Anda di halaman 1dari 9

BAB V

STRATEGI

5.1 Pendidikan

Sekolah dengan kurikulum pengetahuan umum tidak dapat menarik simpati para remaja
dan remaja tanggung pada kampung RW011 ditambah lagi biaya yang harus di keluarkan untuk
peralatan sekolah yang sangat mempengaruhi ekonomi keluarga dengan persaingan untuk masuk
pada sekolah negeri yang membuat remaja dan remaja tanggung kalah bersaing dengan motivasi
berbeda yaitu dapat menghasilkan uang sendiri adalah salah satu faktor pendorong untuk tidak
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi atau memutuskan untuk putus sekolah.

Seharusnya terdapat sebuah tempat atau wadah yang tidak memberatkan perekonomian
keluarga dan tidak harus mengeluarkan banyak uang yang dapat mengembangkan kreatifitas
remaja untuk dapat menghasilkan suatu produk kreatif yang dapat membantu perekonomian
keluarga atau diri sendiri dibawah bimbingan orang-orang yang tepat dan tidak perlu bekerja
sebagai nelayan dengan penghasilan minim namun bisa menghasilkan produk yang dapat
mencerminkan daerahnya.

Sebuah wadah yang dapat menghasilkan pola fikir kreatif dengan motivasi positif yang
dapat mengarahkan sesuai kemampuan dan keinginan individu tersebut agar memajukan
kehidupan individunya walaupun tidak di tempuh pada jalur formal /sekolah dengan metode
pembelajar dengan pengaplikasian langsung pada praktek.
Gambar 4.1.a Belajar

Sumber: dokumen pribadi

Contoh tempat atau wadah alternative selain pendidikan formal atau sekolah adalah
pendidikan non formal yaitu pendidikan yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Terdapat beberapa jenis lembaga pendidikan yang menyediakan layanan pendidikan
non-formal di Indonesia, yaitu:

Diagram 4.1.b Pendidikan Anak-anak

Sumber: dokumen pribadi


a) Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP- PLSP): adalah unit
pelaksana teknis di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional di bidang pendidikan luar
sekolah. BP-PLSP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan program serta
fasilitasi pengembangan sumberdaya pendidikan luar sekolah berdasarkan kebijakan Departemen
Pendidikan Nasional.

b) Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB):


adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi di bidang pendidikan luar
sekolah. BPKB mempunyai tugas untuk mengembangkan model program pendidikan luar
sekolah sesuai dengan kebijakan Dinas Pendidikan Propinsi dan kharakteristik propinsinya.

c) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB):


adalah unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di bidang pendidikan luar sekolah
(nonformal). SKB secara umum mempunyai tugas membuat percontohan program pendidikan
nonformal, mengembangkan bahan belajar muatan lokal sesuai dengan kebijakan dinas
pendidikan kabupaten/kota dan potensi lokal setiap daerah.

d) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM):


suatu lembaga milik masyarakat yang pengelolaannya menggunakan azas dari, oleh dan untuk
masyarakat. PKBM ini merupakan wahana pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat sehingga
mereka semakin mampu untuk memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri. PKBM merupakan
sumber informasi dan penyelenggaraan berbagai kegiatan belajar pendidikan kecakapan hidup
sebagai perwujudan pendidikan sepanjang hayat

e) Lembaga PNF sejenis:


adalah lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, yang meberikan
pelayanan pendidikan nonformal berorientasi life skills/keterampilan dan tidak tergolong ke
dalam kategori-katagori di atas, seperti; LPTM, Organisasi Perempuan, LSM dan organisasi
kemasyarakatan lainnya. Termasuk dalam lembaga pendidikan non formal jenis ini adalah home
schooling dan sekolah terbuka
5. 2 Strategi Double Income Family

Tuntutan ekonomi yang terus mendesak keluarga nelayan di Kampung Muara Angke
RW-011, khususnya dengan pendapatan suami yang tidak menentu membuat wanita nelayan
memiliki kegiatan lain di luar aktivitas domestik (kegiatan harian seorang wanita pada
umumnya) dan aktivitas sosial lain. Para wanita nelayan bukan hanya sebatas menjaga dan
mengurus anak, membersihkan rumah, melainkan secara nyata sudah terlibat dalam kegiatan
ekonomi langsung.

Besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga mempunyai kaitan erat dengan upaya untuk
memperoleh pendapatan dalam keluarga, sehingga dapat menyebabkan besarnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga tersebut. Di wilayah DKI Jakarta,
kehidupan sosial masyarakat pesisirnya tidak berbeda jauh dengan kehidupan sosial masyarakat
pesisir lainnya yang ada, misalnya rendahnya pendidikan, produktivitas yang sangat bergantung
pada musim, dan terbatasnya modal usaha.

Dari hasil analisa sebelumnya, ditemukan bahwa wanita nelayan memiliki kontribusi
terhadap ekonomi keluarga nelayan di Kampung Muara Angke RW-011. Kontribusi ibu rumah
tangga (istri nelayan) tentunya dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi sehingga permasalahan
ekonomi pada keluarga nelayan yang tergolong kurang sejahtera dapat ikut ditingkatkan.

Diagram 4.2.a Strategi pemberdayaan istri nelayan

Sumber: dokumen pribadi


Memberikan strategi pemberdayaan kepada wanita nelayan yang mengarah kepada
pengembangan usaha ekonomi kreatif untuk lebih memperkuat kontribusi ibu rumah tangga,
sehingga mereka tidak hanya menjadi buruh semata tetapi lebih jauh dapat mengembangkan
wirausaha.

Gambar 4.2.a Buruh Kerang Hijau Kampung Muara Angke RW-011

Sumber: dokumen pribadi

Pemberdayaan didefenisikan sebagai usaha memberi sebagian daya atau kekuasaan


(power-sharing) kepada kelompok yang dianggap kurang berdaya. Pemberiaan daya tersebut
diharapkan akan memberi lebih banyak kesempatan kepada suatu kelompok tertentu untuk
berkembang dengan memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya maupun peluang yang
tumbuh di luar kelompok (Adimihardja dan Hikmat, 2004).

Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok maupun


komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk
masa depan sesuai dengan keinginan mereka. (Shardlow dalam Adi, 2001).
Diagram 4.2.b Empowerment wanita nelayan Kampung Muara Angke RW-011

Sumber: dokumen pribadi

Strategi dapat merupakan pemberdayaan komunitas wanita nelayan Kampung Muara


Angke RW-011, sebagai berikut:

Pengembangan usaha tempat pengolahan hasil laut tradisional sekala kecil, yang biasa di
lakukan oleh para ibu rumah tangga yang bekerja sebagai buruh pencari kerang hijau dan
buruh belah ikan.
Pemberdayaan wanita nelayan (istri nelayan)

Dengan cara membuat suatu Pusat Kegiatan (Community Center) Wanita Nelayan
Kampung Muara Angke RW-011. Diawali dari melihat kondisi wanita nelayan kerang hijau
yang rata-rata hanya sebagai buruh nelayan, bukan sebagai nelayan asli. Buruh nelayan ini
memelihara bagan milik orang lain. Dengan adanya Pusat Kegiatan (community center) ini dapat
memfasilitasi para wanita nelayan di Kampung Muara Angke untuk memiliki bagan sendiri dan
pengolahan kerang hijau dan ikan yang lebih steril. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan
wanita nelayan dapat lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Kerang hijau merupakan salah satu sumber daya hayati yang berasal dari lingkungan laut,
produksi pada setiap harinya sangat berlimpah. Hal ini menyebabkan jumlah cangkang kerang
yang menumpuk. Cangkang kerang yang menumpuk tidak dimanfaatkan sehingga cangkang
kerang tersebut menjadi limbah yang semakin menggunung.

Hasil tangkapan kerang hijau, per hari dapat mencapai ratusan kilogram berat kotor.
Sementara itu, hingga saat ini limbah cangkang kerang yang merupakan bahan sisa tak pernah
diolah oleh masyarakat di sekitar Kampung Muara Angke. Dengan adanya Community Center
ini limbah cangkang kerang hijau dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi bahan hiasan.

Seorang akan berpartisipasi menurut Sumardjo dan Saharuddin (2004) apabila terpenuhi
prasyarat untuk berpartisipasi yang meliputi 3 (tiga) hal yaitu:

1) Adanya kesempatan, yaitu suasana atau kondisi lingkungan yang didasari oleh orang
tersebut bahwa ia berpeluang untuk berartisipasi.
2) Kemauan, yaitu sesuatu yang mendorong/menumbuhkan minat dan sikap mereka untuk
termotivasi berpartisipasi.
3) Kemampuan, yaitu kesadaran atau keyakinan pada dirinya bahwa ia mempunyai
kemampuan untuk berpartisipasi.

5.3 Eksploitasi

Pada saat ini eksploitasi anak sudah banyak dialami oleh kampung muara angke. Karena
kurang nya pengamanan orang tua kepada anaknya sehingga sang anak mencoba untuk mencoba
sesuatu yang baru, yang tidak sesuai dengan umur mereka.

Pada kampung tersebut adanya eksploitasi anak di karenakan dari berbagai factor salah
satu nya adalah kurang nya pendidikan yang disebab kan oleh permasalahan modal orang tua
untuk bersekolah, maka strategi yang dapat membuat anak tersebut tidak tereksploitasi adalah
dengan mengisi waktu kekosongan mereka dengan aktivitas yang beredukasi agar mereka tidak
tereksploitasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Diagram 5.3.a Kegiatan Anak-anak

Sumber: dokumen pribadi

Kegiatan edukasi tidak selalu semua nya membutuhkan modal. Banyak edukasi yang
dapat dipelajari dari lingkungan sekitar, seperti di Muara Angke :

Bagaimana cara merawat lingkungan agar sehat.


Bagaimana kehidupan seorang nelayan jika sang ayah bekerja pada bidang
tersebut.
Bergaul dengan teman seumurnya dan belajar bersama.
Bermain dengan teman dilingkungan nya, contoh :
1. Bersepeda
2. Bermain sepak bola
3. Dll
Dikarenakan orang tua yang sibuk bekerja untuk mencari nafkah keluarga dan sang anak
tidak dapat bersekolah, maka sang anak banyak memiliki waktu kosong sehingga sang anak
berpikir mencoba untuk membantu keluarga nya dengan bekerja sebagai sarang burung wallet,
pengupas kerang, dll. Sedangkan umur mereka masih dikatakan sebagai anak-anak yang
produktif sehingga anak-anak pada kampung tersebut membutuhkan aktivitas yang tidak
membuat mereka berpikir untuk bekerja seperti orang tuanya.

Diagram 5.3.b Pola Pikir Anak

Sumber: dokumen pribadi

Anda mungkin juga menyukai