Anda di halaman 1dari 18

EKSTRAKSI ALGINAT

Oleh:
Nama : Dian Faridah
NIM : B1J014117
Kelompok : 4
Rombongan : IV
Asisten : Siti Rupikoh

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan senyawa alginat untuk industri tekstil dikawasan Asia Pasifik dewasa
ini mencapai 8.000-10.000 kg, sedangkan kebutuhan senyawa alginat di negara maju
sekitar 15.000 kg yang sebagian besar diimpor. Alginat adalah suatu bahan yang
dikandung Phaeophyceae. Permintaan alginat untuk bahan baku di industri pangan dan
non pangan selalu meningkat setiap tahun, sementara hingga sekarang rumput laut
coklat terutama Sargassum sp. dari alam belum banyak dimanfaatkan, jenis rumput laut
ini kaya akan kandungan alginat (Kadi, 2005).
Algae Sargassum secara ekologis ikut andil dalam pembentukan ekosistem
terumbu karang dan merupakan tempat hidup bagi biota kecil, termasuk untuk
perlindungan benih ikan dan benur udang serta sarang melekatnya telur cumi-cumi.
Jenis Sargassum yang telah dipasarkan di daerah Jawa Barat dari jenis Sargassum
polycystum, Sargassum binderi dan Sargassum duplicatum. Marga Sargassum
mengandung bahan alginat dan iodin, bermanfaat sebagai bahan industri makanan,
farmasi, kosmetik dan tekstil (Istiani et al., 2006).
Sumber alginat potensial terdapat pada makroalga laut coklat. Spesies-spesies
utama adalah Ascophyllum sp., Ecklonia sp., Durvillaea sp., Laminaria sp., Lessonia
sp., Macrocystis sp., Sargassum sp., dan Turbinaria sp. Daerah yang beriklim dingin
spesies yang terpenting adalah Laminaria sp., Macrocystis sp., dan Ascophyllum sp.
Daerah tropis marga Sargassum sp., Turbinaria sp., dan Hormophysa sp. merupakan
spesies utama penghasil alginat. Penyebaran alga coklat di Indonesia tumbuh
menempati hampir di sepanjang pantai pulau-pulaunya. Pemanfaatan mikroalga coklat
masih dalam kalangan terbatas, sedangkan manfaat pada produk hilirnya telah tersebar
seperti produk minuman, kosmetik, tekstil, kertas, makanan dan obat-obatan (Murtini et
al., 2000).

B. Tujuan

Tujuan praktikum ekstraksi alginat adalah untuk mengetahui hasil rendemen dan
proses ekstraksi alginat dan rumput laut Sargassum sp.
C. Tinjauan Pustaka

Alginat adalah salah salah satu jenis polisakarida yang terdapat dalam dinding
sel Phaeophyceae dengan kadar mencapai 40% dari total berat kering, alginat juga
memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan sel alga. Secara
kimiawai, alginat adalah suatu polimer linier panjang yang tersusun dari dua unit
monomerik, yaitu asam -D-mannuronat dan asam -L-guluronat. Alginat terdapat
dalam dinding sel rumput laut coklat yang berupa kristal-kristal yang tersusun secara
pararel pada benang-benang halus selulosa dan cairan sel (Pamungkas et al., 2013).
Asam alginat dapat berupa homopolimer yang terdiri dari monomerik sejenis
yaitu asam D-mannuronat saja atau asam L-guluronat saja (Winarno, 1996 dalam
Pamungkas et al., 2013). Struktur kimia alginat disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Kimia Alginat


Alginat telah banyak dimanfaatkan oleh berbagai industri sebagai bahan
pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi dan pembentuk lapisan tipis tahan
minyak. Alginat juga diketahui memiliki afinitas yang tinggi terhadap logam berat dan
unsur radioaktif, sehingga senyawa tersebut dapat membantu dalam membersihkan
polusi logam berat dan radioaktif dalam makanan yang dikonsumsi. Asam alginat juga
digunakan sebagai pengikat (binder) yang bias diaplikasikan sebagai bahan pembuatan
pasta gigi. Sodium alginat dipakai dalam obat-obatan cair karena bisa meningkatkan
viskositas dan pensuspensi bahan padat sehingga digunakan sebagai koloid pelindung.
Alginat bisa didapatkan dengan cara ekstraksi, yaitu memanaskan rumput laut coklat
pada suasana basa dengan konsentrasi dan suhu tertentu (Pamungkas et al., 2013).
Alginat memiliki sifat-sifat utama: 1. Kemampuan untuk larut dalam air serta
meningkatkan viskositas larutan. 2. Kemampuan untuk membentuk gel. 3. Kemampuan
membentuk film (natrium atau kalsium alginat) dan serat (kalsium alginat) (Wandrey,
2004). Sifat-sifat alginat sebagian besar tergantung pada tingkat polimerisasi dan
perbandingan komposisi guluronat dan mannuronat dalam molekul. Asam alginat tidak
larut dalam air dan mengendap pada pH < 3,5 sedangkan garam alginat dapat larut
dalam air dingin atau air panas dan mampu membentuk larutan yang stabil. Natrium
Alginat tidak dapat larut dalam pelarut organik tetapi dapat mengendap dengan alkohol.
Alginat sangat stabil pada pH 5 10, sedangkan pada pH yang lebih tinggi
viskositasnya sangat kecil akibat adanya degradasi - eliminatif. Ikatan glikosidik antara
asam mannuronat dan guluronat kurang stabil terhadap hidrolisis asam dibandingkan
ikatan dua asam mannuronat atau dua asam guluronat. Kemampuan alginat membentuk
gel terutama berkaitan dengan proporsi L-guluronat.
Algin adalah suatu bahan yang dikandung Phaeophyceae yang dikenal dalam
dunia indistri dan perdagangan karena banyak manfaatnya. Alginat secara alami
terdapat di dalam dinding sel rumput laut coklat. Polisakarida ini menunjukkan sifat
reologi yang menarik memungkinkan untuk meningkatkan viskositas air solusi pada
konsentrasi rendah, dan untuk membentuk gel atau filamen tipis. Alginat banyak
digunakan di berbagai bidang industri tekstil, makanan, kertas, kosmetik dan industri
farmasi (Vauchel et al., 2009). Pemanfaatan algin dalam dunia industri berbentuk asam
alginat dan alginat (Soegiarto et al., 1992). Algin merupakan polimer murni dari asam
uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang panjang (Winarno, 1990). Bentuk
alginat yang paling banyak dijumpai adalah natrium alginat yaitu suatu garam alginat
yang larut dalam air. Jenis alginat lain yang larut dalam air adalah kalium atau
ammonium alginat, sedangkan alginat yang tidak larut dalam air adalah kalsium alginat
(Zailanie et al., 2001).
Menurut Atmadja et al. (1996), klasifikasi dari Sargassum sp. adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Species : Sargassum sp.
Sargassum sp. adalah jenis alga laut dari kelompok alga coklat. Alga ini
mengandung pigmen coklat yaitu fukosantin yang menutupi warna hijau dari pigmen
klorofil. Sargassum sp. tumbuh di daerah terumbu karang, terutama di daerah rataan
pasir, Sargassum sp. memiliki bentuk thalus silindris, bangun daun melebar lonjong
seperti pedang, memiliki gelembung udara yang umum atau soliter, warna thalus
umumnya coklat, komposisi kimianya adalah karbohidrat 19,06%, protein 5,53%, lemak
0,74%, air 11,71%, serat kasar 28,39%. Sargassum sp. dapat dimanfaatkan sebagai
bahan dasar alginat, pemanis alga, dan kosmetik (Istiani et al., 2006).
Ciri-ciri Sargassum sp. tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri umum Phaeophyta.
Thalus silindris berduri-duri kecil merapat, holdfast membentuk cakram kecil dengan di
atasnya secara karakteristik terdapat perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke
segala arah. Batang pendek dengan percabangan utama tumbuh rimbun. Habitat algae
yang kosmopolitan di daerah tropis hingga subtropik. Sargassum sp. bukan merupakan
algae endemik perairan Indonesia, tetapi banyak ditemukan di perairan nusantara.
Penyebaran Sargassum sp. terdapat di daerah tropis. Sargassum sp., Turbinaria sp., dan
Hormophysa sp. merupakan spesies utama penghasil alginat. Marga yang lebih umum
dijumpai dan melimpah ruah di Indonesia adalah Sargassum dan Turbinaria (Kadi,
2006).
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kompor, panci, pengaduk,
saringan, baki, gelas ukur, pH meter, dan timbangan analitik.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Sargassum sp., KOH
0,7%, HCL 5%, Na2CO3 7%, NaOCL 13%, dan NaOH 2%.
B. Metode

Sargassum sp. ditimbang 50 gr.

Rendamkan dengan larutan KOH 0,7% selama 30menit

Sargassum sp. dicuci, lalu direndam dengan HCl 5% selama 24 jam

Sargassum sp. dicuci, lalu direndam dengan Na2CO3 7% dan


dipanaskan suhu 60C selama 30 menit

Disaring dan diperas dengan kain saring

Ditambah NaOCl 13% selama 15 menit

Ditambah HCl 5% selama 15 menit, lalu ditambah NaOH 2%

Dituang ke baki dan dijemur

Lakukan perhitungan rendemen


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1. Hasil perhitungan rendemen rombongan IV


Kelompok Randemen alginat
(gram)
1 0
2 0,02
3 1,2
4 4,1

Perhitungan rendemen alginat :


Diketahui:
produk akhir
rendemen (%) = 100 %
bobot bahan baku
0 + 0,02 + 1,2 + 4,1
= 100 %
50
5,32
= 100 %
50
= 10,64 %
Gambar 3.1 Sargassum sp. Gambar 3.2 Pengadukan untuk
ditambah Na2CO3 7% mencampurkan larutan

Gambar 3.3 Persiapan disaring Gambar 3.4 Penambahan HCl 5%

Gambar 3.5 Penambahan Gambar 3.6 Penyaringan ahir


NaOH 2%
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini diperoleh hasil nilai
rendemen alginat adalah 10,64%. Hasil ini sesuai dengan pernyataan dari Anggadiredja
et al., (1996) kisaran rendemen alginat yang baik yaitu 8 hingga 32 % tergantung jenis,
musim dan kondisi perairan tempat tumbuhnya Sargassum sp. Kondisi lingkungan
tersebut mempengaruhi laju fotosintesis rumput laut sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan rumput laut yang pada akhirnya juga berpengaruh pada alginat yang
dihasilkan. Hal ini ditegaskan oleh Soviyeti (1990), yang menyatakan bahwa
pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh tempat tumbuhnya. Laju pertumbuhan,
fotosintesis dan respirasi pada rumput laut cenderung berkorelasi dengan suhu, cahaya,
pH dan nutrien tempat tumbuhnya. Suhu berpengaruh terhadap hasil rendemen alginat.
Warna coklat senyawa alginat yang dihasilkan oleh Sargasum sp. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang diungkapkan oleh Murtini et al. (2000), bahwa tanpa perlakuan
pemberian pemucatan terhadap ekstraksi natrium alginat, tidak akan diperoleh natrium
alginat yang sesuai dengan standar Food Chemical Codex (FCC).
Rendemen merupakan salah satu parameter penting dalam menilai efektif
tidaknya proses pembuatan tepung karaginan. Efektif dan efisiennya proses ekstraksi
bahan baku untuk pembuatan tepung karaginan dapat dilihat dari nilai rendemen yang
dihasilkan. Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui persentase karaginan
yang dihasilkan dari rumput laut kering yang digunakan berdasarkan umur panen,
konsentrasi KOH dan lama ekstraksi (Sadhori, 1986). Rendemen alginat dipengaruhi
oleh beberapa faktor lainnya seperti spesies, iklim, metode ekstraksi, waktu pemanenan,
dan lokasi budidaya (Kadi, 2004). Menurut Sadhori (1986), faktor-faktor fisika yang
mempegaruhi sifat-sifat larutan alginat adalah suhu, konsentrasi dan ukuran polimer.
Karakeristik fisik garam alginat yaitu berupa tepung atau serat, berwarna putih sampai
dengan kekuningan, hampir tidak berbau, dan berasa, sedangkan faktor-faktor kimia
yang berpengaruh adalah pH dan adanya pengikat logam, serta garam monovalen dan
kation polivalen.
Sargassum sp. yang merupakan salah satu jenis dari kelas Phaeophyceae. Rumput
laut Sargassum sp. tumbuh berumpun dengan panjang thalli mencapai 13 m yang
dilengkapi gelembung udara yang disebut bladder berguna untuk menopang cabang
thalli ke arah permukaan air untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari. Warna dari
Sargassum sp. adalah coklat tua atau coklat muda dengan tinggi rumpun mencapai 60
cm dan tipe dari Sargassum sp. dapat dikenal dari morfologi daunnya yang berbentuk
seperti cangkir dan gelembung sebagai perekat. Rumput laut Sargassum sp. dikenal
sebagai penghasil alginat. Alginat berperan sebagai komponen penguat dinding sel
dengan kandungan yang melimpah dan dapat mencapai 40% dari berat kering rumput
laut coklat. Alginat juga merupakan salah satu bahan pikokoloid yang mempunyai
fungsi sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, serta pembentuk
suatu lapisan tipis terhadap minyak. Alginat merupakan polimer murni dari asam uronat
yang tersusun dalam rantai linier yang panjang, monomer penyusun alginat ada dua
jenis struktur dasar yaitu -D-Asam Manuronat dan -L-Asam Guluronat. Alginat
merupakan grup dari polisakarida yang diekstrak dari rumput laut coklat
(Phaeophyceae). Alginat dalam dinding sel dan ruang intraseluler pada rumput laut
coklat ditemukan sebagai campuran garam kalsium, kalium, dan natrium dari asam
alginat. Sedangkan alginat yang sering disebut sebagai algin adalah hidrokoloid, yaitu
sebagai substansi dengan molekul yang sangat besar dan dapat dipisahkan dalam air
untuk memberikan kekentalan pada larutan (Istiani et al., 2006)
Menurut Istiani et al. (2006), Sargassum sp. adalah jenis alga laut dari kelompok
alga coklat. Alga ini mengandung pigmen coklat yaitu fukosantin yang menutupi warna
hijau dari pigmen klorofil. Rumput laut Sargassum sp. mempunyai ciri-ciri talus
berbentuk silindris dengan daun kecil dan rapat. Holdfast berbentuk cakram kecil dan
memiliki stolon yang berekspansi ke segala arah. Panjang talus sekitar 35 cm, warna
talus coklat kekuning-kuningan, holdfast berbentuk discoid berizoid, dengan axis
silindris. Talus berbentuk batang dan vesikel. Talus batang pendek, percabangan utama
tumbuh rimbun di bagian ujungnya. Panjang talus bentuk daun 1,3-4,2 cm, dengan lebar
talus bentuk daun 0,25-1,15 cm dan umumnya berbentuk membujur dan runcing atau
membulat, dengan tepi bergerigi. Vesikel berbentuk oval atau spherical. Tumbuh pada
substrat pasir, karang dan campuran Berpotensi sebagai antibakteri, antimikroba,
gangguan kelenjar gondok, tekanan darah tinggi, dan gangguan kantung kemih. Habitat
dari rumput laut ini terdapat di daerah tropis hingga subtropis. Rumput laut ini banyak
ditemukan di perairan nusantara terutama di Kepulauan Timur Indonesia (Nusa
Tenggara Timur). Komposisi kimia dari rumput laut ini adalah karbohidrat 19,06%,
protein 5,53%, lemak 0,74%, air 11,71%, dan serat kasar 28,39%. Manfaat Sargassum
sp. yaitu sebagai bahan ekstraksi alginat, pemanis alga, kosmetik, dan lain-lain.
Alginat adalah polimer yang paling umum digunakan untuk enkapsulasi sel
mikroba, juga disebut immobilisasi. Sumber utama adalah makroalga coklat, di mana
komponen struktural dinding sel dan matriks interselular memberikan sifat mekanik
pada alga. Rantai polimer terbuat dari asam mannuronik (M) dan guluronik (G) dalam
beberapa proposi dan pengaturan sekuens. Menurut Mushollaeni dan Endang (2012),
alginat adalah isi utama dari dinding sel rumput laut coklat atau alginofit. Alginat dapat
digunakan dalam industri makanan terkait dengan sifat biofisiknya. Alginat
dimanfaatkan sebagai pengental, sehingga produk lebih stabil, dapat juga digunakan
untuk melunakkan tekstur kue, serta menstabilkan campuran, dispersi dan emulsi yang
berhubungan dengan sifatnya sebagai agen pembentuk gel dan meningkatkan
viskositas. (Mushollaeni dan Endang, 2012).
Menurut Junianto (2006), ada dua bentuk alginat yang umum dihasilkan untuk
pengolahan lebih lanjut dari rumput laut Sargassum sp., yaitu asam alginat yang tidak
larut dalam air dan natrium alginat yang larut dalam air. Natrium alginat
merupakansalah satu polisakarida yang diekstraksi dari alga coklat dan telah
dimanfaatkan secaraluas oleh industri makanan, minuman, tekstil, farmasi, kosmetik,
kertas, dan lain-lain. Kandungan Na alginat dari rumput laut coklat mempunyai
hubungan dengan umur panen rumput laut coklat tersebut (Rasyid, 2009).
Alginat yang terdapat pada rumput laut Sargassum sp. adalah hasil dari proses
fotosintesis. Fotosintesis hanya akan terjadi jika ada cahaya dan melalui pigmen
klorofil. Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan.
Senyawa inilah yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap
dan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
(Rasyid, 2009).
Alginat dikenal sebagai salah satu bahan pengikat alami, keuntungan utama dari
alampolimer terletak pada biokompatibilitas dan biodegradabilitas alginat yakni tidak
menghasilkan toksisitas sistemik. Natrium alginat digunakan dalam bidang formulasi
farmasi oral dan topikal. Natrium alginat dalam formulasi tablet dapat digunakan baik
sebagai pengikat dan disintegrator, sedangkan dalam formulasi topikal, natrium alginat
banyak digunakan sebagai bahan pengental dan pembekuan agen di berbagai pasta,
krim, dan gel, dan sebagai agen stabilisasi untuk airemulsi. Natrium alginat dilaporkan
menjadi bahan pembantu berguna dalam imunisasi terhadap dua strain virus influenza,
dan dalam pengobatan esofagitis. Alginat telah diakui sebagai biopolimer yang cocok
untuk pengiriman obat protein, karena memiliki berbagai karakteristik yang diinginkan
(Basmal et al., 2011).
Indriani dan Sumiarsih (1999), menyatakan algin digunakan dalam industri:
a. Makanan: pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus,
pengalengan daging, selai, sirup, dan pudding.
b. Farmasi : tablet, saleb, kapsul, plester, dan filter.
c. Kosmetik : krim, lotion, sampho, dan cat rambut.
d. Testil: kertas, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet
kayu.
Tahapan ekstraksi alginat adalah pencucian dan pembersihan, perendaman dan
pemucatan, pelembutan, penghancuran, pemasakan (ekstraksi), pendinginan,
pengepresan, pengeringan, dan perhitungan rendemen alginat. Perubahan-perubahan
dalam hal warna, tekstur dan bau terjadi selama proses ekstraksi. Proses ekstraksi
rumput laut coklat dilakukan dalam suasana basa bertujuan untuk memisahkan selulosa
dan alginat. Bahan pengekstrak yang dapat digunakan adalah Na2CO3 dan NaOH
(Basmal et al., 2001). Na2CO3 berfungsi untuk mengekstrak kandungan alginat yang
terdapat didalam talus rumput laut coklat. Kecepatan ekstraksi alginat yang ada dalam
talus sangat tergantung pada konsentrasi Na2CO3, suhu, dan lama waktu ekstraksi yang
diberikan. NaOH yang merupakan salah satu golongan senyawa alkali dalam proses
ekstraksi rumput laut berfungsi membentuk natrium alginat dari asam alginat (Basmal et
al., 2001). Proses ekstraksi alginat juga menggunakan HCl yang berfungsi dalam
demineralisasi (Susanto et al., 2001). Standar mutu secara umum dari algin adalah pH
3,5-10, viskositas 10-5000 cps per 1% larutan air, kadar air 5-20%, logam berbahaya,
arsen negatif. Penilaian lainnya yaitu mutunya tergantung penggunaan. Algin yang kan
digunakan untuk campuran makanan harus bebas dari selulosa, berwarna putih terang.
Algin dalam proses farmasi juga harus bebas dari selulosa dan berwarna putih bersih.
Algin dalam industri lain dapat mengandung sedikit selulosa dan berwarna coklat
sampai jernih (Indriani dan Sumiarsih, 1999).
Perendaman selanjutnya menggunakan HCl 0,5%. Suasana yang terlalu basa dapat
menyebabkan terhidrolisisnya sebagian alginat di dalam rumput laut sehingga saat
direaksikan dengan asam (HCl) jumlah asam alginat yang diperoleh sedikit. Warna
setelah perendaman ini adalah tetap. Pengasaman menyebabkan larutan menjadi
berbusa, warna coklat kehitaman, dan agak kental. Menurut Glicksman (1998)
penggunaan HCl pada alginat akan memecah dinding sel sehingga memudahkan
ekstraksi, karena HCl merupakan asam kuat dan akan terionisasi sempurna.
Pemucatan menggunakan larutan H2O2 6% menghasilkan warna coklat jernih.
Penggunaan bahan pemucatan (sumber Ca) yang ditambahkan pada proses pemucatan,
semakin kuat asam yang digunakan menyebabkan makin lunaknya dinding sel rumput
laut, sehingga dengan ekstraksi semakin banyak bahan-bahan yang dapat dikeluarkan
dari jaringan ini (Winarno, 1990). Pengendapan kemudian dilakukan dengan
penambahan NaOH 10%. NaOH 10% ini berfungsi untuk mengeluarkan atau
memisahkan natrium alginat dan asam alginat sehinga terbentuk natrium alginat dari
asam alginat. Perlakuan akhir dengan isopropanol 95% pada suhu kamar akan mengikat
natrium alginat sehingga akan menggumpal (Basmal et al., 2001). Alkohol 95% selama
30 menit dan disaring, untuk pemurnian dan untuk menarik air yang tersisa. Tekstur
yang terbentuk menjadi lebih keras. Pengeringan dengan oven pada suhu 400C, untuk
menghilangkan kadar air yang tersisa. Setelah kering alginat yang diperoleh kemudian
diblender. Menurut Soegiarto et al. (1992), menyatakan bahwa kandungan senyawa
alginat yang terdapat pada Phaeophyceae tergantung dari jenis rumput laut, kondisi
tempat tumbuh dan iklim. Menurut Budiyarto dan Djazuli (1997), menyatakan bahwa
kandungan senyawa alginat juga dipengaruhi oleh habitat (intensitas cahaya, besar
kecilnya ombak atau arus, nutrisi dan sebagainnya) serta umur rumput laut tersaebut.
Faktor lain yang mempengaruhi proses ekstraksi alginat adalah suhu, waktu perlakuan
dengan senyawa kimia dan pengeringan (Budiyarto dan Djazuli, 1997).
Bahan yang digunakan dalam proses ekstraksi alginat adalah H2O2 6% berfungsi
untuk memutihkan alginat dari coklat menjadi coklat keputihan. NaOH 0,5% berfungsi
untuk menghilangkan kotoran. Na2CO3 5% berfungsi untuk mengekstrak kandungan
alginat yang terdapat didalam thalus rumput laut coklat. KOH 2% berfungsi untuk
melunakkan dinding sel. KOH 10% berfungsi untuk mengendapkan kalsium alginat.
HCl 0,5% berfungsi untuk mengurangi garam-garam mineral, sedangkan HCl 5%
berfungsi sebagai agen demineralisasi dan hirdolisis (Susanto et al., 2001).
Alginat yang dipakai dalam industri makanan dan farmasi harus memenuhi
persyaratan bebas dari selulosa dan warnanya sudah dipucatkan sehingga berwarna
putih dan terang (Winarno, 1990). Standar mutu internasional untuk asam alginat dan
natrium alginat sesuai dengan Food Chemical Codex dapat dilihat pada tabel standar
mutu asam alginat dan natrium alginat sebagai berikut:
Karakteristik Asam alginate Natrium alginat

Kemurnian (% berat
91-104 % 90,8-106 %
kering)

Rendemen >20 % >18 %

Kadar CO2 <23 % <21 %

Kadar As <3 ppm <3 ppm

Kadar Pb <0,004 % <0,004 %

Kadar abu <4 % 18-27 %

Susut Pengeringan <15 % <15 %

Sumber: FAO (1981).


Penelitian terbaru tetang alginat dilakukan oleh Mirza et al., (2013) hasil
penelitian tersebut belum memperoleh rendemen tinggi dan kualitas alginat yang baik.
Metode yang sering digunakan untuk mendapatkan alginat yang baik telah dilakukan
oleh beberapa peneliti antara lain Winarno (1996) dan Yulianto (1997) melakukan
perendaman dengan larutan CaCl2 dan larutan HCl. Darmawan et al. (2006) melakukan
perendaman dengan larutan KOH, sedangkan Rasyid (2005) dan Haryanto (2005) dalam
Widiastuti (2009) melakukan perendaman dengan larutan HCl dan larutan NaOH.
Fungsi alginat juga ada yang digunakan sebagai pengawet makanan. Substitusi
alginat dapat meningkatkan kestabilan emulsi kamaboko ikan Kuniran pada subtitusi
alginat 2,5% dan tepung tapioka 7,5%. Nilai stabilitas emulsi kamaboko dengan
substitusi alginat hari ke-0 sampai hari ke-3 selama simpan ruang lebih tinggi
dibandingkan dengan kamaboko tanpa substitusi alginat, dan terdapat interaksi positif
antara kamaboko yang disubstitusi alginat dan tanpa substitusi alginat terhadap lama
simpan 3 hari pada uji stabilitas emulsi (Utomo et al., 2014). Alginat adalah polimer
alami yang telah dieksplorasi dalam dekade terakhir untuk pengembangan sistem
pengiriman obat karena sifat toksisitas, biodegradabilitas, biokompatibilitas, biaya
rendah, mukoadhesif, dan non-imunogeniknya. Beberapa agen antijamur telah
dimasukkan dalam sistem pengiriman berbasis alginat, termasuk mikro dan nano,
dengan sukses besar, menunjukkan hasil in vitro dan in vivo yang menjanjikan untuk
aktivitas antijamur, pengurangan toksisitas dan dosis obat total yang digunakan dalam
pengobatan, dan diperbaiki. Ketersediaan hayati Tinjauan ini bertujuan untuk
membahas penggunaan dan manfaat potensial dari alga berbasis nanokarbon dan sistem
pengiriman lainnya yang mengandung agen antijamur dalam terapi infeksi jamur
(Spadari et al., 2017).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Persentase rendemen agar dari Sargassum sp. adalah 10,64 %.
2. Tahapan ekstraksi alginat adalah pencucian dan pembersihan, pengeringan,
perendaman dan pemucatan, pelembutan, penghancuran, pemasakan (ekstraksi),
pengepresan, pendinginan, pengeringan, dan perhitungan rendemen agar.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya saat proses perebusan atau
dimasaknya rumput laut dibutuhkan panas yang optimum sehingga dapat melunakan
dinding sel rumput laut lebih optimal.
DAFTAR REFERENSI

Anggadiredja, J. T., A. Zatnika, H. Purwoto, dan S. Istini. 1996. i. Jakarta: Penebar


Swadaya.
Atmadja, W. S., Kadi, A., Sulistijo & Rachmaniar. 1996. Pengendalian Jenis-Jenis
Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi
LIPI.

Basmal, J., Y. Sekarasih, dan T.K. Bunasor. 2001. Pengaruh Konsentrasi Bahan
Pemucat dan Jenis Bahan Pengendap Terhadap Pembentukan Sodium Alginat dari
Rumput Laut Cokelat Sargassum filipendula C. Agarth. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 7(4): 74-81.
Budiyarto dan Djazuli. 1997. Teknologi Pengolahan Alginat dari Berbagai Jenis
Rumput Laut Marga Sargassum sp. Jurnal Penelitian Pasca Panen Perikanan,
5(1):12-16.
FAO. 1981. JECFA for food additives. http://www.fao.org/ ag/agn/jecfa_additives
/details.html?id=679. Diakses pada tanggal 9 Mei 2017.
Glicksman, M. 1998. Gum Technology in the Food Industry. Academic Press. New
York.
Indriani, H dan Sumiarsih. 1994. Budidaya, Pengelolaan serta Pemasaran Rumput
Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.
Istiani, S., Zatnika, A. & Suhaimi. 2006. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut.
Jakarta: Erlangga.

Junianto. 2006. Rendemen dan kualitas algin hasil ekstraksi alga (Sargassum sp.) dari
pantai selatan daerah Cidaun Barat. Jurnal Bionatura, 8 (2) : 152-160.
Kadi, A. 2005. Potensi Rumput Laut di Beberapa Perairan Pantai Indonesia. Oseania.
Jurnal Oseana, 29(4), pp. 25-36.

Mirza, M., Ridlo A., & Rini P. 2013. Pengaruh perendaman larutan KOH dan NaOH
terhadap kualitas alginat rumput laut Sargassum sp.. C.A. Agardh. Journal Of
Marine Research (2)1: 41-47.

Mushollaeni, W. dan Endang, R.S. 2012. Optimizing the Use of Alginate from
Sargassum and Padina as Natural Emulsifier and Stabilizer in Cake. J. Agric.
Food Tech, 2(7): 108-112.
Murtini, J. T., Hak, N. & Yunizal. 2000. Pengaruh Perlakuan Asam Klorida dan
Formaldehid pada Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum illicifolium Terhadap
Sifat Fisiko-Kimia Natrium Alginat. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Perikanan. 318-328.

Pamungkas, T.A., Ridlo, A., & Sunaryo. 2013. Pengaruh Suhu Ekstraksi Terhadap
Kualitas Natrium Alginat Rumput Laut Sargassum sp. Journal of Marine
Research, 2 (3): 78-84.
Rasyid, A. 2009. Potensi Sargassum Asal Perairan Kepulauan Spermonde sebagai
Bahan Baku Alginat. Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta.
Sadhori, N. 1986. Budidaya Rumput Laut. Balai Pustaka. Jakarta.

Soegiarto, Sulistijo, A., Atmadja & Mubarak, H. 1992. Rumput Laut (Algae), Manfaat,
Potensi dan Usaha Budidaya. Jakarta: Lembaga Oseanologi Nasional LIPI.

Soviyeti, B. 1990. Laju Pertumbuhn Dan Persentase Berat Kering Dari Alga Merah
pada Metode Penanaman Rakit Terapung dan lepas Dasar di Perairan Pantai
Geger, Nusa Dua Bali. Skripsi. Institute Pertanian, Bogor.

Spadari, C.C., Lopes, L.B., & Ishida, K. 2017. Potential Use of Alginate-Based Carriers
As Antifungal Delivery System. Frontiers in Microbiology, 8, pp: 1-11.

Susanto, T., S. Rakhmadino, dan Muljianto. 2001. Karakterisasi Ekstrak Alginat dari
Padina sp. Jurnal Teknologi Pertanian, 2 (2): 96-109.
Utomo, A. P., Riyadi, P. H., & Wijayanti, I. 2014. Aplikasi Alginat sebagai Emulsifier
di dalam Pembuatan Kamaboko Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus) pada
Penyimpanan Suhu Ruang. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan, 3(1), pp. 127-136.

Vauchel, P., Leroux, K., Kaas, R., Arhaliass, A., Baron, R. & Legrand, J. 2009. Kinetics
modeling of alginate alkaline extraction from Laminaria digitata. Bioresource
Technology, Journal of Marine 100(3), pp. 1291-1296.

Winarno, F. G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. PT Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Winarno, F. G. 1996. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

Wandrey, C., 2004, Hydrogels and Hydrocolloids: Alginates and Other Biopolymers,
7th Worlds Biomaterials Congress, Sydney.

Zailanie, K., Tri S., dan Simon B.W. 2001. Ekstraksi Dan Pemurnian Alginat Dari
Sargassum filipendula Kajian Dari Bagian Tanaman, Lama Ekstraksi Dan
Konsentrasi Isopropanol Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 2 (1): 10-27.

Anda mungkin juga menyukai