1. Al-Quran
a. Pengertian Al-Quran
Al-Quran ditinjau dari segi bahasa berasal dari kata qaraa
yang berarti; bacaan (yang dibaca).2 Selanjutnya secara istilah
bahwa al-Quran ialah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
1
Abdudin Nata, Studi Islam Konprehenshif, (Jakarta: Kencana Prenada, 2001), h.
25.
2
Subhi al-Shalih, Mabahis Ulum al-Quran, (Jakarta: Pustaka Pirdaus, 1991), h. 10.
1
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA
2
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA
Kedua, Dari Ibnu Masud r.a., berkata; Nabi saw., bersabda; Man
Lam yatagonna bil Quran Falaisa Minni. Artinya:
Barangsiapa yang tidak suka membaguskan suaranya ketika
membaca al-Quran, maka berarti ia bukan termasuk golongan
atau umatku (HR. Bukhari dan Abu Daud).
3
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA
4
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, "Ayat ini turun
sewaktu terjadi perjanjian Hudaibiyah. Ceritanya ialah sekitar tahun
ke-6 hijriyah setelah hijrah ke Madinah, bahwa orang-orang musyrik
Quraisy menghalangi Rasulullah saw. ke Baitullah (Mekah) untuk
melaksanakan ibadah umroh, kemudian mereka (musyrik Quraisy)
ajak berdamai dengan tawaran boleh kembali pada tahun depan, lalu
setelah sampai waktunya Nabi saw. bersama sahabat-sahabatnya
bersiap-siap untuk melakukan umroh Qada (ganti), tapi para sahabat
merasa khawatir jikalau orang-orang Quraisy tidak menepati janji
dan masih menghalangi mereka untuk memasuki Masjidilharam
bahkan bersedia untuk berperang, sementara para sahabat saat itu
tak ingin berperang pada bulan suci, maka Allah pun menurunkan
ayat di atas."
Kesimpulan
Ayat di atas turun terkait dengan masalah peperangan, dengan
demikian, maka ayat ini tidak dapat dibenarkan dijadikan
acuan untuk membunuh semua orang non muslim jika bukan
dalam kondisi perang, apalagi jika tidak terindikasi orang
tersebut bersalah.
Ayat ini hanya dapat diberlakukan di Indonesia, seperti pada
beberapa daerah konflik seperti Ambon, Poso, dan lain
sebagainya.
QS. An Nisa[04]:03
5
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA
Terjemahnya:
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim bila kamu mengawininya, maka
kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi; dua, atau tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
kawinilah seorang saja
Asbabun Nuzul
Menurut Syaikh Muhammad Abduh dalam, Tafsir Al-Manar,
bahwa sebab ayat ini turun karena sikap orang Jahiliyah kala itu
menjadikan anak yatim sebagai pelampiasan hasrat seksual belaka,
tanpa memperhatikan hak-hak mereka khususnya dari kalangan
perempuan, atau dengan kata lain bahwa perempuan kala itu sangat
rendah harga dirinya, dimana kaum perempuan hanya dipergunakan
sebagai alat transaksi perjudian, bahkan jika wanita yang hamil dan
diyakini anaknya perempuan, maka wanita tersebut harus dikubur
hidup-hidup, maka turunlah ayat tersebut.
Pandangan Para Ulama Terakait Poligami
1. Imam Al-Maraghi menjelaskan dalam, Tafsir Al-Maraghi,
menyebutkan dalam kasus ini kebolehan berpoligami merupakan
kebolehan yang dipersulit dan diperketat. Karena itu, orang
melakukan poligami hanya dalam kondisi darurat dan benar-
benar membutuhkannya. Adapun syarat poligami menurutnya:
Istri mandul, sementara itu keduanya atau salah satunya
mengharapkan keturunan.
Si suami mempunyai kemampuan seks yang tinggi
sementara istri tidak mampu melayani sesuai dengan
kebutuhannya.
6
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA
8
Lihat Penjelasannya dalam Ali Jumah, Al-Bayan (Mesir: Al-Muqtham lin-Nasyri
wa at-Tauzi, 2005), h.45.
9
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah ( Cet. II; Jakarta: Lentera Hati, 2002),
h. 607.
7
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA
Artinya:
Sesunguhnya Bani Hisyam bin Mughirah meminta izin
kepadaku untuk mengawinkan anak perempuannya dengan Ali bin
Abi Thalib. Tetapi aku tidak mau mengizinkan, lalu aku tidak mau
mengizinkan, dan kemudian aku tidak mau mengizinkan), kecuali
kalau Ali bin Abi Thalib lebih dahulu menceraikan anak
perempuanku, lalu kawin dengan anak perempuan mereka. Sebab
anak perempuanku adalah darah dagingku. Kalau ia dibuat tidak
senang berarti aku pun dibuat tidak senang, dan kalau ia disakiti
berarti aku disakiti. (HR. Bukhari dan Muslim).10
Hadis di atas, terdapat dalam beberapa kitab hadis yakni sebagai berikut: Kitab,
10
Shahih Bukhari, dalam Bab Nikah (hadits ke 4829); Kitab, Shahih Muslim, Bab Fadhail
Ashhabah, yakni (hadits ke 4482); Kitab, Sunan Abu Dawud, Bab al-Nikah, (hadits ke-
1773) dan Kitab, Sunan Ibn. Majah, Bab Nikah, (hadits ke 1988); Kitab, Sunan At Tirmizi,
Bab Al-Manakib, (hadits ke-3804).