan evaluasi (Simon, dkk., 1999).

Ada berbagai tingkatan dan arti partisipasi masyarakat antara lain :

a. Partisipasi Manipulasi (Manipulative Participation)


Karakteristik dari model partisipasi ini adalah keanggotaan bersifat keterwakilan pada suatu

komisi kerja, organisasi kerja, dan atau kelompok-kelompok. Jadi tidak berbasis pada partisipasi

individu

b. Partisipasi Pasif (Passive Partisipation)

Partisipasi rakyat dilihat dari apa yang telah diputuskan atau apa yang telah terjadi, informasi

dari administrator tanpa mau mendengar respon dari rakyat tentang keputusan atau informasi

tersebut. Informasi yang disampaikan hanya untuk orang-orang luar yang professional

c. Partisipasi Melalui Konsultasi (Partisipation by Consultation)

Partisipasi rakyat dengan berkonsultasi atau menjawab pertanyaan. Orang dari luar

mendefinisikan masalah-masalah dan proses pengumpulan informasi, dan mengawasi analisa.

Proses konsultasi tersebut tidak ada pembagian dalam pengambilan keputusan, dan pandangan-

pandangan rakyat tidak dipertimbangkan oleh orang luar

d. Partisipasi Untuk Insentif (Partisipation for Material Incentives)

Partisipasi rakyat melalui dukungan berupa sumber daya, misalnya tenaga kerja, dukungan

pangan, pendapatan atau insentif material lainnya. Mungkin petani menyediakan lahan dan

tenaga, tetapi mereka dilibatkan dalam proses percobaan-percobaan dan pembelajaran.

Kelemahan dari model partisipasi ini adalah apabila insentif habis maka teknologi yang

digunakan dalam program juga tidak akan berlanjut.

e. Partisipasi Fungsional (Functional Participation)

Partisipasi dilihat dari lembaga eksternal sebagai suatu tujuan akhir untuk mencapai target

proyek, khususnya mengurangi biaya. Rakyat mungkin berpartisipasi melalui pembentukan

kelompok untuk menentukan tujuan yang terkait dengan proyek. Keterlibatan seperti itu

mungkin cukup menarik, dan mereka juga dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan,
tetapi cenderung keputusan tersebut diambil setelah keputusan utama ditetapkan oleh orang luar

desa atau dari luar komunitas rakyat desa yang bersangkutan

f. Partisipasi interaktif (Interactive Participation)

Partisipasi rakyat dalam analisis bersama mengenai pengembangan perencanaan aksi dan

pembentukan atau penekanan lembaga lokal. Partisipasi dilihat sebagai suatu hak, tidak hanya

berarti satu cara untuk mencapai target proyek saja, tetapi melibatkan multi-disiplin metodologi

dan ada proses belajar terstruktur. Pengambilan keputusan bersifat lokal oleh kelompok dan

kelompok menentukan bagaimana ketersediaan sumber daya yang digunakan, sehingga

kelompok tersebut memiliki kekuasaan untuk menjaga potensi yang ada di lingkungannya

g. Partisipasi inisiatif (Self-Mobilisation)

Partisipasi rakyat melalui pengambilan inisiatif secara indenpenden dari lembaga luar untuk

melakukan perubahan sistem. Masyarakat mengembangkan hubungan dengan lembaga eksternal

untuk advis mengenai sumber daya dan teknik yang mereka perlukan, tetapi juga mengawasi

bagaimana sumber daya tersebut digunakan. Hal ini dapat dikembangkan jika pemerintah dan

LSM menyiapkan satu kerangka pemikiran untuk mendukung suatu kegiatan.

Untuk Kabupaten Banjarnegara itu sendiri, wujud partisipasi inisiatif tengah dilakukan.

Masyarakat beserta Pemerintah daerah bekerjasama mencari investor asing, khususnya jepang

dalam pengembagan sektor industri melalui dunia pariwisata. Dalam hal ini kegiatan rafting

yang sempat dilakukan di Banjarnegara juga merupakan satu bentuk promosi ke negara lain.

E. DEFINISI KONSEPSIONAL

1. Pengembangan Pariwisata

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara

sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Pengemabangan
pariwisata merupakan upaya yang dilaksanakan dan memberikan keuntungan bagi pemerintah

daerah dan masyarakat melalui berbagai wahana yang dimiliki pemerintah daerah sebagai aset

baik buatan maupun wisata alam.

2. Partisipasi Masyarakat

Keterlibatan sejumlah besar orang dalam usaha menigkatkan kesejahteraan sosial (Joyomartono

1991: 63). Partisipasi yang dimaksud adalah keterlibatan masyarakat Banjarnegara dalam

mensukseskan dunia pariwisata di Banjarnegara, tidak hanya dalam hal penambahan prasarana

tetapi juga pemeliharaan prasarana yang telah ada.

F. DEFINISI OPERASIONAL

Dari kerangka teori diatas, maka dapat ditarik indikator-indikator sebagai acuan dalam

penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Aktivitas masyarakat dalam berpartisipasi dibidang sarana dan prasarana

2. Aktivitas masyarakat dalam berpartisipasi dibidang promosi pariwisata

3. Aktivitas masyarakat dalam berpartisipasi dibidang investasi pariwisata

G. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Bodgan dan Taylor

(www.google.com) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati.

Peneliti ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan alasan sebagai berikut:

a. Penelitian ini dilakukan pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan.

b. Penelitian ini menggunakan manusia (peneliti sendiri) sebagai alat penelitian.


c. Teknik analisis data menggunakan pendekatan secara induktif.

d. Menggunakan teori dari dasar.

e. Data disajikan secara deskriptif.

f. Penelitian ini lebih menekan proses daripada hasil.

g. Penelitian ini menggunakan desain yang berubah-ubah disesuaikan dengan kenyataan lapangan.

h. Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif.

2. Unit Analisis

a. Lokasi Penelitian

Penelitian partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pengembangan pariwisata

memiliki lokasi studi di Kabupaten Banjarnegara yang memiliki berbagai macam potensi

pariwisata

b. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan obyek penelitian adalah pengembangan pariwisata di

Banjarnegara

c. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subyek penelitian adalah masyarakat Banjarnegara

d. Informan

Selanjutnya untuk mendapatkan informan yang representatif digunakan teknik purposive

sampling dimana peneliti mengambil informan sesuai denngan kebutuhan penelitian. Adapun

informan penelitian ini adalah 2 orang perwakilan dari Dinas Pariwisata dan 6 orang dari

perwakilan masyarakat Banjarnegara, dengan total informan 8 orang.

3. Teknik Pengumpulan Data


Dalam studi ini sumber informasi digolongkan dalam dua kategori yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer berasal dari sumber utama dan dikumpulkan secara khusus untuk

menjawab pertanyaan penelitian. Sedangkan data sekunder digunakan untuk mengisi kebutuhan

akan rujukan khusus pada beberapa hal. Adapun teknik pengambilan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Observasi

Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan secara integral yaitu parsitipasi dan non

partisipasi yang disesuaikan dengan obyek atau sasaran yang diamati. Adapun fokus yang akan

diamati adalah lokasi-lokasi pariwisata yang ada di Banjarnegara serta Dinas Pariwisata

Kabupaten Banjarnegara.

b. Wawancara

Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data primer yang dilakukan secara

mendalam dimana peneliti melakukan komunikasi timbal balik untuk memperoleh data atau

informasi dari beberapa informan berdasarkan serangkaian pertanyaan sebagaimana tertera

dalam pedoman wawancara. Hal-hal utama yang akan menjadi topik pembicaraan adalah:

1) Aktivitas masyarakat dalam berpartisipasi dibidang sarana dan prasarana

2) Aktivitas masyarakat dalam berpartisipasi dibidang promosi pariwisata

3) Aktivitas masyarakat dalam berpartisipasi dibidang investasi pariwisata

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan teknik pengambilan data dengan mengumpulkan dokumen sebanyak-

banyaknya. Teknik ini merupakan tehnik awal atau lanjutan dalam penelitian sosial budaya.

Sebagai tehnik awal yang dimaksud dengan dokumentasi adalah mencari data-data seperti hasil
penelitian terdahulu, monografi, brosur-brosur data statistik setempat sebagai tehnik lanjutan

yaitu mencari data-data dan arsip-arsip atau sumber-sumber arsip lain dan perpustakaan lokal.

Dokumen digunakan sebagai dasar untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada dalam

penelitian ini seperti jumlah wistaman yang berkunjung, tingkat investasi pelaku usaha, dan

sebagainya.

4. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah teknik kualitatif dimana peneliti

menggunakan kata-kata secara deskriptif untuk menjelaskan fakta yang diperoleh peneliti dalam

menyusun skripsi. Alwasilah (2001, h.169) menjelaskan bahwa uji keabsahan data dilakukan

supaya diperoleh kebenaran dan kejujuran dari sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan,

tafsiran, dan segala jenis laporan. Pada penelitian ini, uji validitas meliputi :

a. Validitas deskripsi yaitu data yang terkumpul harus dideskripsikan secara benar dan jujur. Pada

penelitian ini untuk mendapatkan validitas deskripsi, peneliti melakukan : wawancara direkam

kemudian ditranskrip, sedangkan untuk observasi peneliti mencatat hasil pengamatan secara

rinci, lengkap, konkret dan kronologis (seperti mencantumkan tanggal, jam, tempat, apa yang

diamati)

b. Validitas interpretasi yaitu data ditafsirkan sebagaimana adanya. Pada penelitian ini untuk

mendapatkan validitas interpretasi, peneliti melakukan : pengambilan subyek penelitian benar-

benar sesuai kriteria penelitian, menggunakan pedoman wawancara dan observasi saat

melakukan wawancara dan observasi, melakukan konfirmasi ulang baik lewat subyek yang

bersangkutan maupun informan.

c. Validitas teori dengan terbuka terhadap segala jenis data, memeriksa segala sesuatu yang ada di

luar, membuat pertentang dan perbandingan, memberi bobot, triangulasi. Pada penelitian ini
untuk mendapatkan validitas teori, peneliti melakukan : pengujian data-data yang diperoleh

dengan teori yang sudah ada.

Sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan cara tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles 1992:

16-19)

a. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhartian pada penyerderhanaan,

pengabstrakan, transformasi data kasar dari catatan-catatan tertulis dilapangan hingga laporan

akhir lengkap tersusun.

b. Penyajian data berwujud kesimpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan

kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Penarikan simpulan atau verifikasi yaitu berupa intisari dari penyajian data yang
merupakan hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian. Penarikan simpulan adalah usaha
untuk mencari atau memahami makna atau arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab
akibat atau proposisi. Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat atau
mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang
lebih cepat.

Anda mungkin juga menyukai