Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

Infeksi saluran Kemih atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup serius bagi jutaan
orang di setiap tahun. Infeksi Saluran Kemih merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang
paling banyak menyerang manusia di muka bumi. Umumnya penyakit ini menyerang kaum
wanita tapi sering juga ditemukan laki-laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih (Milagros.
2012).

Sakit sewaktu buang air kecil merupakan keluhan yang sesekali terjadi dalam hidup kita.
Sebagian besar tidak berbahaya karena hanya disebabkan menahan kencing atau minum air
terlalu sedikit, sehingga kencing berwarna pekat dan merangsang. Namun, bila sakit terjadi
karena infeksi oleh kuman, maka harus diobati karena dapat menimbulkan komplikasi seperti
pendarahan. Selain itu, infeksi juga dapat menjalar ke ginjal atau organ lainnya. Infeksi
saluran kemih atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup serius bagi jutaan orang di
setiap tahun. Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang paling
banyak menyerang manusia di muka bumi. Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita
tapi sering juga ditemukan laki-laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) (Milagros.
2012).
Infeksi kandung kemih terjadi ketika ada bakteri atau Mikroorganisme lainnya, melekat pada
pembukaan uretra dan berkembang biak. Uretra adalah saluran yang menghubungkan
kandung kemih ke saluran luar pembuangan air seni. Dan karena pria memiliki uretra lebih
panjang daripada wanita, bakteri dan mikroorganisme lainnya lebih sulit menjangkau
kandung kemih dan menyebabkan Infeksi Kandung Kemih. Infeksi ini umumnya memang
terjadi pada wanita. Namun bukan berarti pria tidak pernah terjadi gejala penyakit ini. Hal ini
dikarenakan, berdasarkan fakta infeksi saluran kemih terjadi pada pria. Gejala awal Infeksi
Saluran Kemih adalah urin yang dikeluarkan tampak lebih keruh dan berbau, ingin selalu
buang air kecil namun hanya sedikit urin yang keluar dan menyebabkan rasa terbakar atau
sakit pada saluran urin saat buang air kecil. Gejala infeksi saluran kemih akut dan gejala
infeksi saluran kemih kronis memiliki persamaan pada proses timbul yang lambat dan radang
yang ringan. Pada umumnya gejala infeksi saluran kemih kronis akan terjadi dalam kurun
waktu jangka panjang dan juga akan terjadi penanahan berulang kali pada urine atau eritrosit.
Pada pasien-pasien ini umumnya memiliki catatan riwayat infeksi saluran kemih akut, batu
ginjal serta pertumbuhan yang abnormal atau faktor lainnya. Oleh karena itu,harus dilakukan
pemeriksaan yang lebih lanjut (Dephi, 2014).
Infeksi saluran kemih juga merupakan salah satu penyakit akut terbesar dari anak-anak atau
remaja dan kira-kira berpengaruh pada 6,5% perempuan dan 3,3% laki-laki pada satu tahun
pertama kehidupannya. Serta biasanya terjadi refluks vesika urinari yang mana
memperlihatkan 30% sampai 40% dari anak - anak dengan infeksi saluran kemih yang dapat
menjelaskan resiko untuk infeksi berulang dan pembentukan jaringan parut pada ginjal.
Prevalensi bakteriuria asimptomatik lebih sering ditemukan pada penderita infeksi saluran
kemih. Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1% meningkat menjadi 5% selama
periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimptomatik meningkat mencapai 30% baik
laki-laki ataupun perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti litiasis, obstruksi saluran
kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papiler, Diabetes mellitus paska transplantasi
ginjal, nefropati analgesik, sickle cell desease, hubungan seksual, kateterisasi, dan lain (Sigit
S, 2013).

Kondisi penyakit infeksi, salah satunya Infeksi Saluran Kemih, menyebabkan seseorang
bergantung kepada keluarganya. Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk merawat sesorang
dengan penyakit infeksi tidak lah sedikit sehingga menimbulkan masalah ekonomi pada
keluarga. Keluarga menjadi merasa bersalah, frustasi, cemas dan depresi terhadap penyakit
yang diderita oleh anggota keluarganya. Bagi anggota keluarga yang lain, waktu
kebersamaan dengan anggota keluarga akan berkurang sehingga mengakibatkan masalah
defisit interaksi pada setiap anggota keluarga (Sigit S, 2013).

Infeksi saluran kemih di Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, infeksi saluran
kemih di masyarakat makin meningkat seiring meningkatnya usia. Berdasarkan survey
dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang timbul dari Infeksi Saluran Kemih
diperkirakan lebih dari 13000 ( 2,3 % angka kematian). Pada usia muda kurang dari 40 tahun
mempunyai prevalensi 3,2% sedangkan diatas 65 tahun angka infeksi saluran kemih sebesar
20%. (Sigit S, 2013). Berdasarkan data rekam medis di RSUDZA Banda Aceh (2009-2014),
diketahui terjadi peningkatan kasus infeksi saluran kemih tiap tahunnya, dengan rata-rata
pertahun terdapat 75 kasus (Marlina, 2012
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G bailon dan
Aracelis Maglaya 1989).
Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil masyarakat
b. Terdiri dari dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f. Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Tipe keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
b. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk suatu keluarga.

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan suami atau istri

4. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lngkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, social dan spiritual

5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
Untuk meneruskan keturunan
Memelihara dan membesarkan anak
Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
Memberikan kasih saying dan rasa aman
Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
Membina sosialisasi pada anak
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk memnuhi
kebutuhan keluarga
Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang
akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.

e. Fungsi pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilkinya.
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

6. Ciri Ciri Keluarga


a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam suatu rumah.

7. Tahap Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah
tangga
b. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi
penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang
merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang
kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung
kepada kedua orangtuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah.

d. Tahap menghadapi anak prasekolah


Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai
bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan,
karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase
ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga
adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama,
norma-norma social budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari
anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara
teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan
umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yan paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan
mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri
tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling
pengerti antara kedua orangtua dengan anak perlu dipelihara dan
dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan
pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke
masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap
ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga
h. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,
tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi
dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan
stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orangtua mempersiapkan diri
untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

8. Tugas Tugas Keluarga


Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

9. Tugas Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara. Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.

10. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas utama
adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan,
meliputi:

a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut :
1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit
keturunan
b. Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil :
1) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun)
2) Menderita kekurangan gizi/anemia, hipertensi
3) Primipara atau multipara
4) Riwayat persalinan dengan komplikasi
c. Keluarga dimana anak manjadi risiko tinggi, karena :
1) Lahir premature/BBLR
2) Berat badan sukar naik
3) Lahir dengan cacat bawaan
4) ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau
anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga
1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga sehingga sering
timbul cekcok dan ketegangan
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit
4) Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai, atau lari meninggalkan
keluarga.

B. Konsep Dasar Penyakit Asma


1. Pengertian
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible
dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma
bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan
nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun
hasil dari pengobatan ( The American Thoracic Society ).
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :
a. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-
faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh
karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di
atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
b. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya
waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.
Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
c. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

3. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan,
logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
3) Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

4. Patofisiologi
Menurut Firshein (2006), ketika proses bernapas mengalami gangguan selama asma
seringkali diawali dengan faktor pemicu, seperti allergen, ketika hal tersebut terjadi
maka tubuh akan merespon dengan suatu reaksi sel peradangan yang kuat untuk
melawan. Sel-sel tersebut seperti eosinofil, sel mast, getah bening, basofil, neutrofil,
dan makrofag, sel-sel ini memberikan respon dengan mengeluarkan sejumlah zat
kimia seperti protein-protein dan peroksida beracun yang dimaksudkan meyerang
faktor pemicu, namun juga merusak beberapa jaringan yang melapisi paru. Lama
kelamaan serangan asma seringan sekalipun terbukti mampu menjadi penyebab atau
menjadi rentan terhadap rangsangan. Sebagai respon kejadian tersebut, jaringan
yang melapisi jalan pernapasan menjadi bengkak dan udara tidak dapat lagi bergerak
cepat, produksi mukus meningkat untuk melindungi jaringan yang rusak, akan tetapi
akan menutupu jalan napas, dan mengurangi kemampuan paru meyerap oksigen.
Saraf simpatis yang terdapat di bronkus, ketika terganggu atau terangsang maka
terjadi bronkokontriksi yang menyebabkan sulit bernapas, hasilnya adalah gejala
khas dari asma, yaitu mengi, napas yang pendek, batuk, berdahak, dan dada terasa
sesak.

5. Pathway
6. Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi (
whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada.
Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang
lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest,
sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat
dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

7. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

8. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
b. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama
dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.

9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Skala Prioritas Asma
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asma sehubungan dengan
kurangnya informasi masalah pengertian, penyebab, tanda dan gejala asma.
b. Ketidakmampuan keluarga dalam melakukan perawatan klien dengan asma,
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentang cara perawatan penyakit
asma.
c. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit asma berhubungan
dengan ketidak tahuan keluaraga tentang pengaruh lingkungan terhadap
peningkatan kesehatan pada klien.
d. Ketidakmampuan keluarga mengenal resiko tinggi terjadinya serangan ulang
karena tidak tahu faktor pencetus asma.

10. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Asma meliputi kegiatan
yang bertujuan:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan.
1) Tujuan: Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Asma
2) Intervensi:
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma, faktor
pencetus, tanda dan gejala, serta penanganannya.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan
c) Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
1) Tujuan: Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat
2) Intervensi:
a) Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan luasnya masalah
b) Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai tindakan yang tepat
c) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan
pemilihan tindakan yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
1) Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang mengalami asma
2) Intervensi:
a) Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma
b) Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi
c) Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu beristirahat
d) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan
e) Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan keluarga
1) Tujuan: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang proses penyembuhan dan pencegahan asma.
2) Intervensi:
a) Jelaskan pada keluarga tentang lingkungan yang berpengaruh untuk
menunjang proses penyembuhan asma
b) Mendemonstrasikan kepada keluarga cara menciptakan lingkungan yang
dapat menunjang proses pencegahan dan penyembuhan penyakit asma.
c) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungannya.
1) Tujuan: Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mengobati penyakit asma
2) Intervensi
Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada untuk
pemeriksaan dan pengobatan Asma
DAFTAR PUSTAKA

Firshein, Richard N. 2006. Memulihkan Asma: Cara Menghentikan Gangguan Asma Secara
Menyeluruh. Alihbahasakan Ali Akbar. Yogyakarta: Indeks.

Friedman, M. Marilyn. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi
ke-5. Jakarta: EGC.

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gagguan Sistem
pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda. 2012. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan NANDA Nort American Nursing
Diagnosis Association NIC-NOC. Yogyakarta : Media Hardy

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem pernapasan.
Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai