PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian ahlussunnah wal jamaah?
2. Bagaiman sejarah ahlus sunnah wal jamaah?
3. Siapa tokoh-tokoh ahlussunnah wal jamaah ?
4. Bagaimana sifat dan karakter ahlus sunnah wal jamaah?
5. Bagaimana pendapat ahlus sunnah wal jamaah?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian ahlussunnah wal jamaah.
2. Mengetahui sejarah ahlussunnah wal jamaah.
3. Mengetahui tokoh-tokoh ahlussunnah wal jamaah.
4. Mengetahui sifat dan karakter ahlussunnah wal jamaah.
5. Mengetahui pendapat ahlussunnah wal jamaah.
1.4 Manfaat
Agar mahasiswa dapat Mengetahui sejarah ahlussunnah wal jamaah, tokoh-tokoh
ahlussunnah wal jamaah, sifat dan karakter ahlussunnah wal jamaah, pendapat
ahlussunnah wal jamaah
2
BAB 2
PEMBAHASAN
4
kepada apa-apa yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah SAW. bersama sahabat-
sahabatnya.
Golongan yang terakhir inilah yang kemudian menamakan golongannya dan
akidahnya Ahlus Sunnah Waljamaah. Jadi golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah
golongan yang mengikuti sunnah-sunnah nabi dan jamaatus shohabah. Hal ini sesuai
dengan hadist Rasulullah SAW : bahwa golongan yang selamat dan akan masuk surga
(al-Firqah an Najiyah) adalah golongan yang mengikuti apa-apa yang aku (Rasulullah
SAW) kerjakan bersama sahabat-sahabatku.
Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah adalah akidah Islamiyah
yang dibawa oleh Rasulullah dan golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah umat
Islam. Lebih jelasnya, Islam adalah Ahlus Sunnah Waljamaah dan Ahlus Sunnah
Waljamaah itulah Islam. Sedang golongan-golongan ahli bidah, seperti Mutazilah,
Syiah(Rawafid) dan lain-lain, adalah golongan yang menyimpang dari ajaran Rasulullah
SAW yang berarti menyimpang dari ajaran Islam.
Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah itu sudah ada sebelum Allah
menciptakan Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hambali. Begitu pula
sebelum timbulnya ahli bidah atau sebelum timbulnya kelompok-kelompok sempalan.
Akhirnya yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kita sepakat bahwa Ahlul Bait adalah
orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi SAW. dan mereka tidak menyimpang dari
ajaran nabi. Mereka tidak dari golongan ahli bidah, tapi dari golongan Ahlus Sunnah.
Pengenalan akan siapa sebenarnya Ahlus Sunnah Wal Jamaah telah ditekankan sejak
jauh-jauh hari oleh Rasulullah kepada para sahabatnya ketika beliau berkata kepada
mereka :
Telah terpecah orangorang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan
telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya
umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali
satu dan ia adalah Al-Jamaah. Hadits shohih dishohihkan oleh oleh Syaikh Al-Albany
dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa
Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-.
Demikianlah umat ini akan terpecah, dan kebenaran sabda beliau telah kita
saksikan pada zaman ini yang mana hal tersebut merupakan suatu ketentuan yang telah
ditakdirkan oleh Allah Yang Maha Kuasa dan merupakan kehendak-Nya yang harus
5
terlaksana dan Allah Maha Mempunyai Hikmah dibelakang hal tersebut. Syaikh Sholeh
bin Fauzan Al-Fauzan -hafidzahullahu- menjelaskan hikmah terjadinya perpecahan dan
perselisihan tersebut dalam kitab Lumhatun Anil Firaq cet. Darus Salaf hal.23-24 beliau
berkata : (Perpecahan dan perselisihan-ed.) merupakan hikmah dari Allah guna menguji
hamba-hambaNya hingga nampaklah siapa yang mencari kebenaran dan siapa yang lebih
mementingkan hawa nafsu dan sikap fanatisme.
Allah berfirman :
3-1 ) (
Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja)
mengatakan : Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sungguh Allah Maha
Mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia Maha Mengetahui orang-orang
yang dusta. (QS. Al-Ankabut : 29 / 1-3).
6
Al-Asyari menganut faham Mutazilahhanya sampai ia berusia 40 tahun.
Setelah itu secara tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jamaah masjid Basrah
bahwa dirinya telah meninggalkan faham Mutazilah.
b. Pemikiran-pemikiran Al-Asy'ari antara lain:
1) Tuhan-tuhan dan sifat-sifatnya
2) Kebebasan dalam berkehendak
3) Akal dan wahyu dan kreteria baik dan buruk
4) Qadimnya Al-quran
5) Melihat allah
6) Keadilan
7) Kedudukan orang berdosa
2. AL-MATURIDI
a. Riwayat Singkat Al-Muturidi
Abu Manshur Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di
Semarkand, wilayah Trmsoxiana di Asia Tenggara, daerah tersebut sekarang di sebut
Uzbekistan. Tahun kelahiranya tidak di ketahui pasti, hanya perkiraan sekitar
pertengahan abad ke 3H. Beliau wafat pada tahun 333H/944M.
Karir pndidikan Al-Maturidi lebih cenderung untuk menekuni bidang teologi
daripada fiqih. Ini di lakukan untuk memperkuat pengetahuan dalm menghadapi
faham-faham teologi yang banyak berkembang pada masyarakat islam, yang
dipandangnya tidak sesuai dengan pemikiran atau kaidah yang benar menurut akal
dan syara.
b. Doktrin-doktrin Teologi Al-Maturidi
1) Akal dan Wahyu
Dalam pemikiran teologinya, Maturidi mendasarkan pada Al-quran dan
akal. Dalam hal ini, ia sama dengan Asyari. Namun porsi yang di berikan
kepada akal lebih besar dari pada yang di berikan oleh Al-Asyari. Menurut Al-
Maturidi mengetahui tuhan dan kewajiban mengetahui tuhan dapat di ketahui
dengan akal. Kemammpuan akal dalam mengetahui dua hal tersebut sesuai
dengan ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan agar manusia menggunakan
akal dalam usaha memperoleh pengetahuan dan keimananya terhadap Allah
melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang makhluk ciptaannya.
a) Pebuatan Manusia
7
Menurut Al-Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan tuhan karena
segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaanya, Khususnya menngenai
perbuatan manusia, kebijakan dan keadilan kehendak tuhan mengharuskan
manusia memiliki kemampuan berbuat (ikhtiar) dan kebijakan.
b) Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Allah
Telah diuraikan di atas bahwa perbuatan manusia dan segala sesuatu
dalam wujud ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan Tuhan. Akan tetapi
pernyataan ini menurut Al-Maturidi bukan berarti bahwa tuhan berbuat dan
berkehendak dengan sewenang-wenang serta sekehendaknya semata. Hal ini
karena kodrat tuhan tidak sewenang-wenang (absolut), tetapi perbuatan dan
kehendak-Nya berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah
ditetapkan-Nya sendiri.
c) Sifat Tuhan
Berkaitan dengan masalah sifat tuhan, terhadap persamaan antara
pemikiran Al-Maturidi dan Al-Asyari. Keduanya berpendapat bahwa tuhan
mempunyai sifat-sifat, seperti sama, bashar,dan sebagainya. Pengertian AL-
Maturidi tentang sifat tuhan berbeda dengan Al-Asyari.
AL-Asyari mengartikan sifat tuhan sebagai sesuatu yang bukan dzat,
melainkan melekat dengan dzat itu sendiri, sedang Al-Maturidi berpendapat
bahwa sifat itu tidak di katakan sebagai esensi-Nya dan bukan pula lain dari
esensi-Nya.
d) Melihat Tuhan
AL-Maturidi lebih lanjut mengatakan bahwa Tuhan kelak di akhirat
dapat di lihat dengan mata, karena tuhan mempunyai wujud walaupu Ia
immaterial. Namun melihat tuhan ,kelak di khirat tidak dalam bentuknya (bila
kaifa), karena keadaan di akhirat tidak sama dengan keadaan di dunia.
e) Kalam Tuhan
Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf
dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau makna abtrak).
KALAM NAFSI adalah sifat kadim bagi Allah, sedangkan kalam yang
tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadis). AL-Quran dalm arti
kalam yang tersusun dari huruf dan kata-kata adalah baharu.( baharu ).kalam
nafsi tidak dapat di ketahui hakikitnya dan bagaimana Allah bersifat
8
dengannya (bila kaifa) tidak dapat kita ketahui ,kecuali dengan suatu peran
tara.
f) Perbuatan Tuhan
Tuhan tidak wajib berbuat ash-shalah wa al-ashlah (yang baik dan
terbaik bagi manusia). Setiap perbuatan Tuhan yang bersifat mencipta dan
kewajiban-kewajiban yang di bebankan kepada manusia tidak lepas dari
hikmah dan keadilan yang di kehendakinya.
g) Pengutusan Rosul
Pandangan Al-Maturidi ini tidak jauh berbeda dengan pandangan
Mutazilah yang berpendapat bahwa pengutusan rosul ke tengah-tengah
umatnya kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat baik dan terbaik dalam
kehidupanya.
h) Pelaku Dosa Besar
Hal ini karena tuhan telah menjajikan akan memberikan balasan
kepada manusia sesuai dengan perbuatanya. Kekal di dalam neraka adalah
balasan untuk orang yang berbuat dosa syirik. Dengan demikian berbuat dosa
besar selain syirik tidak akan menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka.
Oleh karena itu, perbuatan dosa besar (selain syirik) tidaklah menjadikan
seseorang kafir atau murtad. Menurut Al-Maturidi, imam itu cukup dengan
tashdig dan iqrar, sedangkan amal adalah penyempurnaan imam. Oleh karena
itu, amal tidak akan menambah atau mengurangi esensi iman,kecuali hanya
menambah atau mengurai esensi iman, kecuali hanya menambah atau
mengurangi sifatnya saja.
11
bahwa mereka dijamin surga. Mereka tidak mengatakan Ini atau itu syahid. Akan
tetapi, kita mengatakan, InsyaAllah dia syahid.
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian Jama'ah Secara Istilah (Terminologi): Yaitu kelompok kaum muslimin
ini, dan mereka adalah pendahulu ummat ini dari kalangan para sahabat, tabi'in dan
orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari kiamat, dimana mereka
berkumpul berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah dan mereka berjalan sesuai dengan
yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW baik secara lahir maupun bathin. Adapun
aliran Ahlussunnah wal jamaah adalah Al-Asyari dan Al- Maturidi. Dari segi etosnya,
pergerakan tersebut memiliki semangat ortodoks. Aktualitas formulasinya jelas
menampakan sifat yang reaksionis terhadap Mutazilah , sebuah reaksi yang kullabiah.
3.2 Saran
Dengan tersusunnya makalah ini, kami mengharap semoga bermanfaat bagi
penulis khususnya, dan umumnya bagi pembaca. Penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kritik dan saran
demi perbaikan dan pengembangan makalah ini sangat kami harapkan. Tak terlepas
kurangan-kekurangan makalah ini,kami berharab teman-teman mengkritisi kekurangan
kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadikan amal saleh bagi
kami,amin,yaa Rabbal Alamin
13
DAFTAR PUSTAKA
Hammudah Gurabah Abu Hasan Al-Asyari, Al-Haiat Al-Ammah li syuun Al-Mathabi, AL-
Amariah ,kairo, 1973
Omar Bakri Muhammad Syekh, Ahlus-Sunnah Wal Jamaah, Jakarta, gema insane, 2005
Qasim mahmud, fi Ilm AL kalam , maktabah AL-anglo AL-misiriah,kairo,1969
http :// irfansyam. blogspot. com /2012 /05 /pemikiran- akhlusunnah-wal-jamaah.html.
http :// albayyinat. net /jwb4t. html.
http ://alislamu.com /aqidah /691- definisi- ahlu-sunnah-wal-jamaah. html.
14