F 4 Praba
F 4 Praba
PENDAHULUAN
Salah satu masalah pokok kesehatan di negara berkembang adalah masalah kekurangan gizi. Di
negara Indonesia masih banyak dijumpai kekuarangan gizi bahkan sampai pada kasus gizi buruk. Gizi
buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk yang disebabkan karena kurangnya
asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya
penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk
ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun
berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan (Puskel, 2011).
Hasil Susenas menunjukkan adanya penurunan prevalensi balita gizi buruk yaitu dari
10,1% pada tahun 1998 menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan menjadi 6,3% pada tahun 2001.
Namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan kembali prevalensi gizi buruk dari 8,0% menjadi
8,3% pada tahun 2003 dan kembali meningkat menjadi 8,8% pada tahun 2005. Berdasarkan
laporan dari Dinas Kesehatan seluruh Indonesia terjadi penurunan kasus gizi buruk yaitu pada
tahun 2005 terdata 76.178 kasus kemudian turun menjadi 50.106 kasus pada tahun 2006 dan
39.080 kasus pada tahun 2007. Penurunan kasus gizi buruk ini belum dapat dipastikan karena
penurunan kasus yang terjadi kemungkinan juga disebabkan oleh adanya kasus yang tidak
terlaporkan (under reported). Mencuatnya kembali pemberitaan di media massa akhir-akhir ini
mengenai balita gizi buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukkan sistem surveilans dan
penanggulangan dari berbagai instansi terkait belum optimal (Krisnansari, 2010).
Salah satu program yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten nganjuk adalah dengan
Gerakan Pengentasan Gizi Buruk (Gentasibu). Program ini digagas oleh istri bupati nganjuk dan
disahkan secara resmi melalui Surat Keputusan Bupati No. 188/140/K/411.013/2009. Pada
program ini, penanganan gizi buruk dilakukan secara terintegrasi oleh kader, petugas kesehatan
dan puskesmas setempat.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang
pentingnya gizi yang baik bagi anak. Melakukan pendeteksian dini, diagnosis, pendeteksian
kegawatan dan penanganan pertama bagi balita dengan gizi buruk.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antara (ibu dengan ibu) dan antar ibu
dengan petugas kesehatan/bidan tentang gizi,tumbuh kembang anak, pola makan yang
baik.
2. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu tentang: tumbuh kembang anak
berdasarkan umur, gizi yang baik dan pola makan yang baik.
3. Dengan gizi yang baik diharapkan akan menjadikan pertumbuhan yang baik pula dan
mencetak sumber daya manusia yang berkualitas
4. Dengan gentasibu diharapkan menurunkan angka gizi buruk di ngronggot
5. Mengobati balita gizi buruk jika ada yang sakit.
6. Memberikan bantuan makanan tambahan dan vitamin guna menunjang asupan
makanan dari balita gizi buruk.
1.4 Manfaat
Gentasibu diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Melakukan deteksi awal, penanganan awal, pendeteksian kegawatan pada anak dengan
gizi buruk di ngronggot.
2. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu mengenai gizi anak, tumbuh
kembang anak, dan pola makan yang baik menurut usia.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Gentasibu
Kabupaten Nganjuk memiliki program andalan yang patut menjadi acuan bagi daerah
lain untuk jenis bidang yang sama, yakni Gerakan Pengentasan Gizi Buruk atau yang lebih
dikenal dengan sebutan GENTASIBU. Program GENTASIBU merupakan sebuah gerakan yang
dalam pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat untuk mengentaskan gizi buruk (berat badan
sangat kurang). Program yang menitikberatkan pada kebersamaan seluruh komponen masyarakat
ini mulai dikenalkan pada masyarakat sejak 3 Juni 2009 yang diprakarsai oleh Dra. Ita
Triwibawati, Ak., Msi, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Nganjuk (Bhakti W, 2012).
Kegiatan GENTASIBU ini diikuti oleh semua Kecamatan di Kabupaten Nganjuk, termasuk
Kecamatan Ngronggot. Sasaran dari program ini adalah semua balita atau anak-anak yang
berumur 0 sampai 5 tahun di Kabupaten Nganjuk.
Selama ini kader posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan sebagai
pengelola posyandu, karena merekalah yang paling memahami kondisi masyarakat di
wilayahnya. Di samping itu, kader dianjurkan untuk menekankan perhatian permasalahan gizi
masyarakat, khusunya pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. Hal ini dikarenakan banyak
ditemukannya kasus kemunduran gizi di masyarakat terutama masyarakat miskin. Hal yang
dapat dilakukan oleh kader dalam berpartisipasi menurunkan angka gizi buruk di masyarakat
yaitu : penimbangan balita dan pencatatan hasil timbangan, penyuluhan atas dasar hasil
penimbangan, memberikan penyuluhan pedoman pemberian makan balita, dan melakukan
kunjungan rumah untuk memantau kesehatan balita. Di Kecamatan Ngronggot dalam program
GENTASIBU, di samping kader bertugas mendampingi penderita gizi buruk, kader juga
bertugas sebagai penggerak masyarakat untuk datang menimbang Berat Badan dan mengukur
Tinggi Badan, menilai nafsu makan dan asupan makan balita. Selain itu juga menanyakan dan
menganjurkan orang tua untuk tidak merokok, serta membimbing orang tua balita mengenali
masalah dan memecahkannya (Bhakti W, 2012).
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
3.1 Petugas
Petugas yang hadir dalam kegiatan GENTASIBU di Balai Desa Ngronggot ini adalah
dokter Internsip Puskesmas Ngronggot periode Oktober 2016 Februari 2016, Bapak Dwi Narta
dari Puskesmas Ngronggot, Perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk serta para kader
GENTASIBU di wilayah Kecamatan Ngronggot.
3.2 Lokasi
Kegiatan GENTASIBU ini bertempat di Balai Desa Ngronggot, Kecamatan Ngronggot,
Kabupaten Nganjuk.
3.3 Waktu
Kegiatan GENTASIBU ini dilaksanakan pada tanggal 5 November 2016 dan 5
Desember 2015 pada pukul 09.00-11.00
3.4 Peserta
Kegiatan GENTASIBU ini diikuti oleh semua balita dengan gizi buruk yang berasal
dari semua desa di wilayah Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk yang sudah rutin
mengikuti GENTASIBU setiap bulannya.
3.5 Metode
Metode kegiatan sebagai berikut:
1. Orang tua balita yang hadir mengisi daftar hadir terlebih dahulu.
2. Penimbangan Berat Badan serta pengukuran Tinggi Badan dan Lingkar Lengan Atas,
yang dilakukan oleh petugas kesehatan, kemudian dicatat.
3. Pemeriksaan dan konsultasi dokter.
4. Pemberian obat bagi balita yang sakit, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
kepada semua peserta yang hadir. PMT yang diberikan dapat berupa: Susu dan MPASI
seperti biskuit, vitamin, serta mineral mix. Selain itu dibagikan uang transport sebesar
Rp 10.000,00 kepada masing masing orang tua balita dan kader.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kegiatan GENTASIBU ini dilaksanakan pada tanggal 5 November dan 5 Desember
2016 pada pukul 09.00 11.00 WIB, bertempat di Balai Desa Ngronggot, Kecamatan Ngronggot
Kabupaten Nganjuk. Peserta yang hadir merupakan balita dengan gizi buruk yang berasal dari
semua desa di wilayah Kecamatan Ngronggot.
Pelaksanaan Kegiatan sebagai berikut:
1. Orang tua balita yang hadir mengisi daftar hadir terlebih dahulu.
2. Penimbangan Berat Badan serta pengukuran Tinggi Badan dan Lingkar Lengan Atas,
yang dilakukan oleh petugas kesehatan, kemudian dicatat.
3. Pemeriksaan dan konsultasi dokter.
4. Pemberian obat bagi balita yang sakit, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
kepada semua peserta yang hadir. PMT yang diberikan dapat berupa: Susu dan MPASI
seperti biskuit, vitamin, serta mineral mix. Selain itu dibagikan uang transport sebesar
Rp. 10.000,00 kepada masing masing orang tua balita dan kader
BB TB LLA
No Nama Anak Umur (Bulan)
(kg) (cm) (cm)
M. Andri Dwi
9 24 10.9 84 15
Putra
10 Ica Lafenia 31` 7.4 81.4 12.5
BB TB LLA
No Nama Anak Umur (Bulan)
(kg) (cm) (cm)
M. Andri Dwi
9 25 10.4 85 14.8
Putra
10 Ica Lafenia 32` 7.7 81.4 12.5
14 Farika 58 10 96.6 13
Dari kecamatan Ngronggot 14 balita hadir semua. Ini menunjukkan tingkat kehadiran
pada gentasibu tanggal 5 November dan 5 Desember 2016 adalah 100%. Hal ini menunjukkan
bahwa perhatian dan antusiasme orang tua dan kader GENTASIBU sangat bagus.
4.2 Pembahasan
Kegiatan diawali dengan pengisian daftar hadir, kemudian dilanjutkan dengan
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pengukuran lingkar lengan atas oleh
petugas kesehatan dari Puskesmas Ngronggot terhadap seluruh balita yang hadir, dan dilakukan
secara berurutan sesuai daftar hadir. Setelah itu satu persatu balita dibawa untuk berkonsultasi
dengan dokter, yaitu dokter penanggung-jawab program GENTASIBU serta dibantu oleh dokter
Internship Puskesmas Ngronggot, tentang apa saja yang dikeluhkan oleh balita dan orang tuanya.
Misalnya, dalam hal keluhan sakit seperti batuk, pilek, juga tentang nafsu makan balita dan pola
makan sehari - hari. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik terhadap balita tersebut. Jika ada
balita yang sakit, dokter internship memberikan resep kepada orang tua balita tersebut, kemudian
orang tua bias mengambil obat di Puskesmas. Dilakukan pula edukasi mengenai cara pemberian
nutris yang baik pada anak dan screening kegawatan. Setelah kegiatan konsultasi dan
pemeriksaan oleh dokter, dilanjutkan dengan kegiatan pemberian makanan tambahan dan uang
transport kepada kader dan orang tua balita yang hadir.
Tingkat kehadiran 100% pada gentasibu 5 november menunjukkan bahwa perhatian
dan kepedulian masyarakat terhadap gizi anak cukup tinggi. Selanjutnya perlu dilakukan
intervensi lebih lanjut bagi orang tua balita. Intervensi dapat dilakukan dengan meningkatkan
pemahaman orang tua mengenai pentingnya gizi bagi pertumbuhan anak. Diharapkan setelah
pemahaman yang cukup maka orang tua akan lebih antusias dalam mengikuti program ini.
Kenaikan berat badan balita tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti banyaknya
makanan yang dikonsumsi, jenis makanan yang dimakan, banyaknya aktivitas serta ada tidaknya
penyakit pada balita tersebut (Anonim, 2008). Banyaknya makanan yang dikonsumsi
berhubungan dengan nafsu makan anak. Sebagian besar orang tua balita tersebut mengeluh anak
nafsu makannya menurun atau sulit makan. Selain itu ada pula yang mengeluh anak tidak suka
makanan jenis tertentu, dan ada yang mengeluh anak tidak mau minum susu. Hal ini
membutuhkan perhatian dan usaha lebih dari orang tua untuk membujuk anak agar mau makan
makanan yang sehat dan bergizi, sesuai umur anak tersebut.
Sebaliknya, ada juga orang tua yang mengatakan bahwa anak nafsu makan baik, dan
makan banyak, tetapi berat badannya tidak juga bertambah. Untuk kasus seperti ini, pertambahan
berat badan kemungkinan dipengaruhi oleh aktivitas anak. Jika anak sangat aktif, kalori yang
dikeluarkan juga banyak, sehingga kemungkinan asupan masih kurang untuk mengganti kalori
yang hilang tersebut. Selain faktor tersebut, adanya penyakit tertentu juga menetukan
pertambahan berat badan. Orang tua perlu cermat mengamati apakah anak sering sakit, sering
mengalami batuk pilek, panas, diare atau penyakit lainnya. Jadi bisa saja terjadi seorang anak
asupan banyak, akan tetapi sering sakit, sehingga berat badannya tidak bertambah.
Pada tabel bulan November - Desember, dapat dilihat bahwa selain mengalami
penambahan berat badan, sebagian besar balita juga mengalami penambahan tinggi badan.
Tetapi sebagian besar lingkar lengan atas tetap tidak mengalami peningkatan, bahkan ada yang
mengalami penurunan. Hal ini bisa disebabkan karena peningkatan tinggi badan tersebut tidak
diikuti dengan peningkatan berat badan yang signifikan sehingga lingkar lengan atas tidak
mengalami peningkatan yang signifikan.
Secara umum program GENTASIBU di kecamatan Ngronggot dapat dikatakan berhasil
dengan beberapa indikator tersebut. Perlu dilakukan pengawasan untuk kontinuitas program agar
angka kejadian balita gizi buruk di kabupaten Nganjuk khususnya di kecamatan Ngronggot dapat
ditekan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan GENTASIBU ini adalah sebagai berikut:
Kegiatan GENTASIBU di kecamatan Ngronggot sudah berjalan efektif dan tepat
sasaran sehingga dapat menekan angka kejadian gizi buruk.
Kegiatan GENTASIBU juga dapat menjadi sarana komunikasi orang tua dengan tenaga
kesehatan mengenai gizi
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis diantaranya adalah:
Kegiatan GENTASIBU terus dilaksanakan dan dilakukan pengawasan secara rutin.
Tingkat kehadiran perlu ditingkatkan dengan edukasi pentingnya gizi balita kepada
orang tua oleh kader.
DAFTAR PUSTAKA
Astini, Fatin Nuha. Et al. (2014). Perpaduan Serasi, Penggagas Inovasi. Jurnal administrasi
publik Universitas Brawijaya volume 2, Nomor 1. 2014
Hadiat. Dr, MA. (2013), Lecture handout: Gerakan nasional Percepatan Perbaikan Gizi
(Peraturan Presiden RI No. 42 Tahun 2013). Talkshow Gerakan Nasional 1000 HPK.
Kementrian PPN/Bappenas. Jakarta.
Krisnansari, Diah. (2010). Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1,
Januari 2010.
Nurani N, Pembahasan Situasi Pangan dan Gizi Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta Tahun 2005-
DEPKES, 2000 RI, Buku Panduan Pengelolaan Program Perbaikan Gizi. Kabupaten/Kota Jakarta.
Dr. Budihardja, Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Kemenkes RI Jakarta 2011
LAMPIRAN