Anda di halaman 1dari 20

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Defenisi

Menurut Nurbaiti (2009), Otitis Media Supuratif Kronik ialah infeksi kronis

di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari

telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,

bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran.

Jadi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan

istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat berasal dari Otitis

Media Akut stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga tengah

dalam bentuk encer, bening ataupun mukopurulen. Proses hilang timbul atau terus

menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi perforasi pada membran

timpani. Perforasi yaitu membran timpani tidak intake / terdapat lubang pada

membran timpani itu sendiri.

B. Klasifikasi

OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)

Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak

mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna

jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna

tidak terdapat kolesteatom.

2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)

OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi

terletakpada marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
1
dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total timbul

pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna.

C. Etiologi

Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan

perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari tengah terus-menerus atau

hilang timbul dan sekretnya mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah.

Terdapat beberapa etiologi dari otitis media diantaranya adalah:

1. Gangguan fungsi tuba

Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh

edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih

belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan

untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa

tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani

yang menetap pada OMSK adalah:

a. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan

produksi sekret telinga purulen berlanjut.

b. Obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada

perforasi. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan

melalui mekanisme migrasi epitel.

c. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan

yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga

mencegah penutupan spontan dari perforasi.

2. Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir

tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan
bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama
SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)
Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
2
dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora tipe usus, dan beberapa organisme
lainnya.

a. Riwayat infeksi telinga tengah

b. Sumbatan (secret,tumor,tampon)

c. Perubahan tekanan udara yang tiba-tiba


d. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi

dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian

penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-
toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

3. Autoimun
4. Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi

kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden OMSK yang lebih tinggi.

Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara
umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.

Hal-hal tersebut menyebabkan gangguan pada tuba eustachius. Terjadi

perubahan tekanan udara di telinga dari tekanan positif menjadi negative

sehingga terbentuklah efusi. Efusi di liang telinga tengah dapat sembuh dengan

sendiri. Dapat juga terjadi otitis media efusi (OME) bila efusi tetap ada karena

tuba eustachius tetap terganggu tetapi tidak terdapat infeksi. Bila tuba eusthacius

tetap terganggu dan terdapat infeksi maka terjadi otitis media akut (OMA). Otitis

media akut dapat sembuh sendiri tetapi dapat juga terus berlanjut menjadi otitis

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
3
media supuratif kronis (OMSK). Faktor predisposisi yang menyebabkan OMA
dapat berlanjut menjadi OMSK adalah sebagai berikut:

a. Terapi yang terlambat

b. Terapi yang tidak adekuat

c. Virulensi kuman tinggi

d. Daya tahan tubuh rendah


e. Hygiene yang kurang terjaga.

Pada anak, semakin sering terkena infeksi saluran napas, makin tinggi

resiko terkena OMA yang bila penanganannya dan terapinya terlambat dan tidak

adekuat dapat berlanjut menjadi OMSK. Pada bayi terjadinya otitis media
dipermudah karena tuba eustachiusnya yang pendek, lebar dan horizontal.

D. Patofisiologi

OMSK dimulakan dengan suatu infeksi akut. Patofisiologi OMSK bermula

dengan proses irritasi dan inflamasi pada mukosa telinga tengah. Respon inflamasi

menimbulkan edema pada mukosa. Inflamasi yang berkelanjutan akan

menyebabkan ulserasi pada mukosa dan kerusakan pada sel epitel. Penjamu akan

menghasilkan suatu jaringan granulasi (respon terhadap inflamasi) yang bisa

membentuk polip pada permukaan rongga telinga tengah. Siklus infalamasi,

ulserasi, infeksi dan pembentukan jaringan granulasi akan menghancurkan tulang

sehingga menimbulkan komplikasi (Parry, 2011)

E. Manifestasi Klinik

Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau gangguan

pendengaran. Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan seperti

merasakan adanya tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi secara terus

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
4
menerus atau intermiten dan dapat terjadi pada salah satu atau pada kedua telinga

(Dhingra, 2007).

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan

encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh

aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak,

cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai

reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.

Keluarnya sekretbiasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat

disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar

setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya

sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi

kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping

kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan

sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa

secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan

granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang
mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah

kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat,

karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan

efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang

dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan

dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
5
lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi

membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke

telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat

karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom

bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat

harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea biasanya

terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin

melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya

labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf

berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.

3. Otalgia ( nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan

suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya

drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan

pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau

ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin

oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang


komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus

lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.

Keluhanvertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat

erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat

perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif

keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani

yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.

Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
6
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan

temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah

dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin

berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK

dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan

negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui

rongga telinga tengah.

Adapun tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna, antara lain:

a. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum

timpani.

c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)

d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif.

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli

konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian

tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan

mobilitas.

2. Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid

3. Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani

4. Pemeriksaan Radiologi

a. Proyeksi Schuller: memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah

lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan

posisi sinus lateral dan tegmen.

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
7
b. Proyeksi Mayer atau Owen: Diambil dari arah dan anterior telinga tengah.

Akan tampak gambaran tulang- tulang pendengaran dan atik sehingga dapat

diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.

c. Proyeksi Stenver: memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan

yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan

kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan

melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran.

d. Proyeksi Chause III: memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga

dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan

atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena

kolesteatom.

5. Bakteriologi

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas

aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA

Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain

yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob

adalah Bacteriodes sp.

G. Penatalaksanaan

1. OMSK Benigna :
a. Konservatif

1) Pembersihan secret di liang telinga (toilet local, drainage) merupakan

hal yang penting untuk pengobatan ottitis media kronik.

Ada beberapa cara untuk membersihkan secret :

a) Dengan menggunakan kapas lidi. Tindakan ini dianjurkan sesering-

seringnya dila ada otore. Dapat diajarkan kepada penderita atau orang
tua penderita.

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
8
b) Displacement methode dapat dengan menggunakan larutan

hydrogen peroksida (H2O2) 3%, karena adanya gas O2 yang

ditimbulkan

c) Bila mungkin secret dihisap secara hati-hati dengan menggunakan

jarum kecil plastik, misalnya jarum BWG no. 16 dan 18 yang

ujungnya diberi kateter nelaton yang kecil atau karet pentil.

2) Pengobatan Lokal

Diberikan antibiotik tetes telinga. Pemberian antibiotik tetes

telinga tidak ada gunanya bila masih ada otore yang produktif. Oleh

karena itu pemberian antibiotik local dianjurkan setelah dilakukan toilet

local. Harus diterangkan terlebih dahulu cara pemakaian H2O2 3% ke

dalam telinga yang sakit kemudian bersihkan dengan kapas lidi baru,

setelah itu masukkan antibiotik tetes telinga dengan cara kepala

dimiringkan dan tragus ditekan tekan supaya obat tetes masuk ke dalam

3) Antibiotika yang adekuat oral atau parenteral. Ini diberikan apabila ada

eksaserbasi akut yang didahului oleh infeksi hidung atau faring

b. Operatif :

Tindakan operatif dilakukan bila terdapat fokal infeksi yang mungkin

dijumpai seperti tonsillitis kronik, sinusitis dan lain-lain.

Jenis-jenis Tindakan Operatif :

1) Miringoplasty atau Timpanopalsty

Operasi ini dianjurkan apabila

a) Infeksi sudah tenang

b) Tidak ada komplikasi

c) Sekret tidak produktif lagi dalam waktu lama (1-3 bulan)

d) Tidak terdapat tuli saraf yang berat

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
9
2) Mastoidektomi

1. OMSK Maligna

Umumnya dilakukan pembedahan yaitu mastoidektomi radikal. Bila ada

komplikasi abses retroaurikuler dan penderita jauh dari rumah sakit, maka harus

dilakukan insisi sementara untuk drainage.

H. Komplikasi

Menurut Fung (2004), komplikasi pada OMSK antara lain:

1. Kerusakan yang permanen dari telinga dengan berkurangnya pandangan atau

ketulian.

2. Mastuiditis

3. Cholesteatoma

4. Abses apidural (peradangan disekitar otak)

5. Paralisis wajah

6. Labirin titis

I. Prognosis

Biasanya OMC berespon terhadap terapi dapat terjadi dalam beberapa bulan.

Biasanya kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi kehidupan penderita

tetapi dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan dapat berakhir dengan komplikasi

yang serius (Fung, 2004).

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
10
SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)
Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
11
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata : Nama, umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan

2. Riwayat Penyakit sekarang

3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.

4. Riwayat penyakit dahulu :

a. Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma

b. Pernah mempunyai riwayat penyakit THT

c. Pernah menderita sakit gigi geraham

5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang

lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

6. Riwayat spikososial

a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas atau sedih)

b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

7. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa


memperhatikan efek samping

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung

c. Pola istirahat dan tidur

Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
d. Pola Persepsi dan konsep diri

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
12
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri

menurun

e. Pola sensorik

- Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat

pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).

8. Pemeriksaan Fisik

a. Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital, kesadaran.

b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi

(mukosa merah dan bengkak).

Data subyektif :

1) Observasi nafas :

a) Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya

b) Riwayat pembedahan hidung atau trauma

c) Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah,

frekwensinya, lamanya.

2) Sekret hidung :

a) Warna, jumlah, konsistensi secret


b) Epistaksis

c) Ada tidaknya krusta atau nyeri hidung.

3) Riwayat Sinusitis :

a) Nyeri kepala, lokasi dan beratnya

b) Hubungan sinusitis dengan musim atau cuaca.

4) Gangguan umum lainnya :

a) Kelemahan

Data Obyektif

- Demam, drainage ada : Serous, Mukppurulen, Purulen

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
13
- Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung

dan Pucat, Odema keluar dari hidung atau sinus yang

mengalami radang mukosa

- Kemerahan dan Odema membran mukosa

- Pemeriksaan penunjung :

Kultur organisme hidung dan tenggorokan.

Pemeriksaan rongent sinus

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Kronik berhubungan dengan agen cedera (biologis)

2. Gangguan persepsi panca indera: auditorius b.d. Gangguan penghantaran bunyi

pada organ pendengaran

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang

mengingat, serta salah interpretasi.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi


No
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri Kronik Tingkat Kenyamanan Manajemen Nyeri
1
berhubungan dengan Tujuan : Nyeri hilang atau a. Lakukan pengkajian nyeri
agen cedera (biologis) berkurang secara komprehensif
Defenisi: Kriteria hasil : termasuk lokasi,
Pengalaman emosional a. Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
dan berhubungan dengan (tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
perasaan tak enak timbul mampu menggunakan faktor presipitasi
dari kerusakan jaringan teknik nonfarmakologi b. Observasi reaksi nonverbal
nyata atau potensial atau untuk mengurangi nyeri, dari ketidaknyamanan
uraikan dalam kaitan mencari bantuan). c. Gunakan teknik komunikasi
dengan seperti b. Melaporkan bahwa nyeri terapeutik untuk mengetahui

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
14
kerusakan berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
menggunakan manajemen d. Kaji kultur yang
nyeri mempengaruhi respon nyeri
c. Mampu mengenali nyeri e. Evaluasi pengalaman nyeri
(skala, intensitas, frekuensi masa lampau
dan tanda nyeri) f. Evaluasi bersama pasien dan
d. Menyatakan rasa nyaman tim kesehatan lain tentang
setelah nyeri berkurang ketidakefektifan kontrol
e. Tanda vital dalam rentang nyeri masa lampau
normal g. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
h. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
l. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
m. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
15
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
q. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Gangguan persepsi Perubahan Sensori-Persepsi ; Peningkatan Komunikasi:


2
panca indera: auditorius Pendengaran Defisit Pendengaran
berhubungan dengan Kriteria Hasil: Aktivitas:
Gangguan penghantaran a. Pasien akan berpartisipasi a. Janjikan untuk
bunyi pada organ dalam program mempermudah pemeriksaan
pendengaran pengobatan pendengaran sebagaimana
b. Pasien akan mestinya
Defenisi: perubahan mempertahankan b. Memfasilitasi penggunaan
dalam jumlah maupun kemampuan pendengaran alat bantu sewajarnya
pola rangsangan yang c. Tidak adanya sakit kepala c. Beritahu pasien bahwa suara
diterima yang disertai akan terdengar berbeda
dengan penyusutan, dengan memakai alat bantu
pelebihan, d. Jaga kebersihan alat bantu
penyimpangan, atau e. Periksa secara rutin baterai
gangguan tanggapan alat bantu
terhadap rangsangan f. Mendengar dengan penuh
tersebut. perhatian
g. Menahan diri dari berteriak
pada pasien yang
mengalami gangguan
komunikasi
h. Memfasilitasi lokasi
penggunaan alat bantu
i. Memfasilitasi letak telepon
bagi gangguan pendengaran

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
16
sebagaimana mestinya
Pembentukan kognisi
Aktivitas:
a. Bantu pasien untuk
menerima kenyataan bahwa
statemen diri berada di
tengah-tengah timbulnya
emosi
b. Bantu pasien memahami
akan ketidakmapuannya
untuk menggapai perilaku
yang diinginkan sering
disebabkan oleh statemen
diri yang tidak masuk akal
c. Tunjukkan bentuk-bentuk
kelainan fungsi berpikir
(misal, pikiran yang
bertentangan, terlalu banyak
menggeneralisasi,
penguatan, dan
personalisasi)
d. Bantu pasien mengenali
emosi yang menyakitkan
yang ia rasakan
e. Bantu pasien mengenal
pemicu yang diterima
(misal, situasi, kejadian, dan
interaksi dengan orang lain)
yang membuat stress
f. Bantu pasien untuk
mengenal interpretasi
pribadi yang salah mengeni

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
17
faktor pemicu yang diterima
g. Bantu pasien untuk
mengganti interpretasi yang
salah dengan yang lebih
realistis berdasarkan situasi
yang membuat stres,
kejadian, dan interaksi

Kurang pengetahuan Knowledge: Health Behavior Teaching : Health Behavior


3
(kebutuhan belajar) Tujuan : Klien mengetahui a. Berikan penilaian tentang
tentang kondisi, tentang kondisi, prognosis tingkat pengetahuan pasien
prognosis, dan dan pengobatannya. tentang proses penyakit
pengobatan berhubungan Kriteria Hasil: yang spesifik
dengan kurang a. Pasien dan keluarga b. Jelaskan patofisiologi dari
terpajan/tak mengenal menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana hal
sumber, kurang tentang penyakit, kondisi, ini berhubungan dengan
mengingat, serta salah prognosis dan program anatomi dan fisiologi,
interpretasi. pengobatan dengan cara yang tepat.
Defenisi: b. Pasien dan keluarga c. Gambarkan tanda dan gejala
Tidak adanya atau mampu melaksanakan yang biasa muncul pada
kurangnya informasi prosedur yang dijelaskan penyakit, dengan cara yang
kognitif sehubungan secara benar tepat
dengan topik spesifik c. Pasien dan keluarga d. Gambarkan proses penyakit,
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang e. Identifikasi kemungkinan
dijelaskan perawat/tim penyebab, dengna cara yang
kesehatan lainnya. tepat
f. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
g. Hindari jaminan yang
kosong

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
18
h. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
i. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
j. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
k. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
l. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
m. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
n. - Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat.

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
19
DAFTAR PUSTAKA

Cicilia Bangeud. 2011. http://bangeud.blogspot.co.id/2011/11/asuhan-keperawatan-

pada-klien-otitis_4271.html (diakses 18 desember 2015).

Firman. 2013. http://firwanintianur93.blogspot.co.id/2013/04/laporan-pendahuluan-


otitis-media_21.html (diakses 18 desember 2015).
Fung, K., 2004, Otitis Media Chronic, http://www.medline.com

Mansjoer, Arif. dkk. (2010). Kapita Selwkta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta :

Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

Parry, D.; Roland, P.S. 2005. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical

Treatment. www.emedicine.com: situs internet.

Nurbaiti. 2009. Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI. Jakarta.

SITI NUR AISYAH HAMID, S.Kep (70900116081)


Profesi Ners Angkatan XII UIN Alauddin Makassar
20

Anda mungkin juga menyukai