Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Fraud mencakup semua kejutan, trik, kelicikan dan penyamaran, serta setiap cara yang
tidak adil di mana ada pihak lainnya yang tertipu. Fraud dalam laporan keuangan biasanya
berbentuk salah saji atau kelalaian yang disengaja baik dalam jumlah maupun pengungkapan
pos-pos dalam pelaporan keuangan untuk menyesatkan pemakai informasi laporan keuangan
tersebut. Kemampuan auditor eksternal dalam mendeteksi fraud, bergantung pula pada
kecanggihan pelaku fraud, frekuensi dari manipulasi, tingkat kolusi dan ukuran senioritas yang
dilibatkan. Fraud dapat terungkap, bila ada kerja sama antara beberapa pihak yang terkait dengan
entitas, seperti dewan direksi, pihak manajemen, akuntan publik dan internal auditor. Adanya
diskusi dengan pihak-pihak tersebut, saling memberi informasi dan memberi respon yang lebih
komprehensif dan dengan adanya dokumentasi yang lengkap, salah satu cara dalam mendeteksi
adanya fraud. Corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan, akan membawa dampak
yang positif terhadap pengurangan resiko terjadinya fraud. Dalam penerapan corporate
governance harus dibarengi dengan suatu system manajemen yang efektif dan mengandung
pengendalian internal yang dijalankan oleh orang-orang yang profesional dan bertanggung
jawab.

Definisi Fraud International Standards on Auditing (ISA) seksi 240 The Auditors
Responcibility to Consider Fraud in an Audit of Financial Statements Paragraf 6 mendefinisikan
fraud sebagai .. tindakan yang disengaja oleh anggota manajemen perusahaan, pihak yang
berperan dalam governance perusahaan, karyawan atau pihak ketiga yang melakukan
pembohongan atau penipuan untuk memperoleh keuntungan yang tidak adil atau ilegal.
Sedangkan dalam Standar Auditing yang dikeluarkan Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen
Akuntan Publik (IAI- KAAP) fraud didefinisikan sebagai kecurangan. Dalam kaitannya dengan
pelaporan keuangan, auditor berkepentingan untuk menguji apakah suatu tindakan yang
mengandung fraud mengakibatkan salah-saji (misstatement) dalam pelaporan keuangan.

Kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan pada umumnya disebabkan oleh
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Pengaruh lingkungan internal umumnya terkait
antara lain dengan lemahnya pengendalian internal, lemahnya perilaku etika manajemen atau
faktor likuiditas serta profitabilitas entitas yang bersangkutan. Sedangkan pengaruh lingkungan
eksternal umumnya terkait antara lain dengan kondisi entitas secara umum, lingkungan bisnis
secara umum, maupun pertimbangan hukum dan perundang-undangan.

Meskipun kecurangan atau fraud merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan
auditor (independen) berkaitan secara khusus terhadap tindakan fraud yang berakibat terhadap
salah saji material di dalam laporan keuangan Berdasarkan sifatnya, fraud dapat dikategorikan
menjadi:

1. Pelaporaan keuangan yang mengandung kecurangan (fundamental financial


reporting), yang timbul dari pengakuan pendapatan yang tidak tepat, lebih saji
(overstatement) aktiva, atau kurang saji (understatement) kewajiban.
2. Penyelewengan aktiva (misappropriation of assets), termasuk penggelapan, fraud
dalam penggajian, pencurian pihak eksternal.
3. Penyimpangan keuangan oleh manajemen
4. Kecurangan melalui penghindaran beban, misal fraud dalam pajak, mengatur
pendapatan untuk menghindari pajak.
5. Pengeluaran atau timbulnya kewajiban yang tidak pada tempatnya misalnya
penyuapan.

Ada beberapa factor utama yang merupakan penyebab timbulnya fraud yaitu antara lain :

1) Adanya kerja sama dengan pihak ketiga


2) Adanya kerja sama antara karyawan perusahaan
3) Adanya internal control yang kurang memadai
4) Kurangnya kesadaran terhadap perbuatan yang salah dan
5) Adanya perbedaan dalam etika bisnis.

Selain itu, pada umumnya juga fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi
secara bersamaan, yaitu: 1. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud 2. Peluang untuk
melakukan fraud 3. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud Ketiga faktor
tersebut saling berkaitan atau dikatakan sebagai segitiga fraud.
1. Fraud Laporan Keuangan

Tujuan jangka pendek perusahaan adalah memaksimalkan laba, yaitu dengan cara
meningkatkan pendapatan atau menekan biaya/kewajiban. Atas dasar inilah perusahaan ingin
terlihat mempunyai kinerja yang baik. Kecurigaan fraud atas laporan keuangan dapat dibangun
dari dasar tersebut. Dengan kata lain, motif untuk melakukan fraud berasal dari internal
perusahaan. Menurut Ferdian & Naim (2006), kecurangan dalam laporan keuangan dapat
menyangkut tindakan yang disajikan berikut ini:

1. Manipulasi, pemalsuan atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen


pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
2. Representasi yang dalam atau penghilangan dari laporan keuangan, peristiwa,
transaksi atau informasi lain yang signifikan.
3. Salah penerapan secara sengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapannya.

Fraud dalam pelaporan keuangan biasanya juga berbentuk salah saji atau kelalaian yang
disengaja baik dalam jumlah maupun pengungkapan pos-pos dalam pelaporan keuangan untuk
menyesatkan pemakai informasi laporan keuangan tersebut. Fraud laporan keuangan dapat
dibedakan antara yang sifatnya inklusif dan eksklusif (Dooley dan Skalak, 2006).

Fraud dianggap sebagai inklusif apabila laporan keuangan mengandung transaksi atau
nilai yang tidak benar. Sedangkan fraud yang dianggap eksklusif cenderung menghilangkan
transaksi yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan. Fraud yang inklusif lebih
banyak ditemukan dalam praktik . Contoh fraud yang inklusif adalah overstated dari piutang
dagang akan berdampak pada pos pendapatan.

Faktor yang membedakan antara fraud dan kekeliruan adalah baik faktor kesengajaan
maupun ketidaksengajaan yang berakibat keterjadian salah saji di dalam laporan keuangan. Ada
dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor independen tentang fraud dalam
audit atas laporan keuangan, adalah sebagai berikut:
1. Salah saji yang timbul dari fraud (kecurangan) di dalam laporan keuangan, yaitu salah
saji atau penghilangan dengan sengaja jumlah satuan moneter atau pengungkapan di
dalam laporan keuangan untuk mengelabui pengguna laporan keuangan.
2. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
(penyalahgunaan /penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang
berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi umum
yang berlaku di Indonesia.

Bentuk Fraud Akuntansi dan Laporan Keuangan


Hakekatnya kejahatan akuntansi bermuara pada pelaporan keuangan yang menyesatkan
bagi penggunanya, termasuk aktivitas yang tidak benar atau ilegal pada proses pengidentifikasian
dan pengukuran transaksi-transaksi keuangan. Adapun beberapa bentuk kejahatan akuntansi,
diantaranya adalah:
1. Manajemen Laba yang Tidak Sah (illegal earnings management)
Manajemen Laba adalah suatu intervensi atas tujuan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan pribadi (Schipper, 1989).
Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan
dan dalam penataan transaksi untuk mengubah laporan keuangan
untuk menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan, atau untuk
mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan (Healy
dan Wahlen, 1999). Manajemen laba dapat dikategorikan sebagai kejahatan akuntansi jika
laporan keuangan yang disajikan ditujukan untuk menyesatkan pengguna laporan keuangan dan
mengabaikan atau melanggar PABU (Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum).

2. Pendapat (opini) Auditor Eksternal yang Tidak Benar


Auditor eksternal diberi wewenang untuk melakukan audit keuangan pada perusahaan
publik. Auditor dianggap melakukan kejahatan jika dalam menjalankan profesinya mengabaikan
atau melanggar Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP). Salah satu contohnya adalah
memberikan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan suatu
perusahaan padahal auditor tersebut mengetahui dan menemukan adanya pelanggaran dan
kesalahan yang material pada laporan keuangan yang diaudit tersebut. Hal ini terjadi jika
terdapat persekongkolan jahat atau kolusi antara auditor dengan manajemen perusahaan.
3. Kejahatan Perbankan
Kejahatan akuntansi di perbankan diantaranya dilakukan dengan mengambil dana
nasabah tanpa sepengetahuan nasabah, memanipulasi data nasabah, memalsukan rekening
nasabah dan pemalsuan tanda-tangan nasabah yang dilakukan oleh pelaku kejahatan. Kejahatan
ini termasuk dalam kategori penggelapan.

4. Kejahatan Akuntansi di Pasar Modal


Kejahatan akuntansi di pasar modal mencakup pelanggaran penyajian informasi yang
tidak benar atau menyesatkan (missleading information). Hal ini terjadi jika emiten tidak
menjalankan kewajiban pelaporan dan keterbukaan informasi dan isi laporan tersebut
mengandung informasi yang tidak benar atau dapat menyesatkan bagi investor dalam mengambil
keputusan ketika hendak menjual atau membeli saham emiten tersebut. Kejahatan akuntansi di
pasar modal lainnya adalah manipulasi pasar. Manipulasi pasar ini merupakan modus kejahatan
yang menggunakan teknik dan mekanisme pasar sebagai alat untuk menciptakan pembentukan
harga.

5. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa (Related-Party Transactions).


Bentuk pelanggaran ini mencakup transaksi yang material atau dalam jumlah yang tidak
biasa dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa, yang meliputi (1) penjualan fiktif pada
pihak yang memiliki hubungan istimewa (2) pinjaman kepada atau dari pihak yang memiliki
hubungan istimewa dimana tingkat bunganya lebih rendah dibandingkan pasar (3) transaksi
lainnya dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan transaksi normal, dan (4) pengungkapan yang tidak memadai atas transaksi
dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa.
2. White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih)

Istilah white collar crime sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai
kejahatan kerah putih ataupun kejahatan berdasi. ( I Wayan Landrawan ) White collar crime
ini pertama kali dikemukakan dan dikembangkan oleh seorang kriminolog Amerika Serikat yang
bernama Edwin Hardin Sutherland sekitar tahun 1939 didepan American sosiological society,
jenis kejahatan ini dipandang muncul bersamaan dengan terjadinya pengelompokan masyarakat
dalam kategori upper class dan lower class.
WWC adalah kejahatan yang dilakukan oleh seorang dari upper class (sosio, ekonomi
politik) yang berhubungan dengan pekerjaannya/ jabatannya baik dibidang ekonomi,
sosiopolitik, dan terutama pelanggaran atas kepercayaan masyarakat kepadanya ( I Wayan
Landrawan ). Kejahatan kerah putih (white collar crime) adalah istilah untuk menyebut berbagai
tindak kejahatan di lembaga pemerintahan yang terjadi, baik secara struktural yang melibatkan
sekelompok orang maupun secara individu. kejahatan kerah putih sebagai penyalahgunaan
jabatan yang legitim sebagaimana telah ditetapkan oleh hukum.Umumnya, skandal kejahatan
kerah putih sulit dilacak karena dilakukan pejabat yang punya kuasa untuk memproduksi hukum
dan membuat berbagai keputusan vital. Kejahatan kerah putih terjadi dalam lingkungan tertutup,
yang memungkinkan terjadinya sistem patronase. Kejahatan kerah putih sungguh memasung dan
membodohi rakyat. Rakyat yang tidak melek politik akhirnya pasrah, tetapi kepasrahan ini justru
Kian membuat para pejabat menggagahinya.
White collar crime dibedakan dari blue collar crime. Jika istilah white collar
crime ditujukan bagi aparat dan petinggi negara, blue collar crime dipakai untuk menyebut
semua skandal kejahatan yang terjadi di tingkat bawah dengan kualitas dan kuantitas rendah.
Namun, kita juga harus tahu, kejahatan di tingkat bawah juga sebuah trickle down effect. Maka,
jika kita mau memberantas berbagai kejahatan yang terjadi di instansi pemerintahan, kita harus
mulai dari white collar crime, bukan dari blue collar crime.
White collar crime identik dengan suatu kejahatan yang dilakukan bersamaan dengan
aktifitas pekerjaan / jabatanya / dilakukan oleh orang yang terhormat dalam instansi
pemerintahan.
Kejahatan kerah putih (white collar crime), sebagai salah satu contoh atau bentuk perilaku
menyimpang yg terkategorikan sebagai kejahatan (kriminal), di samping beberapa fakta lain,
seperti organized crime (kejahatan terorganisasi) dan crime without victim
(kejahatantanpakorban).

Penyebab White Collar Crime


Biasanya, suatu white collar crime dilakukan untuk salah satu dari 2 (dua) motif berikut ini :
1. Motif Mencari Keuntungan Finansial.
2. Motif Mendapat Jabatan Pemerintahan.
Dari data yang ada tentang white collar crime dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kumulasi dari kejahatan yang tergolong kedalam kejahatn white collar crome jauh lebih
besar jumlah uang yang terlibat daripada kejahatan biasa.
2. Hukuman penjara kepada penjahat biasa jauh lebih sering ketimbang hukuman penjara
terhadap pelaku white collar crime yang lain.
3. Hukuman penjara bagi penjahat konvensional jauh lebih berat ketimbang hukuman
penjara bagi pelaku kejahatan kerah putih.
Yang dimaksud dengan istilah white collar crime adalah suatu perbuatan (atau tidak
berbuat) dalam sekelompok kejahatan yang spesifik yang bertentangan dengan hukum pidana
yang dilakukan oleh pihak professional, baik oleh individu, organisasi, atau sindikat kejahatan,
ataupun dilakukan oleh badan hukum.
Dari pengertian white collar crime tersebut diatas dapat ditarik unsur-unsur yuridis dari
white collar crime, yaitu sebagai berikut:
1. Adanya perbuatan (atau tidak berbuat) yang bertentangan dengan hukum, baik hukum
pidana dan atau hukum perdata dan atau hukum tata usaha negara.
2. Sekelompok kejahatan yang spesifik.
3. Pelakunya adalah individu, organisasi kejahatan, atau badan hokum.
4. Pelakunya sering kali (tetapi tidak selamanya) merupakan terhormat/kelas tinggi dalam
masyarakat, atau mereka yang berpendidikan tinggi.
5. Tujuan dari perbuatan tersebut adalah unutk melindungi kepentingan bisnis atau
kepentingan pribadi, atau untuk mendapatkan uang, harta benda, maupun jasa, ataupun
untuk mendapatkan kedudukan dan jabatan tertentu.
6. Perbuatan tersebut dilakukan bukan dengan cara-cara kasar, seperti mengancam,
merusak, atau memaksa secara fisik, melainkan dilakukan dengan cara-cara halus dan
canggih.
7. Perbuatan tersebut biasanya (tetapi tidak selamanya) dilakukan ketika pelakunya sedang
menjalankan tugas (orang dalam) atau ketika menjalankan profesinya/ jabatan.

WCC terdiri dari :


Kejahatan Okupasi : memperoleh keuntungan dalam melakukan kejahatan korporasi.
Misalnya, seorang pegawai negeri melakukan manipulasi / mark up data anggaran untuk
kepentingan pribadi.
Kejahatan Korporasi : kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan nama korporasi
tersebut.
Sebagai konsekuensi berbagai istilah dan focus perhatianya, Joan Miller membagi WCC
kedalam empat kategori :
1. Organizational of occupational crime yaitu kejahatan yang dilakukan para eksekutif demi
keuntungan perusahaan berakibat kerugian pada masyarakat. Dimanapun mereka berada.
Misalnya ; manipulasi pajak, penipuan iklan.
2. Governmental ccupational crime yatu kejahatan yang dilakukan oleh pejabat atau birokrat
misalnya perbuatan sewenang wenang yang merugikan masyarakat yang terkait dengan
kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dan sangat sulit terdeteksi karenadilakuakn
berdasarkan keahlian dan berbarengan dengan kejabatanya.
3. Professional occupational crime yaitu pelaku kajahatan ini mencakup berbagai pekerjaan
atau profesi. Disamping kerugian yang bersifat ekonomis juga mengancxam keselamatan
jiwa seseorang. ( tidak menutup kemungkinan timbulnya kriminogen / kejahatan dalam
bentuk lain. Misalnya ; dokter, pengacara, akuntan. Contoh ; aborsi, eutasia / suntik mati,
tindakan dokter diluar profesi.
4. Individual occupational crime yaitu kejahatan yang dilakukan oleh individu artinya
pekerjaan yang dilakukan dengan menyimpang yang menimbulkan kerugian perusahaan.
Dari ke empat defininisi tersebut WCC dilakukan tanpa kekerasan melainkan dengan
kecurangan, rekayasa. Dll.
Untuk mengenali WCC lebih jauh berikut karkteristik WCC :
1. Low visibility ; kejahatan tersebut sulit dilihat karena biasanya tertutup oleh kegiatan
pekerjaan yang normal yang rutin dan melibatkan keahlianya serta sangat komplexs.
2. Complexcity ; kejahatan tersebut sangat komplexs karena berkaitan dengan kebohongan,
penipuan, pengingkaran, serta berkaitan dengan sesuatu yang ilmiah, teknologi,
terorganisasi, melibatkan banyak orang dan berjalan bertahun-tahun.
3. Defussion of responsibility ; terjadinya penyebaran tanggung jawab yang semakin luas
akibat kekomplekan organisasi, artinya setiap kebijakan yang merupakan bagian
kejahatan yang ditimbulkan oleh perusahaan biasanya tanggung perusahaan bertanggung
jawab terhadap hal tersebut meskipun hal etrsebut dilakukan oleh satu pihak saja namun
disini tanggung jawab tidak bias di bebankan oleh satu pihak tersebut. Misalnya,
seseorang pegawai melakukan kejahatan atau kecurangan terhadap perusahaan sehingga
menyebabkan pencemaran lingkungan, nah disini secara otomatis perusahaan juga ikut
bertanggung jawab.
4. Defusion of victimization ; penyebaran korban melalui pencemaran lingkungan.
Misalnya, sebuah pabrik yang menghasilkan limbah berbahaya dan limbah tersebut
mencemari sungai maka secara otomatis sepanjang sungai tersebut akan tercemar
sehingga banyak sekali korban.
5. Detection and proccution ; hambatan dalam penuntutan akibat profesi dualisme yang
tidak seimbang antara penegak hokum dan pelaku. Misalnya ; seorang penyidik
kepolisian hanya lulus SMU yang sedang menangani kasusu sedangkan tersangkanya
seorang intelektual yang berpendidikan tinggi.
6. Ambiguitas law ; peraturan yang tidak jelas yang sering menimbulkan kerugian pada
penegak hokum.

Akibat yang ditimbulkan dari White Collar Crime

- Social : Terjadinya kesengsaraan masyarakat sebagai korban dari WWC


- Ekonomi : Terjadinya kemiskinan akibat WWC
- Budaya : Adanya Bad Living Culture.
- Politik : Adanya image yang tidak baik serta kurangnya kepercayaan masyarakat

terhadap pejabat Negara.


3. Kejahatan Dunia Maya (Cybercrime)

Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan


teknologi internet beberapa pandapat mengasumsikan cybercrime dengan computer crime.the
U.S department of justice memberikan pengertian computer crime sebagai any illegal act
requiring knowledge of computer technologi for its perpetration,investigation,or
prosecutionpengertian tersebut indentik dengan yang diberikan organization of European
community development,yang mendefinisikan computer crime sebagai any illegal,unethical or
unauthorized behavior relating to yhe automatic processing and/or the transmission of data
adapun andi hamzah (1989) dalam tulisannya aspek aspek pidana dibidang computer
mengartikan kejahatan komputer sebagai Kejahatan di bidang komputer secara umum dapat
diartikan sebagai penggunaan komputer secara ilegal. Dari beberapa pengertian diatas, secara
ringkas dapat dikatakan bahwa cyber crime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan
hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi,
komputer dan telekomunikasi baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan
merugikan pihak lain.

Karakteristik Cyber Crime

Selama ini dalam kejahatan konvensional, dikenal adanya dua jenis kejahatan sebagai berikut:

a. Kejahatan Kerah Biru (Blue Collar Crime)


Kejahatan ini merupakan jenis kejahatan atau tindak criminal yang dilakukan secara
konvensional seperti misalnya perampokan, pencurian, pembunuhan,dll.
b. Kejahatan Kerah Putih (White Collar Crime)
Kejahatan jenis ini terbagi dalam empat kelompok kejahatan,yakni kejahatan korporasi,
kejahatan birokrat, malpraktek, dan kejahatan individu. Cyber crime sendiri sebagai
kejahatan yang muncul sebagai akibat adanya komunitas dunia maya di internet,
memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kedua model diatas. Karakteristik
unik dari kejahatan didunia maya tersebut antara lain menyangkut lima hal berikut :
1. Ruang lingkup kejahatan
2. Sifat kejahatan
3. Pelaku kejahatan
4. Modus kejahatan
5. Jenis-jenis kerugian yang ditimbulkan

Dari beberapa karakteristik diatas, untuk mempermudah penanganannya makacyber


crime dapat diclasifikasikan menjadi :

1. Cyberpiracy
Penggunaan teknologi computer untuk mencetak ulang software atau informasi, lalu
mendistribusikan informasi atau software tersebut lewat teknologi komputer.
2. Cybertrespass
Penggunaan teknologi computer untuk meningkatkan akses pada system computer suatu
organisasi atau indifidu.
3. Cybervandalism
Penggunaan teknologi computer untuk membuat program yang menganggu proses
transmisi elektronik, dan menghancurkan data dikomputer.

Jenis-Jenis Cyber Crime

Jenis-jenis cyber crime berdasarkan motifnya dapat tebagi dalam beberapa hal :

1. Cybercrime sebagai tindakan kejahatan murni

Dimana orang yang melakukan kejahatan yang dilakukan secara di sengaja, dimana orang
tersebut secara sengaja dan terencana untuk melakukan pengrusakkan, pencurian, tindakan
anarkis, terhadap suatu system informasi atau system computer.

2. Cybercrime sebagai tindakan kejahatan abu-abu

Dimana kejahatan ini tidak jelas antara kejahatan criminal atau bukan karena dia melakukan
pembobolan tetapi tidak merusak, mencuri atau melakukan perbuatan anarkis terhadap system
informasi atau system computer tersebut.
3. Cybercrime yang menyerang individu

Kejahatan yang dilakukan terhadap orang lain dengan motif dendam atau iseng yang
bertujuan untuk merusak nama baik, mencoba ataupun mempermaikan seseorang untuk
mendapatkan kepuasan pribadi. Contoh : Pornografi, cyberstalking, dll

4. Cybercrime yang menyerang hak cipta (Hak milik).

Kejahatan yang dilakukan terhadap hasil karya seseorang dengan motif menggandakan,
memasarkan, mengubah yang bertujuan untuk kepentingan pribadi/umum ataupun demi
materi/nonmateri.

5. Cybercrime yang menyerang pemerintah.

Kejahatan yang dilakukan dengan pemerintah sebagai objek dengan motif melakukan terror,
membajak ataupun merusak keamanan suatu pemerintahan yang bertujuan untuk mengacaukan
system pemerintahan, atau menghancurkan suatu Negara.

Modus Kejahatan Cybercrime

1. Unauthorized Access to Computer System and Service

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan


komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik system jaringan
komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan
maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga
yang melakukan hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus
suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak dengan
berkembangnya teknologi internet/intranet.

2. Illegal Contents

Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang


sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau
mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya adalah pemuatan suatu berita bohong atau
fitnah yang akan menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang
berhubungan dengan pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia
negara, agitasi dan propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah, dan sebagainya.

3. Data Forgery

Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang


tersimpan sebagai scriptless document melalui internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan
pada dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi salah ketik
yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku.

4. Cyber Espionage

Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan


mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer(computer
network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis
yang dokumen ataupun data-data pentingnya tersimpan dalam suatu system yang
computerized.

5. Cyber Sabotage and Extortion

Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran


terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung
dengan internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb,
virus komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem
jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan
sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku. Dalam beberapa kasus setelah hal tersebut
terjadi, maka pelaku kejahatan tersebut menawarkan diri kepada korban untuk memperbaiki
data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang telah disabotase tersebut,
tentunya dengan bayaran tertentu. Kejahatan ini sering disebut sebagai cyberterrorism.

6. ffense against Intellectual Property

Kejahatan ini ditujukan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual yang dimiliki pihak lain
di internet. Sebagai contoh adalah peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang
lain secara ilegal, penyiaran suatu informasi di internet yang ternyata merupakan rahasia
dagang orang lain, dan sebagainya.

7. Infringements of Privacy

Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal yang sangat
pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang
yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized,yang apabila
diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materilmaupun immateril,
seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakittersembunyi dan
sebagainya.

8. Cracking

Kejahatan dengan menggunakan teknologi computer yang dilakukan untuk merusak


system keamaanan suatu system computer dan biasanya melakukan pencurian, tindakan
anarkis begitu merekan mendapatkan akses. Biasanya kita sering salah menafsirkan antara
seorang hacker dan cracker dimana hacker sendiri identetik dengan perbuatan negative,
padahal hacker adalah orang yang senang memprogram dan percaya bahwa informasi adalah
sesuatu hal yang sangat berharga dan ada yang bersifat dapat dipublikasikan dan rahasia.

9. Carding

Adalah kejahatan dengan menggunakan teknologi computer untuk melakukan transaksi


dengan menggunakan card credit orang lain sehingga dapat merugikan orang tersebut baik
materil maupun non materil.

Penyebab Terjadinya Cyber Crime

Dewasa ini kejahatan computer kian marak, ada beberapa hal yang menyebabkan makin
maraknya kejahatan computer atau cyber crime diantaranya:

a. Akses internet yang tidak terbatas.


b. Kelalaian pengguna computer
c. Mudah dilakukan dan sullit untuk melacaknya
d. Para pelaku umumnya orang yang mempunyai kecerdasan tinggi dan rasa ingin tahu
yang besar

Adapun jenis-jenis Kejahatan computer atau cyber crime banyak jenisnya tergantung
motivasidari pelaku tindak kejahatn computer tersebut, seperti pembobolan kartu ATM,kartu
kredit yang membuat nasabah menjadi was-was akan keamanan tabungan merka. Penyebaran
foto-foto syur pada jaringan internet ,dsb

Dengan disain Deklarasi ASEAN tanggal 20 Disember 1997 di manila adalah membahas
jenis-jenis kejahatan termasuk Cyber Crime yaitu :

1. Cyber Terorism ( National Police Agency of Japan (NPA)

Adalah sebagai serangan elektronik melalui jaringan computer yang menyerang prasarana yang
sangat penting dan berpotensi menimbulkan suatu akibat buruk bagi aktifitas social dan ekonomi
suatu Bangsa.

2. Cyber Pornography

Penyebaran abbscene materials termasuk pornografi, indecent exposure dan child pornography.

3. Cyber Harrasment

Pelecehan seksual melalui email, website atau chat program.

4. Cyber Stalking

Crime of stalkting melalui penggunaan computer dan internet.

5. Hacking

Penggunaan programming abilities dengan maksud yang bertentangan dengan hukum.

6. Carding ( credit card fund)

Carding muncul ketika otang yang bukan pemilik kartu kredit menggunakan kartu kredit tersebut
sebgai perbuatan melawan hukum. Jenis-jenis lain yang bias dikategorikan kejahatan computer
diantaranya:
a. Penipuan financial melalui perangkat computer atau media komunikasi digital
b. Sabotase terhadap perangkkat-perangkat digital,data-data milik orang lain dan jaringan
komunikasi data
c. Pencurian informaasi pribadi seseorang atau organisasi tertentu
d. Penetrasi terhadap system computer dan jaringan sehingga menyebbabkan privacy
terganggu atau gangguan pada computer yang digunakan
e. Para pengguna internal sebuah organisasi melakukan akses akses keserver tertentu atau
ke internet yang tidak diizinkan oleh peraturan organisasi
f. Menyebarkan virus,worm,backdoor dan Trojan

Itulah beberapa jenis kejahatan computer atau cyber crime tentunya harapan saya ketika kita
sudah mengetahui factor penyebab dan jenis-jenis ini untuk lebih berhati-hati sehingga mampu
menghindar dari pelaku-pelaku kejahatan computer.

Penanggulangan Cyber Crime

Untuk menanggulangi kejahatan internet yang semakin meluas maka diperlukan suatu
kesadaran dari masing-masing negara akan bahaya penyalahgunaan internet. maka berikut adalah
langkah ataupun cara penanggulangan secara global :

a. Modernisasi hukum pidana nasional berserta hukum acaranya diselaraskan dengan


konvensi internasional yang terkait dengan kejahatan tersebut.
b. Peningkatan standar pengamanan system jaringan computer nasional sesuai dengan
standar internasional.
c. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparat hukum mengenai upaya pencegahan,
inventigasi, dan penuntutan perkara-perkara yang berhubungan dengan cybercrime.
d. Meningkatkan kesadaran warga Negara mengenai bahaya cybercrime dan pentingnya
pencegahan kejahatan tersebut.
e. Meningkatkan kerja sama antar Negara dibidang teknologi mengenai hukum pelanggaran
cybercrime.

Jadi Secara garis besar untuk penanggulangan secara global diperlukan kerja sama antara negara
dan penerapan standarisasi undang-undang Internasional untuk penanggulangan Cybercrime.
Akuntansi Forensik
Pengertian Akuntansi Forensik Forensik, jika kita mendengar istilah ini, maka asumsi
awal kita adalah ahli patologi yang memeriksa jenazah untuk menentukan penyebab dan waktu
kematian. Tidak salah, karena memang dalam ilmu kedokteran, forensik berarti ilmu bedah yang
berkaitan dengan penentuan identitas mayat. Lalu bagaimana dengan akuntansi forensik?, apakah
sebenarnya akuntansi forensik itu?.
Istilah akuntansi forensik merupakan terjemahan dari Forensic Accounting. Akuntansi
forensik adalah ilmu yang relatif baru. Bidang akuntansi yang satu ini mungkin jarang sekali kita
dengar. Bahkan mahasiswa jurusan akuntansi saja belum tentu mengerti sepenuhnya apa itu
akuntansi forensik.
Ada beberapa macam pengertian akuntansi forensik, antara lain sebagai berikut:
a. Menurut Larry Crumbley secara sederhana dapat dikatakan bahwa akuntansi forensic adalah
akuntansi pemeriksaan yang akurat untuk tujuan hukum.
b. Menurut Jack Bologna, akuntansi forensic dapat diartikan sebagai akuntansi yang berkenaan
dengan pengadilan atau berkenaan dengan penerapan pengetahuan ilmiah akuntansi pada
masalah hukum.
c. Sedangkan menurut Theodorus M Tuanakotta akuntansi forensik adalah penerapan sistem
akuntansi dalam bidang hukum terutama pada permasalahan kecurangan atau fraud.
Akuntansi forensik ini bertujuan untuk menerjemahkan transaksi keuangan yang
kompleks dari data, angka ke dalam bentuk yang dapat dimengerti secara umum. Serta
memahami apa yang ada di balik laporan keuangan. Hal ini tentu saja, dimaksudkan agar segala
sesuatu dapat dilakukan pendeteksian sejak dini, sehingga bisa segera diketahui ada yang tidak
beres dalam data-data keuangan yang disajikan. Misalkan dalam suatu proses akuntansi, jumlah
akun tertentu dapat dinyatakan sebagai sesuatu yang mencurigakan, jika berlebihan atau kurang
dari perkiraan dan kisaran normal, atau tanda lain yang menyebabkan pertanyaan secara
akuntansi. Maka akun tersebut akan ditandaiuntuk dipelajari dan dianalisis lebih lanjut. Hal di
atas akan membuat akuntan bertanya apa yang menyebabkan terjadi kejadian seperti itu.
Beberapa akuntan forensik menyebut monitor seperti itu sebagai Red Flags (sinyal
kecurangan). Dengan kata lain, Angka-angka tersebut mungkin dapat membuktikan kecurangan
tertentu yang disembunyikan atau disamarkan, atau bahkan ditutup-tutupi.
FOSA dan COSA
Akuntansi Forensik secara sistem terbagi dua tipe yaitu:
a. FOSA atau Fraud Oriented system audit, adalah akuntansi forensik yang menangani
masalahmasalah fraud dalam 2 fokus kajian yaitu Pengambilan asset secara illegal berupa
Skimming (Penjarahan), Lapping (Pencurian), Kitting (Penggelapan dana), serta
Kecurangan laporan keuangan berupa salah saji material dan data keuangan palsu.
Dengan demikian untuk mengidentifikasi fraud secara umum, digunakan FOSA.
b. COSA atau Corruption Oriented system audit adalah akuntansi forensik yang menangani
masalah fraud dalam fokus kajian yaitu korupsi. Jadi COSA digunakan untuk identifikasi
fraud secara spesifik yaitu korupsi.

Standar Akuntansi Forensik.


Adapun standar akuntansi Forensik ada empat macam yaitu:
a. Independensi. Akuntan forensik harus independen dalam melaksanakan tugasnya,
bertangggung jawab dan objektif atau tidak memihak dalam melaksanakan telaahan
akuntansi forensiknya.
b. Kemahiran Profesional. Akuntansi forensic harus dilaksanakan dengan kemahiran dan
kehati-hatian professional.
c. Lingkup Penugasan. Akuntan harus memahami tugasnya dengan baik, mengkajinya
dengan teliti dan melaporkannya dalam kontrak.
d. Pelaksanaan Tugas Telaahan. Akuntan harus memahami permasalahan dengan baik,
seperti rumusan masalah, perencanaan dan pengumpulan bukti dan evaluasinya, sampai
pada tahap komunikasi hasil penugasan berupa laporan akhir yang berisi fakta dan
kesimpulan.
Teknik-Teknik Pemeriksaan fraud dalam Akuntansi Forensik.
Secara umum ada sembilan teknik pemeriksaan akuntansi forensik yang biasa digunakan
untuk mengungkap adanya tindak kecurangan atau Fraud, yaitu:
a. Penggunaan teknik-teknik pemeriksaan laporan keuangan.
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan. Ada tujuh
langkah pemeriksaan laporan keuangan ini, yaitu:
Memeriksa Fisik dan Mengamati Memeriksa fisik lazimnya diartikan sebagai
penghitungan uang tunai, surat berharga, persediaan asset, dan barang berwujud lainnya.
Sedangkan mengamati adalah menggunakan alat indera untuk mengetahui atau
memahami sesuatu tentang lingkungan keuangan.
Meminta Informasi dan Konfirmasi. Meminta informasi kepada perusahaan baik secara
lisan maupun tertulis. Ini harus diperkuat atau dikolaborasikan dengan informasi dari
sumber lain. Tujuannya adalah untuk menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran
informasi. Ini umumnya untuk memastikan saldo utang-piutang.
Memeriksa Dokumen. Dokumen harus diperiksa guna memperoleh pemahaman tentang
nilai bukti potensial kasus. Dokumen mempunyai definisi yang luas, termasuk informasi
keuangan yang diolah dan disimpan secara elektronis (digital).
Review Review analitikal dapat disajikan melalui beberapa teknik, yaitu:
1. Membandingkan anggaran dengan realisasi. Membandingkan antara data
anggaran dengan realisasi bukti fisiknya.
2. Analisis vertikal dan horizontal. Ini merupakan teknik analisis laporan keuangan.
Analisis vertikal adalah Analisis Common-Size yaitu teknik analisis untuk
mengetahui proporsi dari setiap komponen dalam laporan keuangan terhadap
besaran totalnya dalam satuan persen. Selain itu ada pula analisis Rasio yang
merupakan teknik analisis laporan keuangan yang digambarkan dalam bentuk
rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan ada lima macam yaitu Rasio Likuiditas,
Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas dan Pasar. Sedangkan analisis horizontal
adalah teknik analisis Cross-Section. Analisis Cross- Section juga sering disebut
dengan analisis komparasi atau analisis perbandingan. Selain analisis Cross-
Section, terdapat pula Analisis Sumber dan Penggunaan Dana, yang dapat
diartikan sebagai Analisis yang bertujuan untuk melihat aliran kas (cashflow) dan
setara kas) pada periode tertentu.
3. Analisis Trend Merupakan teknik analisis laporan keuangan yang
menggambarkan kecendrungan perubahan suatu pos laporan keuangan selama
beberapa periode. Analisis trend dapat memberikan informasi tingkat
pertumbuhan masing-masing pos laporan keuangan dari tahun ke tahun dan
gambaran apakah kinerja bank naik, turun atau konstan.
4. Membandingkan data keuangan atau komparasi. Disebut komparasi karena dalam
hal ini teknik yang digunakan adalah membandingkan angka-angka keuangan
dengan standar tertentu, yaitu perusahaan atau industri sejenis. Ada beberapa cara
mendefinisikan istilah sejenis antara lain, (1) kesamaan jasa dan produk, (2)
kesamaan sisi permintaan, serta (3) kesamaan atribut keuangan.
5. Analisis Time Series. Merupakan teknik analisis laporan keuangan dengan cara
membandingkan data historis keuangan dalam beberapa periode tertentu.48
Analisis Time Series mempunyai empat pola pergerakan yaitu, trend, siklus,
musiman, dan ketidakteraturan atau random. Menghitung Kembali Menghitung
kembali atau reperform tidak lain adalah pengecekan kebenaran perhitungan (kali,
bagi, tambah, kurang dan lain-lain). Laporan Akhir Isi laporan akhir harus
menjelaskan informasi tentang berjalannya proses pemeriksaan akuntansi,
termasuk ditemukannya kecurangan, informasi mengenai pelaku atau Profilling,
motif dilakukannya kecurangan, waktu dan tempat kejadian kecurangan, serta
bagaimana kecurangan dilakukan. Tindakan Perbaikan Tindakan perbaikan adalah
solusi yang ditawarkan untuk digunakan guna mengatasi masalah kecurangan
tersebut. Yaitu bagaimana kecurangan ini dapat dihindari dan langkah antisipasi
agar tidak terjadi lagi. Kebijakan akuntansi apa yang dipakai dan prosedur apa
yang harus ditingkatkan untuk perbaikan tata akuntansi keuangan.
6. Pemanfaatan teknik perpajakan. Teknik perpajakan biasa digunakan dalam
pemeriksaan kejahatan terorganisisr dan penyeludupan pajak penghasilan. Teknik
ini juga dapat diterapkan terhadap data kekayaan pejabat Negara. Ada dua macam
teknik pemeriksaan perpajakan yaitu Net Worth Method dan Expenditure Method
Net Worth Method adalah metode yang digunakan untuk menelusuri penghasilan
yang belum dilaporkan oleh wajib pajak. Sedangkan Expenditure Method adalah
metode yang digunakan untuk memeriksa wajib pajak yang tidak mengumpulkan
harta benda, tapi mempunyai pengeluaran-pengeluaran besar (mewah).
7. Penelusuran jejak-jejak arus uang. Penelusuran jejak-jejak arus uang ini lebih
dikenal dengan istilah follow the money. Follow the money secara harfiah berarti
mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan dalam suatu arus uang atau arus dana.
Dana bisa mengalir secara bertahap dan berjenjang, tapi akhirnya akan berhenti di
satu atau beberapa tempat. Tempat perhentian terakhir inilah yang menjadi
petunjuk kuat yang akan membawa kepada para pelaku Fraud.
8. Penerapan teknik analisis hukum Dalam hal ini akuntan forensik harus
mempunyai pemahaman tentang hukum pembuktian sesuai dengan masalah yang
dihadapi, seperti tindak pidana umum, tindak pidana khusus, serta pencucian
uang. Melalui analisis ini, akuntan forensik akan dapat mengumpulkan bukti dan
barang bukti guna mendukung dugaan adanya perbuatan melawan hukum yang
dilakukan para pelaku Fraud atau kecurangan.
9. Pemanfaatan teknik audit investigatif dalam pengadaan barang Pemeriksaan
pengadaan barang ini merupakan suatu upaya untuk memastikan bahwa dana
publik dibelanjakan dengan baik guna meningkatkan efektivitas operasional serta
sesuai peruntukkannya.
10. Penggunaan computer forensic, Ada dua pokok utama dalam computer forensic.
Pertama, segi-segi teknis yang berkenaan dengan teknologi (komputer, internet
dan jaringan) dan alat-alat (Windows, Unix, serta Disk drive imaging). Kedua,
adalah segi-segi teknis hukum seperti penggeledahan dan penyitaan barang bukti.
11. Penggunaan teknik interogasi. Teknik interogasi ini dilakukan secara persuasif.
Akuntan biasanya menggunakan taktik membuat penyataan dan bukan
mengajukan pertanyaan. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengetahui detil
lengkap tentang kejadian yang sebenarnya
12. Penggunaan Undercover Operations Undercover Operations adalah suatu
kegiatan yang berupaya mengembangkan barang bukti secara langsung dari
pelaku kecurangan dengan menggunakan samaran (disguise) dan tipuan (deceit).
13. Pemanfaatan whistleblower. Whistleblower diterjemahkan secara harfiah dengan
istilah peniup peluit. Maknanya adalah orang yang mengetahui adanya bahaya
atau ancaman dan berusaha menarik perhatian dengan meniup peluitnya. Meniup
peluit di sini digunakan dengan kiasan yang artinya adalah membuka aib dan
membocorkan rahasia. Atau dalam istilah lain adalah pelapor pelanggaran.
Disamping itu semua, jika kita bicara berkenaan dengan akuntansi forensik, ada beberapa
hal khusus yang patut kita cermati secara hati-hati yaitu:
a. Dalam akuntansi forensik, kecurigaan adalah senjata tangguh. Segala sesuatunya diawali
dengan kecurigaan. Namun penting sekali untuk diingat bahwa kecurigaan di sini harus
logis dan beralasan, serta tidak berdasarkan pada emosi dan penilaian awal belaka.
Kecurigaan yang tidak beralasan ini kemungkinan besar kecilnya akan mempengaruhi
proses pelaksanaan akuntansi forensik. Tidak mustahil akan menyebabkan terbentuknya
kesimpulan lebih awal sebelum dilakukannya pemeriksaan kecurangan atau Fraud
dalam akuntansi forensik. Sehingga mengakibatkan kesimpulan pemeriksaan menjadi
tidak objektif.
b. Terkadang akuntan forensik, ketika menemukan petunjuk awal (Indicia of Fraud) terlalu
berlebihan dalam mengumpulkan fakta dan tidak jarang membuat kesimpulan yang
prematur. Mereka lupa untuk mengidentifikasi siapa pelakunya atau otak pelakunya.
Banyak akuntan forensik yang berkutat dengan temuan kecurangan akuntansi, namun
tidak dapat menjawab pertanyaan paling penting: who did it?. Seperti contoh berikut ini:
kami menemukan lapping fraud dalam kas Perusahaan A sebesar Rp.140 Milliar. Tapi
siapa pelakunya, justru belum jelas.
c. Pembuktian yang kuat. Banyak sekali kasus kecurangan akuntansi kandas begitu saja di
pengadilan karena penyidik dan saksi ahli yaitu akuntan forensik gagal membuktikan
suatu kecurangan atau Fraud. Seharusnya akuntan forensik lebih teliti dalam
emeriksaan, berpikir lebih kreatif dan jangan mudah ditebak. Usahakan berpikir seperti
Sherlock Holmes. Bersikap realistis dan tanggap terhadap suatu kasus yang terjadi serta
tak mudah terpengaruh oleh intervensi dan keadaan.
Kesimpulan

Fraud atau kecurangan adalah berbagai macam cara kecerdikan manusia yang
direncanakan dan dilakukan secara individual ataupun berkelompok untuk memperoleh manfaat
atau keuntungan dari pihak lain dengan penyajian yang palsu. Dari sudut pandang akuntansi,
sesuatu kegiatan dikategorikan sebagai suatu kecurangan jika ada keuntungan bagi diri sendiri,
merugikan orang lain, serta cara yang tidak benar, Ilegal atau perbuatan melawan hukum
Hakekatnya kejahatan akuntansi bermuara pada pelaporan keuangan yang menyesatkan
bagi penggunanya, termasuk aktivitas yang tidak benar atau ilegal pada proses pengidentifikasian
dan pengukuran transaksi-transaksi keuangan
White collar crime merupakan suatu bentuk kejahatan yang tersembunyi, sulit dideteksi
karena white collar crime ini biasanya dilakukan oleh para pejabat kelas atas / orang terhormat
didalam pemerintahan yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Selain white collar
crimeada juga Blue collar crime , biasanya sebutan untuk kejahatan yang pelakunya kelas
bawah / lingkungan pejabat dibawah. Factor penyebab utamanya disebabkan karena alasan
ekonomi dan untuk memperkaya diri atau orang tertentu dan kelompoknya. Sehingga sedikit ada
kesempatan yang unvisibility akan digunakan untuk melakukan kejahatan. Akibat yang
ditimbulkan pun secara langsung terhadap kehidupan ekonomi masyarakat ( korban), social,
budaya, dan politik yang tidak sehat.
Cyber crime merupakan kejahatan yang timbul dari dampak negative perkembangan
aplikasi internet.Sarana yang dipakai tidak hanya komputer melainkan juga teknologi, sehingga
yang melakukan kejahatan ini perlu proses belajar, motif melakukan kejahatan ini disamping
karena uang juga iseng. Kejahatan ini juga bisa timbul dikarenakan ketidakmampuan hukum
termasuk aparat dalam menjangkaunya. Kejahatan ini bersifat maya dimana si pelaku tidak
tampak secara fisik.
Adapun akuntansi forensik adalah penggunaan keahlian akuntansi yang dipadu dengan
kemampuan investigatif untuk memecahkan suatu masalah/sengketa keuangan atau dugaan
fraud.

Anda mungkin juga menyukai