Anda di halaman 1dari 30

MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL GURU MELALUI

SUPERVISI DAN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DI SMA


NEGERI 1 TANJUNG RAJA

LAPORAN
Best Practice
Oleh :

Dra. Sutinawati, M.Si


Nip 17660606 199103 2 008

PEMERINTAH KABUPATEN OGAN ILIR

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMA NEGERI 1 TANJUNG RAJA

TAHUN 2017

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Permasalahan ............................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

BAB II METODE PENYELESAIAN MASALAH


2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 8
2.1.1 Guru Sebagai Tenaga Profesional .................................................... 8
2.1.2 Kompetensi Guru ............................................................................. 8
2.1.3 Supervisi Pendidikan ....................................................................... 12
2.2 Metode Penyelesaian Masalah ................................................................... 18
2.2.1 Kegiatan Observasi .......................................................................... 18
2.2.2 Hasil dan Pembahasan ..................................................................... 19
a. Deskripsi Persiapan .................................................................... 19
b. Deskripsi Pelaksanaan Observasi tahap Pertama ....................... 20
c. Deskripsi Pelaksanaan Supervisi ................................................ 22
d. Pembinaan Kepala Sekolah ........................................................ 23
e. Deskripsi Pelaksanaan Observasi tahap Akhir ........................... 24
f. Deskripsi Peningkatan Kompetensi Sosial ................................. 25

BAB III SIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan................................................................................................ 27
3.2. Saran.......................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 28

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.(UUD RI No.20 tahun 2003)
Dale (1969) mendefiniskan pendidikan sebagai suatu usaha secara sadar yang
dilakukan keluarga, masyarakat maupun pemerintah melalui suatu kegiatan
pengajaran, bimbingan, serta latihan, dan berlangsung baik dilingkungan sekolah
maupun diluar sekolah seumur hidup untuk mempersiapkan peserta didik, dengan
tujuan agar mampu memainkan peranan di berbagai lingkungan secara tetap untuk
masa mendatang. Dari dua pandangan ini, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan proses pembelajaran yang dilakukan seseorang secara langsung atau
tidak langsung untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya
sehingga dapat berguna dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembentukan karakter menjadi salah satu tujuan
pendidikan nasional. Dalam pasal 1 dijelaskan bahwa di antara tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk mempunyai
kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Amanah undang-undang ini
bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk manusia indonesia yang
cerdas, tetapi juga berkepribadian atau berkarakter sehingga nantinya akan lahir
generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernapas nilai-
nilai luhur bangsa serta agama.
Proses dan pencapaian tujuan suatu pendidikan berlangsung dengan
melibatkan proses pembelajaran didalamnya. Pembelajaran dapat diartikan
sebagai proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang terjadi terus-

1
menerus dengan tujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
yang dimiliki peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2014) yang
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik. Pendapat ini menjelaskan bahwa kegiatan belajar
dilakukan oleh peserta didik dan kegiatan mengajar dilakukan oleh guru. Guru
menjadi bagian penting dalam pembelajaran, guru menjadi salah satu faktor yang
memperngaruhi proses pembelajaran karena guru berperan aktif dalam membantu
peserta mengembangkan kemampuannya.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas, guru memiliki peranan penting dalam
mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan, baik jalur pendidikan
formal maupun informal. Pada hakikatnya, mutu pendidikan ditentukan oleh
beberapa faktor penting, yaitu menyangkut input, proses, dukungan lingkungan,
serta sarana dan prasarana. Input berkaitan dengan kondisi peserta didik (minat,
bakat, potensi, motivasi, dan sikap), sedangkan proses berkaitan erat dengan
penciptaan suasana pembelajaran, yang dalam hal ini lebih banyak ditekankan
pada kreativitas pengajar (guru) dan dukungan lingkungan. (Trisoni: 2011)
Berkaitan dengan proses yang terjadi, guru menjadi faktor utama dalam
penciptaan suasana pembelajaran. Menurut Brandt dalam Jalal (2001) guru
merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada pada
titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada
perubahan-perubahan kualitatif. Setiap usaha peningkatan kualitas pendidikan dan
pembaruan kurikulum, pengembangan metode-metode mengajar, penyediaan
sarana dan prasarana hanya akan berarti bila melibatkan guru.
Mengingat pentingnya peran guru dalam menentukan kualitas pendidikan
maka diperlukan syarat, kompetensi, dan kemampuan professional sebagai
seorang pendidik. Berdasarkan UU nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa seorang guru harus memiliki empat
kompetensi, meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi professional. Pada PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 (3) mendeskripsikan keempat
kompetensi guru professional tersebut sebagai berikut; 1) Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman

2
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
kompetensi yang dimilikinya; 2) Kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia; 3) Kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan; 4) Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.
Guru dituntut untuk memiliki keempat kompetensi tersebut hal ini bertujuan
agar guru menjadi tenaga yang bermutu, menjadikan pembelajaran bermutu juga,
dan akhirnya meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, sebagaimana yang
dinyatakan Idris (2007) bahwa semakin baik kualitas professional guru akan
semakin besar pula pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas belajar dan
mengajar. Hal ini disebabkan guru mempunyai kemampuan mengajar tinggi
mampu mengoptimalkan dan mendayagunakan atau menggunakan komponen
pendidikan dengan baik.
Salah satu kompetensi guru yang harus dimiliki guru sebagai tenaga
profesional adalah kompetensi sosial. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia
(UU RI) No.14 pasal 10 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa kompetensi
sosial guru adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan siswa, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat. Pendapat ini sejalan dengan Arikunto (1993) yang menyatakan bahwa
kompetensi sosial berarti bahwa guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi
sosial dengan siswa, sesama guru, kepala sekolah dan masyarakatnya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kompetensi sosial berarti
kemampuan seorang guru dengan kecerdasan sosial dan emosional yang dimiliki
dalam berkomunikasi dan beriteraksi dengan semua pihak yang terlibat dalam
proses pendidikan di sekolah, meliputi; interaksi guru dengan siswa, interaksi
dengan sesame guru, interaksi guru dengan kepala sekolah, interaksi guru dengan
wali murid dan komite, serta interaksi guru dengan lingkungan dan masyarakat.

3
Kompetensi sosial guru menjadi bagian yang sangat penting dan sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran. Kompetensi sosial guru sangat diperlukan
dalam proses pembelajaran agar guru menjadi tokoh teladan bagi para siswa
dalam mengembangkan pribadi siswa yang memiliki hati nurani, peduli dan
empati kepada sesama. Berdasarkan definisinya dijelaskan bahwa pokok utama
dari kompetensi sosial adalah interaksi sosial yang dilakukan guru. Ashiddiqi
(2012) menjelaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan belajar
mengajar terjadi interaksi sosial. Interaksi dilakukan oleh guru dan siswa baik di
dalam atau luar kelas. Interaksi tersebut akan mendukung terhadap kelancaran
proses pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan proses pembelajaran mamang harus
memperhatikan pergaulan yang efektif dengan siswa, hal tersebut dapat
memotivasi siswa untuk lebih giat belajar
Bersasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru sebagai tenaga
profesional memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Guru sebagai tenaga profesional memiliki standar kemampuan dan kompetensi
yang harus dimiliki dan sebagai wujud dari profesionalitas seorang guru harus
terus-menerus melakukan perkembangan dan peningakatan kemampuan yang
dimiliki sesuai dengan tuntutan zaman. Salah satu kompetensi yang harus terus
dikembangkan demi terwujudnya mutu pendidikan yang berkualitas adalah
kompetensi sosial guru. Hal ini karena proses pembelajaran akan berjalan dengan
baik atau menyenangkan apabila pelajaran dapat dipahami dan terjalin hubungan
yang baik antara pendidik dan peserta didik. Dengan meningkatnya kompetensi
sosial guru maka materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami.
Namun, dalam dunia pendidikan Indonesia saat ini salah satu masalah yang
terus terjadi adalah masalah mengenai kurangnya profesionalisme guru,
Kurangnya profesionalisme guru ini ditandai dengan kurang nya kompetensi yang
dimiliki guru. Dalam mengatasi masalah profesionalisme guru, pada hakikatnya
terdapat banyak usaha yang dilakukan pemerintah, meliputi; workshop, pelatihan-
pelatihan, diskusi forum guru, program sertifikasi guru dan supervisi.
Walaupun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah
ini, namun pada kenyataannya masih ada guru. Berdasarkan hasil observasi
penulis terhadap guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja diperoleh hasil bahwa
kompetensi sosial yang dimiliki guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja masih

4
terkategori cukup dengan persentase 60%. Dari hasil observasi pada kegiatan
guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja, ditemukan bahwa persentase guru yang
menggunakan media pembelajaran adalah 51%, persentase guru yang mampu
menciptakan suasana belajar adalah 54%, dan interaksi yang terjalin antara guru
dengan sesama guru serta masyarakat memiliki persentase 64% dan 56 %. Hal ini
menunjukkan bahwa di SMA Negeri 1 Tanjung Raja kompetensi sosial guru
masih harus ditingkatkan
Salah satu alasan yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan peningkatan
pada kompetensi guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja adalah dikarenakan kesulitan
yang dialami siswa dalam proses pembelajaran, berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan ditemukan bahwa; guru melakukan kegiatan pembelajaran yang
sama secara terus menerus, proses pembelajaran tidak melibatkan model dan
media pembelajaran yang sesuai, saat melakukan proses diskusi guru tidak
berperan sebagai pemimpin diskusi, cara guru menjelaskan materi terlalu cepat,
serta lemahnya suara guru dalam menjelaskan. Kegiatan guru semacam ini tentu
harus diperbaiki karena dapat menghambat aktivitas siswa dalam menerima materi
pembelajaran.
Upaya yang peneliti tempuh untuk meningkatkan kompetensi sosial guru di
SMA Negeri 1 Tanjung Raja adalah melalui kegiatan supervisi dan pembinaan
yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Tujuan pelaksanaan supervisi ini adalah agar
guru dapat terus mengembangkan kemampuan mengajar nya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Trisoni (2011) yang menyatakan bahwa supervisi memberikan
dampak positif dalam pelaksanaan pembelajaran. Supervisi yang dilakukan di
suatu instansi pendidikan mampu meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran, meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran,
meningkatkan kinerja guru dalam menilai prestasi belajar, dan meningkatkan
kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar
siswa.
Menurut Suryosubroto (2010) supervisi adalah pembinaan yang diberikan
kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan dan
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Supervisi dilakukan
oleh pengawas, kepala sekolah, dan instruktur mata pelajaran yang bertujuan

5
untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan aspek pembelajaran dibidang
administrasi dan edukasi.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti terdorong untuk meneliti peningkatan
kinerja dan kompetensi guru melalui kegiatan supervisi. Judul penelitian ini
adalah Meningkatkan Kompetensi dan Kinerja Guru Melalui Supervisi
Akademik Berkelanjutan di SMA Negeri 1 Tanjung Raja.

1.2 Permasalahan
Guru merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan dari proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa.
Interaksi yang terjalin dengan baik antara guru dan peserta didik tentu akan
mendukung proses perkembangan dan prestasi siswa. Selain melakukan interaksi
dengan siswa, guru juga melakukan interaksi dengan semua pihak yang terlibat
dalam instansi pendidikan, dalam hal ini yaitu; inteaksi dengan kepala sekolah,
guru lain, wali siswa dan komite, serta masyarakat. Kecakapan guru dalam
melakukan interaksi ini merupakan salah satu ciri guru yang memiliki kompetensi
sosial. Mengingat pentingnya kompetensi sosial ini dalam proses pembelajaran,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kompetensi
sosial. Berikut ini beberapa masalah yang terjadi di SMA Negeri 1 Tanjung Raja :
a. Interaksi guru dengan siswa saat proses kegiatan pembelajaran belum
berlangsung dengan baik, hal ini ditandai dengan guru belum menerapkan
model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi, cara berkomunikasi
yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi belum efektif, serta
kurangnya managemen kelas yang dilakukan guru.
b. Kurangnya dukungan dan keperdulian guru terhadap kegiatan yang dilakukan
siswa diluar jam pembelajaran.
c. Interaksi guru dengan masyarakat (dalam ruang lingkup pendidikan) belum
harmonis.
d. Kurangnya keperdulian wali kelas terhadap peserta didik.
Berdasarkan uraian masalah diatas, peneliti sebagai kepala sekolah mencoba
untuk membenahi keadaan tersebut. Identifikasi masalah yang diungkap diatas,
penulis merumuskan :
Bagaimana gambaran kompetensi sosial guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja ?
dan Bagaimana pengaruh supervisi akademik dan pembinaan terhadap
peningkatan kompetensi sosial guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja ?

6
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan gambaran kompetensi sosial guru SMA Negeri 1 Tanjung
Raja
2. Mendeskripsikan pengaruh supervisi akademik dan pembinaan terhadap
peningkatan kompetensi sosial guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran, khususnya mengenai pengaruh supervisi terhadap kinerja guru
sehingga proses pembelajaran disekolah akan selalu berkembang.
2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran,
informasi, serta bahan pengalaman demi meningkatnya kualitas pembelajaran
yang dilakukan.
3. Bagi peserta didik, diharapkan penelitian ini memberikan dampak posistif
dalam hal motivasi belajar dan suasana pembelajaran siswa secara langsung.

BAB II
METODE PENYELESAIAN MASALAH

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Guru sebagai Tenaga Profesional


Guru adalah orang dewasa yang secara professional bertugas untuk
melaksanakan proses pendidikan secara keseluruhan terhadap peserta didik serta
untuk membina akhlak atau karakter peserta didik agar menjadi manusia yang
berpengetahuan serta berkarakter. Guru juga merupakan orang yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Seorang guru harus benar-benar
membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai serta mempunyai
pandangan yang luas dan berwibawa atau kewibawaan.

7
Guru yang profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar,
menguasai metode yang tepat, namun juga mampu memotivasi peserta didik,
memiliki ketrampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia
pendidikan. Guru yang profesional juga harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang hakekat manusia dan masyarakat. Hakikat-hakikat ini akan
melandasi pola piker dan pola kerja guru dan loyalitasnya kepada profesi
pendidikan. Juga dalam implementasi pembelajaran guru harus mampu
mengembangkan budaya organisasi kelas, dan iklim organisasi kelas, dan iklim
organisasi pembelajaran yang bermakna, kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis
sehingga menyenangkan bagi peserta didik sesuai dengan tuntutan Undang-
Undang Sisdiknas (UU No.20 Tahun 2003 pasal 40 ayat 2 a)

2.1.2 Kompetensi Guru


Pemerintah telah merumuskan syarat kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada bab IV pasal 10 disebutkan
bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi.
Kompensi pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik
untk mengaktuaisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi personal
adalah kemampaun kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial
adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, otang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
a. Kompetensi Sosial Guru

8
Dalam undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
disebutkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar,dan pendidikan menengah (Ashsiddiqi, 2012).
Guru yang profesional harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan
program pembelajaran. Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang
Guru dan Dosen (2006) Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi (Novauli, 2015).
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai makhluk sosial
dalam berinteraksi dengan orang lain. Kompetensi ini berhubungan dengan
kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial, meliputi:
(1) kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat
untuk meningkatkan kemampuan profesional; (2) kemampuan guru dalam
menjalin komunikasi dengan pimpinan; (3) kemampuan guru berkomunikasi
dengan orang tua; (4) Kemampuan guru berkomunikasi dengan masyarakat;
(5) kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga
kemasyarakatan; dan (6) kemampuan untuk pendidikan moral (Novauli,
2015). Sejalan dengan pernyataan Sagala (2009) yang menyatakan bahwa
Indikator kemampuan sosial guru adalah mampu berkomunikasi dan bergaul
dengan Belajar, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua dan wali
murid, masyarakat dan lingkungan sekitar, dan mampu mengembangkan
jaringan.
Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu
dicontoh dan merupakan suritauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru
perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyakat, dalam rangka
pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan dimilikinya
kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan
berjalan dengan lancar (Muspiroh, 2016).

9
Adapun menurut Kunandar (2007) guru yang memikili kompetensi
sosial memiliki ciri-ciri:
1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.
2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan
3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar
Guru hendaknya mengupayakan pengembangan kecerdasan sosialnya,
karena kecerdasan sosial guru akan membantu memperlancar jalannya
pembelajaran serta dapat menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar.
Guru hendaknya mengikuti pelatihan berkaitan dengan kompetensi sosial
guru, hal ini untuk mengembangkan kompetensi sosial guru hendaknya
mengikuti pelatihanpelatihan berkaitan dengan kompetensi sosial. Namun
sebelum itu juga perlu diketahui tentang target atau dimensi-dimensi
kompetensi ini yaitu; kerja tim, melihat peluang, peran dalam kegiatan
kelompok, tanggung jawab sebagai warga, kepemimpinan, relawan sosial,
kedewasaan dalam berelasi, berbagi, berempati, kepedulian kepada sesama,
toleransi, solusi konflik, menerima perbedaan, kerjasama dan komunikasi
(Ashsiddiqi, 2012).
Menurut Musaheri (2009), karakteristik guru yang memiliki kompetensi
sosial adalah berkomunikasi secara santun dan bergaul secara efektif.
Berkomunikasi secara santun. Made Pidarta dalam bukunya Landasan
Kependidikan, menuliskan pengertian komunikasi adalah proses penyampaian
pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang.
Ada sejumlah alat yang dapat dipakai untuk mengadakan komunikasi. Alat
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Melalui pembicaraan dengan segala macam nada seperti berbisik-bisik,
halus, kasar dan keras bergantung kepada tujuan pembicaraan dan sifat
orang yang berbicara.
2. Melalui mimik, seperti raut muka, pandangan dan sikap.
3. Dengan lambang, contohnya bicara isyarat untuk orang tuna rungu,
menempelkan telunjuk di depan mulut, menggelengkan kepala,

10
menganggukkan kepala, membentuk huruf O dengan tujuan dengan
tangan dan sebagainya.
4. Dengan alat-alat, yaitu alat-alat eletronik, seperti radio, televisi, telepon
dan sejumlah media cetak seperti; buku, majalah, surat kabar, brosur, dan
sebagainya.
Empat alat di atas bisa digunakan guru ketika proses pembelajaran
berlangsung. Dengan adanya komunikasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran
berarti guru memberikan dan membangkitkan kebutuhan sosial siswa. Siswa akan
merasa bahagia karena adanya perhatian yang diberikan guru, sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar mereka.
b. Kaitan Kompetensi Sosial Guru dengan Perkembangan/Prestasi Siswa
Salah satu yang disarankan Buzan (2007) untuk memiliki kecerdasan
sosial adalah guru. Guru memiliki tanggungjawab untuk bertatap muka
dengan siswa, relasi kerja dan orang tua siswa yang membutuhkan kecerdasan
sosial dalam setiap interaksinya, utamanya untuk mencapai tugas seorang
guru sebagai pendidik. Guru sebagai seorang pendidik dapat melaksanakan
perannya jika guru tersebut bila ditunjang oleh kompetensi-kompetensi
pedagogik terutama adalah kompetensi sosial. Guru akan mampu
menciptakan pembelajaran yang efektif dengan komptensi ini misalnya guru
mempunyai keterampilan dalam membina hubungan antara guru dengan
murid, guru dengan sesama guru, guru dengan kepala sekolah, guru dengan
komite sekolah, serta hubungan antara guru dengan masyarakat/lingkungan.
Guru yang memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani
oleh siswa. Sebab dalam pembelajaran guru harus selalu berkomunikasi
dengan siswa yang sifatnya membangun proses pembelajaran yang
menyenangkan, agar terjadi komunikasi multi arah antara guru dan siswa
dalam pembelajaran yang akan menjadikan siswa aktif. Dengan kemampuan
berkomunikasi yang baik dengan peserta didik, maka guru tersebut akan
memberikan pembelajaran yang lebih bervariatif untuk menggantikan cara
mengajar di mana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya
mendengarkan.

11
Nurfuadi dalam Muspiroh (2016) menyatakan bahwa guru perlu
memiliki kompetensi sosial untuk berhubungan dengan masyarakat dalam
rangka menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif karena
dengan dimilikinya kompetensi sosial tersebut, otomatis hubungan sekolah
dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar sehingga jika ada keperluan
dengan orang tua siswa atau masyarakat tentang masalah yang perlu
diselesaikan tidak akan sulit menghubunginya. Goleman (2006) percaya
bahwa secara umum kecerdasan sosial seorang guru dapat membentuk iklim
belajar yang baik dan meningkatkan kemampuan belajar siswa. Dengan
kecerdasan sosial, guru akan lebih mudah mengelola sebuah proses belajar
mengajar, sebagaimana seorang guru dituntut untuk menjadi figur sentral
yang kuat dan berwibawa, namun tetap bersahabat (Syah, 2008).
2.1.3 Supervisi Pendidikan
Dilihat dari sudut etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision
yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan (Subari, 1994). Menurut
Subroto (1988) supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staff
sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan
situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Purwanto (2003), supervisi ialah suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Supervisi pendidikan adalah
pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi
pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan
belajar pada khususnya.
a. Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada guru dan staff agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas
kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar
mengajar. Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari
supervisi pendidikan yaitu (Sholeh, 2016) :

1. Meningkatkan mutu kinerja guru

12
Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran
sekolah dalam mencapai tujuan tersebut

Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami


keadaan dan kebutuhan siswanya.

Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam


satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta
saling menghargai satu dengan lainnya.

Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan


prestasi belajar siswa.

Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi,


keahlian dan alat pengajaran.

Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang


dapat membantu guru dalam pengajaran.

Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah


untuk reposisi guru.

2. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana


dengan baik

3. Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada


untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu
mengoptimalkan keberhasilan siswa

4. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung


terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat
mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan

5. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang


tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas
pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan

13
b. Sasaran Supervisi Pendidikan
Ramlie (2015) menuliskan bahwa sasaran utama dari pelaksanaan kegiatan
supervisi tersebut adalah peningkatan kemampuan profesional
guru (Depdiknas, 1986; 1994 & 1995). Sasaran Supervisi Ditinjau dari objek
yang disupervisi, ada 3 macam bentuk supervisi :
1. Supervisi Akademik, Menitikberatkan pengamatan supervisor pada
masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam
lingkungan kegiatanpembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses
mempelajari sesuatu
2. Supervisi Administrasi, Menitikberatkan pengamatan supervisor pada
aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar
terlaksananyapembelajaran.
3. Supervisi Lembaga, Menyebarkan objek pengamatan supervisor pada
aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudskan untuk
meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan.
Misalnya: Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), Perpustakaan dan lain-lain.
c. Fungsi Supervisi Pendidikan
Menurut Mukhtar dan Iskandar (2009) fungsi supervisi pendidikan adalah:
1. Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan
2. Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang
terkait dengan pendidikan
3. Sebagai kegiatan memimpin dan membimbing
d. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Menurut Dharma (2003) prinsip supervisi pendidikan adalah:
1. Kejelasan tujuan
2. Harapkan yang terbaik
3. Berpegang pada tujuan
4. Mendapatkan komitmen
Ametembun (1975) menguraikan secara lebih rinci bahwa prinsip-prinsip
supervisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bersumber dari data kolektif bukan bersumber pada usaha-usaha yang
hanya dilakukan oleh pengawas.

14
2. Berdasarkan atas hubungan profesional, bukan berdasarkan pada hubungan
pribadi.
3. Mengembangkan kesanggupan guru dan pegawai dalam segi-segi
kekuatannya.
4. Memperhatikan tingkat kesejahteraan dan hubungan bathin dan faktor sisi
kemanusiaan dari guru-guru dalam kondisi yang menyangkut kelompok,
diantaranya semangat kerja dari guru-guru, kelengkapan fasilitas
pembelajaran, konflik-konflik antar pribadi, tidak boleh pembinaan yang
dilakukan oleh pengawas yang berat sebelah
5. Dilakukan secara progresif dan bertahap dengan ketekunan, dalam arti
bahwa supervisor harus membantu guru-guru dan karyawan lainnya untuk
dapat berkembang secara bertahap
6. Pengawasan hendaknya dilakukan berdasarkan pada kondisi dan kenyataan
sebenarnya yang ada di lapangan.
7. Memperhitungkan sikap-sikap guru-guru, karyawan dan murid-murid yang
disupervisi, mengenal kelemahan-kelemahan dan kegagalan-kegagalan
mereka serta prasangka-prasangkanya
8. Hendaklah dilakukan secara sederhana dan informal dalam pelaksanaannya,
tidak muluk-muluk, menggunakan bahasa yang dapat dipahami, tidak
berlebihan, tidak menjolok dan lain sebagainya
9. Hendaknya obyektif dan sanggup mengevaluasi secara jujur, dan obyektif
dapat menilai dan menganalisis progres dan kemampuan serta kegagalan-
kegagalan yang dialaminya.
e. Teknik Pelaksanaan Supervisi
Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik.
Untuk melaksanakan supervisi diperlukan teknik yang tepat (Glick Man.at al :
2007). Teknik supervisi ada dua macam:
1. Teknik individual adalah adalah pelaksanaan supervisi perseorangan
terhadap guru. Teknik supervisi individual ada lima macam:
a. Kunjungan kelas.
b. Observasi kelas.
c. Pertemuan individual.

15
d. Kunjungan antar kelas.
e. Menilai diri sendiri.
2. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditunjukkan pada dua orang atau lebih. Teknik supervisi
kelompok menurut Gwynn (1961) ada 13 macam:
a. Kepanitiaan-kepanitiaan.
b. Kerja kelompok.
c. Laboratorium dan kurikulum.
d. Membaca terpimpin.
e. Demonstrasi pembelajaran.
f. darmawisata.
g. Kuliah/studi.
h. Diskusi panel.
i. Perpustakaan
j. Organisasi profesional
k. Bulletin supervisi
l. Pertemuan guru
f. Manfaat Supervisi Pendidikan
Menurut Harahap (1983) manfaat supervisi pendidikan itu adalah:
1. Dapat menemukan kegiatan yang sudah sesuai dengan tujuan
2. Dapat menemukan kegiatan yang belum sesuai dengan tujuan
3. Dapat memberikan keterangan tentang apa yang perlu dibenahi terlebih
dahulu (yang diprioritaskan)
4. Dapat mengetahui petugas-petugas, seperti guru, kepala sekolah, pegawai
tata usaha, dan penjaga sekolah yang perlu di tatar
5. Dapat mengetahui petugas yang perlu diganti
6. Dapat mengettahui buku-buku yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran
7. Dapat mengetahui kelemahan kurikulum;
8. Dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar
9. Dapat memertahankan sesuatu yang sudah baik
g. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

16
Kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor memiliki peran sebagai
berikut :
1. Peneliti. Seorang supervisor dituntut untuk mengenal dan memahami
masalah-masalah pengajaran. Karena itu ia perlu mengidentifikasi
masalah-masalah pengajaran dan mempelajari faktor-faktor atau sebab-
sebab yang mempengaruhinya.
2. Konsultan atau Penasihat. Seorang supervisor hendaknya dapat membantu
guru untuk melakukan cara-cara yang lebih baik dalam mengelola proses
pembelajaran. Oleh sebab itu, para pengawas hendaknya selalu mengikuti
perkembangan masalah-masalah dan gagasan-gagasan pendidikan dan
pengajaran mutakhir. Ia dituntut untuk banyak membaca dan menghadiri
pertemuan-pertemuan profesional, sehingga ia memiliki kesempatan untuk
saling tukar informasi tentang masalah-masalah pendidikan dan
pengajaran yang relevan, yaitu gagasan-gagasan baru mengenai teori dan
praktik pengajaran.
3. Fasilitator. Seorang supervisor harus mengusahakan agar sumber-sumber
profesional, baik materi seperti buku dan alat pelajaran maupun sumber
manusia yaitu narasumber mudah diperoleh guru-guru. Dengan perkataan
lain, hendaknya supervisor dapat menyediakan kemudahan-kemudahan
bagi guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
4. Motivator. Seorang supervisor hendaknya membangkitkan dan
memelihara kegairahan kerja guru untuk mencapai prestasi kerja yang
semakin baik. Guru-guru didorong untuk mempraktikkan gagasan-gagasan
baru yang dianggap baik bagi penyempurnaan proses pembelajaran,
bekerjasama dengan guru (individu atau kelompok) untuk mewujudkan
perubahan. yang dikehendaki, merangsang lahirnya ide baru, dan
menyediakan rangsangan yang memungkinkan usaha-usaha pembaruan
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
5. Pelopor Pembaharuan. Para supervisor jangan merasa puas dengan cara-
cara dan hasil yang sudah dicapai. Pengawas harus memiliki prakarsa
untuk melakukan perbaikan, agar guru pun melakukan hal serupa. Ia tidak
boleh membiarkan guru mengalami kejenuhan dalam pekerjaannya, karena
mengajar adalah pekerjaan dinamis. Guru-guru perlu dibantu untuk
menguasai kecakapan baru, untuk itu para supervisor harus menyusun

17
program latihan dan pengembangan dengan cara merencanakan pertemuan
atau penataran sesuai dengan kebutuhan setempat. Supervisi sebagai
pembinaan profesional guru diwujudkan dalam perilaku para supervisor
sebagai pembina.
2.2 Metode Penyelesaian Masalah
Dalam penelitian ini strategi pemecahan masalah yang diberikan peneliti
untuk menyelesaikan masalah kurangnya kompetensi sosial guru diatas adalah
melalui supervisi dan pembinaan oleh kepala sekolah. Supervisi dilakukan oleh
kepala sekolah beserta pengawas pembina kepada seluruh guru SMA Negeri 1
Tanjung Raja yang berjumlah 51 orang. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah supervisi akademik yang bertujuan untuk melihat
bagaimana proses kegiatan pembelajara yang dilakukan guru di kelas. Sedangkan,
pembinaan hanya diberikan kepada beberapa guru yang peneliti nilai memiliki
masalah dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru.
Dalam penelitian yang dilakukan Zainuddin (2016), ia menemukan bahwa
supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi guru dan meningkatkan
kualitas belajar siswa. Manfaat supervisi akademik ini juga tergambar dalam hal
perencanaan pembelajaran, sebagaiman yang dinyatakan Arman (2016) dalam
penelitian nya bahwa supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perencanaan pemelajaran.
Karena hal inilah penulis tertarik untuk menjadikan supervisi akademik sebagai
solusi untuk meningkatkan kompetensi sosial guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja
khusus nya dalam bidang interaksi guru dengan siswa. Untuk kegiatan interaksi
guru dengan guru dan guru dengan masyarakat (diluar jam pembelajaran) maka
penulis melakukan kegiatan pembinaan oleh kepala sekolah.

2.1.1 Hasil dan Pembahasan


a. Deskripsi Persiapan
Dalam laporan ini, penulis menjelaskan bahwa solusi yang penulis pilih
unuk meningkatkan kemampuan sosial guru adalah melakukan supervisi dan
pembinaan.Untuk melihat bagaimana pengaruh supervisi dan pembinaan
terhadap kompetensi sosial guru, peneliti melakukan proses observasi dan
wawancara yang dapat mendukung proses pendeskripsian. Kegiatan ini

18
dilakukan di SMA Negeri 1 Tanjung Raja dimana sudah menjadi tanggung
jawab peneliti untuk terus mengembangkan potensi semua anggota sekolah
terutama guru, kegiatan yang peneliti lakukan mulai dari tahap persiapan
hingga selesai dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2016 sampai dengan 20
Januari 2017.
Sebelum melakukan kegiatan observasi, supervisi dan pembinaan, penulis
terlebih dahulu melakukan persiapan berupa persiapan instrumen penilaian
yang akan digunakan. Dalam kegiatan ini, penulis menggunakan dua instrumen
yaitu berupa lembar observasi terhadap guru dan wali kelas. Proses pembuatan
instrument ini sudah disesuaikan dengan pendapat ahli dan dilakukan uji
validitas dengan pembimbing sebagai validator. Setelah instrumen yang akan
digunakan siap, penulis melanjutkan kegiatan yaitu proses observasi tahap
pertama serta wawancara. Wawancara ini dilakukan oleh penulis pada siswa
SMA Negeri 1 Tanjung Raja yang dipilih secara acak, untuk mengetahui
bagaimana pendapat dan komentar siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
selama ini dilakukan. Secara lebih mendalam, berikut ini tabel agenda kegiatan
yang penulis lakukan dari proses persiapan hingga selesai:
2.3 Agenda Kegiatan

Tanggal Jenis Kegiatan


3 8 Oktober 2016 Proses persiapan (pembuatan dan
validitas instrument)
10 29 Oktober 2016 Observasi tahap 1
31 Oktober 5 November 2016 Persiapan supervisi
7 26 November 2016 Pelaksaan Supervisi Akademik dan
Pembinaan
8 November 10 Desember 2016 Observasi tahap 2
11 17 Desember 2016 Pengolahan Data
17 Desember 2016 20 Januari 2017 Pembahasan dan Penarikan
Kesimpulan

b. Deskripsi Pelaksanaan Observasi Tahap Pertama


Sebelum melakukan kegiatan supervisi, penulis melakukan observasi
pertama terlebih dahulu. Observasi ini dilakukan menggunakan instrumen yang
telah disesuai kan dengan karakteristik kompetensi sosial guru. Instrument
penilaian yang di gunakan menyengkut tiga pokok utama, yaitu; interaksi guru
dengan siswa, guru dengan sesama guru, serta interaksi guru dengan

19
masyarakat. Dari 51 orang guru yang diobservasi diperoleh dara sebagai
beriku:
2.4 Tabel Hasil Observasi Awal

No Jenis Interaksi Persentase


1. Interaksi guru dengan siswa 61%
2. Interaksi guru dengan sesame guru 64%
3. Interaksi guru dengan masyarakat 56%
Rata-Rata Kompetensi Sosial 60%

Dari tabel diatas dapat dilihat, interaksi guru dengan siswa memiliki
persentase 61%, guru dengan sesama guru 64%, dan guru dengan masyarakat
56%. Secara keseluruhan pada tahap awal observasi ini penulis menemukan
bahwa kompetensi sosial guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja masih dalam
kategori cukup dengan persentase 60% dan sangat membutuhkan perubahan.
Dari hasil observasi diatas dapat dilihat bahwa interaksi guru dengan
masyarakat berada pada tingkatan yang paling rendah, hal ini menandakan
interaksi anatar guru dan masyarakat belum terjalin secara harmonis. Hasil
observasi ini didukung dengan data yang penulis temukan dalam proses
wawancara, penulis melakukan wawancara kepada salah satu pengawas yaitu
Ibu Mursidah yang merupakan salah satu supervisior dalam kegiatan supervisi
di SMA Negeri 1 Tanjung Raja, wawancara ini dilakukan sebelum kegiaatan
supervisi diadakan. Penulis menemukan bahwa guru SMA Negeri 1 Tanjung
Raja cenderung kaku dan tidak perduli dengan tamu yang hadir di SMA Negeri
1 anjung Raja, pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut ini:

Peneliti : Bagaimana pendapat ibu mengenai guru SMA Negeri 1 Tanjung


Raja
Pengawas : sebnarnya guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja ini memiliki
kemampuan intelektual yang cukup tinggi, pemahaman mereka
tentang bidang ilmu pengetahuan sudah sangat baik, namun yang
saya sayangkan, ketika saya pertama kali datang kesini, guru
disini cenderung memiliki respon yang pasif dan seakan-akan
tidak perduli dengan tamu yang hadir. Saya merasa alangkah
lebih baiknya jika kecerdasan intelektual yang dimiliki guru SMA
Negeri 1 Tanjung Raja ini juga seimbang dengan kecerdasan
sosial mereka.

20
Jika ditinjau dari pendapat siswa, peneliti menemukan bahwa cara guru
menjelaskan materi menjadi bagian yang sangat berpengaruh terhadap
pemahaman siswa, dari hasil wawancara ditemukan bahwa interaksi guru
dengan siswa tidak berjalan dengan sangat baik, masih terdapat beberapa
masalah, hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan berikut :
Peneliti : Dalam proses pembelajaran ada interaksi antara guru dan siswa,
sebagai siswa kira-kira bagaimana gambaran interaksi antara guru
dan siswa di dalam kelas?
Murid : ketika di dalam kelas ada guru yang menjelasankan dengan suara
yang kecil sedangkan kondisi kelas kami berada di pinggir jalan
Peneliti
Dari kutipan: menurut kamu
diatas yang suara yang
menjadi kecil merupakan
penghambat faktor
dari proses penghambat
pembelajaran
dalam proses belajar mengajar ?
rata-rata karena: iya.
Murid guru Tidak
belumterdengar
melakukan interaksi yang baik dengan siswa, hal
jelas
ini ditandai dengan cara guru menjelaskan terlalu cepat, guru tidak berperan
sebagai pemimpin diskusi, guru terkadang keluar meninggalkan kelas, dan lain
sebagainya. Secara lebih rinci hasil wawancara dan pendapat siswa ini dapat
dilihat pada lampiran. Untuk itu penulis sangat terdorong untuk melakukan
perubahan pada kegiatan pembelajaran ini.
c. Deskripsi Pelaksanaan Supervisi
Supervisi yang dilakukan dalam hal ini merupakan supervisi akademik,
dimana yang menjadi fokus perhatian adalah tentang bagaimana guru
melakukan kegiatan belajar dan mengajar. Tahapan dalam supervisi akademik
ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi
1. Tahap Persiapan
Dalam proses persiapan ini, Kepala sekolah dan mengawas melakukan
diskusi terlebih dahulu dengan staf dan guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja
untuk mendiskusikan bagaimana teknis pelaksanaan supervisi, mulai dari
waktu, tempat, prosedur, serta aspek apa saja yang akan dinilai dan sangat
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, secara lebih mendalam berikut
kegiatan persiapan supervisi:
a. Proses diskusi dengan guru tentang rencana supervisi akademik.
b. Merancang tahapan kegiatan supervisi akademik.
c. Menentukan subjek yang akan menjadi sasaran supervisi akademik
(dalam al ini yaitu semua guru mata pelajaran di SMA Negeri 1 Tanjung
Raja)
d. Menentukan jadwal supervisi akademik.
e. Merencanakan tehnik supervisi akademik.
f. Menyusun instrumen dalam kegiatan supervisi akademik.
g. Menentukan pelaksanaan supervisi akademik.

21
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam pelaksaan supervisi di SMA Negeri 1 Tanjung Raja ini, kepala
sekolah dibantu dengan 4 orang pengawas yang berperan sebagai
supervisor. Teknis pelaksanaan supervisi ini dilakukan melalui kunjungan
kelas yang dilakukan pengawas pada masing-masing guru. Kunjungan kelas
ini dilakukan untuk melihat dan menilai bagaimana kegiatan pembelajaran
yang dilakukan masing-masing guru. Berikut ini rincian kegiatan
pelaksanaan supervisi:
a. Supervisor memeriksa RPP sebelum diterapkan dalam kegiaran
pembelajaran

Gambar 2.1 Pemeriksaan RPP oleh Supervisior


b. Guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
dibuat

Gambar 2.2 Guru Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran


c. Supervisor melakukan observasi dan penilaian kepada kegiatan guru,
mulai dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
d. Supervisor memberikan penilaian kepada setiap bentuk kegiatan guru di
kelas

22
Gambar 2.3 Proses Evaluasi yang dibimbing oleh Supervisior
e. Setelah melakukan kegiatan penilaian, supervisor memberikan evaluasi
kepada guru.
d. Pembinaan Kepala Sekolah
Pelaksanaan supervisi akademik dilaksanakan dengan maksud agar guru
dapat terus mengembangkan kemapuannya dalam mengajar, artinya kegiatan
supervisi akademik ini memiliki fokus pada interaksi guru dan siswa dalam
kegiatan belajar saja. Untuk prilaku dan sikap guru di luar kegiatan
pembelajaran penulis akan menanggulangi masalah yang terjadi melalui
pembinaan yang dilakukan secara langsung oleh kepala sekolah. Pembinaan
ini dilakukan tidak dilakukan secara terbuka. Kepala sekolah hanya
melakukan pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran atau masih
memiliki kelemahan dalam bidang kompetensi sosial, berikut ini pembinaan
yang dilakukan kepala sekolah :
1. Pembinaan terhadap guru yang datang
terlambat
2. Pembinaan terhadap guru yang kurang
berpartisipasi dalam kegiatan yang bersifat untuk mendudkung prestasi
siswa
3. Pembinaan bagi guru yang tidak mengikuti
kegiatan rutin sekolah, seperti upacara, apel pagi, pembacaan Al-Quran,
senam, ekstrakulikuler, dan lain-lain.
4. Pembinaan bagi guru yang kurang
menghargai waktu siswa, mulai guru yang datang terlambat ke kelas
hingga guru yang menggunakan jam istirahat siswa untuk belajar.
5. Pembinaan bagi wali kelas yang lalai
menjalankan tugas dan kewajiban nya.
6. Pembinaan kepada guru yang memiliki
masalah dengan sesama guru demi terciptanya hubungan yang harmonis.
7. Pembinaan kepada guru yang belum
memiliki kesadaran untu mencintai lingkungan, mulai dari lingkungan
sekolah hingga lingkungan masyarakat sekitar.

23
Semua kegiatan diatas memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap
perkembangan siswa, untuk itu penulis selaku kepala sekolah bermaksud
untuk mengurangi kebiasaan diatas agar perkembangan dan prestasi siswa
menjadi lebih baik.
e. Deskripsi Observasi Tahap Akhir
Stelah kegiatan supervisi akademik dan pembinaan dilakukan, penulis
melakukan kegiatan observasi tahap kedua. Kegaiatan obesrvasi ini dilakukan
dengan menggunakan instrument yang sama pada kegiatan observasi awal.
Hal ini bertujuan untuk melihat adakah peningkatan pada kompetensi sosial
guru jika dibandingkan dengan tahap pertama. Berikut ini hasil obserasi pada
tahap kedua :
2.5 Tabel Hasil Observasi Akhir

No Jenis Interaksi Persentase


1. Interaksi guru dengan siswa 82%
2. Interaksi guru dengan sesame guru 86%
3. Interaksi guru dengan masyarakat 75%
Rata-Rata Kompetensi Sosial 81%

Dari tabel diatas dapat dilihat, interaksi guru dengan siswa memiliki
persentase 82%, guru dengan sesama guru 86%, dan guru dengan masyarakat
75%. Secara keseluruhan pada tahap observasi kedua ini penulis menemukan
bahwa kompetensi sosial guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja sudah berada
pada kategori sangat baik dengan persentase 81%, dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa interaksi guru dengan sesama guru sudak berjalan dengan
sangat baik ditandai dengan hasil observasi dengan persentasi paling tinngi.

f. Deskripsi Peningkatan Kompetensi Sosial

Untuk melihat bagaimana gambaran kompetensi sosial guru sebelum dan


kegiatan supervisi diadakan, peneliti akan membandingkan hasil observasi
yang dilakukan yaitu observasi tahap awan dan tahap akhir dan melihat
bagaimanakah perbedaan yang terjadi, ada atau tidak peningkatan, dan
sebesar apa peningkatan yang terjadi. Garifk berikut ini merupakan grafik
hasil obseravsi pada tahap awal dan akhir :

24
100% 86%
90% 82%
80% 75%
70% 61% 64%
60% 56%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
a r u at
si
sw gu rak
a a
an m a sy
ng sa m
de se an
ur
u an ng
i g eng d e
ks d u
ra u ur
te ur ig
In ig ks
ks ra
tera In
te
I n

awal akhir

Grafik 2.1 Perbandingan Hasil Observasi

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa ketiga interaksi yang menjadi bagian
dari kompetensi sosia guru sudah mengalami peningkatan di semua bidang. Pada
interaksi guru dengan siswa terjadi peningkatan yang semula hanya 61% menjadi
82%, pada interaksi guru dengan sesama guru terjadi peningkatan juga dari
persentase 64% menjadi 86%, dan yang terakhir persentase interaksi guru dengan
masyarakat juga mengalami peningkatan dari yang semula hanya 56% menjadi
75%. Jika ditinjanu dari segi rata-rata kompetensi sosial sebelum dan sesudah

25
supervisi akademik dan pembinaan diadakan, rata-rata kompetensi sosial gur juga
mengalami peningkatan dari yang terkategori cukup yaitu 60% berubah menjadi
81% dengan kategori sangat baik.
Peningkatan yang terjadi pada kemampuan sosial guru ini, menandakan
bahwa kegiatan supervisi akademik dan pembinaan oleh kepala sekola telah
berhasil mejadi solusi yang efektif. Keberhasilan penulis dalam meningkatkan
kompetensi sosial ini merupakan suatu kebanggan dan keberhasilan yang sangat
penulis banggakan, hal ini karena penulis beranggapan bahwa jika hubungan
antara guru dan siswa terjalin dengan baik maka akan berimbas pada hasil belajar
dan prestasi siswa. Jika hubungan siswa dan guru harmonis maka akan semakin
baiklah hasil pembelajaran, namun jika hubungan yang terjalin antara guru dan
siswa tidak terjalin harmonis maka hal ini akan menjadi penghambat utama
kegiatan pembelajaran. Selain itu melalui kegiatan pembinaan terjadi peningkatan
juga dalam interaksi guru dengan guru serta interaksi guru dengan masyarakat.

26
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi penulis pada 51 orang guru SMA Negeri 1
Tanjung Raja peneliti menemukan bahwa kegiatan supervisi akademik dan
pembinaan memberikan dampak positif bagi perkembangan kompetensi sosial
guru. Hasil analisis penulis pada kegiatan observasi yang dilakukan, baik
observasi sebelum kegaiatan supervisi dan pembinaan dibandingkan dengan hasil
observasi sesudah kegiatan supervisi dan pembinaan terjadi peningkatan yang
sangat signifikan. Pada awal kegiatan, yaitu sebelum dilaksanakannya supervisi
dan pembinaan, kompetensi sosial guru SMA Negeri 1 Tanjung Raja hanya pada
kategori cukup dengan persentase 60% kemudian setelah dilaksanakan supervisi
dan pembinaan meningkat menjadi 81% dengat kategori sangat baik. Secara lebih
mendalam diperoleh bahwa interaksi guru dengan siswa meningkat 21%, yang
semula hanya 61% menjadi 82%. Interaksi guru dengan sesame guru meningkat
22%, yang semula hanya 64% menjadi 86%. Interaksi guru dengan masyarakat
meningkat 19%, yang semula hanya 56% menjadi 75%. Keberhasilan ini menjadi
suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis. Menigkatkan kompetensi adalah
kewajiban bagi setiap guru, dan penulis selaku kepala sekolah berkewajiban

27
mendukung dan membantu proses peningkatan kompetensi tersebut. Jika
hubungan yang terjalin antara siswa, guru, dan masyarakat dapat terjalin dengan
baik tentunya hal ini akan berdampak positif bagi mutu pendidikan di sekolah ini.

3.2 Saran
1. Bagi siswa, untuk dapat terus
melakukan perkembangan baik dalam hal ilmu pengetahuan, sikap, dan
emosional. Dalam kegiatan pembelajaran sudah seharusnya siswa memiliki
kebebasan dalam berpendapat, penulis berharap siswa akan lebih sering
mengungkapkan pendapatnya dalam proses pembelajaran
2. Bagi guru, untuk dapat terus
mempertahankan prestasi dan pencapaian kompetensinya saat ini, namun
terus tetap belajar agar terus terjadi perkembangan dalam kemampuan guru.

28

Anda mungkin juga menyukai