Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang
terfokus pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi, petrologi,
geokimia, dan sebagainya. Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu pengetahuan telah
dikembangkan sebagai teknik analitik baru yang telah diaplikasikan dan
dikembangkannya teori-teori inovatif. Diwaktu yang sama karena kemajuan-kemajuan
di lapangan, maka diperkenalkannya integrasi kombinasi ide-ide dan keahlian dari
berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda. Geologi adalah ilmu multidisiplin yang
sangat baik dipahami jika aspek-aspek berbeda terlihat berhubungan antara satu dengan
lainnya.
Sedimentologi dan stratigrafi adalah dua sub-disiplin ilmu geologi yang utama,
sering dibahas terpisah di masa lalu tapi sekarang dikombinasikan dalam proses
pengajaran, penelitian akademik dan aplikasi ekonomi. Dua ilmu ini dapat dibahas
bersama sebagai rangkaian kesatuan proses dan hasilnya, dalam ruang dan waktu.
Sedimentologi perhatiannya tertuju pada pembentukan batuan sedimen. Stratigrafi
mempelajari perlapisan batuan ini dan hubungannya dalam waktu dan ruang (Gambar
1.1). Oleh karena itu masuk akal jika membahas sedimentologi dan stratigrafi
bersamaan. Faktanya, tidak mungkin memisahkan mineralogi komponen batuan dan
evolusi paleontologi dari stratigrafi. Namun bagaimanapun harus dibatasi sampai topik-
topik tertentu.
Bagian pertama buku ini meliputi aspek proses sedimentasi dan produknya di
dalam lingkungan pengendapan yang berbeda-beda. Kemudian batuan sedimen dibahas
hubungan waktu dan ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di dalam cekungan-cekungan
sedimen. Tektonik lempeng, petrologi dan paleontologi adalah topik tambahan.
Istilah stratigrafi dimulai oleh dOrbigny di tahun 1852, tapi konsep lapisan-
lapisan batuan, atau strata lebih tua dari itu. Di tahun 1667, Steno mengembangkan
prinsip superposisi: dalam suatu sikuen batuan berlapis, lapisan yang dibawah berumur
lebih tua daripada lapisan di atasnya. Stratigrafi dapat dipertimbangkan sebagai
hubungan antara batuan dan waktu, dan sejarah bumi terekam di dalam lapis-lapis
batuan, meskipun sangat tidak lengkap. Stratigrafer perhatiannya tertuju pada
pengamatan, deskripsi dan interpretasi langsung dan bukti nyata di dalam batuan untuk
menentukan hubungan waktu dan ruang selama sejarah bumi.
Gambar 1.1 Perlapisan
konglomerat dan batupasir
(tengah, kiri) tersigkap di
utara Spanyol, diinterpretasi
sebagai endapan kipas
aluvial (8.4): secara
stratigrafi, perlapisan ini
lebih muda dari perlapisan
batugamping di
belakangnya.
Gambar 1.3 Suatu lingkungan sedimen modern: channel sungai pasiran dan floodplain
bervegetasi (dekat Morondava, di bagian barat Madagascar).
1.6 Lingkungan Sedimen Modern dan Tua
Kombinasi proses fisika, kimia dan biologi yang bekerja dalam setiap tempat
dan setiap waktu adalah hal unik, produk proses-proses ini jenisnya tak terhingga. Dari
sudut pandang ilmu pengetahuan objektif, proses yang menentukan pembentukan
batuan sedimen harus diteliti berurutan untuk menentukan proses fisika yang terdapat di
dalam lingkungan, sifat kimiawi air, dan sebagainya. Untuk tujuan pelatihan kita dapat
mempertimbangkan sejumlah lingkungan prinsip yang memiliki karakterisitk yang
dapat dikenali. Kategori-kategori lingkungan ini terdiri dari anggota-anggota terakhir
dan berada di sepanjang spektrum setting pengendapan. Kemungkinan keberagaman
dari karakter tipikal lingkungan tertentu tidak ada habisnya dan juga mungkin ada
situasi peralihan atau menengah (intermediate) di antara dua setting. Contoh, pada batas
apa sebuah kolam dalam lingkungan floodplain dipertimbangkan sebagai danau?
Bahaya kesalahan interpretasi (pigeon-holing) harus selalu dijaga dalam pikiran kita:
suatu rangkaian batupasir tipis dan lapisan batulumpur mungkin memiliki karakter
umum pengendapan dalam setting laut dalam tapi kehadiran rekahan-rekahan
(dessication crack) dalam batulumpur akan menjadi bukti jelas bahwa singkapan
tersebut adalah singkapan darat (subaerial), tidak konsekuen dengan pembentukan di
dalam air dalam.
Cara untuk membahas lingkungan pengendapan adalah memulainya dari daerah
pegunungan dimana pelapukan dan erosi menghasilkan detritus klastik, dan turun
hingga dasar laut dalam. Karakter lingkungan kontinen, pantai (coastal) dan laut
dangkal diantaranya dipengaruhi oleh suplai detritus klastik, curah hujan, temperatur,
produktivitas biogenik, topografi di darat dan batimetri di laut. Beberapa proses
mungkin sangat umum dalam banyak lingkungan yang berbeda: pengendapan dari
suspensi material berbutir halus membentuk lapis lumpur yang mungkin terdapat di atas
floodplain, di dalam danau, laguna, teluk tersembunyi (sheltered bays), setting paparan
bagian luar dan laut terdalam. Proses-proses yang unik untuk setting tertentu: aliran
bolak-balik (reversal) reguler berkaitan dengan aksi tidal adalah ciri unik lingkungan
laut dangkal dan pantai. Secara umum, kombinasi proses-proses dapat merupakan
karakter tiap-tiap setting pengendapan.
Gambar 1.4 Batuan sedimen yang diinterpretasikan sebagai endapan channel sungai
(lensa batupasir di bawah kaki) yang tergerus hingga batulumpur yang diendapkan di
floodplain (lebih gelap, strata berlapis tipis di bawah dan di sisi lensa batupasir). Batuan
Eosen dekat Roda de Isabena di utara Spanyol.
Permukaan bumi ini dinamis pada semua skala ruang dan waktu. Bentanglahan
(landscape) terus-menerus dimodifikasi oleh batuan yang tererosi dari satu tempat dan
bergerak ke tempat lain oleh gravitasi, air, angin dan es. Semakin lama gunung-gunung
akan tergerus rata dan lautan terisi sedimen. Gunung-gunung baru diciptakan oleh
pergerakan lempeng tektonik di seluruh permukaan planet, dan gerakan lempeng-
lempeng ini menghasilkan daerah baru untuk terakumulasinya sedimen. Proses-proses
ini telah berlangsung ribuan juta tahun. Potongan-potongan kerak bergerak di
permukaan bola bumi dan membawa lingkungan pengendapan bersamanya,
memodifikasi lingkungan pengendapan dan terkadang mengubahnya menjadi daerah
pengangkatan (uplift) dan erosi. Lempeng-lempeng ini bergerak melewati jalur iklim
yang berbeda-beda karena lempeng ini bergerak, dan iklim dunia berubah dalam periode
yang pendek dan panjang.
Oleh karena itu lingkungan pengendapan selalu terus berubah, meskipun tingkat
perubahan terhadap waktu mungkin cukup lambat untuk memperkenankan kondisi agar
tetap selama jutaan tahun. Suatu daerah sedimentasi kontinen di dalam channel sungai,
daerah limpah banjir (overbank) dan danau dapat terbanjiri oleh laut dan menjadi daerah
sedimentasi laut dangkal. Daerah laut dangkal hangat tropis dengan karang koral
mungkin terangkat, tererosi dan ditutupi oleh pasir gurun. Percepatan pembentukan
lapisan es selama periode iklim dingin dapat mengubah rawa pantai bervegetasi menjadi
daerah moraine es. Perubahan lingkungan pengendapan disebabkan oleh proses tektonik
dan iklim yang terekam dalam fasies sedimen batuan. Sedimen terakumulasi dan batuan
terbentuk di dalam lingkungan yang berbeda-beda, menumpuk di atas yang lain,
memberikan rekaman stratigrafi mengenai perubahan-perubahan di dalam lingkungan
ini (Gambar 1.5).
Stratigrafi menyediakan rekaman sejarah bumi dan dengan itu banyak bukti-
bukti bagaimana planet bekerja sebagai unit fisika, kimia dan biologi. Rangkaian batuan
sedimen menunjukkan bagaimana daerah akumulasi (cekungan sedimen) terbentuk dan
terisi. Rekaman ini dapat diinterpretasikan sebagai akibat perilaku litosfer ketika
mengalami gaya peregangan (extensional) dan tekanan (compressional) tektonik
lempeng. Besar dan tingkat proses tektonik dapat ditentukan dari rekaman stratigrafi.
Pengamatan geofisika dan interpretasi struktur litosfer, dan aktivitas volkanik dan
seismik pada batas lempeng, telah
dimengerti sebagai dinamika tektonik lempeng, tapi rekaman stratigrafi telah
menyediakan kerangka kerja waktu untuk memahami bagaimana bumi bekerja.
Gambar 1.5 Suatu rangkaian batuan sedimen yang diiterpretasikan ke dalam proses dan
lingkungan pengendapan.
Karbonat
Berdasarkan definisi, batugamping adalah batuan sedimen yang mengandung
lebih dari 50% kalsium karbonat (CaCO3). Di lingkungan alam, bagian keras organisme,
khususnya invertebrata seperti moluska, adalah sumber utama kalsium karbonat.
Batugamping menyusun 10% - 15% batuan sedimen dalam rekaman stratigrafi.
Evaporasi
Evaporasi adalah endapan yang terbentuk oleh pengendapan garam-garam dari
air melalui proses penguapan.
Sedimen Volkaniklastik
Hasil dari erupsi volkanik atau hasil dari lapukan batuan volkanik.
Sedimen Lainnya
Sedimen dan batuan sedimen lainnya adalah ironstone, sedimen fosfat, endapan
organik (batubara dan serpih minyak), rijang (chert) (batuan sedimen silikaan). Volume
ini semua hanya 5 % dari rekaman stratigrafi, tapi beberapa memiliki nilai ekonomi.
Sebagaimana dengan kebanyakan sistem klasifikasi, ada tumpang tindih dan
daerah abu-abu pada skema ini. Beberapa lapisan batugamping terbentuk dari
pengendapan kimiawi kalsium karbonat selama proses penguapan, dan dapat disebut
endapan evaporit. Pada kasus lain ada penamaan yang tidak masuk akal ; batuan yang
mengandung 51% butir pasir kuarsa dan 49% fragmen karbonatan diistilahkan batupasir
karbonatan : dengan
perbandingan yang sebaliknya (49% butir pasir kuarsa dan 51% fragmen karbonatan)
disebut batugamping pasiran.
2.2 Klasifikasi dan Penamaan Sedimen dan Batuan Sedimen Klastik Terrigenous
Gambar 2.5 Imbrikasi yang dihasilkan oleh reorientasi kerakal dalam alsuatu aliran
(arah aliran dari kiri ke kanan).
Kuarsa
Kuarsa adalah mineral paling umum yang ditemukan sebagai butiran dalam
batupasir dan batulanau. Sebagai mineral primer, kuarsa adalah penyusun utama batuan
granitik, terdapat dalam beberapa batuan beku berkomposisi menengah (intermediate)
dan tidak ada pada tipe batuan beku basa. Batuan metamorf seperti gneiss terbentuk dari
material granitik, dan banyak batuan metasedimen berbutir kasar mengandung proporsi
kuarsa yang tinggi. Kuarsa adalah mineral sangat stabil yang tahan terhadap pelapukan
kimia di permukaan bumi. Butiran kuarsa dapat hancur dan terabrasi selama
transportasi, tapi dengan kekerasan 7 pada skala Mohs, butir kuarsa masih tersisa
setelah transportasi yang panjang dan lama. Dalam sampel hand specimen butiran
kuarsa menunjukkan sedikit variasi: jenis yang berwarna seperti smoky atau milky
quartz dan amethyst terdapat juga tetapi kebanyakan kuarsa terlihat sebagai butir
bening.
Feldspar
Kebanyakan batuan beku mengandung feldspar sebagai komponen utama.
Feldspar sangat umum dan keluar dalam jumlah yang besar ketika granit, andesit, dan
gabro, beberapa sekis dan gneiss terlapukkan. Namun feldspar terubah secara kimia
selama pelapukan dan menjadi lebih halus daripada kuarsa, cenderung terubah
(alteration) dan hancur selama transportasi. Feldspar hanya umum ditemukan dalam
keadaan dimana pelapukan kimia batuan induk tidak terlalu hebat dan jarak transportasi
ke lokasi pengendapan relatif pendek. K-Feldspar lebih umum sebagai butiran detrital
daripada jenis natrium (Na) dan kaya kalsium karena secara kimia lebih stabil ketika
mengalami pelapukan (6.7.4).
Mika
Dua mineral mika yang paling umum adalah biotit dan muskovit, relatif
berlimpah sebagai butiran detrital dalam batupasir, meskipun muskovit lebih tahan
terhadap pelapukan. Mineral ini berasal dari batuan beku berkomposisi granitik sampai
intermediate dan dari sekis dan gneiss dimana mineral ini terbentuk sebagai mineral
metamorf. Bentuk lempengan (platy) butir mika membuat mereka terlihat berbeda
dalam hand specimen dan di bawah mikroskop. Mika cenderung terkonsentrasi
terkumpul pada bidang lapisan dan sering memiliki daerah permukaan lebih luas
daripada butir detrital lain dalam sedimen. Hal ini dikarenakan butir platy memiliki
kecepatan pengendapan lebih rendah daripada butir mineral berbentuk kotak dengan
massa dan volume yang sama (4.2.5), jadi mika bersuspensi lebih lama daripada butiran
kuarsa atau feldspar yang bermassa sama.
Mineral Berat
Mineral yang umum ditemukan dalam pasir memiliki berat jenis sekitar 2,6
sampai 2,7 gr/cm3; contoh kuarsa memiliki berat jenis 2,65 gr/cm3. Kebanyakan
batupasir mengandung sejumlah kecil, umumnya kurang dari 1% mineral yang memiliki
berat jenis besar. Mineral ini memiliki berat jenis lebih dari 2,85 gr/cm 3 dan secara
tradisional dapat dipisahkan dengan mineral lainnya dengan menggunakan cairan;
mineral umum akan mengambang dan mineral berat akan tenggelam. Mineral ini jarang
terlihat dalam hand specimen dan terlihat pada sayatan tipis batupasir. Biasanya dapat
diteliti setelah dikonsentrasikan dengan teknik pemisahan dengan cairan. Alasan untuk
mempelajarinya adalah karena mineral ini dapat menjadi ciri khas daerah sumber
tertentu dan berharga dalam mempelajari sumber detritus (5.5). Mineral berat yang
umum adalah zircon, turmalin, rutil, apatit, garnet, dan sejumlah mineral asesori batuan
beku dan metamorf.
Mineral Lain
Mineral lain jarang terdapat dalam jumlah yang besar pada batupasir.
Kebanyakan mineral umum dalam batuan beku silikat (contoh: olivin, piroksen, dan
amfibol) hancur oleh pelapukan kimia. Oksida besi relatif berlimpah. Konsentrasi lokal
mineral tertentu mungkin didapatkan jika berada dekat dengan sumber.
Pemilahan
Pemilahan adalah deskripsi distribusi ukuran klastik yang ada: sedimen terpilah
baik tersusun oleh klastik yang dominan pada satu kelas skala Wentworth (contoh pasir
sedang): endapan terpilah buruk mengandung besar rentang ukuran butir yang
bermacam-macam. Pemilahan adalah fungsi dari asal dan sejarah transportasi detritus.
Dengan bertambahnya jarak transport atau gerakan (agitation) sedimen yang berulang-
ulang menyebabkan ukuran yang berbeda cenderung untuk terpisah. Perkiraan visual
pemilahan dapat dibuat dengan membandingkannya dengan tabel (Gambar 2.8) atau
menghitung distribusi ukuran butir (2.7).
Gambar 2.8 Grafik perbandingan perkiraan pemilahan. (menurut Harrel 1984).
Kebundaran Klastik
Selama transportasi sedimen, klastik individu akan berulang kali mengalami
kontak dengan klastik yang lain dan dengan obyek yang diam, menyebabkan abrasi.
Tepi yang tajam akan tergerus lebih dahulu, permukaan klastik semakin halus. Semakin
jauh jarak transportasi, kebundaran semakin baik, kebundaran adalah fungsi sejarah
transportasi material. Kebundaran biasanya diperkirakan secara visual (Gambar 2.9),
tapi juga bisa dihitung dari bentuk penampang klastik.
Kebolaan Klastik
Klastik berbentuk discoid atau berbentuk seperti jarum memiliki derajat
kebolaan yang rendah. Sphericity adalah fitur yang dihasilkan-tergantung pada bentuk
fragmen yang terbentuk selama pelapukan. Klastik berbentuk papan (slab) akan menjadi
lebih bundar selama transportasi dan berbentuk disc, satu sumbu lebih pendek dari dua
sumbu lainnya.
Gambar 2.9 Grafik perbandingan perkiraan kebundaran dan kebolaan. (menurut
Pettijohn 1987).
Kemas
Jika batuan mempunyai kecenderungan untuk hancur dalam arah tertentu, atau
mempunyai kelurusan yang kuat dari klastik, disebut sebagai kemas batuan. Batulumpur
yang hancur dalam bentuk platy memiliki kemas menyerpih (dan dapat disebut serpih),
dan batupasir yang hancur kedalam bentuk papan tipis terkadang disebut sebagai
flaggy. Kemas tipe ini berkaitan dengan susunan partikel yang anistropi: batuan
dengan kemas isotropik tidak menunjukkan arah pecahan yang tertentu karena batuan
ini terdiri dari partikel yang berorientasi acak.
Gambar 2.10 Histogram, kurva frekuensi distribusi dan frekuensi kumulatif data
distribusi ukuran butir.
BAB III
Dalam suatu daerah dimana tidak ada suplai detritus klastik dalam jumlah besar,
proses-proses lain sangat penting dalam akumulasi sedimen. Bagian keras dari tanaman
dan hewan, berukuran dari alga mikroskopik sampai tulang vertebrata, membentuk
endapan pada banyak lingkungan yang berbeda. Yang terpenting adalah banyaknya
organisme yang membangun cangkang dan struktur kalsium karbonat ketika hidup, dan
meninggalkan bagian kerasnya ketika mati sebagai sedimen karbonatan yang
membentuk batugamping. Proses kimia juga memainkan bagian dalam pembentukan
batugamping, tapi yang terpenting adalah dalam menghasilkan evaporit yang
merupakan endapan dari air berkonsentrasi garam. Sedimen volkaniklastik adalah
produk besar dari proses volkanik primer yang menghasilkan debu-debu dan
pengendapannya di lingkungan darat atau bawah laut. Dalam daerah volkanik aktif,
endapan ini dapat menutupi semua tipe sedimen yang lain. Endapan kecil yang tidak
termasuk kedalam empat kategori utama adalah, pertama yang berasal dari biogenik
(sedimen silikaan, endapan fosfat dan karbonan) dan yang kedua berasal dari proses
kimia adalah batubesi (ironstones). Bagian terakhir bab ini menyediakan beberapa
panduan dalam deskripsi batuan sedimen dalam hand specimen dan di bawah
pengamatan mikroskop
3.1 Batugamping
Batugamping adalah batuan sedimen kedua yang jumlahnya berlimpah setelah
sedimen klastik terrigenous. Batugamping terbentuk dari material yang membentuk
endapan kalsium karbonat dalam suatu lingkungan (Tucker & Wright 1990). Banyak
batugamping tersusun oleh kalsium karbonat yang terbentuk dari proses biologi
(biomineralized), terbentuk sebagai bagian organisme hidup. Material biogenik juga
dapat terbentuk sebagai endapan kimia dan beberapa endapan terbentuk dari kombinasi
proses biologi dan kimia (Gambar 2.1, Tabel 3.1).
3.1.1 Mineralogi
Secara mineralogi, kalsium karbonat berupa kalsit (bentuk kristal trigonal) dan
aragonit (bentuk kristal ortorombik). Aragonit tidak stabil di permukaan Bumi,
temperatur dan tekanan akan merekristalisasi aragonit menjadi kalsit. Ion-ion lain,
terutama magnesium, mungkin menggantikan kalsium dalam kisi-kisi kristal kalsit, dan
terbentuk dua jenis kalsit, low magnesium calcite (dengan magnesium lebih sedikit dari
4%) dan high magnesium calcite (yang mungkin memiliki 11-19% magnesium). Dari
kedua bentuk ini, low magnesium calcite lebih stabil, dan high magnesium calcite dapat
terekristalisasi. Strontium mungkin menggantikan kalsium dalam kalsit dan aragonit,
meskipun dalam jumlah kecil (kurang dari 1%); ini penting karena penggunaan isotop
strontium dalam penanggalan batuan (20.1.2). Dolomit adalah mineral yang berbeda,
kalsium magnesium karbonat yang pembentukannya hampir semua berasal dari
penggantian kalsit dan aragonit (17.5.2).
3.1.2 Penyusun biomineralized batugamping
Penyusun endapan kalsium karbonat berukuran dari partikel lumpur
berdiameter mikrometer hingga struktur besar yang terbentuk oleh organisme seperti
koloni koral di dalam karang. Fragmen kerangka (skeletal) dalam sedimen karbonat
adalah potongan seluruh atau hancuran bagian tubuh yang keras dari organisme yang
memiliki mineral kalsium karbonat sebagai pembentuk strukturnya. Banyak organisme
ini yang telah dikenal seperti bivalve dan gastropoda yang memiliki
cangkang keras yang mungkin terakumulasi sebagai satuan utuh atau pecahan fragmen
yang masih dapat dikenali sebagai bagian dari hewan tertentu.
Cangkang moluska (bivalve, gastropoda, cephalopoda) memiliki ciri kristal
halus dengan sruktur berlapis. Mineral yang paling umum adalah aragonit, dan karena
rekristalisasi, struktur tidak dapat terlihat lagi dalam fragmen kerangka dalam batuan
sedimen. Hanya moluska tertentu-khususnya tiram (oyster), remis (scallop) dan
pelindung belemnite-memiliki rangka kalsit yang tetap awet. Brachiopoda juga
organisme cangkangan yang seluruh morfologi tubuhnya serupa dengan bivalve.
Keduanya pada saat ini tidak banyak tapi sangat berlimpah pada Paleozoikum dan
Mesozoikum. Cangkangnya terbuat dari low magnesium calcite dan kemungkinan dua-
lapis struktur kristal berserabut terawetkan seutuhnya.
Kelompok lain organisme cangkangan, echinoida (sea urchins), dengan mudah
dikenali karena penyusun bagian keras tubuhnya terdiri dari kristal low magnesium
calcite. Lempengan-lempengan bagian tubuh echinoida terawetkan dalam sedimen
karbonat. Crinoida (sea lilies) termasuk ke dalam filum yang sama dengan echinoida
dan penyusun bagian keras tubuhnya terdiri dari kristal kalsit, dan cakram sendi
penyusun batang crinoida membentuk akumulasi cukup besar dalam sedimen
Carboniferous.
Foraminifera adalah hewan kecil, hewan laut bersel tunggal yang berdiameter dari
beberapa puluh mikrometer hingga puluhan milimeter. Foraminifera hidup melayang di
dalam air (planktonik) atau hidup di atas lantai laut (bentonik), dan hampir semua
foraminifera tua dan modern memiliki bagian luar yang keras (cangkang / test) yang
tersusun dari high magnesium calcite atau low magnesium calcite. Di sedimen modern
dan lapisan batugamping tua telah ditemukan konsentrasi yang sangat banyak dari
Foraminifera dan membentuk sedimen.
Beberapa struktur biogenik kalsium karbonat terbesar dibangun oleh koral yang
mungkin membentuk koloni hinggga terbentang beberapa meter; koral lain hidup
soliter. Kalsit terlihat sebagai kristal utama pembentuk koral Paleozoikum, dan kristal
aragonit membuat kerangka koral yang lebih muda. Koral hermatypic memiliki
hubungan simbiosis dengan ganggang yang memerlukan air laut dangkal, hangat, dan
bersih. Koral ini membentuk bangunan yang sangat penting daripada yang lainnya,
koral ahermatypic yang tidak memiliki ganggang dapat berada pada laut yang lebih
dalam dan lebih dingin. Kelompok lain koloni organisme yang berkontribusi terhadap
endapan karbonat adalah Bryozoa. Protozoa bersel tunggal ini saat ini umumnya terlihat
sebagai organisme yang menjadi kerak tetapi di masa lampau membentuk koloni yang
besar. Strukturnya terbuat oleh aragonit, high magnesium calcite atau campuran
keduanya. Struktur yang terbangun oleh koloni organisme disebut bioherm jika
membentuk gundukan atau tumpukan dan disebut biostrom jika membentuk tubuh
berlembar.
Ganggang dan organisme mikro adalah sumber penting karbonat biogenik dan
merupakan kontributor terpenting sedimen berbutir halus dalam banyak lingkungan
karbonat. Tiga tipe ganggang penghasil karbonat. Ganggang merah (Rhodophyta) atau
dikenal sebagai ganggang koral. Beberapa bentuk ditemukan menjadi kerak permukaan
seperti fragmen cangkang dan kerakal. Ganggang ini memiliki struktur berlapis dan
efektif dalam mengikat substrat lunak. Ganggang hijau (Chlorophyta) memiliki batang
dan cabang kalsiuman dan bersegmentasi, merupakan kontributor butiran halus kalsium
karbonat dalam sedimen ketika organisme itu mati. Nannoplankton, ganggang
planktonik yang termasuk ganggang hijau-kuning, sangat penting sebagai kontributor
sedimen laut sebagai penyusun rekaman stratigrafi. Kelompok ini, chrysophyta,
termasuk coccolith yang bertubuh menyerupai bola berdiameter beberapa puluh
mikrometer. Coccolith adalah penyusun penting batugamping pelagik, termasuk kapur
tulis (15.5.1).
Cyanobacteria diklasifikasikan terpisah dari ganggang. Karpet ganggang (Algal
mat) terbentuk dari organisme ini, yang lebih tepat disebut sebagai bakteri atau karpet
mikrobial. Dikenal juga bentuk sheet-like mat, bentuk columnar dan domal. Permukaan
kawat (filament) lengket cyanobacteria berlaku sebagai perangkap untuk karbonat
berbutir halus, dan pertumbuhan strukturnya membentuk biostrom atau bioherm yang
disebut stromatolit (13..4.3). Oncoid adalah struktur konsentris tidak beraturan,
berukuran milimeter hingga centimeter, terbentuk oleh lapisan-lapisan yang dibatasi
oleh cyanobacteria dan ditemukan sebagai klastik di dalam sedimen karbonat.
Cyanobacteria yang lain membor hingga ke permukaan puing-puing (debris) kerangka
dan mengubah struktur original cangkang ke dalam bentuk mikrit berbutir halus
(micritization).
3.1.3 Penyusun-penyusun lain batugamping
Beragam jenis tipe butiran lain juga umum terdapat di dalam sedimen karbonat
dan batuan sedimen (Gambar 3.1). Ooids adalah tubuh kalsium karbonat menyerupai
bola (spherical) yang berdiameter kurang dari 2 mm. Memiliki struktur internal lapisan-
lapisan konsentris yang diperkirakan terbentuk dari pengendapan (precipitation)
kalsium karbonat mengelilingi permukaan bola. Di pusat ooid terdapat inti yang
kemungkinan adalah fragmen material karbonat lain atau butir klastik pasir. Akumulasi
ooid membentuk kawanan (shoal) dalam lingkungan laut dangkal saat ini (14.5) dan
merupakan komponen batugamping di seluruh Fanerozoikum. Batuan yang tersusun
oleh ooid karbonat adalah batugamping oolitik. Asal ooid masih merupakan subjek
perdebatan, dan konsensus saat ini adalah bahwa ooid terbentuk oleh pengendapan
kimia dari air bergerak yang jenuh kalsium karbonat di lingkungan air hangat (Tucker &
Wright 1990). Bakteri juga memainkan peranan dalam proses ini, khususnya di
lingkungan yang sedikit tenang. Partikel karbonat berlapis konsentris berdiameter lebih
dari 2 mm disebut pisoid. Pisoid juga sering berbentuk tidak beraturan tapi
pembentukannya serupa dengan ooid. Oncoid serupa dengan pisoid dan ooid tetapi
memiliki struktur internal yang tidak beraturan, laminasi mikrit yang tumpang tindih.
Beberapa partikel bundar tersusun oleh kalsium karbonat berbutir halus ditemukan
dalam sedimen dan tidak menampilkan struktur konsentris dan tidak menampakkan
bahwa partikel ini terbentuk dengan cara yang sama dengan ooid dan pisoid. Peloid ini
umumnya adalah faecel pellet organisme laut seperti gastropoda dan kemungkinan
sangat berlimpah di beberapa endapan karbonat, kebanyakan partikelnya berukuran
kurang dari semilimeter.
Intraklastik (intraclast) adalah fragmen material kalsium karbonat yang sebagian
besar telah terlitifkasi dan kemudian hancur dan mengalami proses sedimentasi kembali
(reworked) membentuk klastik yang bergabung ke dalam sedimen. Ini umum terdapat
pada kondisi dimana lumpur gamping (lihat di bawah) tersingkap ke atas permukaan
mudflat dan kemudian mengalami reworked oleh arus. Konglomerat dari serpihan
lumpur karbonat dapat terbentuk melalui cara ini. Setting lain dimana terdapat klastik
kalsium karbonat yang terlitifikasi dan berasosiasi dengan karang-karang dimana
framework karang hancur oleh gelombang dan badai (14.7.2) dan kemudian
terendapkan kembali.
Partikel kalsium karbonat berbutir halus yang berukuran kurang dari 4m (cf.
lempung: 2.5) disebut lumpur gamping (lime mud), lumpur karbonat (carbonate mud)
atau mikrit (micrite). Material halus ini mungkin dihasilkan murni dari pengendapan
kimia dari air jenuh kalsium karbonat, atau hancuran fragmen kerangka, atau berasal
dari ganggang atau bakteri. Partikel berukuran kecil biasanya menyebabkan
ketidakmungkinan dalam menentukan sumbernya. Lumpur gamping ditemukan dalam
banyak lingkungan pembentuk karbonat dan dapat menjadi penyusun utama
batugamping.
> 2 mm Calcirudite
63 m 2 mm Calcarenite
< 63 m Calcilutite
tererosi dari batuan (bedrock) yang lebih tua dan terendapkan dalam suatu setting yang
sungguh berbeda, misalkan di dalam sungai atau di kipas aluvial (8.4).
Dengan menggunakan kombinasi kriteria tekstur dan komposisi, nama
batugamping pada skema Dunham memberikan informasi tentang kondisi proses
terbentuknya sedimen: coral boundstone terbentuk dibawah kondisi yang sungguh
berbeda dari foraminiferal wackestone (14.6, 14.7). Klasifikasi Folk(Gambar 3.3)
adalah skema alternatif untuk deskripsi sayatan tipis (Folk 1959). Sedimen
dideskripsikan berdasarkan sifat alami butiran framework utama (ooid, bioklastik,
intraklastik, dan lain-lain) dan material di antara butiran, yang mungkin berupa mikrit
atau semen sparry. Nama yang diberikan pada skema ini lebih memberikan informasi
tentang sejarah diagenesis batuan (17.5) namun sedikit memberikan informasi tentang
proses pengendapannya.
Unconsolidated Consolidated
3.4 Rijang
Rijang adalah batuan sedimen silikaan berbutir halus. Batuan keras, kompak
yang terbentuk oleh kristal kuarsa berukuran lanau (mikrokuarsa) dan kalsedon, sebuah
bentuk silika yang terbuat dari serat memancar dengan panjang beberapa puluh hingga
ratusan mikrometer. Lapisan rijang terbentuk sebagai sedimen primer atau oleh proses
diagenesis.
Di atas lantai laut dan danau, kerangka silikaan dari organisme mikroskopik
terakumulasi membentuk ooze silikaan. Organisme ini adalah diatom, terdapat di danau
dan mungkin juga terakumulasi dalam kondisi laut, meskipun radiolaria lebih umum
sebagai komponen utama ooze silikaan di laut. Radiolaria adalah zooplankton (hewan
mikroskopik dengan gaya hidup planktonik) dan diatom adalah fitoplankton (tanaman
mengambang bebas dan alga). Jika terkonsolidasi, ooze ini akan membentuk lapisan
rijang. Silika opalin diatom dan radiolaria adalah metastabil dan terekristalisasi
membentuk silika kalsedon atau mikrokuarsa. Rijang yang terbentuk dari ooze sering
berlapis tipis dengan lapisan yang disebabkan oleh variasi jumlah material berukuran
lempung yang ada. Rijang ini sangat umum dalam lingkungan laut dalam (15.5.2).
Beberapa rijang adalah hasil diagenesis (17.3.1), terbentuk oleh penggantian mineral
lain oleh air kaya silika yang mengalir melalui batuan. Umumnya mengganti
batugamping (contoh sebagai batuapi / flint dalam kapur) dan terkadang terjadi dalam
batulumpur. Rijang ini dalam bentuk nodul-nodul atau lapisan irreguler dan dari sini
dengan mudah dapat dibedakan dari rijang primer. Jasper adalah rijang dengan
pewarnaan merah yang kuat karena adanya hematit.
3.5 Fosfat
Endapan sedimen fosfat disebut sebagai fosforit (phosphorites). Fosfor adalah
unsur umum yang esensial untuk segala bentuk kehidupan dan ada pada semua zat
kehidupan. Secara mineralogi, fosforit tersusun oleh kalsim fosfat, carbonate hydroxyl
fluoroapatite. Jarang sekali sedimen fosforit ditemukan dalam konsentrasi tinggi, dan
sedimen fosforit konsentrasi tinggi ini sering berasosiasi dengan endapan paparan
kontinen laut dangkal (11.6.2). Material fosfatik dalam bentuk tulang, gigi dan sisik
ikan juga terdapat tersebar di dalam banyak batuan sedimen klastik dan biogenik.
BAB IV
Proses Transportasi dan Struktur Sedimen
Gravitasi
Kasus paling sederhana mengenai transportasi sedimen yang tidak signifikan
melibatkan media di sekitarnya adalah jatuhan partikel dari tebing atau lereng akibat
gravitasi. Jatuhan batuan (rock falls) menghasilkan gundukan sedimen di dasar lereng,
biasanya secara umum terdiri dari debris kasar yang kemudian tidak mengalami proses
sedimentasi kembali (rework). Akumulasi ini terlihat sebagai scree (akumulasi debris
batuan di dasar tebing, bukit, atau lereng gunung, sering membentuk timbunan) di
sepanjang sisi-sisi lembah di daerah pegunungan. Akumulasi ini membentuk kerucut
talus (talus cone) dengan suatu permukaan pada sudut diam (angle of rest) kerikil, sudut
maksimum dimana material akan tetap stabil dan klastik tidak akan jatuh menuruni
lereng. Sudut ini bervariasi dengan bentuk dan distribusi ukuran butir, tetapi biasanya
antara 30 dan 35 derajat dari bidang horizontal. Endapan scree berada di daerah
pegunungan (6.6.1) dan terkadang di sepanjang pantai: endapan ini jarang terawetkan di
dalam rekaman stratigrafi.
Air
Transportasi partikel di dalam air sejauh ini merupakan mekanisme transportasi
yang paling signifikan. Air mengalir di permukaan lahan di dalam channel dan sebagai
aliran permukaan (overland flow). Arus-arus di laut digerakkan oleh angin, tidal dan
sirkulasi samudra. Aliran-aliran ini mungkin cukup kuat untuk membawa material kasar
di sepanjang dasarnya dan material yang lebih halus dalam suspensi. Material dapat
terbawa di dalam air sejauh ratusan atau ribuan kilometer sebelum terendapkan sebagai
sedimen. Mekanisme air yang menggerakkan material ini akan dibahas di bawah.
Udara
Setelah air, udara adalah media transportasi terpenting. Angin berhembus di atas
lahan mengangkat debu dan pasir kemudian membawanya sampai jarak yang jauh.
Kapasitas angin untuk mentransportasikan material dibatasi oleh densitas rendah dari
udara. Seperti yang akan kita lihat di bagian 4.2.6, perbedaan densitas antara media dan
klastik berpengaruh terhadap keefektifan media dalam menggerakkan sedimen.
Es
Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga dapat
mempertimbangkan es sebagai media fluida karena selama periode yang panjang es
bergerak melintasi permukaan lahan, meskipun sangat lambat. Es adalah fluida
berviskositas tinggi yang mampu mentransportasikan sejumlah besar debris klastik.
Pergerakan detritus oleh es penting pada daerah di dalam dan di sekitar tudung es kutub
dan daerah pegunungan dengan gletser semipermanen atau permanen (7.2, 7.3). Volume
material yang digerakkan es sangat besar ketika meluasnya es (glaciation).
Re = ul / v
Aliran fluida di dalam pipa dan channel ditemukan laminar ketika angka Reynoldnya
rendah (kurang dari 500) dan turbulen pada nilai yang lebih tinggi (lebih besar dari
2000). Dengan meningkatnya kecepatan, aliran akan menjadi turbulen dan di dalam
fluida terdapat peralihan dari laminar menuju turbulen. Fluida dengan viskositas
kinematik yang rendah, seperti udara, mengalir turbulen pada kecepatan rendah, jadi
semua aliran angin alamiah yang dapat membawa partikel dalam suspensi adalah aliran
turbulen. Air hanya mengalir laminar pada kecepatan yang rendah atau kedalaman air
yang sangat dangkal, jadi aliran turbulen sangat umum pada proses transportasi dan
pengendapan sedimen di air (aqueous). Aliran laminasi terjadi pada beberapa aliran
debris, pergerakan es dan aliran lava, dan semua yang memiliki viskositas kinematik
yang lebih besar dari air.
Gambar 4.2
Mekanisme
transportasi partikel
di dalam aliran:
rolling dan saltasi
(bedload); dan
suspensi
(suspended).
Pada kecepatan arus rendah hanya partikel halus (lempung) dan partikel berdensitas
rendah yang tetap tersuspensi, dengan partikel berukuran pasir bergerak rolling dan
beberapa tersaltasi. Pada tingkat aliran yang lebih tinggi semua lanau dan beberapa pasir
dapat tetap tersuspensi, dengan butiran (granules) dan kerakal halus (fine pebble)
tersaltasi dan material lebih kasar bergerak rolling.
Proses-proses ini secara esensial serupa baik di udara maupun di air, tapi di
udara diperlukan kecepatan yang lebih tinggi untuk menggerakkan partikel tertentu
karena densitas dan viskositas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan air (Tabel
4.1). Konsekuensi dari viskositas udara yang rendah adalah butiran yang tersaltasi
mendaratkan efek bantalan (cushioning effect) medium fluida yang relatif sedikit, dan
butir-butir mempunyai momentum yang cukup untuk menumbuk butir-butir ke dalam
aliran yang mengalir bebas. Efek ini tidak begitu nyata di dalam air karena gesekan
antara butir yang bergerak dan fluida energinya telah habis sebelum mendarat. Zat
particulate (substansi yang terdiri dari partikel-partikel yang terpisah) yang terbawa
oleh aliran biasanya diistilahkan bedload (partikel yang rolling dan tersaltasi) dan
suspended load (material dalam suspensi), juga terkadang disebut sebagai washload
(Gambar 4.2).
Hal selanjutnya yang dipertimbangkan adalah menjaga massa dan energi di sepanjang
tabung. Variabel-variabel yang dilibatkan dapat dilihat dalam persamaan Bernoulli:
Energi potensial adalah konstanta karena tidak ada perbedaan ketinggian di antara
tempat dimana fluida bergerak masuk dan keluar. Energi kinetik berubah-ubah
sebagaimana kecepatan aliran meningkat atau menurun. Jika energi total dalam sistem
terjaga, pasti ada beberapa perubahan dalam hal terakhir, energi tekanan. Energi tekanan
dapat diartikan sebagai energi yang tersimpan ketika fluida terkompresi: fluida yang
terkompresi (seperti dalam tromol gas terkompresi) memiliki energi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak terkompresi.
Kembali ke aliran di dalam sisi tabung yang runcing, untuk keseimbangan
persamaan Bernoulli, energi tekanan harus direduksi untuk mengkompensasikan
kenaikan energi kinetik akibat penyempitan aliran di ujung akhir tabung. Artinya bahwa
ada reduksi tekanan pada sisi akhir tabung yang menyempit.
Pindahkan ide ini ke aliran di dalam channel, klastik di dasar channel akan mereduksi
penampang melintang aliran di atasnya. Kecepatan di atas klastik akan lebih besar
daripada ke hulu dan ke hilirnya dan untuk menyeimbangkan persamaan Bernoulli
harus ada reduksi tekanan di atas klastik. Reduksi tekanan ini menyediakan gaya angkat
(lift force) temporer yang menggerakkan klastik di dasar aliran (Middleton & Southard
1978). Selanjutnya klastik sementara waktu naik ke dalam fluida yang bergerak sebelum
jatuh ke dasar channel akibat gravitasi dalam sebuah peristiwa saltasi (Gambar 4.4).
Gambar 4.7 Lapisan-lapisan di dalam suatu aliran dan kekasaran permukaan aliran:
suatu lapisan tipis adsorbed layer dimana tidak ada pergerakan fluida, viscous sub-layer
dan boundary layer di dalam aliran.
Bedform di dalam aliran baik di udara maupaun di air dibahas bersama di sisa
bagian ini. Terdapat banyak kesamaan bentuk dan proses antara perilaku pasir di dalam
aliran air dan di dalam arus angin, tapi ada juga beberapa fitur yang unik untuk aeolian
bedform. Proses pengendapan dan struktur sedimen aeolian bedform dibahas lebih
lanjut di bab 8.
Gambar 4.10 Current ripples terbentuk dalam pasir di estuaria: medan pandang sekitar
1 m.
Cross Lamination
Current ripples bermigrasi oleh perpindahan pasir dari stoss side dan
pengendapan di atas lee slope. Jika ada sejumlah pasir yang tersedia, ripples akan
bermigrasi di atas permukaan sebagai bentuk ripples sederhana, dengan erosi di dalam
lembah menyeimbangi penambahan puncak. Bentuk starved ripples ini terawetkan jika
tertutupi oleh lumpur. Di dalam suatu keadaan dimana ada penambahan pasir dan arus
membawa dan mengendapkan partikel pasir, jumlah pasir yang diendapkan di atas lee
slope akan lebih besar daripada yang dipindahkan dari stoss side. Akan ada penambahan
pasir ke ripples dan akan tumbuh tinggi selama ripples bermigrasi. Hal terpenting,
kedalaman gerusan di lembah tereduksi, menyisakan cross laminae yang tercipta oleh
migrasi ripples yang lebih awal yang terawetkan. Dengan cara ini lapisan pasir cross
lamination dihasilkan (Gambar 4.11).
Ketika tingkat penambahan pasirnya tinggi maka tidak akan ada perpindahan
pasir dari stoss side dan tiap ripples akan memindahkan stoss side ke atas dan
membentuk ripples ke arah depan. Ini disebut climbing ripples (Allen 1972) (Gambar
4.12). Ketika penambahan sedimen dari arus melampaui pergerakan bagian depan
ripples, pengendapan akan terjadi di atas stoss side seperti halnya di atas lee side.
Selanjutnya climbing ripples adalah petunjuk sedimentasi cepat, selama
pembentukannya tergantung pada penambahan pasir ke dalam aliran, dengan tingkat
yang sama atau lebih besar dari tingkat migrasi ripples ke arah hilir.
Current Ripples
Pembentukan current ripples memerlukan kecepatan aliran sedang (moderate) di
atas lapisan yang lembut secara hidrolik (lihat di atas). Current ripples hanya terbentuk
dalam pasir yang dominan berukuran butir kurang dari 0,7 mm (tingkat pasir kasar)
karena kekasaran lapisan diciptakan oleh pasir lebih kasar yang menghalangi skala-kecil
boundary layer separation yang diperlukan untuk pembentukan ripples. Karena
pembentukan ripples dikontrol oleh proses di dalam boundary layer dan tidak ada
batasan kedalaman air dan current ripples mungkin terbentuk dalam air yang
kedalamannya berkisar beberapa centimeter hingga kilometer. Hal ini sangat berbeda
dengan subaqueous bedform yang lain (subaqueous dunes, sand waves, wave ripples)
yang tergantung pada kedalaman air.
Gambar 4.11
Migrasi ripple
berpuncak lurus dan
dune bedform
membentuk planar
cross lamination dan
planar cross
bedding. Sinous atau
isolated (or lunate)
ripple dan dune
bedform
menghasilkan tough
cross lamination dan
trough cross
bedding. (Menurut
Tucker 1991).
Gambar 4.13 Grafik panjang gelombang dan ketinggian subaqueous ripple dan
subaqueous dune bedform. (Menurut Collinson & Thompson 1982).
Efek lanjut aliran yang lebih kuat adalah penciptaan tanda lubang gerusan pada
reattachment point. Longsoran lee slope maju menuju lembah gerusan ini, jadi dasar
cross beds ditandai oleh permukaan erosi yang bergelombang. Puncak subaqueous
dunes yang terbentuk dibawah kondisi ini akan sangat sinus atau akan pecah menjadi
rangkaian bentuk linguoid dunes. Lembah cross bedding yang terbentuk oleh migrasi
sinous subaqueous dunes biasanya memiliki kontak dasar yang asimtot dan batas bawah
yang bergelombang.
Gambar 4.14 Planar cross bedding di
dalam lapisan batupasir laut dangkal
berumur Eosen, cekungan Bighorn,
Wyoming, USA. Skala dalam inci (1 inch
= 2,54 cm)
Pada energi rendah rolling grain ripples terbentuk (Gambar 4.22) (Bagnold
1946). Kecepatan puncak pergerakan butir adalah pada titik tengah (mid-point) tiap
osilasi, menurun hingga nol pada tepi-tepi. Butir-butir tersapu menjauh dari tengah
dimana lembah terbentuk ke tepi-tepi dimana puncak ripples terbangun. Rolling grain
ripples adalah dicirikan oleh lembah yang luas dan puncak yang tajam. Pada energi
yang lebih tinggi butir-butir dapat terjaga sementara waktu dalam suspensi selama
setiap osilasi. Vortex ripples ini (Gambar 4.22) (Bagnold 1946) memiliki puncak yang
lebih membundar tapi sebaliknya simetri. Dimana gelombang bergerak menuju laut
dangkal pergerakan ke depan dan ke belakang menjadi tak seimbang dan wave ripples
asimetris mungkin terbentuk.
Gambar 4.28 Perubahan dari proximal sampai distal di dalam endapan yang terbentuk
oleh arus turbidit.
Dapat ditarik perbedaan antara gerusan, yang berupa fitur skala kecil yang disebabkan
oleh aliran turbulen di dalam aliran dan fitur yang lebih besar yaitu channel dan slump
scar. Suatu channel mungkin dianggap sebagai depresi di atas lahan atau permukaan
bawah laut yang keseluruhannya atau sebagiannya membatasi aliran. Channel adalah
komponen fundamental lingkungan fluvial, delta, estuaria dan kipas bawah laut.
Channel dalam semua setting ini jelas lebih besar dari gerusan yang terbentuk di atas
permukaan lapisan yang di sebabkan oleh salah satu atau keduanya, yaitu confined flow
(aliran yang dibatasi) (channelized) atau unconfined flow (contoh sheetfloods, overbank
flow, turbidites).
Gambar 4.32 Slump scars
yang dihasilkan oleh
pergerakan massa material
di atas permukaan yang
gagal.
Slump scars (Gambar 4.32) terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan gravitasi
dalam tumpukan sedimen. Ketika massa sedimen terendapkan di atas lereng maka
massa ini akan mengalami beberapa peristiwa tidak stabil jika lerengnya curam. Jika
massa sedimen ini menjadi subjek guncangan dari gempabumi atau penambahan muatan
sedimen yang tiba-tiba di atas bagian tumpukan ini, kegagalan mungkin terjadi di
permukaan di dalam tubuh sedimen ini. Hal ini mengawali pemerosotan (slumping)
material. Permukaan yang ditinggalkan ketika material yang merosot ini bergerak
adalah slump scar, yang terawetkan jika kemudian sedimentasi selanjutnya mengisi
scar. Slump scar dapat dikenali dalam rekaman stratigrafi sebagai profil lembut dengan
permukaan berbentuk sendok dalam tiga dimensi, dan bentangannya berkisar dari
beberapa meter hingga ratusan meter. Slump scar umum dalam sikuen delta tapi
mungkin juga terjadi di dalam semua material yang terendapkan di atas suatu lereng.
BAB V
Sedimentologi di Lapangan, Lingkungan, dan Fasies
Sifat alami material yang diendapkan dimanapun akan ditentukan oleh proses
fisika, kimia dan biologi yang terjadi selama pembentukan, transportasi dan
pengendapan sedimen. Proses-proses ini juga mengartikan lingkungan pengendapan. Di
bab selanjutnya, dibahas proses-proses yang terjadi di dalam tiap-tiap lingkungan
pengendapan yang terdapat di seluruh permukaan bumi dan karakter sedimen yang
diendapkan. Untuk mengenalkan bab ini, konsep lingkungan pengendapan dan fasies
sedimen dibahas di bab ini. Metodologi analisis batuan sedimen, perekaman data dan
menginterpretasikannya ke dalam proses dan lingkungan dibahas di sini secara umum.
Contoh kutipan yang berhubungan dengan proses dan hasil di dalam lingkungan dibahas
dengan lebih detail di bab berikutnya.
x = cos
y = sin
= tan-1 (y/x)
Nilai akan berada di antara +90 dan -90. Untuk mengoreksi nilai ini menjadi
nilai sebenarnya, perlu menentukan di kuadran mana nilai rata-rata ini berada. Dapat
ditentukan dengan mengambil sinus dan cosinus : jika keduanya positif, posisinya
adalah 000-090, cosinus negatif maka posisinya 090-180, keduanya negatif maka
posisinya adalah 180-270 dan jika sinusnya negatif adalah 270-360.
Sebaran data disekitar nilai rata-rata sebanding dengan panjang garis, R. Jika nilai
akhirnya berada sangat dekat dengan garis keliling lingkaran, dan ketika semua data
berada sangat berdekatan, R akan memiliki nilai mendekati 1. jika garis R sangat pendek
karena data memiliki sebaran yang luas: contoh ekstrimnya, rata-rata 000, 090, 180,
dan 270 akan menghasilkan suatu garis dengan panjang 0 karena nilai rata-rata x da y
untuk kelompok ini berada di pusat lingkaran. Panjang dari garis R dihitung dengan
menggunakan teorema Pythagoras:
R = (x 2+ y 2)
Data paleocurrent biasanya diletakkan pada diagram rose (Gambar 5.5). Ini
adalah histogram sirkuler dimana data arah diplot. Hitungan rata-rata dapat juga
ditambahkan. Dasar penggunaannya adalah membagi lingkaran menjadi interval 10
atau 20 dan mengandung rangkaian lingkaran konsentris. Terlebih dahulu data-data
dikelompokkan ke dalam blok-blok 10 atau 20 (000-019, 020-039, dan lain-lain).
dan jumlah yang jatuh di dalam tiap-tiap rentang ditandai oleh gradasi semakin ke luar
dari pusat histogram lingkaran. Di contoh ini (Gambar 5.5) tiga pembacaan adalah di
antara 260 dan 269, lima di antara 250 dan 259, dan selanjutnya. Skala dari pusat ke
garis tepi lingkaran harus ditunjukkan, dan jumlah total, N, ditunjukkan dalam set data.
BAB VI
Sumber daripada batuan sedimen klastik dan kimiawi adalah dari kontinen,
dimana pelapukan dan erosi terjadi menghasilkan endapan sedimen yang dibawa dengan
mekanisme bedload ataupun suspensi yang kemudian terendapkan. Suhu dan proses
tektonik di Bumi lah yang menyebabkan pengangkatan dan pembebanan sebagai
sumber dan ruang bagi sedimen untuk terakumulasi. Iklim dan control perubahan iklim
dalam vegetasi memegang peranan penting dalam sistem bumi ini, yang berhubungan
langsung dengan tektonik, iklim dan proses denudasi.
Gambar 6.2
Batas dari pergerakan lempeng tektonik saat ini
6.3 Proses Pelapukan
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada
dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan/atau
biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan
tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan
menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian
menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian
dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral baru. Inilah
sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai komposisi yang dapat
sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada
batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama
(duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah itu sendiri (Boggs, 1995).
Di alam pada umumnya ke tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi dan biologis) itu
bekerja bersama-sama, namun salah satu di antaranya mungkin lebih dominan
dibandingkan dengan lainnya. Walaupun di alam proses kimia memegang peran yang
terpenting dalam pelapukan, tidak berarti pelapukan jenis lain tidakpenting.
Berdasarkan pada proses yang dominan inilah maka pelapukan batuan dapat dibagi
menjadi pelapukan fisik, kimia dan biologis.
2. Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan. Air atau larutan
lainnya yang tersimpan di dalam pori dan/atau retakan batuan akan meningkat
volumenya sekitar 9% apabila membeku, sehingga ini akan menimbulkan tekanan
yang cukup kuat memecahkan batuan yang ditempatinya. Proses ini tergantung:
1.keberadaan pori dan retakan dalam batuan
2.keberadaan air/cairan dalam pori
3.temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
3. Salt weathering: pertumbuhan kristal pada batuan. Pertumbuhan kristal pada pori
batuan sehingga menimbulkan tekanan tinggi yang dapat merusak/memecahkan
batuan itu sendiri.
5. Alternate wetting and drying: pengaruh penyerapan dan pengeringan dengan cepat.
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat
berubah. Mineral sebagaian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu, bagian unsur
mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur setempat membentuk kristal mineral
baru.
Pada pelapukan kimia air dan gas terlarut memegang peran yang sangat penting.
Sedangkan pelapukan kimia sendiri mempunyai peran terpenting dalam semua jenis
pelapukan. Hal ini disebabkan karena air ada pada hampir semua batuan walaupun di
daerah kering sekalipun. Akan tetapi pada suhu udara kurang dari 30 o C, pelapukan
kimia berjalan lebih lambat. Proses pelapukan kimia umumnya dimulai dari dan
sepanjang retakan atau tempat lain yang lemah.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan ukuran
butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan cepat pada
daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin.
Curah hujan rata-rata dapat mencerminkan kecepatan pelapukan, tetapi temperatur sulit
dapat diukur. Namun secara umum, kecepatan pelapukan kimia akan meningkat dua
kali dengan meningkat temperatur setiap 10oC. Mineral basa pada umumnya akan lebih
cepat lapuk dari pada mineral asam. Itulah sebabnya basal akan lebih cepat lapuk dari
pada granit dalam ukuran yang sama besar. Sedangkan pada batuan sedimen, kecepatan
pelapukan tergantung dari komposisi mineral dan bahan semennya.
2. Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga membentuk
mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana mineral kehilangan air
sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir ini sangat jarang terjadi pada
pelapukan, karena pada proses pelapukan selalu ada air. Contoh yang umum dari
proses ini adalah penambahan air pada mineral hematit sehingga membentuk gutit.
3. Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk pada
mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain yang mudah teroksidasi pada
proses pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).
4. Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih
banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi
menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga lebih
mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang pada sistem pelapukan dalam pelarutan.
5. Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh air
hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi yang baru.
6. Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan seperti
pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.
Tanah (soil) adalah suatu hasil pelapukan biologi (Selley, 1988), dimana
komposisinya terdiri atas komponen batuan dan humus yang umumnya berasal dari
tetumbuhan. Bagi geologiawan studi tanah ini (umumnya disebut pedologi) lebih
dipusatkan pada tanah purba (paleosoil),dimana akan membantu untuk mengetahui
perkembangan sejarah geologi pada daerah yang bersangkutan. Akan tetapi perlu
kiranya diketahui bahwa ciri dan ketebalan tanah hasil pelapukan sangat erat
hubungannya dengan batuan induk (bedrock), iklim (curah hujan dan temperatur),
kemiringan lereng dari batuan induk itu sendiri.
Pedologist (ahli tanah) membagi tanah menjadi tiga zona (Gambar II.1):
1. Zona A atau lapisan eluvial, merupakan bagian paling atas pada umumnya
berwarna gelap karena humus. Zona A ini merupakan zona dimana kimia (terutama
oksidasi) dan biologi berlangsung kuat. Pada zona ini material halus (lempung)
dicuci dan terbawa ke bawah lewat di antara butiran.
2. Zona B atau lapisan iluvial, material halus (lempung) yang tercuci dari zona A
akan terperangkap pada lapisan ini. Zona B ini dikuasai oleh mineral dan sedikit
sedikit jasad hidup.
3. Zona C adalah zona terbawah dimana pelapukan fisik berlangsung lebih kuat
dibandingkan pelapukan jenis yang lain. Ke bawah zona C ini berubah secara
berangsur menjadi batuan induk yang belum lapuk.
Ketebalan setiap zona sangat bervareasi pada setiap tempat. Demikian juga keberadaan
setiap zona tidak selalu dijumpai. Ketebalan zona sangat tergantung dari kecepatan
pelapukan, iklim, komosisi dan topografi batuan induk.
Fosil tanah atau tanah purba atau paleosoil adalah suatu istilah untuk tanah yang
berada di bawah bidang ketidakselarasan. Tanah purba ini merupakan bukti bahwa
lapisan itu pernah tersingkap pada permukaan. Akan tetapi perlu diingat bahwa tanah
purba di bawah ketidakselarasan ini tentu bagian atasnya pernah tererosi sebelum
terendapkan lapisan penutupnya. Lapisan tanah purba dalam runtunan batuan sedimen
pada umumnya ditemukan pada endapan sungai dan delta. Tanah purba ini juga umum
ditemukan di bawah lapisan batubara dimana kaya akan akar dan sering berwarna putih
karena proses pencucian yang intensif (Selley, 1988).
Peranan tanah purba ini semakin besar dimasa kini; sehingga timbul pertanyaan
bagaimana mengenali tanah purba ini dengan mudah. Fenwick (1985) memberikan
kreteria sebagai berikut:
1. hadirnya suatu lapisan yang kaya akan sisa jasad hidup,
2. lapisan merah yang semakin jelas ke arah atas,
3. penurunan tanda mineral lapuk ke arah atas,
4. terganggunya struktur organik oleh aktifitas jasad hidup (seperti cacing) atau proses
fisik (contohnya pengkristalan es).
Gambar 6.3 Prinsip dan Kontrol dari Pelapukan
6.4.4 Hasil
Pelapukan
Seperti telah
diuraikan
sebelumnya
bahwa pelapukan
menyebabkan
suatu batuan
mengalami proses pengahancuran menjadi serpihan dan larutan kimia. Serpihan batuan
yang masih mempunyai sifat aslinya sebagian besar berupa butir-butir kuarsa dan
lempung dimana dikemudian mereka akan diendapkan membentuk batuan sedimen
klastika. Sedangkan yang berupa larutan kimia akan membentuk batuan sedimen kimia
seperti batugamping, dolomit dan batuan evavorasi lainnya. Selain itu larutan kimia ini
juga dapat bereaksi dengan bahan setempat membentuk kristal baru dengan komposisi
yang lain.
Gambar 6.5 Stabilitas Relatif dari mineral silika terhadap pelapukan kimia
6.5 Erosi dan Transportasi
Bangunan biologi seperti karang-karang, tumpukan cangkang dan karpet
mikroba diciptakan di dalam tempat yang tidak ada transportasi material. Sama halnya,
pengendapan mineral evaporit di dalam danau, laguna dan di sepanjang garis pantai
yang tidak melibatkan semua pergerakan zat particulate (substansi yang terdiri dari
partikel-partikel). Namun bagaimanapun, hampir semua endapan sedimen lainnya
diciptakan oleh transportasi material.
Pergerakan material kemungkinan murni disebabkan oleh gravitasi, tapi yang
lebih umum adalah karena hasil dari aliran air, udara, es atau campuran padat (dense
mixtures) sedimen dan air. Interaksi material sedimen dengan media transportasi
menghasilkan berkembangnya struktur sedimen, beberapa struktur sedimen berkaitan
dengan pembentukan bentuk lapisan (bedform) dalam aliran sedangkan yang lain adalah
erosi. Struktur sedimen ini terawetkan dalam batuan dan menyediakan rekaman proses
yang terjadi pada waktu pengendapannya. Jika proses fisik terjadinya struktur ini di
dalam lingkungan modern dapat diketahui, dan jika batuan sedimen diinterpretasikan
berdasarkan kesamaan prosesnya, maka mungkin untuk mengetahui lingkungan
pengendapannya.
Di dalam bab ini, dibahas proses fisika utama yang terdapat di dalam lingkungan
pengendapan. Sifat alami endapan dihasilkan dari proses-proses ini dan akan
diperkenalkan struktur sedimen utama yang terbentuk oleh interaksi media aliran dan
detritus. Banyak fitur-fiitur ini terdapat pada lingkungan sedimen yang berbeda-beda
dan harus dipikirkan di konteks lingkungan mana fitur-fitur ini terbentuk.
6.5.1 Erosi dan Transportasi oleh Gravitasi
Kasus paling sederhana mengenai transportasi sedimen yang tidak signifikan
melibatkan media di sekitarnya adalah jatuhan partikel dari tebing atau lereng akibat
gravitasi. Jatuhan batuan (rock falls) menghasilkan gundukan sedimen di dasar lereng,
biasanya secara umum terdiri dari debris kasar yang kemudian tidak mengalami proses
sedimentasi kembali (rework).
Akumulasi ini terlihat sebagai scree (akumulasi debris batuan di dasar tebing,
bukit, atau lereng gunung, sering membentuk timbunan) di sepanjang sisi-sisi lembah di
daerah pegunungan. Akumulasi ini membentuk kerucut talus (talus cone) dengan suatu
permukaan pada sudut diam (angle of rest) kerikil, sudut maksimum dimana material
akan tetap stabil dan klastik tidak akan jatuh menuruni lereng. Sudut ini bervariasi
dengan bentuk dan distribusi ukuran butir, tetapi biasanya antara 30 dan 35 derajat dari
bidang horizontal. Endapan scree berada di daerah pegunungan dan terkadang di
sepanjang pantai: endapan ini jarang terawetkan di dalam rekaman stratigrafi.