Anda di halaman 1dari 13

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/302456963

PENERAPAN RAMAH DIFABEL DALAM


PELAYANAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN
TINGGI

Research May 2016


DOI: 10.13140/RG.2.1.1707.0967

CITATIONS READS

0 717

1 author:

Lolytasari Batubara
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
8 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Librarian View project

All content following this page was uploaded by Lolytasari Batubara on 09 May 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENERAPAN RAMAH DIFABEL DALAM
PELAYANAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

Oleh: Lolytasari
Pustakawan Perpustakaan FITK UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Abstrak
Tulisan ini membahas tentang penerapan pelayanan ramah difabel (tunanetra,
tunarungu, tunadaksa dan ganggungan autis (autistic spectrum disordes) di
perpustakaan perguruan tinggi. Dalam menerapkan pelayanan, perpustakaan
memberikan perlakuan khusus bagi mahasiswa dalam penyediaan fasilitas khusus di
perpustakaan dalam mengakses lingkungan perpustakaan maupun pemenuhan
kebutuhan penyelesaian studi sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2014 tentang Pendidikan
Khusus, Pendidikan Layanan Khusus dan atau Pembelajaran Layanan Khusus Pada Pendidikan
Tinggi. Sehingga tidak terjadi diskriminatif yakni melakukan pelayanan yang sama
antara mahasiswa difabel dan non difabel.

Keyword: Disabilities, library

Latar Belakang
Kesadaran para difabel dalam memperoleh pendidikan yang lebih tinggi terlihat
dari minat para difabel mengikuti seleksi SNMPTN tahun 2014. Hal ini terlihat dari data
yang dikeluarkan oleh Kemendikbud (2014:1) yang menyatakan bahwa dari 104.862
peserta yang lulus seleksi, terdapat 37 orang penyandang disabilitas atau difabel.
Mereka tersebar di 26 perguruan tinggi negeri Indonesia, diantaranya adalah (1) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 1 orang, (2) Universitas Brawijaya menerima
paling banyak mahasiswa difabel yakni sebanyak 20 orang tersebar disejumlah prodi
kecuali kedokteran. Bahkan di Universitas Hasanuddin , banyak mahasiswa difabel
yang sedang menempuh S-3 (Farida, 2014:1). Dilanjutkan oleh Farida bahwa salah satu
penyebab adanya penerimaan mahasiswa difabel yang berkebutuhan khusus
dikarenakan sudah tersedianya tenaga pengajar dan sarana prasarana perkuliahan untuk
menunjang perkuliahan mereka (Farida, 2014:1).

1
Diantara sarana prasarana tersebut adalah perpustakaan. Perpustakaan sebagai
tempat bagi mahasiswa dalam mencari informasi dan penyelesaian tugas mahalah atau
apapun layanan yang akan diberikan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan dosen. Berbagai cara perpustakaan dalam memberikan layanan kepada
pengunjung perpustakaan. Dari berbagai teori menyatakan bahwa perpustakaan
menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna. Diantara
layanan yang dapat dikategorikan cakupan besar yang telah dilakukan oleh
perpustakaan adalah, (1) layanan sirkulasi yakni suatu layanan peminjaman dan
pengembalian buku, (2) layanan referensi yakni suatu layanan memberikan arahan
pengguna perpustakaan dalam mencari literature baik print out maupun online untuk
memenuhi penyelesaian tugas, (3) layanan bimbingan pemakai atau user education
yakni layanan untuk membimbing penguna perpustakaan yang baru dan yang saat ini
sedang booming atau yang sedang mencuat ke permukaan saat ini yakni ke- (4) layanan
difabel yakni melayani pengguna perpustakaan yang berkebutuhan khusus.
Artikel ini akan membahas tentang layanan perpustakaan yang terakhir yakni
layanan difabel. Perguruan tinggi yang pertama kali melakukan adanya layanan difabel
adalah Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan sebutan Difabel Corner
(DC). Kemudian disusul Perpustakaan Universitas Brawijaya yang menjadi pioneer
dalam memfasilitasi penyandar disabilitas di Indonesia mulai berbenah diri
menyediakan berbagi mcam fasilitas bagi para difabel (Perpustakaan Universitas
Brawijaya (2015:1).
Adanya perpustakaan berbasis ramah difabel tidak luput dari peran yang diberikan
Pusat Studi Layanan Difabel disingkat PSLD yang ada di universitas. Ada berbagai
program yang telah dilakukan oleh PSLD untuk mempermudah akses mahasiswa
difabel dalam mendapatkan layanan di universitas, diantaranya adalah:
1. Mewarnai jalan berwarna biru sebagaimana terlihat pada gambar 1, sebagai jalur
khusus yang disediakan para difabel yang ada di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (Akbar Pitopang, 2012:1)

2
Gambar 1. Jalan diberi warna biru khusus jalur para difabel,
diambil dari Kompasiana tulisan dari Akbar Pitopang

Jalur yang disediakan UIN Sunan Kalijaga, menandakan bahwa UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta sudah berusaha untuk memberikan pelayanan kemudahan bagi para
mahasiswa berkemampuan khusus dalam memperoleh akses informasi. Dan lebih
jauh lagi menurut Akbar Pitopang (2012:1) bahwa jalur jalan yang disediakan khusus
para difabel bukan hanya arah menuju perpustakaan saja melainkan juga arah ke
seluruh fakultas, poliklinik, laboratorium terpadu, KOPMA, Convention Hall, Pusat
Bahasa, PKSI, gedung Multipurpose, masjid kampus hingga gedung rektorat.
2. Selain menyediakan jalur warna biru, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga
menyediakan mobile akses dengan menggunakan Honda Spacy F1. Motor ini
berdesain khusus untuk meningkatkan layanan mobilitas bagi para mahasiswa tuna
netra sebagaimana terlihat pada gambar 2 (Tribun Regional, 2015:1)

3
Gambar 2. Honda Spacy F1 ini merupakan donasi dari PT. Astra Honda Motor
(AHM) kepada UIN Sunan Kalijaga yang didesain dengan mengedepankan
estetika, unsur keselamatan yang baik dan kemudahan bagi penumpang difabel
(Tribun Regional, 2015:1)

Selain UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Brawijaya dari hasil
penelusuran informasi ada beberapa pegiat perpustakaan yang mulai memikirkan ramah
difabel. Diantaranya adalah (1) Perpustakaan Umum Kota Malang dengan membuka
Braille Corner, (2) Perpustakaan Universitas Dipenogoro Semarang, (3) Kantor Arsip
dan Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta dengan membuka layanan Blind Corner
dengan menyediakan beragam koleksi huruf braile, dan (4) Universitas Sanata Dharma
melayani mahasiswa tunarungu.
Hasil penelusuran saat ini sebagaimana yang tercantum di atas terhadap
aksebilitas para difabel, dapat dikatakan masih kurangnya universitas ataupun
perpustakaan umum yang ramah difabel. Padahal meskipun hanya satu difabel, mereka
harus tetap mendapatkan fasilitas yang dibutuhkan. Ini ungkapan dari Ir. Sudarmoko,
M.Sc, Direktur Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset UGM sebagaimana yang
ditulis oleh Ahmad Yani (2013:1). Tulisan ini mengungkapkan bahwa sebaiknya
sebelum universitas menerima mahasiswa difabel, terlebih dahulu mempersiapkan
fasilitas untuk para difabel sebagai konsensi menerima mahasiswa difabel (Ahmad
Yani, 2013:1).
Namun jika menunggu universitas siap melengkapi semua sarana yang
dibutuhkan para calon mahasiswa difabel, sampai kapan universitas akan siap.
Perguruan tinggi negeri yang dibiayai dengan pajak rakyat, seperti UIN sebagai
universitas negeri lebih wajib menerima mahasiswa difabel (PLD UIN Sunan Kalijaga,
2014:1)
Dari latar belakang di atas, menarik untuk dikaji, bagaimanakah perpustakaan
sebagai salah satu sarana fasilitas yang dibutuhkan para difabel dalam memberikan
akses informasi kepada mahasiswa difabel. Fasilitas apa saja yang diberikan
perpustakaan untuk kenyamanan dalam memperoleh informasi yang ada di
perpustakaan bagi mahasiswa difabel.

4
Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan dikenal masyarakat sebagai tempat penyimpanan buku yang dapat
dipinjam dan tidak diperjual belikan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sulistyo Basuki, seorang professor ilmu perpustakaan yang saat ini satu-satunya di
Indonesia yang menyatakan bahwa perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah
ruangan ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan
terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan
pembaca bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki, 1993:3).
Untuk mengembangkan pemanfaatan perpustakaan sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sulistyo Basuki di atas, dengan berbagai dorongan dari berbagai
unsur maka pada tanggal 1 Nopember 2007 pemerintah pertama kali menerbitkan
Undang-Undang tentang perpustakaan nomor 43. Dengan terbitnya Undang-Undang ini,
perpustakaan mengalami perkembangan pengertian. Di dalam Undang-Undang No. 43
tahun 2007 tentang Perpustakaan menyatakan bahwa perpustakaan adalah institusi
pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara professional
dengan system yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka (Republik Indonesia, 2007:2).
Perkembangan pengertian ini membuat perpustakaan lebih kreatif dan inovatif
dalam melayani masyarakat pengguna perpustakaan. Dan pengguna perpustakaan mulai
adanya perbedaan kebutuhan perolehan informasi. Dikarenakan adanya perbedaan
kebutuhan kedalaman subyek informasi tertentu inilah, maka dibuatlah beberapa jenis
perpustakaan sesuai dengan koleksi dan tingkat keperluan dan intelektual pengguna
perpustakaan atau pembaca (Sulistyo Basuki, 1993:42).
Sulistyo Basuki (1993:42) menyebutkan bahwa ada 9 jenis perpustakaan,
diantaranya adalah (1) perpustakaan internasional, (2) perpustakaan nasional, (3)
perpustakaan umum dan perpustakaan keiling, (4) perpustakaan swasta (pribadi), (5)
perpustakaan khusus, (6) perpustakaan sekolah, (7) perpustakaan perguruan tinggi, (8)
dokumentasi dan (9) arsip. Pembagian jenis ini menurut Sulistyo Basuki tidaklah
mutlak. Hal ini disesuaikan dengan fungsi perpustakaan (Sulistyo Basuki, 1993:42).
Untuk mendekatkan perpustakaan dengan masyarakat, maka Undang-Undang No. 43
tahun 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan ada 8 jenis perpustakaan, diantaranya

5
adalah (1) perpustakaan nasional, (2) perpustakaan umum, (3) perpustakaan
sekolah/madrasah, (4) perpustakaan perguruan tinggi, dan (5) perpustakaan khusus
(Republik Indonesia, 2007:12). Dari sekian jenis perpustakaan yang dikemukakan di
atas, dalam penulisan ini dikhususkan pada perpustakaan perguruan tinggi.
Sulistyo Basuki menyatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah
perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga
yang berfaliasi dengan perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan
tinggi mencapai tujuannya yakni tri dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian
dan pengabdian masyarakat (Sulistyo Basuki: 1993,51). Untuk mencapai tri dharma
perguruan tinggi, perpustakaan ditantang untuk memberikan pelayanan prima dan
berorientasi kepada kepentingan pengguna perpustakaan (Republik Indonesia, 2007:10).
Salah satu layanan prima yang diberikan perpustakaan perguruan tinggi adalah ramah
difabel. Layanan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan yang
dimiliki pengguna perpustakaan (Republik Indonesia, 2007:5)

Fasilitas Layanan Difabel di Perpustakaan


Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa, perguruan tinggi sudah
mulai memikirkan dan membuka akses layanan kepada para mahasiswa difabel.
Dimulai dari layanan administrasi, kesehatan dan akses kebutuhan pengetahuan yang
biasanya ada di perpustakaan sebagai pusat sumber pengetahuan. Mahasiswa difabel
yang dimaksud adalah mahasiswa penyandang disabilitas antara lain mencakup
mahasiswa tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan gangguan spectrum autis atau autistic
spectrum disorders (Permendikbud, 2014:3)
Dari hasil penelusuran sementara tentang adanya layanan difabel di perpustakaan,
saat ini baru ada 2 yang memiliki Difabel Corner diantaranya adalah (1) Perpustakaan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan (2) Perpustakaan Universitas Brawijaya.
Selebihnya perguruan tinggi baru memberikan akses jalan atau pemanfaatan koleksi di
perpustakaan. Seperti yang dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Dipenogoro
Semarang meningkatkan fasilitas ramah difabel dengan menerapkan tangga khusus
yang dibangun menuju hall perpustakaan Universitas Dipenogoro (UNDIP, 2014:1).

6
Hal ini dimungkin dalam memenuhi fasilitas untuk para difabel membutuhkan
sumberdaya manusia yang mengelola, waktu dan anggaran. Permendikbud
menyebutkan dalam pasal 5 bahwa fasilitas yang dimaksud adalah menyediakan sarana
dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa penyandang disabilitas,
diantaranya adalah:
1. Lift pada gedung berlantai 2 atau lebih
2. Pelabelan dengan tulisan Braille dan informasi dalam bentuk suara
3. Lerengan (ramp) untuk pengguna kursi roda
4. Jalur pemandu (guiding block) di jalan atau koridor di lingkungan kampus
5. Peta/denah kampus atau gedung dalam bentuk peta/denah timbul
6. Toilet atau kamar mandi untuk pengguna kursi roda
7. Media dan sumber belajar khusus, antara lain:
a. Buku-buku Braille
b. Buku bicara (talking book)
c. Computer bicara, scanner dan mesin cetak Braille
d. Berbagai materi perkuliahan atau bahan bacaan yang berbentuk elektronik
e. Perpustakaan yang mudah di akses atau
f. Informasi visual dan layanan informasi berbasis laman (web) yang memenuhi
standar aksesibilitas web (Permendikbud, 2014:4)

Fasilitas yang tercantum dalam Permendikbud di atas, perpustakaan perguruan tinggi


yang sudah menerapkan adalah Perpustakaan Pusat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
dan kemudian disusul dengan beberapa perpustakaan perguruan tinggi lainnya. Di
bawah ini penggambaran kegiatan layanan difabel di perpustakaan yang telah dilakukan
oleh perpustakaan perguruan tinggi:
1. Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga dengan menyediakan Difabel Corner disingkat
DC yang diresmikan pada tanggal 20 Desember 2011. DC merupakan layanan yang
terintegrasi dengan layanan Perpustakaan Pusat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
agar koleksi perpustakaan UIN Yogyakarta aksesibel, terjangkau dan dapat diakses
dengan mudah oleh para difabel (Bisa Mandiri, 2014:1). Fasilitas yang dimiliki
diantaranya adalah alat digital talking book, computer yang bisa berbicara,

7
menyediakan ruang khusus dan fasilitas buku-buku bagi tuna rungu seperti buku-
buku berhuruf braille, buku elektronik yang ramah difabel, audio book dari berbagai
judul, buku popular dan buku hadiah. Buku-buku sudah dilengkapi dengan sumber
tape, VCD maupun DVD. Fasilitas computer dipasangkan program Jaws yang
gunanya untuk membantu tuna netra dalam menavigasi menu dan isi computer (UIN
Sunan Kalijaga, 2011:1). Disamping penyediaan fasilitas, di perpustakaan UIN
Sunan Kalijaga terdapat sabahat perpustakaan yang membantu difabel dalam mencari
buku dan membantu membacakan buku-buku yang belum ramah bagi difabel (UIN
Sunan Kalijaga, 2011:1).
2. Sama halnya dengan Perpustakaan UIN Yogyakarta, Perpustakaan Universitas
Brawijaya menyediakan Difabel Corner merupakan ruang khusus yang nyaman bagi
para difabel yang akan mencari bahan literasi dan belajar bersama. Fasilitas yang
diberikan kepada para difabel diantaranya adalah: (a) tangga tak berundakk bagi
pengunjung tuna daksa, (b) koleksi buku Braille dan buku audio yakni berupa
rekaman teks atau bahan tertulis lainnya yang dibacakan oleh seorang atau
sekelompok penyuara. Koleksi ini untuk tuna netra, (c) koleksi berupa film yang
disertai dengan bahasa isyarat diperuntukkan bagi pengunjung tunarungu dan tuna
wicara dan terakhir (d) toilet khusus difabel

Dalam melayani mahasiswa difabel, perpustakaan perguruan tinggi bekerjasama


dengan PSLD (Pusat Studi Layanan Difabel) seperti yang dilakukan oleh Perpustakaan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Perpustakaan Universitas Brawijaya. Bahkan di
Universitas Brawijaya telah muncul organisasi-organisasi yang didirikan oleh
mahasiswa difabel dan non difabel yang tertarik dan peduli pada isu-isu disabilitas
yakni Forum Mahasiswa Peduli Inkusi atau disingkat FORMAPI (Ihwan, 2015:1).
Selain itu Universitas Pendidikan Undonesia disingkat UPI dalam melayani
mahasiswa difabel melalui PUSYAN atau Pusat Layanan Pendidikan Mahasiswa
Tunanetra. PUSYAN didirikan dengan maksud mengatasi kendala dan masalah yang
dihadapi para mahasiswa tunanetra. Dan satu universitas swasta yang secara konsisten
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan guru-guru untuk sekolah-sekolah luar biasa
khususnya tunarungu adalah Universitas Sanata Dharma disingkat USD Yogyakarta

8
yang memiliki PSIBK yakni Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (Budi
Wicaksono, 2015:1).
Program PSLD yang dapat dijadikan contoh adalah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Pusat layanan ini memiliki program khusus yang tersetruktur dalam
membantu dan mendampingi mahasiswa difabel. Diantara program yang telah
dikembangkan, antara lain pendampingan kuliah dan ujian, penyediaan computer
berpiranti screen reader Jaws, digitalisasi materi kuliah, pendampingan ujian, tes
berbasis Braille, capacity building, pelatihan pengajaran inklusif untuk para dosen,
pelatihan bahasa isyarat, penelitian dalam disability dtudies dan penerbitan buku dan
jurnal ilmiah (Tribun Regional, 2015:1).
Berbagai acara untuk peningkatan pengetahuan telah dilakukan oleh PLD,
diantaranya adalah (1) diskusi bertemakan pendidikan inklusi, (2) aksi unjuk rasa, (3)
pelatihan isyarat, (4) lomba bahasa isyarat, (5) cerpen, (6) karya tulis ilmiah, (7) debat
mengenai isu kepedulian terhadap kaum difabel (LPM Arena.com, 2015:1)

Kesimpulan
Kesimpulan dari tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa sudah saatnya
perpustakaan perguruan tinggi menerapkan perlakuan khusus bagi mahasiswa difabel
(tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan ganggungan autis (autistic spectrum disordes)
dalam penyediaan fasilitas khusus di perpustakaan dalam mengakses lingkungan
perpustakaan maupun pemenuhan kebutuhan penyelesaian studi. Sehingga tidak terjadi
diskriminatif yakni melakukan pelayanan yang sama antara mahasiswa difabel dan non
difabel. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari pengadaan sumberdaya manusia yang akan
melayani dan membuat program untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa difabel. Selain
itu dibutuhkan kebijakan universitas, sumber dana dan waktu. Dengan demikian
perpustakaan perguruan tinggi dapat dikatakan ramah difabel.
Sehingga rekomendasi yang dapat diberikan dalam tulisan ini adalah (1)
universitas sebaiknya menyediakan fasilitas akses di lingkungan seluruh kampus untuk
mempermudah jalan akses mahasiswa difabel (tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan
ganggungan autis (autistic spectrum disordes) sebagaimana yang tercantum dalam

9
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2014
tentang Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan Khusus dan atau Pembelajaran Layanan
Khusus Pada Pendidikan Tinggi, (2) menyediakan sarana dan prasarana di perpustakaan
berupa koleksi yang disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa difabel (tunanetra,
tunarungu, tunadaksa dan ganggungan autis (autistic spectrum disordes), dan (3)
mengadakan pelatihan kepada para pustakawan dalam melayani kebutuhan mahasiswa
difabel (tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan ganggungan autis (autistic spectrum
disordes), di perpustakaan.

Daftar Pustaka

Ahmad Yani Fathur Rohman. (2013). Mengupas Permasalahan Pelayanan Difabel.


Diakses tanggal 5 Nopember 2015.
http://pimensakti.blogspot.co.id/2013/12/mengupas-permasalahan-pelayanan-
difabel.html

Akbar Pitopang. (2012). UIN SUKA Peduli Difabel. Diakses dari kompasiana tanggal 5
Nopember 2015. http://www.kompasiana.com/akbarisation/uin-suka-peduli-
difabel_551b37bba333114721b65d9b

Bisa Mandiri. (2014). Difabel Corner UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diakses tanggal 7
Nopember 2015. http://bisamandiri.com/mitra/difabel-corner-uin-sunan-kalijaga-yogyakarta/

Budi Wicaksono. (2015). Universitas dan DIsabilitas. Diakses tanggal 6 Nopember 2015.
http://budiwicaksonosmiling.blogspot.co.id/2015/05/universitas-dan-disabilitas.html

Farida Denura. (2014). Akhirnya, PTN Akomodasi Mahasiswa Difabel. Diakses tanggal 5
Nopember 2015. http://ipk.sinarharapan.co/ipk/read/20225/akhirnya-ptn-akomodasi-
mahasiswa-difabel

Ihwan Hariyanto. (2015). Mewujudkan Difabel Corner di Perpustakaan UB. Diakses tanggal 7
Nopember 2015. www.keluargabiru.com/2015/mewujudkan-difabel-corner-di.html

Kementerian Pendidikan dan Budaya. (2014). 37 Penyandang Disabilitas Lulus SBMPTN 2014.
Diakses tanggal 5 Nopember 2015. http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/node/2870

_______________________________. (2014) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2014 tentang Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan
Khusus dan atau Pembelajaran Layanan Khusus Pada Pendidikan Tinggi

10
LPM Arena.com. (2015). Sambut Milad VIII, PLD Usung Isu Aktualisasi Difabel. Diakses dari
LPM Arena.com tanggal 5 Nopember 2015. http://lpmarena.com/2015/04/25/sambut-milad-
viii-pld-usung-isu-aktualisasi-difabel/

Perpustakaan Universitas Brawijaya. (2015). Fasilitas Perpustakaan UB Untuk


Penyandang Disabilitas. Diakses tanggal 7 Nopember 2015.
http://lib.ub.ac.id/kegiatan/fasilitas-perpustakaan-ub-untuk-penyandang-disabilitas/

PLD UIN Sunan Kalijaga. (2014). Para Difabel dan Kursi-kursi di Perguruan Tinggi.
Diakses tanggal 5 Nopember 2015. http://pld.uin-suka.ac.id/2014/03/para-difabel-
dan-kursi-kursi-di.html

Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan

Sulistyo Basuki. (1993). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama

Tribun Regional. (2015). AHM dan UIN Yogyakarta Kembangkan Layanan Mobilitas
Untuk Mahasiswa DIfabel. Diakses dari Tribun Regional Online tanggal 5 Nopember
2015. http://www.tribunnews.com/regional/2015/05/04/ahm-dan-uin-yogyakarta-
kembangkan-layanan-mobilitas-untuk-mahasiswa-difabel

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (2011). UIN Sunan Kalijaga Resmikan Difabel Corner
Fasilitas Perpustakaan Pertama di Indonesia. Diakses tanggal 5 Nopember 2015. http://uin-
suka.ac.id/page/berita/detail/504/uin-sunan-kalijaga-resmikan-difabel-corner-fasilitas-
perpustakaan-pertama-di-indonesia

Universitas Diponegoro. (2014). Perpustakaan Undip Fasilitasi Mahasiswa Difabel.


Diakses tanggal 7 Nopember 2015.
http://www.undip.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2577:perp
ustakaan-undip-fasilitasi-mahasiswa-difabel&catid=78:latest-n

11
12

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai