ABSTRAK
Torsi cogging merupakan karakteristik melekat pada generator magnet permanen (GMP)
yang disebabkan oleh geometri generator. Torsi cogging dapat mempengaruhi kemampuan start,
menimbulkan bising dan vibrasi mekanik bila GMP dipasang pada turbin angin. Oleh karena itu
torsi cogging GMP harus dibuat sekecil-kecilnya, salah satu caranya adalah dengan memiringkan
magnet permanen. Dalam makalah ini simulasi torsi cogging dilakukan terhadap prototip GMP
kapasitas 1 kW, 220V, 300 RPM dengan 3 kemiringan magnet. Generator dirancang dengan 18
kutub dan 2 magnet pada setiap kutubnya. Simulasi menggunakan metode variasi energi untuk
mengetahui besarnya torsi cogging yang ditimbulkan akibat berputarnya magnet. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa torsi cogging dapat berkurang sampai nol saat magnet dimiringkan penuh
yaitu sebesar satu kisar alurnya atau 8,6 mm. Hasil simulasi torsi cogging ini selanjutnya divalidasi
dengan besaran torsi start pada metode pengujian GMP menggunakan lengan torsi. Kemiringan
magnet terbaik dicapai saat lebar kutub 21 mm atau sudut kemiringan 3,88 (58% kisar alurnya)
karena pada posisi ini dihasilkan torsi cogging dan torsi start paling kecil.
ABSTRACT
125
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
126 Vol. 9 No. 2 Desember 2010 : 125-134
METODOLOGI
sama, serta permeabilitas relatifnya sama skewing magnet permanen pada rotor GMP
b
sebesar sk maka = + 0.5sk. Besar sk dapat
divariasikan dan ditentukan oleh lebar satu alur
Wsk
dan satu gigi (kisar alur), dinyatakan dengan:
sk = Nss (4)
Dimana sk adalah sudut kemiringan magnet
permanen, s adalah kisar alur stator, dan besar
Ns dapat divariasikan sesuai posisi yang akan
dianalisis Ns=0.0, 0.58, dan 1.0.
Gambar 4. Kemiringan satu kutub magnet
Hasil perhitungan berupa prediksi torsi
cogging pada nilai puncaknya (Tcog maks) untuk
Tiga posisi kemiringan magnet yang akan
masing-masing posisi magnet yang dianalisa.
dianalisis adalah:
Gelombang Tcog yang terjadi dalam satu kutub
- Posisi A dimana Wsk = 0 = 0.0s, posisi
20 dapat dilihat pada Gambar 5.
magnet lurus tanpa kemiringan,
b = lebar magnet = 16 mm.
- Posisi B dimana Wsk = 5 mm = 0.58s
atau skewing 58% dari kisar alur (slot
pitch), b = 21mm.
- Posisi C dimana Wsk = 8,6 mm = 1.0s
atau skewing 100% dari kisar alurnya,
b = 24,6 mm.
(3)
tampak sama dengan metoda yang digunakan Hasil perhitungan untuk posisi rotor
10)
. Dimana jumlah periode torsi cogging (Np) magnet permanen tanpa skewing dengan lebar
dalam satu kisar alur dihitung dengan magnet 16 mm (kurva A) menghasilkan torsi
persamaan 2): cogging maksimum sebesar 49 Nm. Setelah
posisi magnet diubah dengan cara mengatur
(5) lebar antar magnet menjadi 21 mm, dengan
sudut sk 3,88 atau Wsk = 5 mm maka torsi
HCF (Highest Common Factor) atau Faktor
cogging berkurang nilai puncaknya dari 49 Nm
Persekutuan Terbesar (FPB) dari p=18 dan
menjadi 18 Nm. Pada posisi C dimana rotor
Ss=54 adalah 18. Artinya dalam satu kisar
digeser sejauh 8,6 mm atau sebesar 100% kisar
alurnya (6,67) akan terjadi sebanyak 1 siklus
alurnya, memberikan hasil bahwa torsi cogging
gelombang torsi cogging, dan dalam satu kutub
dapat berkurang sepenuhnya dengan hasil 0,1
(20) terjadi 3 siklus torsi cogging sesuai
Nm (kurva C). Jadi secara simulasi dapat
dengan hasil perhitungan pada Gambar 5.
dihasilkan kondisi ideal yang diinginkan yaitu
Dari Gambar 5 di atas terlihat bahwa
torsi cogging mendekati nol. Menurut Wu et al
jarak perpotongan gelombang torsi cogging
(2000), apabila kemiringan dibuat sebesar satu
sebelum diskewing (kurva A) dan setelah
kisar alurnya, idealnya torsi cogging dapat
diskewing (kurva B) sama besarnya dengan
dihilangkan sama sekali (nol) tetapi akibatnya
lebar 1 alur dan 1 gigi (disebut kisar alur).
daya keluaran GMP juga turun.
Perpotongan kurva A dan kurva B dalam 1
Validasi dilakukan melalui perhitungan
periode dinyatakan dengan 1 dan 2, dengan
torsi start pada motor penggerak yang terkopel
2 1 = 6,67. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan GMP. Cara ini digunakan sebagai
interaksi fluks magnetik rotor yang diskewing
alternatif pengukuran torsi cogging, karena
nilainya sama dengan fluks magnetik rata-rata
pengukuran torsi cogging sangat sulit
pada tiap segmen magnet. Interaksi ini
dilakukan, membutuhkan peralatan
dipengaruhi oleh alur dan gigi stator dalam
instrumentasi dan sistem akuisisi data dengan
satu kutub.
sampling time yang sangat kecil dan ketelitian
Pada Gambar 5, dalam 1 periode siklus
yang tinggi 7).
torsi cogging terdapat perpotongan kurva A
Arus inrush maksimum motor (Amax)
dan B yang dinyatakan dengan sk, dimana
yang nilainya sama dengan 2 nilai arus rata-
selisih sk dengan 1 sama dengan 3,88.
ratanya (Arms) terukur secara cepat dan direkam
Artinya pergeseran antar magnet sebesar sudut
menggunakan power analyzer pada tiap
kemiringan 3,88 atau 5 mm = 0.58s. Hal ini
kemiringan magnet diperlihatkan pada Gambar
menyatakan bahwa interaksi fluks magnetik
6 berikut ini.
yang terjadi antara magnet-magnet yang
dimiringkan atau digeser sebesar posisi sudut 130
Besarnya arus inrush rata-rata (Arms) pada eksperimen arus inrush menunjukkan nilai
masing-masing posisi kemiringan magnet yang hampir sama. Adanya selisih nilai karena
ditampilkan pada Tabel 2. torsi saat GMP starting terdiri atas torsi
Torsi pada saat GMP mulai berputar cogging pada nilai puncak, torsi yang timbul
dihitung dengan menggunakan persamaan torsi akibat histerisis dan torsi lainnya yang timbul
4)
motor yang terkopel (torsi start) : akibat gesekan antara bearing dan seal pada
(6) saat GMP mulai berputar 1,6).
Jika dinyatakan dalam persamaan, torsi
dimana P adalah daya motor 3 fasa yang saat GMP mulai berputar (torsi start) yaitu(11),
131
Tstart = Tmagnet + Tcage (7) 100% kisar alur, terjadi perbedaan nilai torsi
yang cukup besar. Menurut Wu et.al (2000),
dimana Tmagnet adalah torsi cogging dan Tcage
idealnya torsi dapat tereduksi sepenuhnya
adalah torsi yang timbul akibat material inti
(hampir mendekati nol), jika kemiringan dibuat
dan gesekan. Keduanya sangat berpengaruh
sama besar dengan kisar alur dengan
terhadap tegangan keluaran generator. Sesuai
konsekuensi terjadi penurunan daya pada
dengan Tabel 3, selisih nilai torsi start dengan
keluaran GMP. Eksperimen menunjukkan,
torsi cogging adalah torsi histerisis dan
bahwa saat kemiringan dibuat sama besar
gesekan sebagai faktor mekanik yang
dengan kisar alur, torsi start tidak
mempengaruhi GMP saat mulai berputar
menunjukkan hasil yang sesuai dengan
terutama setelah terhubung dengan baling-
prediksi perhitungan. Yang terjadi adalah
baling dalam SKEA.
adanya distorsi harmonik yang cukup besar
Pada Tabel 3, pengurangan nilai torsi
pada tegangan keluaran GMP, hal inilah yang
hasil eksperimen juga terjadi saat posisi
menyebabkan penurunan kualitas daya GMP 1).
magnet diubah, yaitu torsi sebesar 49,5 Nm
Perbedaan torsi yang cukup besar dan
saat magnet lurus (tanpa kemiringan) turun
munculnya distorsi harmonik pada posisi
menjadi 20,4 Nm saat magnet dimiringkan
kemiringan 100% kisar alur kemungkinan
sebesar 0.58 kali kisar alurnya. Adanya
disebabkan oleh:
pengurangan ini diakibatkan oleh interaksi
- Susunan magnet secara discrete magnet
fluks (Magnetomotive Force, MMF) antara
segment yang digunakan membutuhkan
magnet dengan alur (lilitan), sehingga sedikit
presisi dan ketelitian dalam menggeser
saja magnet digeser maka sudut makin besar.
magnet dengan tepat. Pergeseran sebesar
Akibatnya luasan interaksi antar keduanya
0,1 mm saja akan merubah dan
makin besar dan MMF makin besar sehingga
mempengaruhi torsi cogging saat starting
Tcog mengecil sesuai persamaan (1) dan (3).
GMP. Metode skewing magnet ini adalah
Pergeseran sudut ini dibatasi sampai
metode yang direkomendasikan dan paling
maksimum kisar alurnya untuk menghasilkan
mudah untuk mesin magnet permanen
satu periode gelombang torsi cogging 2).
2,8)
kecepatan rendah . Namun sangat sulit
Setelah rotor magnet dimiringkan,
dalam aplikasi manufakturnya karena
pengurangan torsi cogging hasil simulasi
memerlukan magnet permanen dengan
ekivalen dengan pengurangan torsi starting
dimensi yang khusus 2).
GMP hasil eksperimen. Analisis ini
- Konfigurasi lilitan yang digunakan pada
membuktikan bahwa konstruksi rotor magnet
prototip ini adalah bentuk kisar penuh (full
permanen yang dimiringkan (skewing) dapat
pitch), artinya rasio jumlah alur stator
menurunkan nilai puncak torsi saat GMP mulai
dengan kutub rotor (span kutub) berupa
berputar.
nilai integer. Menurut Saied et al (2009),
Namun pada posisi kemiringan magnet
jika sudut kemiringan dibuat sebesar
132
perkalian span kutub dengan kisar alurnya, posisi yang paling baik dalam rancangan
akan mengakibatkan munculnya orde rotor GMP 1 kW ini. Konfigurasi rotor
harmonik yang terlalu besar pada magnet permanen seperti ini menghasilkan
perhitungan faktor kemiringan (skew torsi cogging dan torsi start paling
factor) dan berpengaruh pada electromotive minimum dan efektif dapat diaplikasikan
force (EMF) atau tegangan induksi pada pada optimasi rancangan selanjutnya.
generator. Sehingga saat susunan magnet
secara discrete magnet segment digunakan Saran
maka distorsi juga makin besar karena Solusi yang efektif pada posisi ini
6)
faktor kemiringan juga membesar . adalah sebagai berikut:
- Pergeseran magnet yang terlalu jauh - mengatur kembali lebar busur magnet
mengakibatkan distribusi medan magnetik (m) dan disesuaikan pula dengan lebar
yang tidak seragam (non-uniformly) bukaan alur stator (os) dengan melakukan
walaupun dalam simulasi telah diasumsikan optimasi rancangan sampai didapatkan
karakteristik magnet sama sehingga rancangan yang ideal.
distribusi medan magnet seragam. - jika posisi skewing magnet dibuat
menggunakan susunan discrete magnet
KESIMPULAN DAN SARAN segment, maka lebih tepat menggunakan
konfigurasi lilitan sebagian (fractional
Kesimpulan
pitch), yaitu jumlah slot per kutub lebih
Dari analisis torsi cogging dikaitkan
dari satu atau bernilai pecahan sehingga
dengan hasil eksperimen, diperoleh
kisar alur menjadi lebih kecil. Model
kesimpulan bahwa:
susunan magnet ini fleksibel namun
1. Posisi magnet permanen yang dirancang
kurang sesuai diterapkan pada geometri
lurus (tanpa kemiringan magnet)
GMP dengan kisar alur yang besar 6).
menghasilkan torsi cogging yang besar. Hal
ini tidak diinginkan dalam aplikasi GMP
DAFTAR ACUAN
saat dipasang dengan baling-baling.
2. Dalam eksperimen saat segmen rotor GMP
[1] Wu, W., V. S. Ramsden, T. Crawford, G.
distorsi yang muncul pada struktur GMP Direct-Drive Permanent Magnet Generator
dan ketidaktepatan dalam menggeser posisi for Wind Turbines. IEEE Industrial
magnet telah menimbulkan torsi start yang Application Conference, hal: 147-154.
[2] Bianchi, N. dan S. Bolognani, 2002. [7] Boer, F. dan G. Heins, 2008. Cogging
Design Techniques for Reducing the Torque Measurement Moment of Inertia
Cogging Torque in Surface Mounted PM Determination and Sensitivity Analysis of
Motors, IEEE Trans. On Industry an Axial Flux Permament Magnet AC
Applications, Vol. 38, No. 5, Motor, Traineeship Report from
September/October, 2002. pp 1259-1265. Departement Mechanical Engineering,
[3] Irasari, P. 2008. Metode Perancangan Technische Universiteit of Eindhoven,
Generator Magnet Permanen Berbasis Eindhoven, June, 2008.
Dimensi Stator Yang Sudah Ada, Jurnal [8] Hendershot, J.R. dan T.J.E. Miller, 1994.
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, Design of Brushless Permanent Magnet
Vol.7, No.1, Juni 2008. p. 15-26. Motors, Oxford University Press U.K.,
[4] E. Muljadi and J. Green, 2002. Cogging Clarendon
Torque Reduction in a Permanent Magnet [9] Ginlong Technologies Inc., 2008. How
Wind Turbine Generator, to be presented Do You Reduce The Starting Torque,
at the 21st American Society of http://www.ginlong.com/wind-turbine-
Mechanical Engineers Wind Energy permanent-magnet-generator-
Symposium Reno, Nevada, January 14-17, introduction.htm diakses tanggal 20
2002 Desember 2008
[5] Salminen, P., J. Pyrhonen, F. Libert, and J. [10] Lu K., P.O. Rasmussen, E. Ritchie, 2006.
Soulard, 2005. Torque Ripple of An Analytical Equation for Cogging
Permanent Magnet Machines With Torque Calculation in Permanent Magnet
Concentrated Windings, Proceeding of Motors, manuscript from Institute of
XII International Symposium on Energy Technology, Aalborg University,
Electromagnetic Fields in Denmark. 2006.
Mechatronics,Electrical and Electronic [http://vbn.aau.dk/fbspretrieve/7178120/P
Engineering, Baiona, Spain, September 1- MM1_7_full.pdf. diakses 20 Juli 2008]
17, 2005. [11] Non commercial document, 2009.
[6] Saied, S.A., K. Abbaszadeh, S. Hemmati, Permanent Magnet Machines and
M. Fadaie, 2009. A New Approach to Control,
Cogging Torque Reduction in Surface http://www.scribd.com/doc/12305693/Per
Mounted Permanent Magnet Motors, manent-Magnet-Machines-and-Control
European Journal of Scientific Research, upload date Feb 12nd 2009 pp. 36, diakses
ISSN 1450-216X, Vol. 26 No. 4 (2009), 10 Maret 2009.
pp.499-509, EuroJournals Publishing, Inc.,
2009.
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 9 No. 2 Desember 2010 : 125-134