Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangunan di

bidang industri yang berfungsi sebagai pembangkit yang mengandalkan energi

kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. PLTU sangat penting dalam

perkembangan potensi suatu wilayah dan untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat sehingga mencapai tingkat perkembangan yang merata bagi semua

wilayah, khususnya dari segi acupan listrik.

Pemerintah mempertimbangkan kemungkinan mendorong pertumbuhan

independent power producer (IPP) atau perusahaan pembangkit listrik swasta

dalam memenuhi target pembangunan listrik 35.000 megawatt. Program

pembangunan listrik ini merupakan salah satu program yang diunggulkan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Menurut

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, pihaknya tengah mengkaji

apakah Perusahaan Listrik Negara (PLN) sanggup membangun listrik 35.000

megawatt atau perlu mendorong pertumbuhan IPP. (www.KOMPAS.com,

2014).

Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Nur Pamudji

mengatakan, pemerintah menargetkan pembangunan listrik 35.000 megawatt

dalam lima tahun ke depan. Menurut dia, proyek tersebut akan langsung

dikerjakan pada tahun 2015. (www.KOMPAS.com, 2014).


Pengoperasian suatu instalasi pembangkit listrik, baik yang berbahan

bakar batubara, minyak bumi maupun energi nuklir, umumnya menggunakan air

laut sebagai pendingin. Air laut yang telah digunakan sebagai pendingin ini

kemudian dibuang ke laut. Sebaran suhu air panas ke perairan yang diakibatkan

oleh pemanfaatan air laut sebagai air pendingin dari mesin pembangkit tenaga

listrik uap memberikan dampak pada pola penyebaran perubahan suhu perairan

terhadap habitat dalam suatu ekosistem. Suhu sangat berperan dalam

mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Apabila kadar oksigen sedikit saat

suhu air naik maka hal tersebut dapat mengakibatkan makhluk hidup dalam air

mati karena kebutuhan oksigen tinggi sedangkan yang tersedia sedikit (Effendi,

2010 dalam Hasriyani Hafid, Alfian Noor, Alimuddin Hamzah).

Kebutuhan akan energi listrik belakangan ini meningkat. Peningkatan

tersebut disebakan karena permintaan energi listrik untuk pemukiman dan

isndustri meningkat. Kegiatan industri pembangkit listrik tenaga gas dan uap

(PLTGU) di Indonesia lebih banyak dibangun di dekat pantai misalnya PLTU

Suralaya di Merak Banten, PLTU Paiton di Paiton Jawa Timur, PLTU Muara

Karang di Muara Karang Jakarta. Alasan utamanya adalah lebih mudah

memperoleh air yang digunakan untuk proses pendinginan mesin atau cooling

water system.

Permasalahan utama yang selalu muncul dari kegiatan buangan air hasil

proses cooling water system adalah suhu air bunangan dari sistem tersebut jauh

lebih tinggi dari suhu lingkungan di sekitarnya, umumnya suhu air buangan

tersebut dapat mencapai 40o C. Namun, karena ada aturan bahwa nilai
maksimum perbedaan suhu air buangan dengan suhu alami adalah 5o C maka

umumnya air buangan tadi dikelola dulu dengan cara menurunkan suhunya dari

40o C menjadi 34o C. (E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 2010)

Khusunya pada Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan merupakan

daerah yang memiliki tingkat masyarakat yang lumayan tinggi. Faktor Ekonomi

dan IPTEK sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakatnya demi menunjang

kemajuan & pertumbuhan wilayah itu sendiri. Sebagai wujud dari hal tersebut

maka pemerintah dalam hal ini PT. Perusahaan Listrik Negara (persero) bersama

dengan Pemerintah Kabupaten Takalar mengadakan proyek pembangunan PLTU

Takalar dengan nama proyek Takalar Coal Fired Steam Power Plant 2x100 MW,

yang berlokasi di Kabupaten Jeneponto.

Proyek pembangunan PLTU Takalar ini berlokasi di Kabupaten Jeneponto

sebagai pusat pembangkit energi listrik. Hal ini dikarenakan lokasi dan kondisi

lahan proyek berada dipinggir pantai yang luas dan jauh dari pemukiman warga

dimana sangat mendukung untuk pembangunan PLTU yang berbahan bakar

dasar batu bara yang diambil di Kalimantan. Dimana proyek PLTU ini, sebagian

besar merupakan struktur beton berat dikarenakan konstruksi berhubungan

langsung dengan air panas dan air garam laut.

PLTU Takalar yang nantinya akan memenuhi kebutuhan energi listrik

melalui pengoperasiannya. Disisi lain juga akan menimbulkan air buangan yang

berlangsung secara sirkuler ke perairan pantai Desa Punagaya Kab. Jeneponto.

Tekanan lingkungan terhadap perairan yakni pembuangan air panas tersebut

secara langsung ke laut dapat mempengaruhi perubahan struktur komunitas


organisme laut pada lokasi pelimbahan. Perubahan struktur komunitas

organisme laut seperti plankton meliputi keanekaragaman, keseragaman, indeks

dominansi dan pola sebaran akibat akumulasi limbah buangan tersebut.

Akumulasi buangan air panas tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada

tingkat yang berbeda-beda tergantung jarak organisme tersebut terhadap sumber

buangan air panas dan kemampuan adaptasi organisme terhadap kenaikan suhu

di perairan.

Melihat kondisi tersebut perlu adanya tinjauan terhadap bagian bangunan

yang merupakan jalur langsung pembuangan limbah atau yang dikenal dengan

Cooling Water Way (CWW) tersebut ke laut sehingga dapat mengurangi atau

mencegah terjadinya perubahan ekosistem akibat limbah air panas tersebut.

Maka dengan ini diangkat judul : Tinjauan Manajemen Limbah Air Panas

dengan Menggunakan Metode Kerja Cooling Water Way (CWW)

Terhadap Metode Outfall Discharge (Studi Kasus : PLTU Takalar).


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas beberapa permasalahan yang terjadi

dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pola sebaran suhu buangan air Cooling Water Way (CWW)

yang terjadi akibat adanya bangunan pelepasan aliran air (Outfall

Discharge) yang dilepas ke perairan laut desa Punagaya.

2. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan bangunan

pelepasan aliran air (Outfall Discharge).

3. Apa dampak penerapan bangunan pelepasan aliran air (Outfall

Discharge) terhadap kulitas proyek dan lingkungan pesisir pantai.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain :

1. Menganalisis pola sebaran suhu buangan air Cooling Water Way (CWW)

yang terjadi akibat adanya bangunan pelepasan aliran air (Outfall

Discharge) yang dilepas ke perairan laut desa Punagaya.

2. Menganalisis faktor faktor yang membatasi penerapan bangunan

pelepasan aliran air (Outfall Discharge).

3. Mengetahui keuntungan dan kerugian penerapan bangunan pelepasan

aliran air (Outfall Discharge) terhadap kulitas proyek dan lingkungan

pesisir pantai.
D. Batasan Penelitian

Adapun batasan penelitian ini antara lain :

1. Melakukan peninjauan terhadap manajemen limbah air panas dengan

menggunakan metode kerja cooling water way (CWW) terhadap metode

outfall discharge.

2. Studi kasus dilakukan pada Proyek Pembangunan PLTU TAKALAR.

3. Pengambilan data akan dilakukan dengan pembagian kuisioner terhadap

responden yang terlibat dalam pembangunan Cooling Water Way (CWW)

dan juga berkas-berkas proyek.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi Ilmu Pengetahuan, sebagai produk yang telah dikembangkan dari

teori-teori yang telah ada. Shingga adanya hasil dari penelitian ini dapat

berkonstribusi khazana bagi ilmu pengetahuan.

2. Bagi Mahasiswa, memberikan pengetahuan mengenai metode kerja

pembangunan yang baik sehingga tidak menyebabkan pencemaran.

3. Bagi Kontraktor, sebagai referensi dalam hal metode kerja suatu bangunan

sehingga dapat efesien dan efektif untuk masyarakat serta tidak

memberikan dampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya.

4. Bagi Peneliti, memberikan wawasan serta pengetahuan yang lebih

mendalam dalam bidang Teknik Sipil sehingga nantinya dapat

diaplikasikan pada dunia kerja.

Anda mungkin juga menyukai