Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN: 4

Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016


Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA

SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM (1)

Sumber diartikan sebagai tempat yang darinya dapat diperoleh


bahan-bahan yang diperlukan untuk memahami Islam.1 Karena itu,
menurut jumhur (kesepakatan) para ulama sumber ajaran Islam
tersebut ada 3 yakni; Al-Quran, hadis (sunnah) dan ijtihad ulama.
Agama Islam adalah merupakan agama yang diturunkan Allah
SWT. untuk kepentingan umat manusia. sebagaimana telah dijelaskan
oleh QS.al-Maidah :3 berikut:


Terjemahnya:
Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan
telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu
Jadi agama bagimu.

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa kesempurnaan


Islam terletak pada keluasan cakupan ajarannya kapan, di mana pun
dan kepada siapa pun senantiasa akan sesuai dengan kebutuhan
manusia tersebut, karena itu Syaikh Muh. Abduh menyatakan dalam
tafsir al-Manar Ajaran Islam senantiasa sesuai dengan kondisi
tempat dan waktu (zaman).

1. Al-Quran
a. Pengertian Al-Quran
Al-Quran ditinjau dari segi bahasa berasal dari kata qaraa
yang berarti; bacaan (yang dibaca).2 Selanjutnya secara istilah
bahwa al-Quran ialah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
1
Abdudin Nata, Studi Islam Konprehenshif, (Jakarta: Kencana Prenada, 2001), h.
25.
2
Subhi al-Shalih, Mabahis Ulum al-Quran, (Jakarta: Pustaka Pirdaus, 1991), h. 10.

1
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA

Muhammad saw, melalui perantara Malaikat Jibril a.s yang


diperuntukkan untuk seluruh manusia (QS. al-Baqarah[02]:185.
Dengan demikian, karena al-Quran adalah firman Allah yang
harus dibaca, maka setiap umat muslim yang telah akil baligh baik
pria maupun wanita mereka harus mampu membaca al-Quran
dengan baik dan benar.
Untuk bisa membaca al-Quran dengan baik dan benar, maka
harus berdasarkan ilmu tajwid. Yakni ilmu yang mempelajari
tentang tata cara membaca al-Quran dengan baik dan benar.3

Pentingnya membaca al-Quran dengan baik dan benar sebagai


sebuah upaya konkrit seorang Muslim turut menjaga dan memelihara
kesucian dan kemuliaan al-Quran itu sendiri, sebagaimana firman
Allah.

Terjemahnya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. al-Hijr:09)

Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian


Al-Quran selama-lamanya. Oleh karena itu logikanya bagaimana
mungkin dapat diamalkan isi al-Quran jika membacanya saja tidak
bisa (tidak pernah). Karena itu menurut jumhur ulama (kesepakatan
ulama) bahwa hukum membaca al-Quran adalah wajib bagi setiap
individu (fardu ain), selanjutnya mengetahui arti (makna) Al-Quran
adalah fardhu kifayah, artinya apabila ada satu (kelompok) orang
yang telah pahami maka sudah dapat mewakili kewajiban yang lain.
b. Hukum Membaca Al-Quran Dengan Suara Merdu dan
Bacaan yang Benar

QS. al-Qiyamah:16-18. Terjemahnya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk


3

membaca Al-Quran karena hendak cepat-cepat menguasainya.

2
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA

Diantara hadis yang menjelaskan bagaimana hukum membaca


al-Quran dengan suara merdu yakni:
Pertama, Dari Aisyah r.a., berkata; Rasulullah saw, bersabda
"Orang mukmin yang mahir membaca al-Quran, maka
kedudukannya di akhirat di temani para Malaikat yang mulia.
Dan orang yang membaca al-Quran, padahal dia gagap
sehingga sulit baginya membaca, maka dia mendapat dua
ganjaran."(Sahih Muslim: No.767)

Kedua, Dari Ibnu Masud r.a., berkata; Nabi saw., bersabda; Man
Lam yatagonna bil Quran Falaisa Minni. Artinya:
Barangsiapa yang tidak suka membaguskan suaranya ketika
membaca al-Quran, maka berarti ia bukan termasuk golongan
atau umatku (HR. Bukhari dan Abu Daud).

c. Syarat Memahami Al-Quran

Terkait dengan bagaimana kita dapat memahami al-Quran


maka Nabi saw., mengingatkan dalam salah satu hadisnya sebagai
berikut:
Artinya:
Dari Ibnu Abbas r.a., berkata; Nabi bersabda: Barangsiapa
menafsirkan al-Quran dengan akalnya semata atau dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuan di dalamnya, maka
bersiap-siaplah ia akan masuk ke neraka. (HR. Tirmidzi dan al-
Nasai)

Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan di dalam


memahami dan menafsirkan al-Quran, maka paling tidak ada tiga
syarat yang harus dipenuhi yakni:
1) Menguasai bahasa Arab,4 karena bahasa Arab adalah bahasa
yang digunakan al-Quran. Sebab jika menggunakan bahasa
selain bahasa Arab pasti orang-orang Quraisy saat itu akan
bingung.5 Karena itu, mustahil dapat diketahui apa makna
yang terkandung di dalam al-Quran manakala kita tidak
4
QS. Ibrahim[14]:4. Kami tidak mengutus seorang rasulpun melainkan sesuai
bahasa kaumnya.

3
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA

ketahui bahasa yang digunakan tersebut. Oleh karena dalam


bahasa Arab apabila salah baca, maka salah artinya. Contoh:
Kata Kalbun; berarti seekor anjing, dan kata Qolbun;
berarti hati.

2) Mengetahui sejarah. Sejarah adalah sebuah alat untuk


mengetahui peradaban manusia masa lampau, untuk
dihubungkan dengan manusia masa kini sehingga maksud
dan kesesuaian isi Al-Quran akan dapat terwujud dengan
baik. Karena itu di antara 114 nama surah di dalam al-
Quran, maka Allah SWT. Menamakan salah satunya dengan
surah kisah (al-Qasha>s), di mana di dalamnya terdapat
kisah-kisah para nabi dan orang-orang terdahulu yang harus
kita ambil pelajaran.6

3) Mengetahui Asbabun Nuzul (Sebab-sebab ayat Al-Quran


diturunkan). Tidak kurang dari sepertiga Al-Quran turun
degan asbabun nuzul. Ini berarti utk memahami maksud
tujuan dan kandungan Al-Quran harus kita lakukan melalui
asbbun nuzl. Menurut Syaikh Manna Khalil Al-Qattan
menyebutkan bahwa; asbabun nuzul yakni; suatu peristiwa
yang menyebabkan Allah menurunkan ayat-ayat al-Quran,
sebagai upaya untuk menjelaskan kondisi masyarakat pada
masa itu. Karena itu, dengan memahami asbbun nuzl kita
dapat memahami latar belakang mengapa diturunkannya
suatu ayat atau surat dalam al-Quran, dan dengan itu pula
kita dapat mengambil makna dan kandungan suatu ayat dan
surat tertentu, sehingga terhindar dari pemahaman yang
keliru dari kandungan yang sesungguhnya dari satu ayat atau
surat.7 Contoh:
QS. Al-Baqarah [02]:191.
Terjemahnya:
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan
usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah);
5
QS. Fusshilat [41]: 44. Terjemahnya: Dan Jikalau Kami jadikan al-Quran itu
suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak
dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul
adalah orang) Arab?
6
Taufik Abdullah, Sejarah Dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), h.
105.
7
Lihat, Manna Khalil Al-Qattha n, Maba hits Fi Ulu mil Quran ( Cet. I; Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 94.

4
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA

dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan


janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika
mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu
di tempat itu, Maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan bagi
orang-orang kafir.

Asbabun Nuzul
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, "Ayat ini turun
sewaktu terjadi perjanjian Hudaibiyah. Ceritanya ialah sekitar tahun
ke-6 hijriyah setelah hijrah ke Madinah, bahwa orang-orang musyrik
Quraisy menghalangi Rasulullah saw. ke Baitullah (Mekah) untuk
melaksanakan ibadah umroh, kemudian mereka (musyrik Quraisy)
ajak berdamai dengan tawaran boleh kembali pada tahun depan, lalu
setelah sampai waktunya Nabi saw. bersama sahabat-sahabatnya
bersiap-siap untuk melakukan umroh Qada (ganti), tapi para sahabat
merasa khawatir jikalau orang-orang Quraisy tidak menepati janji
dan masih menghalangi mereka untuk memasuki Masjidilharam
bahkan bersedia untuk berperang, sementara para sahabat saat itu
tak ingin berperang pada bulan suci, maka Allah pun menurunkan
ayat di atas."
Kesimpulan
Ayat di atas turun terkait dengan masalah peperangan, dengan
demikian, maka ayat ini tidak dapat dibenarkan dijadikan
acuan untuk membunuh semua orang non muslim jika bukan
dalam kondisi perang, apalagi jika tidak terindikasi orang
tersebut bersalah.
Ayat ini hanya dapat diberlakukan di Indonesia, seperti pada
beberapa daerah konflik seperti Ambon, Poso, dan lain
sebagainya.
QS. An Nisa[04]:03

5
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA




Terjemahnya:
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim bila kamu mengawininya, maka
kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi; dua, atau tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
kawinilah seorang saja

Asbabun Nuzul
Menurut Syaikh Muhammad Abduh dalam, Tafsir Al-Manar,
bahwa sebab ayat ini turun karena sikap orang Jahiliyah kala itu
menjadikan anak yatim sebagai pelampiasan hasrat seksual belaka,
tanpa memperhatikan hak-hak mereka khususnya dari kalangan
perempuan, atau dengan kata lain bahwa perempuan kala itu sangat
rendah harga dirinya, dimana kaum perempuan hanya dipergunakan
sebagai alat transaksi perjudian, bahkan jika wanita yang hamil dan
diyakini anaknya perempuan, maka wanita tersebut harus dikubur
hidup-hidup, maka turunlah ayat tersebut.
Pandangan Para Ulama Terakait Poligami
1. Imam Al-Maraghi menjelaskan dalam, Tafsir Al-Maraghi,
menyebutkan dalam kasus ini kebolehan berpoligami merupakan
kebolehan yang dipersulit dan diperketat. Karena itu, orang
melakukan poligami hanya dalam kondisi darurat dan benar-
benar membutuhkannya. Adapun syarat poligami menurutnya:
Istri mandul, sementara itu keduanya atau salah satunya
mengharapkan keturunan.
Si suami mempunyai kemampuan seks yang tinggi
sementara istri tidak mampu melayani sesuai dengan
kebutuhannya.

6
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA

Si suami mempunyai harta yang banyak untuk membiayai


segala kepentingan keluarga, mulai dari kepentingan istri
hingga kepentingan anak.
Jumlah perempuan melebihi dari jumlah pria (yang ini bisa
terjadi karna adanya perang), banyaknya janda dan anak
yatim yang perlu dilindungi.
2. Qasim Amin seorang ulama besar Pakistan berpendapat bahwa

pada QS. An-Nisa[4]:3, sekilas tampak bahwa Islam membolehkan


praktek poligami, padahal sebenarnya Islam mengecamnya.
Sebelum lebih jauh membahas poligami, perlu diketahui
bahwasanya Islam datang untuk membatasi poligami yang dalam
tradisi Arab sebelum datangnya Islam tidak ada batasan
jumlahnya, bukan datang dengan seruan berpoligami.
Sebagaimana yang terjadi pada kasus Gailan bin Salamah ats-
Tsaqafi yang masuk Islam, dan dia mempunyai sepuluh istri. Maka
Rasulullah saw., menyuruhnya untuk memilih empat orang dari
mereka dan menceraikan enam yang lainnya.8
3. Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, mengatakan bahwa

syarat poligami harus dapat berlaku adil. Lalu keadilan yang


dimaksudkan QS. An Nisa: 3 dijelaskan sendiri oleh Allah SWT.
Pada QS. An Nisa: 129 di sini Allah menegaskan bahwa keadilan
yang dimaksud bukanlah keadilan dalam lahiriah (materi)
semata, akan tetapi keadilan dalam hal kasih sayang (cinta).9

Nabi Melarang Ali bin Abi Thalib Poligami

8
Lihat Penjelasannya dalam Ali Jumah, Al-Bayan (Mesir: Al-Muqtham lin-Nasyri
wa at-Tauzi, 2005), h.45.
9
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah ( Cet. II; Jakarta: Lentera Hati, 2002),
h. 607.

7
PERTEMUAN: 4
Pendidikan Agama Islam T. A. 2015-2016
Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA

Artinya:
Sesunguhnya Bani Hisyam bin Mughirah meminta izin
kepadaku untuk mengawinkan anak perempuannya dengan Ali bin
Abi Thalib. Tetapi aku tidak mau mengizinkan, lalu aku tidak mau
mengizinkan, dan kemudian aku tidak mau mengizinkan), kecuali
kalau Ali bin Abi Thalib lebih dahulu menceraikan anak
perempuanku, lalu kawin dengan anak perempuan mereka. Sebab
anak perempuanku adalah darah dagingku. Kalau ia dibuat tidak
senang berarti aku pun dibuat tidak senang, dan kalau ia disakiti
berarti aku disakiti. (HR. Bukhari dan Muslim).10

Kesimpulan Hukum Poligami Dalam Islam


Berdasarkan hadis yang telah dikemukakan di atas, terkait
dengan pelarangan Nabi kepada Ali bin Abi Thalib untuk
berpoligami, kecuali setelah menceraikan Fatimah terlebih
dahulu, maka Poligami bukan dianjurkan dalam Islam, akan
tetapi kedudukannya sebagai alternatif sebagaimana hukum
perceraian.
Perceraian dalam Islam adalah boleh walaupun Allah
membencinya, akan tetapi orang yang bercerai tentu harus ada
syaratnya, karena tidak semua orang boleh bercerai. Begitu
pula poligami, hukumnya boleh dengan syarat (Adil). Adil dari
segi kasih sayang dan ini mustahil terjadi sebagaimana yg telah
dijelaskan oleh Allah pada QS. An Nisa :129 di atas.

Hadis di atas, terdapat dalam beberapa kitab hadis yakni sebagai berikut: Kitab,
10

Shahih Bukhari, dalam Bab Nikah (hadits ke 4829); Kitab, Shahih Muslim, Bab Fadhail
Ashhabah, yakni (hadits ke 4482); Kitab, Sunan Abu Dawud, Bab al-Nikah, (hadits ke-
1773) dan Kitab, Sunan Ibn. Majah, Bab Nikah, (hadits ke 1988); Kitab, Sunan At Tirmizi,
Bab Al-Manakib, (hadits ke-3804).

Anda mungkin juga menyukai