Abstrak Seiring banyaknya permintaan oleh oksigen sulit terlarut di dalam permukaan air karena deterjen
warga yang menginginkan jasa pencucian secara instan, mengandung surfaktan dan berbahan dasar organik sehingga
maka usaha laundry sangat berkembang di kota mengakibatkan perairan menjadi bersifat septik bau tidak
Surabaya. Karena kurangnya kesadaran dari pemilik sedap dan berubah warna kehitaman.
laundry hampir semua usaha Laundry membuang air Berdasarkan dari dampak yang sudah disebutkan diatas,
limbahnya langsung ke badan air, seperti sungai, maupun maka diperlukan suatu teknologi untuk mengolah limbah
selokan. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji laundry sebelum limbah itu dibuang ke badan air. Teknologi
kemampuan Biofilter dan Slow Sand Filter dalam ini digunakan agar mencegah penurunan kualitas air dari
menurunkan konsentrasi Phosphat (PO ) dan kadar COD limbah laundry yang dibuang. Teknologi yang digunakan
4
pada air limbah laundry dengan menggunakan variabel adalah teknologi dengan memanfaatkan Biofilter.
diameter media. Pada penelitian ini akan digunakan suatu media filter
Metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini berupa batu kali dengan tujuan dapat memperbaiki kualitas air
menggunakan reaktor Biofilter dengan mengambil air limbah laundry yang dibuang sehingga mengurangi penurunan
sampel dari Limbah Laundry di perumahan Semolowaru kualitas perairan atau lingkungan.
Elok. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kemampuan
Biofilter dalam menurunkan konsentrasi Phosphat (PO ) dan
Hasil yang didapat yaitu, removal COD dan kadar COD pada air limbah laundry dengan menggunakan
4
Phospat yang paling baik adalah dengan menggunakan variabel diameter media Biofilter.
reaktor Biofilter B (diameter media 2cm) adalah 34% dan
30%.
Kata Kunci Biofilter , Intermitten, Laundry. II. TINJAUAN PUSTAKA
dan nitrogen. Fosfat dalam deterjen juga memiliki fungsi nutrient yang cukup dalam laju penanganan biologic yang
sebagai pencegah datangnya kotoran ke dalam pakaian yang tinggi adalah 100:10:1. Manfaatnya adalah untuk memperoleh
sudah dicuci kembali. Penggunaan deterjen tersebut pada kadar nitrogen dan fosfor yang rendah dalam efluen (Putu
akhirnya akan mempertambah konsentrasi fosfat dalam badan Evy. 1994).
air buangannya sehingga memicu pertumbuhan algae (Paytan
& McLaughin,2007). III. METODOLOGI PENELITIAN
2.3 Biofilter
3.1 Tahapan Penelitian
Biofilter adalah reaktor yang dikembangkan dengan prinsip
Tahapan penelitian meliputi studi literatur, penentuan
mikroba tumbuh dan berkembang pada suatu media filter dan
variabel dan parameter penelitian, persiapan peralatan dan
membentuk lapisan biofilm (attached growth) (Slamet dan
bahan, penelitian pendahuluan, pengoperasian reaktor, analisa
Masduqi, 2000).
parameter, analisa data, pembahasan dan kesimpulan.
Pengolahan air limbah dengan proses Biofilter dilakukan
Adapun kerangka penelitian dapat dilihat dalam gambar
dengan cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis
berikut.
yang di dalamnya telah diisi dengan media penyangga yang
berguna sebagai pengembangbiakkan mikroorganisme.
Sedangkan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah,
misalnya senyawa organik (BOD, COD), amonia, fosfor, dan
lainnya akan terdifusi ke dalam lapisan biofilm yang melekat
pada permukaan media.
Untuk media dipilih batu kali karena mudah untuk didapatkan penelitian yaitu memperoleh pengaruh variasi diameter media
serta diaplikasikan ke dalam reaktor. Limbah laundry pada efisiensi persen removal COD dan fosfat air limbah
dihasilkan dari rumah laundry di daerah Perumahan laundry, selain itu akan dianalisa efektifitas reaktor Biofilter
Semolowaru Elok. terhadap penurunan kadar COD dan fosfat air limbah laundry.
3.3 Pembuatan Reaktor
Reaktor Biofilter berbentuk persegi panjang dengan luas
alas sebesar 20 x 20 cm dengan tinggi media 80 cm (lihat pada IV. PEMBAHASAN
gambar 2). Dimensi tersebut didapatkan dari perhitungan debit
4.1 Data dan Analisis Efisiensi Penurunan Phosphat Pada Air
dikali td selama 8 jam. Hasil dibagi dengan tinggi media
Limbah Laundry di Reaktor Biofilter
sebesar 80cm. Pada pengolahan limbah air limbah laundry ini
digunakan aliran down flow dengan sistem intermitten. Pada Hasil analisa COD dan Phosphat pada air limbah Laundry
bagian inlet diberi ketinggian muka air dari media sebesar 5 di reaktor Biofilter A (diameter media 1,5cm) dan B (diameter
cm untuk menjaga agar pada bagian atas media tidak kering media 2,5cm) dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai dengan 4.4
sebagai berikut.
(Rustanto, 2012). Tabel 4.1
Hasil Analisa COD Pada Air Limbah Laundry di Reaktor Biofilter
A (diameter media 1,5cm)
hari Inlet Outlet persentase
no ke (mg/liter) (mg/liter) removal(%)
1 1 1057 824 22,04
2 2 968 734 24,17
3 3 1012 782 22,72
4 4 1100 831 24,45
5 5 965 719 25,49
6 6 877 649 25,97
7 7 934 685 26,65
8 8 903 661 26,79
9 9 1006 794 21,07
10 10 911 756 17,01
Tabel 4.2
Hasil Analisa Phosphat Pada Air Limbah Laundry di
Reaktor Biofilter A (diameter media 1,5cm)
hari Inlet Outlet persentase
no ke (mg/liter) (mg/liter) removal(%)
1 1 4,17 3,7 11,27
Gambar.2 Desain Biofilter (Rustanto, 2012) 2 2 4,05 3,54 12,59
3 3 3,93 3,61 8,14
3.4 Proses Aklimatisasi
4 4 4,1 3,18 22,43
Proses seeding/aklimatisasi dilakukan dengan merendam 5 5 4 3,09 23,13
media kerikil didalam reaktor Biofilter dengan air limbah 6 6 3,88 2,85 26,54
laundry didalam wadah yang dibiarkan mengalami kontak 7 7 3,96 2,9 26,76
langsung dengan udara untuk menumbuhkan bakteri aerob 8 8 4,11 3,12 24,08
pembentuk biofilm. Pertumbuhan biofilm diamati setelah 9 9 4,2 3,25 22,61
kurang lebih 8 sampai 14 hari dengan ditandai permukaan 10 10 3,9 3,3 15,38
media yang berubah menjadi agak licin bila dipegang (Rizki,
2012). Media yang telah ditumbuhi bakteri tersebut Tabel 4.3
Hasil Analisa COD Pada Air Limbah Laundry di
selanjutnya dipindahkan pada reaktor Biofilter.
Reaktor Biofilter B (diameter media 2,5cm)
3.5 Proses Running Inlet Outlet persentase
no harike (mg/liter) (mg/liter) removal(%)
Proses running ini dilakukan dengan proses intermitten 1 1 1057 846 19,96
yaitu pengambilan data per hari selama 10 hari.Dilakukan
2 2 968 745 23,03
pengambilan sample pada titik sampling yaitu outlet Dalam
3 3 1012 739 26,97
proses ini diukur dahulu inlet yang akan dimasukkan kedalam
4 4 1100 798 27,45
reaktor, setelah itu diukur kandungan Phosphat dan COD pada
5 5 965 686 28,91
outlet.
6 6 877 621 29,19
3.6 Analisis dan Pembahasan 7 7 934 615 34,15
Analisis dan pembahasan dilakukan berdasarkan tujuan dari 8 8 903 626 30,67
4
9 9 1006 784 22,06 merah) memiliki kemampuan lebih baik daripada reaktor
10 10 911 713 21,73 Biofilter A. hal ini menunjukkan bahwa variabel diameter
media sangat berpengaruh terhadap penurunan kadar COD
pada media. Namun keadaan mulai mengalami penurunan
pada hari ke 9 dikarenakan pada hari ke 9 ini lapisan biofilm
sudah mengalami pengelupasan karena ketebalan dari biofilm
sudah maksimal. Pada kondisi ini sumber makanan tidak bisa
Tabel 4.4 terdifusi sampai lapisan paling dalam oleh mikroorganisme.
Hasil Analisa Phosphat Pada Air Limbah Laundry di Akibatnya mikroorganisme memasuki fase endogeus, dimana
Reaktor Biofilter B (diameter media 2,5cm) pada fase ini bakteri akan kehilangan kemampuan menempel
Inlet Outlet persentase pada media sehingga akan terlepas dan terbawa keluar dari
no harike (mg/liter) (mg/liter) removal(%)
biofilter.
1 1 4,17 3,51 15,82
2 2 4,05 3,37 16,79
3 3 3,93 3,23 17,81
4 4 4,1 3,19 22,19 Berdasarkan Gambar 4 analisis yang dapat diambil adalah
5 5 4 3,01 25,12 pada gambar diatas terlihat bahwa persentase dari Biofilter B
6 6 3,88 2,8 27,83 dalam penurunan kadar Phospat (diwakili warna merah)
7 7 3,96 2,74 30,80 memiliki kemampuan lebih baik daripada reaktor Biofilter A.
8 8 4,11 2,89 29,68 hal ini menunjukkan bahwa variabel diameter media sangat
9 9 4,2 3,1 26,19
berpengaruh terhadap penurunan kadar COD pada media.
Fase Endogeus pada biofilm terjadi pada hari ke 9, hal ini
10 10 3,9 3,02 22,56
dapat dilihat dari menurunnya persentase removal yang
didapatkan.
Sedangkan Grafik hasil penurunan rata-rata nilai COD
dan Phosphat dapat dilihat pada gambar 3 dan 4 sebagai
berikut. 4.2 Penambahan Unsur N
Tabel 4.5
Tabel Penambahan Unsur N yang dibutuhkan pada Reaktor Biofilter A
Gambar.3 Grafik Persentase Rata-rata Penurunan COD Pada Reaktor (diameter media 1,5cm)
Biofilter
faktorC:N:PpadaBiofilterArasio100:10:1(semuasatuandalammg/l)
hari outlet N yang outlet hasil C setelah
no
ke COD dibutuhkan P penambahan N
1 1 824 100 3.7 82.4
2 2 734 100 3.54 73.4
3 3 782 100 3.61 78.2
4 4 831 100 3.18 83.1
5 5 719 100 3.09 71.9
6 6 649 100 2.85 64.9
7 7 685 100 2.9 68.5
8 8 661 100 3.12 66.1
Gambar.4 Grafik Persentase Rata-rata Penurunan Phosphat Pada
Reaktor Biofilter 9 9 794 100 3.25 79.4
10 10 756 100 3.3 75.6
Berdasarkan Gambar 3, analisis yang dapat diambil
adalah pada gambar diatas terlihat bahwa persentase dari Tabel 4.6
Biofilter B dalam penurunan kadar COD (diwakili warna Tabel Penambahan Unsur N yang dibutuhkan pada Reaktor Biofilter B
5
(diameter media 2,5cm) telah banyak memberikan dukungan baik langsung maupun
dengan doa yang telah dipanjatkan kehadirat Allah SWT.
faktorC:N:PpadaBiofilterBrasio100:10:1
hari outlet N yang outlet hasil C setelah
no
ke COD dibutuhkan P penambahan N DAFTAR PUSTAKA
1 1 846 100 3.51 84.6 [1] Anonim. (2002). Keputusan Gubernur Nomor 45 Tahun 2002 tentang
2 2 745 100 3.37 74.5 Baku Mutu Limbah Cair bagi Industri atau Kegiatan Usaha Lainnya di
Jawa Timur.
3 3 739 100 3.23 73.9 [2] Barros, L.A.F., Leal Filho, L.S., dan Peres, A.E.C., (2000). Technical
4 4 798 100 3.19 79.8 Note Plant PracticeInnovations In A Phospate Concentrator. Dept of
5 5 686 100 3.01 68.6 Minning Engineering, USP, Brazil..
[3] Evy, Putu Ardiana. 1994. Penurunan Kandungan COD dalam Air
6 6 621 100 2.8 62.1 Limbah Buatan Dengan Sistem Biofilm Aerobik Pada Media Berbutir.
7 7 615 100 2.74 61.5 Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS.
[4] Logdon, G.S., Kohne, R., Abel, S., LaBonde, S., (2002). Slow Sand
8 8 626 100 2.89 62.6
Filter for Small for Small Water Systems, J. Environt. Engineering,
9 9 784 100 3.1 78.4 Canada.
10 10 713 100 3.02 71.3 [5] Metcalf & Eddy. 2004. Wastewater Engineering Treatment and Reuse
4th Edition. Singapore. Mc.Graw Hill.
[6] Paytan, A., dan McLaughin, K., (2007). Phosporus in Our Waters.
Berdasarkan tabel diatas, limbah yang diolah sudah Oceanography (20) 2:200-208.
memenuhi untuk dibuang ke badan air sesuai dengan [7] Puspitahati, Cony. 2012. Studi Kerja Biosand Filter Dalam Mengolah
Limbah Laundry Dengan Parameter Fosfat.Jurusan Teknik Lingkungan
Peraturan Gubenur Jawa Timur No. 45 Tahun 2002 yang FTSP ITS.
menyebutkan bahwa kadar maksimum air limbah untuk [8] Rizky, Ananda. 2012. Penurunan Kadar COD Air Limbah Pencucian
dibuang ke badan air sesuai dengan peruntukannya yaitu Motor dengan Biofilter. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS.
[9] Rustanto, Denny. 2012. Penurunan Kadar Phosphat Air Limbah
golongan 3 adalah untuk COD 300mg/l dan untuk Phosphat
Pencucian Mobil dengan Biofilter. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP
adalah 10mg/l. ITS.
[10] Slamet, A., dan Masduqi, A. 2000. Satuan Proses. Surabaya : Jurusan
Teknik Lingkungan FTSP ITS.
V. KESIMPULAN/RINGKASAN [11] SK Gubernur no.413., (1987). Standart Baku Mutu Limbah Cair Yang
Ditetapkan untuk BOD Dan COD.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah: [12] SNI 3981:2008., (2008). Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat.
Reaktor Biofilter dengan media batu kali dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN).
diameter media 2 cm (Biofilter B) mampu [13] S. Sukawati, T., (2008). Penurunan kadar Chemical Oxygen Demand
(COD) Pada Air Limbah Laundry Menggunakan Reaktor Biosand Filter
meremoval COD dan phospat lebih baik daripada dan Activated Carbon.Tugas Akhir Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
reaktor yang memiliki diameter media hanya 1,5 Sipil dan Perencanaan UII, Yogyakarta.
cm (Biofilter A). [14] Susana, T., dan Suyarso, (2008). Penyebaran Fosfat dan Deterjent di
Perairan Pesisir dan Laut di Cirebon Jawa Barat. Pusat Penelitian
Penambahan unsur N sesuai dengan rasio C:N:P Oseanografi LIPI, Bandung.
pada penelitian ini terbukti mampu menjadikan [15] Tri, Febriwahyudi Chandra. 2012. Resirkulasi Air Tambak Bandeng
limbah yang seharusnya tidak memenuhi baku dengan Slow Sand Filter. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS.
[16] Yuniarto, A. 1999. Studi Kemampuan Batubara untuk Menurunkan
mutu menjadi layak buang sesuai dengan kriteria Konsentrasi Surfaktan dalam Larutan Deterjen dengan Proses Adsorpsi.
yang ditentukan dalam Peraturan Gubenur Jawa Surabaya: Tugas Akhir Teknik Lingkungan ITS.
Timur. [17] Wotton, R., Hirabayashi, K., (1998). Midge Larvae in Slow Sands Filter
Beds. Dept of Biology University College London, Great Britain.