TINJAUAN PUSTAKA
Ulkus kornea akibat infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus,
maupun parasit.1
aegyptus, dan Listeria monocytogenes juga dapat menjadi bakteri penyebab ulkus
kornea.2 Pada penelitian yang dilakukan di poliklinik Rumah Sakit Mata Daerah
Faktor risiko pada ulkus kornea yang disebabkan bakteri terdiri atas trauma
kornea, pembedahan kornea, penggunaan lensa kontak, mata kering, dan abnormalitas
kelopak mata.2
monocytogenes dapat menyebabkan ulkus kornea melalui penetrasi epitel yang masih
1
intak. Bakteri lainnya seperti Staphylococcus, Streptococcus, dan Pseudomonas
Sumber infeksi dapat berasal dari eksogen, jaringan okular, maupun endogen.
korpus alienum yang terinfeksi, material vegetatif yang terinfeksi, dan infeksi yang
berasal dari water-borne atau air-borne. Kelainan pada konjungtiva dapat menyebar
ke epitel kornea sedangkan kelainan pada sklera dapat menyebar ke lapisan stroma
kornea. Kelainan pada traktus uvea juga dapat menyebar ke endotel kornea. Sumber
infeksi endogen pada kornea sangat jarang karena sifat kornea yang avaskular.4
penyebab untuk menghasilkan ulkus kornea. Kondisi tersebut meliputi adanya abrasi
kornea (akibat adanya korpus alienum yang kecil, trikiasis, dan trauma minimal),
epitel kornea yang kering (pada xerosis), nekrosis epitel (pada keratomalasia),
deskuamasi sel-sel epitel (akibat udem kornea), dan kerusakan epitel lainnya.4
Setelah epitel kornea yang rusak diinvasi oleh agen penyebab, proses
infiltrasi, ulserasi aktif, regresi, dan pembentukan sikatrik. Akhir dari perjalanan
ulkus kornea tergantung pada virulensi agen penyebab, mekanisme pertahanan tubuh
host, dan pengobatan yang diberikan. Pada umumnya, bentuk ulkus kornea
merupakan salah satu dari kondisi berikut, yaitu ulkus yang terlokalisir dan sembuh,
ulkus yang mengalami penetrasi lebih dalam sehingga terjadi perforasi kornea, atau
2
Stadium infiltrasi ditandai dengan infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan/atau
limfosit pada epitel kornea yang berasal dari sirkulasi perifer maupun stroma jika
Pada stadium ulserasi aktif, ulkus berasal dari nekrosis dan pengelupasan
epitel, membran Bowman, dan stroma. Dinding pada ulkus yang aktif menonjol
karena pembengkakan lamela akibat imbibisi cairan dan massa leukosit di antaranya.
Zona ini dapat meluas ke sekitarnya. Pada stadium ini, tepi dan dasar ulkus dapat
menyebabkan akumulasi eksudat purulen pada kornea. Selain itu, iris dan korpus
siliaris mengalami kongesti vaskular. Iritis dapat terjadi akibat absorpsi toksin yang
berasal dari ulkus. Eksudasi pada kamera okuli anterior yang berasal dari pembuluh
Pada stadium regresi, proses yang terjadi disebabkan oleh respon imun selular
dan humoral maupun pengobatan yang diberikan. Garis demarkasi akan terbentuk di
sekitar ulkus dan terdiri atas leukosit yang memfagosit organisme serta debris seluler
respon imun humoral dan seluler. Ulkus mulai membaik dan epitel mulai tumbuh di
sudut-sudut ulkus.
sikatrik melalui proses epitelisasi. Pada lapisan di bawah epitel, terdapat jaringan
fibrosa yang sebagian dibentuk oleh sel fibroblast kornea dan sebagian lagi dibentuk
3
oleh sel endotel pembuluh darah baru. Stroma akan menebal dan mengisi lapisan di
bawah epitel dan menekan permukaan epitel ke arah anterior. Derajat sikatrik yang
terbentuk cukup bervariasi. Jika ulkus sangat superfisial dan hanya melibatkan epitel,
penyembuhan akan terjadi tanpa meninggalkan opasitas. Pada ulkus yang melibatkan
membran Bowman dan beberapa lamela stroma yang superfisial, skar yang terbentuk
disebut sebagai nebula. Makula dan leukoma akan terbentuk setelah penyembuhan
a B
c D
Gambar 2.X. Stadium Pembentukan Ulkus Kornea (a) Stadium Infiltrasi (b)
Stadium Ulserasi Aktif (c) Stadium Regresi (d) Stadium Pembentukan
Sikatrik4
Ulkus kornea perforasi terjadi jika ulkus terbentuk lebih dalam dan mencapai
membran Descemet. Membran ini sangat kuat dan akan menonjol sebagai
descematocele. Pada stadium ini, semua aktivitas pasien seperti batuk, bersin,
mengedan, dan lain-lain akan menyebabkan perforasi pada ulkus kornea. Setelah itu,
4
aquous humor akan segera keluar, tekanan intraokular akan menurun, dan iris-lensa
maju ke depan. Efek perforasi tergantung pada letak dan ukuran perforasi. Jika
perforasi kecil dan berhadapan dengan jaringan iris, bagian itu akan tertutup dan
Jika agen penyebab infeksi sangat virulen dan/atau imunitas tubuh yang
sangat rendah, seluruh kornea akan mengelupas kecuali pada lingkaran sempit pada
daerah pinggir kornea dan prolaps iris total terjadi. Iris akan mengalami inflamasi dan
eksudat menutupi pupil dan permukaan iris sehingga kornea palsu akan terbentuk.
Eksudat tersebut akan membentuk lapisan fibrosa tipis pada epitel kornea atau
sangat tipis dan tidak dapat menahan tekanan intraocular sehingga akan menonjol
(bulging) keluar bersama jaringan iris. Sikatrik ini disebut sebagai staphyloma
anterior baik itu parsial maupun total. Pita jaringan sikatrik pada staphyloma
5
2.3.1.4. Manifestasi Klinis Ulkus Kornea Bakteri
Gambaran klinis pada ulkus kornea akibat bakteri tergantung pada virulensi
imun host. Ulkus kornea bakteri dapat bermanifestasi sebagai ulkus kornea purulen
Pada umumnya, gejala klinis ulkus kornea bakteri berupa nyeri dan sensasi
benda asing (akibat efek mekanik kelopak mata dan efek kimia dari toksin pada nerve
cahaya akibat stimulasi nerve ending), pandangan kabur (kornea yang keruh), dan
Tanda klinis pada ulkus kornea bakteri berupa edema kelopak mata,
ulkus kornea. Ulkus kornea awalnya tampak sebagai defek epitel dengan infiltrat
putih keabu-abuan dengan batas tegas. Selanjutnya, defek epitel dan infiltrat meluas
dan edema stroma terjadi. Ulkus kornea yang jelas ditandai dengan area ulkus
berwarna putih kekuningan dengan bentuk bulat atau ireguler, batas ulkus mengalami
edema, dasar ulkus ditutupi material nekrotik, dan edema stroma di sekitar area ulkus.
Kamera okuli anterior dapat disertai hipopion. Pupil dapat mengalami miosis akibat
iritis yang diinduksi toksin. Tekanan intraocular terkadang bisa meningkat pada
6
(a) (b)
Gambar 2.X Ulkus Kornea (a) Stadium Awal (b) Stadium Akhir6
Sebagian bakteri penyebab ulkus kornea bakteri memiliki karakteristik yang
khas. Pada infeksi Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumonia, ulkus oval
berwarna kekungingan, opak, dan dikelilingi oleh kornea yang relatif jernih. Pada
Ulkus ini menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan perforasi dalam 48-72
jam.4
(a) (b)
Gambar 2.X. Ulkus Kornea Bakteri (a) Pneumococcus4 (b) Pseudomonas5
kokus Gram positif pada infeksi pneumokokal dan basil Gram negatif pada infeksi
Pseudomonas.1 Kerokan dilakukan pada dasar dan tepi ulkus dalam anestesi lokal
7
(xylocaine 2%) menggunakan spatula Kimura yang sudah dimodifikasi. Sampel yang
Gambar 2.X. Pewarnaan Gram Ulkus Kornea Bakteri dan Media Kultur10
bakteri penyebab.4 Respon perbaikan yang diharapkan dari pengobatan ulkus kornea
bakteri terdiri dari perbaikan visus, berkurangnya infiltrat (densitas dan ukuran),
edema stroma, plaq endotel, reaksi di kamera okuli anterior, hipopion, dan terjadi
reepitelisasi.2
a. Pengobatan spesifik
Terapi topikal inisial sebelum hasil kultur dan sensitivitas keluar harus
8
Kombinasi gentamisin atau tobramisin dengan sefazolin tetes mata dapat
diberikan setiap atau 1 jam selama beberapa hari pertama lalu dikurangi
setiap 2 jam. Setelah respon yang diinginkan tercapai, obat tetes mata
sehari) dapat diberikan pada kasus berat dengan perforasi atau jika sklera
ikut terlibat.4
posterior dari iridosiklitis sekunder. Obat pilihan yaitu atropin 1%. Atropin
tekanan pada arteri siliaris anterior dan membawa lebih banyak antibodi
c. Terapi umum
9
Pemberian bahan-bahan yang bersifat hangat dapat memberikan rasa
atas, hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan penyebab kondisi
tersebut. Penyebab yang sering dapat dibedakan menjadi penyebab lokal dan
diagnosis yang salah, lagoftalmus, dan vaskularisasi berlebihan pada ulkus. Penyebab
sistemik berupa diabetes melitus, anemia berat, malnutrisi, dan pasien dengan
ulkus menggunakan spatula dalam anestesi lokal. Kauterisasi ulkus juga dapat
20%. Penekanan dengan menggunakan lensa kontak lunak (soft contact lens) juga
10
Jika perforasi ulkus kornea akan segera terjadi, ada hal-hal yang harus
diperhatikan pada pasien. Pasien harus menghindari bersin, batuk, dan mengedan
selama buang air besar serta harus tirah baring. Perban pada mata dapat diberikan
sebagai usaha suportif dari eksternal. Pemberian asetazolamid 250 mg 4x sehari per
oral, drip manitol (20%) intravena, gliserol oral 2x sehari, timolol 0,5% tetes mata 2x
sehari, dan bahkan parasentesis dengan evakuasi aquous yang pelan pada kamera
okuli anterior dapat dilakukan jika dibutuhkan. Pemberian lem adhesive jaringan
menutup komplit atau parsial dari kornea juga dapat memberikan dukungan pada
jaringan yang lemah. Penekanan menggunakan lensa kontak lunak juga dapat
Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah perforasi. Namun,
tergantung pada ukuran perforasi dan ketersediaan alat, misalnya lem adhesif
jaringan, flap konjungtiva, penekanan dengan lensa kontak lunak, atau keratoplasti
biasanya berhubungan dengan ulkus kornea purulen akibat absorpsi toksin ke dalam
11
kamera okuli anterior. Glaukoma sekunder terjadi karena eksudat yang kaya akan
Descematocele atau keratocele merupakan tanda perforasi yang akan segera terjadi
dan biasanya disertai dengan nyeri yang berat. Setelah perforasi terjadi, nyeri segera
menurun dan pasien merasakan cairan yang panas (aquous humor) keluar dari mata.4
Sekuele dari perforasi kornea cukup bervariasi. Prolaps iris terjadi segera
setelah perforasi. Subluksasi atau dislokasi anterior lensa dapat terjadi akibat
peregangan mendadak atau ruptur zonula pada lensa. Katarak kapsular anterior dapat
terbentuk jika lensa berkontak dengan ulkus setelah perforasi pada daerah pupil.
Fistula kornea juga dapat terbentuk jika perforasi pada daerah pupil dan tidak ditutupi
oleh iris. Fistula ini biasanya dilapisi oleh epitel dan kebocoran aquous humor terus
vitreus atau perdarahan koroid ekspulsif bisa terjadi pada pasien dengan penurunan
Sikatrik pada kornea merupakan akhir dari perbaikan ulkus kornea dan
biasanya menyebabkan gangguan visual permanen mulai dari sedikit kabur hingga
buta total. Berdasarkan perjalanan klinis ulkus, sikatrik kornea yang terbentuk dapat
berupa nebula, makula, leukoma, sikatrik ektatik atau kerektasia, leukoma adherent,
12
Prognosis ulkus kornea bakteri pada umumnya bervariasi. Kondisi yang dapat
mengancam fungsi penglihatan adalah ulkus yang berukuran > 1-2 mm, berada pada
Spesies jamur yang dapat menyebabkan ulkus kornea dapat dibagi menjadi
Curvularia, dan Penicillium) atau berbentuk ragi (Candida dan Cryptococcus). Jamur
Faktor risiko ulkus kornea jamur terdiri dari trauma pada kornea yang berasal
dari material vegetatif (daun hasil panen, ranting pohon, jerami, rumput kering, sayur-
sayuran), trauma oleh ekor hewan, penggunaan lensa kontak, penggunaan steroid atau
antibiotik topikal, defek epitel yang tidak sembuh, dan penurunan sistem imun.2,4
Gejala yang ditemukan pada ulkus kornea jamur hampir sama dengan ulkus
kornea bakteri. Namun, perjalanan penyakit ini umumnya lebih lambat. Tanda klinis
yang dapat ditemukan berupa adanya ulkus kornea yang tampak kering dan berwarna
putih keabu-abuan dengan batas yang licin dan terangkat. Perluasan ulkus seperti jari
dapat ditemukan pada stroma di bawah epitel yang masih intak. Cincin imun
antigen dan antibodi. Sejumlah lesi satelit kecil dan multipel bisa ditemukan di sekitar
13
ulkus. Hipopion yang besar biasanya ada walaupun ulkus berukuran kecil dan dapat
tidak steril karena jamur mampu melakukan penetrasi ke kamera okuli anterior tanpa
perforasi. Perforasi pada tipe ulkus ini sangat jarang dan vaskularisasi kornea tidak
ada.4
calcofluor white, dan pewarnaan Gram untuk melihat hifa jamur serta kultur pada
(a) (b)
Gambar 2.X. Pemeriksaan Penunjang Ulkus Kornea Jamur (a) Gram (b) KOH9,10
14
Pengobatan spesifik yang diberikan adalah obat topikal antijamur tetes mata
selama 6-8 minggu, misalnya natamycin (5%), flukonazol (0,2%), dan nistatin
Virus yang sering menyebabkan ulkus kornea adalah virus herpes simplek
Faktor risiko infeksi HSV adalah demam, paparan sinar UV, kelelahan, trauma
ringan pada mata, stres, pemberian steroid topikal atau sistemik serta agen
imunosupresan.4
Virus HSV-1 diperoleh dari ciuman atau kontak dekat dengan pasien yang
mengalami herpes labialis. Virus HSV-2 diperoleh pada neonatus melalui genitalia
ibu yang terinfeksi. Bentuk infeksi pada mata terbagi atas infeksi herpes primer
Infeksi primer terjadi pada seseorang dengan kondisi imun yang belum
matang, biasanya pada anak-anak usia 6 bulan 5 tahun. Bentuk ini bersifat self-
limited dan virus akan bergerak menuju ganglion trigeminal sehingga terjadi infeksi
15
laten. Virus yang dorman akan mengalami reaktivasi pada kondisi-kondisi tertentu
Gejala dini pada infeksi virus herpes simplek diawali dengan injeksi siliar
yang kuat disertai dataran sel di permukaan epitel kornea. Gejala lainnya berupa rasa
nyeri, fotofobia, dan lakrimasi. Pada ulkus dendritik, ulkus berbentuk ireguler dan
bercabang seperti garis zigzag. Selain itu, terdapat bulatan di akhir cabang ulkus dan
dasar ulkus akan diwarnai dengan fluorescein. Sensasi kornea juga mengalami
penurunan. Pada ulkus geografik, cabang ulkus dendritik membesar dan membentuk
ulkus epitel yang lebih besar seperti amoeboid. Penggunaan steroid pada ulkus
(a) (b)
Gambar 2.X. Ulkus Kornea (a) Dendritik (b) Geografik10
4
Kerokan dari lesi epitel akan ditemukan sel-sel raksasa multinuklear. Namun,
ulkus dapat ditegakkan secara klinis berdasarkan bentuk ulkus yang khas dan
penurunan sensasi kornea. Selain itu, pemeriksaan PCR juga dapat dilakukan dari
16
2.3.3.6. Penatalaksanaan Ulkus Kornea Virus
Obat antiviral merupakan lini pertama saat ini. Salep mata asiklvoir 3%
diberikan 5x sehari hingga ulkus membaik selanjutnya 3x sehari selama 5 hari. Obat
ini kurang toksik dan lebih banyak digunakan. Obat mengalami penetrasi melalui
epitel kornea dan stroma serta mencapai level terapeutik pada aquous humor. Obat
lainnya berupa obat tetes mata triflurotimidin 1% setiap 2 jam hingga ulkus membaik
dan dilanjutkan 4x sehari selama 5 hari atau salep mata adenin arabinosid 3% 5x
Lesi biasanya akan sembuh dalam waktu 4 hari dan sempurna dalam 10 hari.
Setelah sembuh, obat tersebut diturunkan dan berhenti dalam 5 hari. Jika tidak ada
Debridement mekanik melibatkan area epitel yang sehat di sekeliling ulkus dengan
kontak (menggunakan air salin buatan rumah atau air keran maupun tablet salin yang
17
terkontaminasi), trauma ringan dengan sayur yang terkontaminasi, perenang, angin,
penggunaan hot tub, paparan air berlumpur, dan infeksi oportunistik (pada keratitis
lingkungan yang sesuai, kista dapat berubah ke dalam bentuk tropozoit. Bentuk ini
jaringan.10
Gejala klinis ulkus kornea Acanthamoeba adalah nyeri yang sangat berat
pandangan kabur. Ulkus ini berkembang perlahan-lahan selama beberapa bulan dan
disertai remisi sementara. Tanda klinis pada infeksi ini cukup bervariasi. Lesi awal
berupa limbitis, garis-garis opak, epitel dan subepitel opak yang halus, dan
keratoneuritis radial dalam bentuk infiltrat bersama nervus di kornea. Pada kasus
lanjut, lesi terletak di sentral atau parasentral, berbentuk cincin dengan infiltrat stroma
dan defek pada epitel, bahkan bisa membentuk absen cincin. Hipopion juga dapat
ditemukan.4
18
Gambar 2.X. Ulkus Kornea Acanthamoeba10
pada sediaan KOH dan pewarnaan calcofluor menunjukkan kista berwarna hijau apel
nonnutrien (kaya Eschericia coli) dan menunjukkan tropozoit dalam 48 jam, yang
memuaskan. Pengobatan spesifik yang dapat diberikan meliputi obat tetes mata
19
biguanid 0,01-0,02%, klorheksidin, dan obat lainnya (paromomisin, flukonazol,
tahun. Keratoplasti sering dilakukan pada kasus yang tidak ada perbaikan.4
20
Sumber:
1. Eva PR, Whitcher JP. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi ke-17.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Trattler W, Kaiser PK, Friedman NJ. 2012. Review of Opthalmology. Edisi ke-2.
Cina: Elsevier Saunders.
3. Ravinder K, Madhav MV, Archana J, Pandurang J. Clinical Evaluation of Corneal
Ulcer among Patients Attending Teaching Hospital. International Journal of
Contemporary Medical Research. 2016; 3(4): 949-52.
4. Khurana AK. 2007. Comprehensive Opthalmology. Edisi ke-4. India: New Age
International.
5. Weiner G. Confronting Corneal Ulcers: Pinpointing Etiology is Crucial for
Treatment Decision Making. Eyenet. 2012: 44-52.
6. Duanne
Langston DP, editor. 2008. Manual of Ocular Diagnosis & Therapy. Edisi ke-6.
Lippincott Williams & Wilkins.
7. Ehlers JP, Shah CP, editor. 2008. The Wills Eye Manual. Edisi ke-5. Lippincott
Williams & Wilkins.
8. Upadhyay MP, Srinivasan M, Whitcher JP. Diagnosing and Managing Microbial
Keratitis. Community Eye Health Journal. 2015; 28(89): 3-6.
9. World Health Association. 2004. Guideline for the Management of Corneal Ulcer
at Primary, Secondary, & Tertiary Health Facilities in the South-East Asia
Region.
10. Kanski JJ. 2007. Kanski Clinical Opthalmology. Edisi ke-6. Cina: Butterworth
Heinemann Elsevier.
11. Farida Y. Corneal Ulcers Treatment. J Majority. 2015; 4(1): 119-27.
21