Oleh :
Nama : Dian Faridah
NIM : B1J014117
Kelompok :4
Rombongan : IV
Asisten : Siti Rupikoh
A. Latar Belakang
Algae atau Ganggang merupakan tumbuhan thalus yang mengandung klorofil serta
derivitnya, sehingga algae dapat hidup dengan cara autotrof,disamping itu algae juga
dapat melakukan simbiosis dengan organisme lain. Tubuh algae ada yang bersel satu,
berkoloni maupun bersel banyak. Tempat hidup dari algae biasanya adalah air, baik air
tawar maupun air asin dan ditempat-tempat yang basah ataupun lembab (Ariyanto,
2000). Mikroalga merupakan tumbuhan thalus yang berklorofi dan mempunyai pigmen
tumbuhan yang dapat menyerap cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Hidup di
air tawar, payau, laut dan hidup secara terestrial, epifit, dan epizoik. Mikroalga hidup
secara planktonik di perairan, namun juga dapat hidup secara epifit dan bentik di dasar
perairan yang memiliki intensitas cahaya yang cukup. Mikroalga juga memiliki bentuk
yang bervariasi seperti filamen, spiral dan bulat (Panggabean, 2007).
Keanekaragaman mikroalga sangat besar dan masih banyak sumber daya dari
mikroalga yang belum dimanfaatkan. Mikroalga dapat merombak senyawa kimia dalam
perairan menggunakan biomassa dari alga itu sendiri. Sebagian besar mikroalga juga
menghasulkan produk yang tidak biasa seperti karotenoid, antioksidan, asam lemak,
enzim, polimer, peptida, racun dan sterol (Cardozo, 2007).
Sampai saat ini kurang lebih 20.000 jenis mikroalga telah teridentifikasi dan hanya
sedikit yang telah dapat diisolasi dan dikultur. Beberapa mikroalga tidak dikultur karena
belum ada yang mencoba untuk mendapatkannya. Beberapa juga belum dapat dikultur
karena perkembangan metode isolasi dan kultur mikroalga belum begitu baik. Berbagai
jenis mikroalga merupakan organisme fotosintetik, kebanyakan uniseluler, dan struktur
reproduksinya kurang berkembang baik (Gunawan, 2011).
B. Tujuan
Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk benang, sebagai tumbuhan dan
dikenal sebagai fitoplankton. Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang
berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air.
Sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan
alami bagi zooplankton baik masih kecil maupun yang dewasa. Selain itu juga dapat
digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan. Namun fitoplankton tertentu
mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebihan.
Contoh kelas Dinoflgellata tubuhnya memiliki kromatopora yang menghasilkan toksin
(racun), dalam keadaan blooming dapat mematikan ikan (Isnansetyo & Kurniastuty,
1995).
Mikroalga adalah mikroorganisme fotosintetik dengan morfologi sel yang
bervariasi, baik uni-selular maupun multiselular (membentuk koloni kecil). Sebagian
besar mikroalga tumbuh secara fototrofik, meskipun tidak sedikit jenis yang mampu
tumbuh secara heterotrofik. Ganggang hijau-biru prokariotik (cyanobacteria) juga
termasuk dalam kelompok mikroalga. Dalam Bergeys Manual of Systematic Bacteria,
kelompok mikroorganisme ini ditempatkan bersama-sama dengan klas
Oxyphotobacteria, dalam divisi Gracilicutes (Graham & Wilcox, 2000). Mikroalga
umumnya dapat tumbuh di perairan manapun, namun beberapa faktor dapat
berpengaruh misalnya jenis perairan sebagai media tumbuh mikroalga dan komposisi
kimia yang terkandung didalamnya. Menurut Guruvaiah & Keesoo (2014), produksi
mikroalga laut dengan teknik flokulasi berhasil dilakukan pada pH 10 dan 10,6 dengan
menggunakan NaOH, diikuti dengan penambahan polimer non-ionik magnafloc LT-25
dengan konsentrasi akhir 0.5 mg/L, sel mikroalga yang berhasil dipanen yaitu
Calcitrans chaetoceros, C. Muelleri, Thalassiosira pseudonana, Attheya
septentrionalis, Nitzschia closterium, Skeletonema sp., Tetraselmis suecica dan Salina
Rhodomonas, dengan efisiensi 80%.
Menurut Mayr (1969) bahwa identifikasi mikroalga adalah tugas untuk mencari
dan mengenal ciri-ciri taksonsomi individu yang beraneka ragam dan memasukkannya
kedalam suatu takson. Prosedur identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat
deduktif. Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan pengertian klasifikasi. Seringkali
kedua pengertian ini dicampur-adukkan, padahal prosedur klasifikasi bersifat induktif.
Identifikasi berhubungan dengan ciri-ciri taksonomi dalam jumlah sedikit (idealnya satu
ciri), akan membawa spesimen kedalam satu urutan kunci identifikasi, sedangkan
klasifikasi berhubungan dengan upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri.
Sifat yang paling berguna untuk mengidentifikasi algae adalah warna atau
pigmen. Pigmen-pigmen tersebut menyerap energi cahaya dan mengubahnya menjadi
biomassa melalui proses fotosintesis. Ada 3 kelas utama pigmen dan berbagai
kombinasi yang memberikan warna khas pada algae. Kelompok utama dari pigmen
hijau adalah chlorophil, dengan clorophil a sebagai pigmen utama yang menyerap
gelombang panjang biru dan merah sebagai cahaya yang penting untuk fotosintesis
(Sulisetjono, 2009).
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan paraktikum ini ialah mikroskop, botol sampel, pipet tetes,
tissue, object glass, cover glass, jarring air mikroalga alat tulis dan buku identifikasi
mirko alga
Bahan yang digunakan adalah sampel air dari beberapa tempat (belakang
faperta, aliran air belakang faperta, aliran air sawah faperta).
B. Metode
A. Hasil
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adala sebaiknya untuk mengambil data
rombongan asisten lebih bisa mengkoordinir dan penjelasan dari acara lebih diperjelas
ketika masuk.
DAFTAR REFERENSI
Fauziah, S. M. & Laily, A.N. 2015. Identifikasi Mikroalga dari Divisi Chlorophyta di
Waduk Sumber Air Jaya Dusun Krebet Kecamatan Bululawang Kabupaten
Malang. Bioedukasi 8 (1), pp: 20-22.
Guruvaiah, M., & Keeso, L. 2014. Effect of Flue Gas On Study The Heavy Metals
Accumultion in Biomass From Power Plant System. International Journal of
Applied Science and Biotevhnology (IJASBT), 2(2), pp: 114-120.
Graham, L. W. & Wilcox. 2000. Algae. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Hu, H. & Wei, Y. 2006. The freshwater algae of China Systematics, taxonomy and
ecology. China.
Isnansetyo, A. & Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton,
Pakan alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Kabinawa, N.K. 2014. Pangan dan Herbal Hayati Menyehatkan Dari Mikroalga
Spirulina. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 3(3), pp: 103-109.
Prasetyo, Triastono Imam. 1987. Beberapa Genus Alga Air Tawar. Malang: IKIP.