Anda di halaman 1dari 6

Kalimantan Scientiae No. 76 Th.XXVIII Vol.

Oktober 2010

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO2 AIR SUNGAI MARTAPURA


MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

Oleh : Agus Mirwan, Ulfia Wijaya, Ade Resty Ananda, Noor Wahidayanti
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A.Yani Km.36 Banjarbaru Kalimantan Selatan

ABSTRAK

Kalimantan Selatan merupakan daerah yang memiliki banyak aliran


sungai salah satunya sungai Martapura. Sebagian besar masyarakat
disekitar bantaran sungai tersebut memanfaatkan untuk keperluan rumah
tangga seperti air minum, memasak, mencuci, dan mandi. Oleh karena itu
kualitas air yang digunakan harus dijaga dan diperhatikan. Teknologi
tangki aerasi bertingkat merupakan teknologi pengolahan air untuk
menurunkan kadar BOD, COD, TSS, dan CO2 serta kandungan logam-
logam yang terlarut dalam air sungai Martapura di desa Dalam Pagar
Kalimantan Selatan. Pemanfaatan tangki aerasi bertingkat, pada prinsipnya
adalah menambahkan oksigen ke dalam air sehingga oksigen terlarut di
dalam air akan semakin tinggi. Penelitian bertujuan untuk mempelajari
penurunan kadar BOD, COD, TSS, dan CO2 pada air sungai Martapura
menggunakan tangki aerator dengan 5 (lima) bak atau kompartemen yang
bertingkat. Air sungai dialirkan mulai dari kompartemen 1 sampai 5 dengan
variasi waktu aerasi 10, 15 dan 20 menit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa makin lama waktu aerasi dan makin banyak kompartemen yang
dilewati air sampel maka kadar BOD, COD, TSS dan CO2 juga makin turun.

Kata kunci: air sungai, oksigen, aerasi, kompartemen

PENDAHULUAN
Kalimantan Selatan merupakan daerah yang dikelilingi banyak
sungai dengan kondisi airnya yang belum layak untuk dikonsumsi. Air
sungai tersebut mengandung zat-zat padat yang tersuspensi, berwarna
kecoklatan, mengandung pH yang agak rendah dan tingkat kekeruhan
(turbidity) yang sangat tinggi. Hal ini menyebabkan air bersih merupakan
masalah yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di daerah
sekitar bantaran sungai yang biasanya digunakan untuk keperluan mandi,

72 Sains & Teknologi


Kalimantan Scientiae No. 76 Th.XXVIII Vol. Oktober 2010

mencuci dan air minum, sehingga ketersediaannya itu merupakan kunci


kehidupan yang sehat.
Hasil pengujian kualitas air pada Sungai Martapura di daerah
Dalam Pagar yang dilakukan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah (BAPEDALDA) Kabupaten Banjar yang bekerja sama dengan Balai
Riset dan Standarisasi Industri (BARISTAN) Kalimantan Selatan pada
bulan Mei 2008 terdapat beberapa parameter uji yang melebihi ambang
batas nilai baku air sungai berdasarkan Keputusan Gubernur Kalimantan
Selatan Nomor 05 Tahun 2007 yaitu zat padat tersuspensi 224 mg/L, BOD
7,5 mg/L dan COD 15,4 mg/L.
Berbagai macam teknologi yang dapat digunakan untuk
menurunkan kadar BOD, COD dan TSS pada air sungai yaitu dengan cara
filtrasi, karbon aktif, aerasi dan lain-lain. Ismail, dkk (2002) mengunakan
multikompartemen aerator dapat menurunkan kadar BOD sebesar 90%,
COD antara 36-90%, dan TSS sampai 75% dari limbah cair industri biskuit.
Widari dan Yuanita (2000) telah melakukan penelitian tentang pengolahan
limbah yang sama menggunakan sistem aerator dengan waktu minimum 5
jam. Husnun dan Damayanti (2003) telah mencoba menurunkan kadar
COD dan BOD dari limbah biskuit dan diperoleh bahwa kadar polutan
sangat dipengaruhi oleh kondisi operasi pengolahan limbah di dalam kolom
aerasi. Selain itu Novriana dan Septia (2003) menunjukkan bahwa efisiensi
pengolahan ditentukan oleh kondisi operasi yang berupa kecepatan laju
udara masuk atau laju udara dalam kolom aerasi dan debit limbah yang
diolah. Pemanfaatan teknologi tangki aerasi bertingkat, pada prinsipnya
adalah menambahkan oksigen ke dalam air sehingga oksigen terlarut di
dalam air akan semakin tinggi. Sebagai alternatif teknologi yang lain,
dilakukan riset bagaimana menurunkan kandungan BOD, COD, TSS dan
CO2 sesuai dengan standar nilai baku air sungai berdasarkan Keputusan
Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 05 Tahun 2007 menggunakan
teknologi aerasi bertingkat dengan waktu aerasi yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar BOD, COD, TSS
dan CO2 air Sungai Martapura di desa Dalam Pagar dengan waktu aerasi
yang berbeda menggunakan teknologi aerasi bertingkat.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru menggunakan seperangkat
alat aerasi bertingkat seperti yang ditunjukan pada Gambar 1 dan sampel
air diambil dari air sungai Martapura di desa Dalam Pagar Kalimantan
Selatan pada bulan Desember 2008 dengan kondisi musim hujan dan
posisi pengambilannya ditepi badan sungai. Sampel air sungai yang

Sains & Teknologi 73


Kalimantan Scientiae No. 76 Th.XXVIII Vol. Oktober 2010

ditampung dalam tangki penampung kemudian dialirkan ke dalam tangki


aerator yang terdiri dari 5 (lima) kompartemen yang sebelumnya dilakukan
pengujian awal untuk BOD, COD, TSS dan CO2 menggunakan berbagai
metode analisis (Tabel 1). Setiap kompartemen air dikontakkan dengan
udara menggunakan aerator melalui bagian bawah tangki dengan variasi
waktu 10, 15 dan 20 menit secara kontinyu. Aliran air mengalir secara over
flow dari kompartemen ke 1 sampai 5. Air pada masing-masing
kompartemen dan tangki effluen diambil untuk dilakukan pengujian BOD,
COD, TSS dan CO2.

Tanki
penampung

Aliran Udara

1 2 3 4 5

Tangki Aerator Dengan Lima Kompartemen


Tanki Efluen

Gambar 1. Seperangkat alat sistem aerasi bertingkat

Tabel 1. Metode analisis untuk semua parameter pengujian


No Parameter Metode Analisis
1. BOD Winkler
2. COD Refluks
3. TSS Gravimetri
4. CO2 Titrimetri

Secara umum hasil analisis BOD, COD, dan TSS menunjukkan


penurunan di tiap kompartemen dengan variasi waktu aerasi 10, 15, dan 20
menit jika dibandingkan dengan analisis awal sampel air sungai seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 2. Namun hasil analisis TSS tidak
menunjukkan penurunan yang signifikan, hal ini disebabkan ukuran pori
media penyaringan lebih besar dibandingkan dengan ukuran zat terlarut
yang terkandung dalam sampel air sungai. Penurunan kadar BOD, COD,

74 Sains & Teknologi


Kalimantan Scientiae No. 76 Th.XXVIII Vol. Oktober 2010

dan CO2 di tiap kompartemen dengan waktu aerasi 10, 15, dan 20 menit
ditunjukkan dari Gambar 2 sampai 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2. Hasil analisis BOD, COD, TSS, dan CO2 pada setiap
kompartemen dengan variasi waktu aerasi 10, 15, dan 20 menit.

Waktu Aerasi 10 menit Waktu Aerasi 15 menit Waktu Aerasi 20 menit


Baku
Parameter Kompartemen Kompartemen Kompartemen
Mutu*
Awal 1 2 3 4 5 Awal 1 2 3 4 5 Awal 1 2 3 4 5

BOD (mg/L) 2 2,83 2,50 2,09 1,69 1,55 1,42 2,36 1,69 1,62 1,55 1,35 1,08 3,92 2,97 2,50 1,15 0,54 0,47

COD (mg/L) 10 245,22 175,94 151,03 137,79 109,77 90,31 259,24 125,34 112,88 96,53 79,41 68,51 298,16 115,22 93,42 84,08 75,51 63,84

TSS (mg/L) 50 0,05 0,04 0,04 0,04 0,02 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

CO2 (mg/L) - 8,80 7,20 6,40 5,60 4,00 4,00 5,60 3,20 3,20 3,20 3,20 3,20 8,80 4,80 3,20 2,40 1,60 1,60

*SK Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 05 Tahun 2007

Gambar 2. Hasil analisis BOD di tiap Gambar 3. Hasil analisis COD di tiap
kompartemen dengan variasi waktu kompartemen dengan variasi
aerasi 10, 15, dan 20 menit. waktu aerasi 10, 15, dan 20
menit.

Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai BOD secara keseluruhan


mengalami penurunan seiring dengan banyaknya jumlam kompartemen
dan lama waktu aerasi. Hal ini dikarenakan waktu aerasi yang lama
menyebabkan makin banyak suplai udara sehingga meningkatkan laju
penguraian oleh populasi organisme yang tumbuh dengan baik. Jumlah
kompartemen juga sangat berpengaruh karena air yang mengalir secara
over flow dari satu kompartemen ke kompartemen berikutnya juga
menyebabkan suplai oksigen menjadi lebih banyak.

Sains & Teknologi 75


Kalimantan Scientiae No. 76 Th.XXVIII Vol. Oktober 2010

Gambar 3 menunjukkan hal yang sama bahwa nilai COD juga


mengalami penurunan seiring dengan lama waktu aerasi dan banyaknya
jumlah kompartemen. Jumlah kebutuhan oksigen akibat aerasi telah
terpenuhi untuk mengoksidasi zat-zat organik. Umumnya COD
menghasilkan kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada BOD karena
bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat
ikut teroksidasi.

10.00 10menit
15menit
8.00
CO2(mg/L)

6.00
4.00
2.00
0.00
0 1 2 3
Kompartemen 4 5

Gambar 4. Hasil analisis CO2 di tiap kompartemen dengan variasi


waktu aerasi 10, 15, dan 20 menit.

Gambar 4 menunjukkan nilai CO2 secara keseluruhan juga


mengalami penurunan seiring dengan lama waktu aerasi dan banyaknya
jumlah kompartemen. Hal ini membuktikan bahwa pemberian O2 ke dalam
air dapat mempermudah penyerapan O2 oleh bakteri-bakteri aerob
sehingga dapat tumbuh dengan baik sehingga makin banyak oksigen
dalam air maka produksi CO2 juga turun.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu
teknologi tangki aerasi bertingkat dapat menurunkan kadar BOD, COD,
TSS dan CO2 sampel air sungai Martapura; makin banyak kompartemen
dan lama waktu aerasi yang digunakan maka kadar BOD, COD, TSS dan
CO2 makin rendah. Namun pada penelitian ini kadar COD, TSS dan CO2
yang diturunkan masih belum memenuhi standar dari Baku Mutu Kualitas
Air Sungai yang ditetapkan Gubernur Kalimantan Selatan dikarenakan
waktu aerasi yang singkat.

76 Sains & Teknologi


Kalimantan Scientiae No. 76 Th.XXVIII Vol. Oktober 2010

DAFTAR PUSTAKA
Arsawan M, dkk. 2007. Pemanfaatan Metode Dalam Pengolahan Limbah
Berminyak. Bali: Universitas Udayana.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA). 2007.
Kumpulan Peraturan Lingkungan Hidup Tentang Air.
Kalimantan Selatan: BAPEDALDA.
Ismail A.F, 2003. Pengolahan Limbah Cair dari Industri Biskuit Dengan
Proses Aerasi Bertingkat. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia
Yogyakarta, ISBN 979-97893-0-3.
Metcalf, Eddy. 2004. Wastewater Engineering Treatment and Reuse
Fourth. Singapura: McGraw-Hill.
Moersidik S, dan Basuki H, 1999. Analisis Kualitas Air. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka.
Novriana D, dan Septia M, 2003. Tinjauan BOD dan TSS Pada Pengolahan
Limbah Cair Industri Biskuit Dengan Proses Aerasi Bertingkat.
Laporan Penelitian Mahasiswa. Jurusan Teknik Kimia Universitas
Sriwijaya. Inderalaya.
Husnun U, dan Damayanti, 2003. Pengolahan Limbah Cair Industri Biskuit
Dengan Tinjauan COD dan DO. Laporan Penelitian Mahasiswa
Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya Inderalaya.
Wardhana W.A, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan Edisi Revisi.
Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.

Widari, R., dan I. Yuanita, 2000. Degradasi Fosfor Pada Multi Efek Aerator.
Laporan Penelitian Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Sriwijaya, Indralaya

Sains & Teknologi 77

Anda mungkin juga menyukai