Diposkan pada: August 28, 2013 Oleh: Chy Rohmanah Pada Kategori: Kesehatan
Berbagai jenis makanan kaleng yang dengan mudah didapatkan saat ini merupakan
perkembangan teknologi yang bergerak di bidang kuliner yang bertujuan untuk kemudahan
hidup bagi manusia. Makanan kalengan memang amat disukai karena kepraktisan dalam
pengolahannya. Terlebih lagi kemudahan untuk menumaknnya merupakan nilai plus yang
membuat makanan kaleng ini telah banyak diproduksi untuk berbagai bahan makanan. Mulai
dari sayuran, buah sampai produk daging tidak luput untuk dikalengkan.
Daging dan ikan kalengan Pasti kita sangat kenal dengan kornet sapi, ayam ataupun
ikan kalengan sarden dan juga tuna. sumber protein hewani banyak dikalengkan agar
tahan lama. Hasil laut seperti ikan-ikanan ini bisa sangat melimpah suatu waktu namun,
bisa juga hasilnya sedikit di waktu lain. Dengan mengawetkannya dalam kemasan
kaleng, tidak perlu cemas akan kekurangan kebutuhan ikan ini. Ikan yang dikalengkan
ini biasanya juga sudah dimasak jadi hanya perlu menghangatkannya dan bisa
menambahkan bahan pelengkap sesuai selera.
Sayuran kaleng Jenis makanan polong-polongan yang berbentuk biji-bijian ini banyak
dikemas dalam bentuk kalengan. Sayuran merupakan sumber vitamin dan juga mineral
yang sangat dibutuhkan untuk aktifitas keseharian tubuh. Menyediakan kacang-kacang
kalengan di rumah di nilai lebih praktis oleh sebagian orang yang tingkat kesibukannya
tinggi.
Makanan kaleng olahan Saus tomat, sambal masak dan pasta merupakan makanan
kaleng olahan yang berasal dari tomat. Makanan kaleng ini juga sangat enak untuk
menjadi teman lauk utama.
Jenis makanan kaleng memang banyak berasal dari makanan alami yang kemudian diawetkan
yang kemudian dikalengkan. Jenis makanan alami seperti buah-buahan mengandung banyak
vitamin seperti pada khasiat buah jeruk, jika buah ini dikalengkan apakah nutrinya tetap sama
seperti buah yang tidak dikalengkan? bukankah makanan kalengan mengandung bahan
pengawet?
Banyak yang mempertanyakan tentang nutrisi makanan kalengan ini, karena kondisi
makanannya yang telah diawetkan. Proses pengawetan makanan kaleng ini terutama pada jenis
daging-dagingan adalah dengan mematikan bakteri pembusuk makanan dengan berbagai enzim
karena proses itulah ada nutrisi yang hilang dalam pemrosesannya. Pada jenis sayuran juga
dilakukan proses pengeringan untuk mematikan mikroba pembusuknya, ini juga menghilangkan
kandungan gizinya saat pemanasan pada suhu tinggi.
Kekhawatiran untuk hal ini sudah diantisipasi oleh para produsen makanan kaleng ini dengan
memasukan berbagai nutrisi tambahan untuk mengawetkan dan sekaligus menggantikan nutrisi
yang hilang. Vitamin C dan antioksidan yang diberikan akan mencegah makanan kaleng agar
tidak tengik sekaligus memberikan nutrisi pada makana kaleng tersebut. Jadi jangan cemas jika
anda sering mengkonsumsi berbagai jenis makanan kaleng ini namun, tetap perlu diingat agar
mengkombinasikannya dengan berbagai jenis makanan segar
http://blogging.co.id/berbagai-jenis-makanan-kaleng
Kesibukan membuat kita ingin serba praktis. Maka munculah berbagai macam produk makanan
yang dikemas dalam berbagai jenis kemasan. Beberapa sumber kesehatan menyebutkan bahwa
makanan kemasan dapat memiliki efek buruk bagi kesehatan tubuh manusia. Bahkan beberapa
sumber menyebutkan, makanan kemasan dapat menimbulkan kanker. Hal ini disebakan oleh
bermacam bahan kimia yang terkandung didalamnya. Namun seberapa besar pengaruh ini akan
sangat tergantung ketahanan kondisi fisik tubuh masing-masing orang. Ada orang yang mudah
terkena efek buruk kemasan dan ada juga yang kuat. Akan tetapi kita sendiri tidak tahu termasuk
yang mana.
Jargon mencegah lebih baik daripada mengobati mungkin menjadi pilihan yang paling tepat
bagi kita. Bukan berarti kita sama sekali tidak makan produk kemasan. Kita perlu mengaturnya
agar kita tidak terlalu banyak menkonsumsi makanan kemasan. Seberapa banyak batasannya,
kita belum menemukan informasi yang valid.
Beberapa informasi yang ada, misalnya mie Instan, memberi jarak waktu 3 hari setelah makan
mie instan untuk makan mie instan berikutnya. Mungkin ini bisa menjadi semacam patokan, jika
sekiranya bisa dilakukan.
Demi menjaga kesehatan, kita harus pandai-pandai memilih jenis kemasan makanan yang akan
kita beli dan untuk dikonsumsi. Jadi, Anda perlu tahu berbagai jenis kemasan makanan, beserta
efek negatifnya terhadap tubuh kita. Berikut Sharing di Sini Beberapa Jenis kemasan
makanan dna minuman yang ada di pasaran.
1. Plastik
Plastik merupakan jenis kemasan yang paling banyak digunakan dalam industri saat ini.
Kemudahannya dalam memproduksi membuatnya menjadi pilih kemasan paling murah. Akibat
buruknya kita telah membuat sampah plastik begitu besar dalam beberapa dekade terakhir dan
berdampak buruk bagi kondisi alam juga.
Sebagian besar kita menganggap plastik untuk kemasan tidak ada bedanya satu dengan lainnya,
padahal plastik dibuat sesuai penggunaan kemasan. Ada plastik yang dibuat khusus untuk
produk tertentu dan tidak boleh digunakan untuk jenis produk lain. Misalnya saja botok plastik,
dibuat oleh pabriknya dengan kode tertentu.
Banyak dari kita terutama Industri kecil menggunakan plastik tidak pada tempatnya. Plastik
kresek hitam yang sering digunakan sebagai pembungkus gorengan, gelas plastik yang dipakai
untuk air mendidih, botol kemasan air mineral yang diterpa sinar matahari setiap hari, serta
penggunaan plastik kiloan untuk membuat ketupat, merupakan contoh-contoh penggunaan
kemasan plastik yang salah dan sangat berbahaya. Akibat dari penggunaan plastik yang tidak
sesuai dengan fungsinya ini, dikhawatirkan akan terjadi perpindahan komponen kimia dari
plastik ke dalam makanan.
Beberapa kemasan plastik berasal dari material polyetilen polypropilen polyvinylchlorida yang
jika dibakar atau dipanaskan dapat menimbulkan dioksin, suatu zat yang sangat beracun dan
merupakan penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang.
2. Kertas
Selain plastik, kertas juga menjadi alat pengemas makanan. Namun ada beberapa kertas yang
seharusnya tidak boleh untuk dijadikan kemasan, terutama adalah kertas bekas (seperti bekas
majalah atau koran). Kertas bekas memiliki tulisan yang terbuat dari tinta dan terdeteksi
mengandung timbal (Pb) yang melebihi batas.
Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju
sistem peredaran darah, dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lainseperti ginjal,
hati,otak, saraf dan tulang.
3. Kaleng
Kini semakin banyak makanan dan minuman yang dikemas dalam kaleng. Umumnya produk
yang dikemas dalam kaleng akan hilang kesegarannya, juga nilai gizi turun akibat pengolahan
dengan suhu tinggi.
Pada pemakaiannya, kaleng harus dilapisi timah putih (Sn) dengan sistem pelapisan sangat ketat
dan tidak boleh ada lubang pori sekecil apa pun. Kaleng (template) ini harus dilapisi lagi dengan
enamel bila akan digunakan untuk makanan yang mudah menimbulkan korosi (karat). bahaya
utama makanan kaleng yaitu tumbuhnya Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan
keracunan botulinin.
Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang
dan kejang-kejang yang membawa kematian karena sukar bernapas. Biasanya bakteri ini tumbuh
pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor
sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar.
Cermat memilih kaleng kemasan merupakan suatu upaya untuk menghindari bahaya-bahaya
yang tidak diinginkan tersebut.
4. Styrofoam
Riset telah membuktikan bahwa bahan styrofoam sangat diragukan keamanannya untuk
kesehatan. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styrene menjadi populer di kalangan bisnis
makanan, karena bahan tersebut dapat mencegah terjadinya kebocoran dan mampu
mempertahankan bentuknya saat dipegang pelanggan. Bahan tersebut juga mampu
mempertahankan suhu panas dan dingin agar tetap nyaman dipegang, dan yang membuatnya
sangat populer dilangan pebisnis makanan adalah harganya yang sangat relatif murah.
Bahayanya, jenis bahan gabus styrofoam ini dapat melepas monomer stiren jika dipakai untuk
makanan panas,belemak,beminyak,dan beralkohol. Pada bulan Juli 2001, Bagian Keamanan
Makanan Pemerintah Jepang mengutarakan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat
berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang
terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan
kimia karsinogen dalam makanan. Styrofoam menjadi berbahaya karena dibuat menggunakan
butiran-butiran styrene yang diproses dengan benzana. Padahal zat benzana sendiri merupakan
salah satu zat yang menimbulkan berbagai macam penyakit seperti mempercepat detak jantung,
gangguan syaraf yang menyebabkan mudah lelah, anemia, badan gemeteran, mudah gelisah,
gangguan kelenjar tiroid, bahkan kanker.
5. Gelas / Kaca
Bahan kemasan makanan paling aman adalah gelas. Kelemahannya, kemasan gelas tidak tahan
pada suhu tertentu dan rentan pecah. Meski ada juga beberapa jenis gelas yang memang tahan
sampai suhu tertentu.[e_SdS]
http://sharingdisini.com/2013/10/22/mengenal-jenis-bahan-kemasan-makanan-dan-minuman/
Erin_SdS
Makanan Kaleng
03.14 | Posted by Miwing Nurul Wahyuni
Kemasan makanan tidak hanya sekadar bungkus yang berfungsi sebagai pelindung
makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan,
penyeragaman, promosi dan informasi. Kita temui ada banyak bahan yang digunakan sebagai
pengemas primer pada makanan, yakni kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan.
Tetapi dari sekian banyak itu tidak semua bahan kemasan makanan aman bagi makanan yang
dikemasnya. Contoh pengemas yang sering digunakan adalah kaleng.
Kaleng dipilih orang untuk kemasan makanan karena sifatnya kedap udara, athogen
ringan (lebih ringan daripada gelas yang mempunyai kekedapan yang sama), mudah dibentuk,
dan tidak mudah pecah. Dengan keunggulan sifat ini, sejak abad XVIII kaleng telah digunakan
sebagai pengemas pada produk aseptic.
Kaleng adalah salah satu jenis kemasan makanan yang mulai diperkenalkan pada perang
dunia kedua. Kelebihan menonjol dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi,
sehingga makanan yang disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet.
Kerusahan utama yang terjadi pada bahan makanan adalah kerusakan yang disebabkan oleh
mikroba. Jasad renik itulah yang menyebabkan makanan jadi bau, busuk, dan bahkan menjadi
beracun.
Ketika makanan dimasak, baik direbus, digoreng, dipanggang atau dikukus, maka
mikroba yang menyebabkan busuk itu akan mati. Tetapi beberapa saat setelah pemasakan itu
mikroba yang lain akan segera athog dan menikmati makanan tersebut. Mikroba adalah makhluk
yang sangat kecil, sehingga tidak bisa terlihat oleh mata kecuali menggunakan mikroskop.
Mikroba ada di mana-mana, baik di tanah, di udara, bahkan pada tubuh kita sendiri. Seperti
halnya hewan, tumbuhan dan manusia, mereka adalah makhluk hidup yang juga membutuhkan
makanan dan menghasilkan metabolit. Ketika menempel pada sebuah makanan, ia akan
memakannya dan menghasilkan buangan atau metabolit. Buangan itulah yang berupa bau,
busuk, dan racun.
Dalam kemasan kaleng, makanan dapat dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi dan
tekanan yang tinggi pula. Dengan demikian semua mikroba yang hidup bersama makanan
tersebut akan mati. Karena kaleng juga ditutup dengan sangat rapat, maka mikroba baru tidak
akan bisa masuk kembali ke dalamnya. Oleh karena itu makanan kaleng dapat disimpan hingga
dua tahun dalam keadaan baik, tidak busuk, dan tidak beracun. Tetapi ketahanan bahan makanan
yang berada di dalamnya juga dipengaruhi oleh kualitas kaleng dan pengolahan sebelum dan
saat pengalengan.
Sejumlah industri makanan dan minuman dalam kaleng telah berdiri di Indonesia.
Beberapa produk hasil pertanian seperti sayuran, buah-buahan, daging, dan ikan diawetkan
dengan teknik ini.
Semua jenis makanan bisa dikemas di dalam kaleng. Mulai dari daging, ikan, sayuran,
buah-buahan dan makanan olahan seperti sosis, bumbu nasi goreng hingga sayur lodeh. Kini
kita bisa menyaksikan berbagai jenis makanan yang dikemas di dalam kaleng ada di pasar, toko
dan super market. Mereknyapun bermacam-macam, baik produksi dalam negeri maupun impor.
Pada dasarnya makanan kaleng dibedakan atas tiga kelompok berdasarkan keasaman,
yaitu:
1. Makanan kaleng berasam rendah (pH>4,6), misalnya produk-produ daging dan ikan, beberapa
sayuran (jagung, buncis), dan masakan yang terdiri dari campuran daging dan sayuran (lodeh,
gudeg, opor, dan lain-lain).
2. Makanan kaleng asam (pH 3,7-4,6), misalnya produk-produk tomat, pear, dan produk-produk
lain.
3. Makanan kaleng berasam tinggi (pH<3,7), misalnya buah-buahan dan sayuran kaleng seperti
jeruk, pikel, sauerkraut, dan lain-lain.
Dengan pengolahan yang athoge, makanan kaleng memiliki daya simpan (shelf life)
yang lama, sekalipun tidak menggunakan bahan pengawet. Tetapi, seperti sifat makanan pada
umumnya, makanan kaleng tetap mengalami penurunan mutu seiring dengan lamanya
penyimpanan.
Kerusakan dapat terjadi karena kurang sempurnanya pengolahan. Misalnya, selama proses
sterilisasi, terjadi kebocoran kecil pada sambungan kaleng yang menggelembung, tetapi
kemudian tertutup kembali setelah pendinginan. Bila dalam proses pendinginannya digunakan
air kurang bersih, dapat dipastikan mikroba pembusuk akan hadir dalam kaleng melalui lobang
kecil tersebut. Pada gilirannya, bila kondisi penyimpanan mendukung maka bakteri tersebut
akan tumbuh dan berkembang biak dan kelak memproduksi racun.
Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak
secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu
wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba athogen
(penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan
dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan
cita rasa.
Namun, karena dalam pengalengan makanan digunakan sterilisasi komersial (bukan
sterilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau mikroba lain (terutama yang bersifat
tahan terhadap panas) yang dapat merusak isi apabila kondisinya memungkinkan. Itulah
sebabnya makanan dalam kaleng harus disimpan pada kondisi yang sesuai, segera setelah proses
pengalengan selesai.
Dalam industri pengalengan makanan, yang diterapkan adalah sterilisasi komersial
(commercial sterility). Artinya, walaupun produk tersebut tidak 100 persen steril, tetap cukup
bebas dari bakteri pembusuk dan athogen (penyebab penyakit), sehingga tahan untuk disimpan
selama satu tahun atau lebih dalam keadaan yang masih layak untuk dikonsumsi.
Biasanya produk makanan yang dikemas dalam kaleng akan kehilangan cita rasa
segarnya dan mengalami penurunan nilai gizi akibat pengolahan dengan suhu tinggi. Satu hal
lagi yang juga cukup mengganggu adalah timbulnya rasa taint kaleng atau rasa seperti besi yang
timbul akibat coating kaleng tidak sempurna.
Bahaya utama pada makanan kaleng adalah tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum
yang dapat menyebabkan keracunan botulinin bagi pengonsusmi makanan kaleng tersebut.
Bakteri yang berbahaya ini umumnya menyukai tempat-tempat yang tidak ada udara (athogen)
dan mampu melindungi diri dari suhu yang agak tinggi (termofilik) dengan jalan membentuk
spora. Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-
kunang dan kejang-kejang yang membawa kematian karena sukar bernapas. Biasanya bakteri ini
tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor
sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar.
Sejumlah kecil racun ini, katakanlah 2 mg saja, telah cukup mengakibatkan kematian
orang dewasa. Setelah diserap usus kecil, racun ini mampu melumpuhkan otot-otot alat tubuh
yang vital seperti jantung, paru-paru, dan alat tubuh yang lain. Untungnya, racun ini tidak tahan
panas sehingga dengan pemanasan selama 6 menit (tipe A) pada suhu 80 derajat Celcius dan 15
menit (tipe B) pada suhu 90 derajat Celcius, racun tersebut sudah tidak aktif lagi.
Beberapa mikroorganisme penyebab kerusakan pada makanan kaleng adalah :
Kecermatan dalam memilih kaleng kemasan merupakan suatu upaya untuk menghindari
bahaya-bahaya yang tidak diinginkan tersebut. Boleh-boleh saja memilih kaleng yang sedikit
penyok, asalkan tidak terdapat kebocoran. Selain itu segera pindahkan sisa makanan kaleng ke
tepat lain agar kerusakan kaleng yang terjadi kemudian tidak akan mempengaruhi kualitas
makanannya.
Penurunan mutu makanan kaleng bergantung pada sifat bahan, suhu sterilisasi dan
kondisi udara dalam head space-nya. Semakin lama disimpan, semakin rendah daya simpannya
(shelf life loss).
Kemunduran daya simpan ini disebut kadaluwarsa. Bila menggunakan bahan baku yang
baik, proses pemanasan sempurna dan bahan pengemas yang tidak berbahaya, maka daya
simpan makanan kaleng dapat mencapai tiga tahun.
Penyimpanan pada tempat yang lembab dan basah dapat melahirkan proses pengkaratan
yang tidak diinginkan. Kerusakan yang lain dapat terjadi karena kurang sempurnanya
pengolahan. Misalnya, selama proses sterilisasi, terjadi kebocoran kecil pada sambungan kaleng
yang menggelembung, tetapi kemudian tertutup kembali setelah pendinginan.
Bila dalam proses pendinginannya digunakan air kurang bersih, dapat dipastikan
mikroba pembusuk akan hadir dalam kaleng melalui lobang kecil tersebut. Pada gilirannya, bila
kondisi penyimpanan mendukung maka bakteri tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dan
kelak memproduksi racun.
Selain kerusakan fisik kaleng, ada hal lain yang perlu kita ketahui sebagai langkah awal
dalam membeli produk makanan kaleng di antaranya kerusakan secara biologis dan kimiawi.
Kerusakan biologis meliputi kebocoran kaleng yang dapat mengakibatkan pembusukan isi
kaleng dan mikroorganisme athogen dapat masuk serta berkembang biak di dalamnya.
Kemudian mikroorganisme yang ditahan dalam proses pemanasan dapat merusak hidrat arang
dan akhirnya dapat menjadi asam (yang menyebabkan tidak adanya gas sehingga bakteri bersifat
anaerob akan membentuk spora).
Adapun kerusakan secara kimiawi mencakup pengaratan bahan pelapis kaleng (timplate)
biasanya dari tembaga, timah, besi terutama pada bahan makanan yang bersifat asam karena
pelepasan athogen.
Kerusakan produk kaleng ada yang bisa dilihat secara kasat mata dari kondisi kalengnya
(seperti pengembungan kaleng atau kecembungan pada sisi tertentu). Tetapi ada juga yang tidak
terdeteksi dari luar. Ciri-ciri kerusakan yang dapat dilihat secara langsung dari kondisi
kalengnya adalah sebagai berikut:
1. Kembung
Kondisi kaleng yang kembung bisa terjadi karena reaksi antara produk asam yang dikemas
dengan kondisi kaleng yang cacat. Makanan yang tergolong berkadar asam tinggi, misalnya jus
buah-buahan. Sementara yang kadar asamnya rendah antara lain jamur, asparagus, bit, kentang,
dan kacang-kacangan. Selain itu, kembung bisa pula karena jenis kaleng yang digunakan tak
sesuai dengan produk yang dikemas. Jika dibuka, produk tampak normal, tapi warnanya
terkadang berubah pucat. Pada kondisi lain, kembung bisa juga disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme yang menghasilkan CO2 dan H2. Akibat pembentukan gas ini, tekanan dalam
kaleng menjadi tinggi sehingga
kaleng menggembung yang lama-lama bisa pecah.
2. Penyok
Kondisi ini bisa terjadi karena benturan, jatuh, atau tertindih. Kaleng yang penyok sedikit (tak
sampai membentuk sudut) biasanya tidak mengalami kerusakan isi. Namun, jika membentuk
sudut, dikhawatirkan lapisan timahnya rusak sehingga kaleng bereaksi dengan produk, terutama
yang berasam tinggi.
3. Karat
Ini terjadi karena adanya reaksi antara kaleng dengan senyawa lain yang bersifat korosif. Pada
kasus yang ringan, perkaratan terjadi pada tutup kaleng, sambungan kaleng, atau bagian luar
saja. Pada kasus berat dapat terjadi pada seluruh bagian luar kaleng. Karat yang belum merusak
bagian dalam sebenarnya tidak berbahaya. Akan tetapi, bila sudah timbul lubang, meski kecil
dan sulit dideteksi, ada kemungkinan mikroba sudah menyelusup ke dalamnya.
Namun demikian, kaleng yang normal pun belum tentu bermutu baik. Selain kondisi
kemasan yang kerusakannya dapat diamati secara langsung, kerusakan bisa saja baru diketahui
ketika kemasan kaleng tersebut dibuka. Beberapa kerusakan dalam makanan kaleng yang tidak
dapat diamati secara langsung antara lain:
1. Stack berning
Ini terjadi karena proses pendinginan yang tidak sempurna atau dilakukan penyimpanan dalam
keadaan masih panas. Akibatnya, makanan menjadi lunak, kadang-kadang berair, berwarna
gelap, dan cita rasanya tak enak. Kaleng bagian dalam tampak tidak cerah. Produk ini tidak
layak dimakan,
meski belum tentu berbahaya.
2. Flat sour
Ditandai dengan bau asam yang disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak
mati selama proses sterilisasi. Berkembangnya spora bakteri itu bisa juga disebabkan oleh proses
pengolahan atau pengalengan yang tidak sempurna, dan sanitasi yang buruk. Keadaan ini
seringkali menyebabkan kebusukan.
3. Perubahan warna
Secara kimia, perubahan warna bisa disebabkan oleh pecahnya senyawa protein (pada makanan
dengan kandungan protein tinggi, seperti kornet) dalam proses sterilisasi, kemudian bereaksi
dengan logam kaleng dan membentuk senyawa besi athoge. Bisa juga karena aktivitas
Clostridium nigrificans, bakteri anaerob pembentuk spora yang bersifat proteolitik. Bakteri ini
memproduksi H2S sehingga makanan menjadi busuk dan berwarna hitam.
http://miuwbangget.blogspot.com/2011/04/makanan-kaleng.html
Sebuah produk itu lahir dari pabrik sehingga setiap orang mampu membuatnya dengan kualitas
baik asal memiliki modal dan teknik yang sama. Tetapi sebuah brand/merek dilahirkan dari
pikiran konsumen oleh karena itu konektivitas dengan konsumen mutlak dibutuhkan. Tugas
utama sebuah merek adalah menarik seseorang untuk membeli jasa atau produk yang
ditawarkan. Merek serta kemasan produk bisa menjadi media komunikasi yang murah, namun
menarik dan efektif. Sebagai pengusaha, Anda harus bisa membuat merek yang menarik, unik
dan mengandung arti karena dengan memakai nama merek tersebut, pengusaha akan
mempromosikan produknya kepada konsumen dengan lebih mudah.
Merek merupakan sesuatu yang sangat penting terutama sebagai pembeda antara suatu produk
atau usaha dengan produk atau usaha lainnya. Pemilihan sebuah nama pada suatu produk/usaha
memang tak bisa dilepaskan dari elemen pemasaran. Sebab, nama sebuah mereklah yang paling
melekat di kepala konsumen. Maklum, nama merupakan ekspresi pertama yang akan menjadi
simbol suara yang unik, yang bergema dalam pikiran dan hati konsumen. Untuk itu, nama
sebaiknya dibuat se-efektif mungkin sebab hal ini akan mendorong proses pembangunan nilai
jual dan memperkuat merek.
Nama merek yang efektif juga dapat dimanfaatkan untuk menciptakan pesan pertama terhadap
positioning khusus. Jadi ketika orang menyebut suatu nama maka konsumen langsung tergiring
pemikirannya terhadap suatu produk/usaha sehingga ketika konsumen menginginkan suatu jenis
produk maka nama tersebutlah yang akan dicarinya.
Selain itu membangun ekuitas sebuah merek saat ini menjadi sangat penting, sebab kualitas
produk bukan lagi menjadi komoditas yang bisa dibanggakan. Karena setiap pelaku bisnis pasti
bisa membuat produk yang berkualitas sangat tinggi. Sehingga dengan sendirinya kualitas sudah
merupakan standar yang dengan mudah dan cepat dapat dimiliki oleh siapa saja. Satu-satunya
atribut yang sulit ditiru adalah merek yang kuat.
Untuk itu beberapa hal yang wajib diperhatikan saat membuat nama adalah masalah struktur
bahasa. Dalam hal ini usahakan nama tersebut harus singkat, gampang dibaca dan diucapkan,
dan gampang diingat konsumen, kemudian nama tersebut mampu menjadi sebuah simbol dari
produk yang dijual. Jangan sampai membuat merek dengan maksud supaya terdengar keren
maka dipakai nama yang sulit untuk diucapkan atau sulit diingat konsumen. Hal ini dapat
merugikan Anda.
Cara sederhana yang lain untuk mendapatkan nama usaha/produk yang baik adalah membuat
nama yang unik yang mencerminkan diferensiasi atau perbedaan produk/usaha yang dipasarkan
dari kompetitor bidang usaha sejenis. Yang tak kalah penting yaitu bisa up to date sepanjang
zaman. Ingat nama ini dipakai selama suatu produk/usaha hidup, sehingga usahakan membuat
nama yang mampu bertahan dan tak lekang waktu. mIsalnya saja nama coca cola yang hingga
kini telah bertahan hingga satu abad lamanya.
Kemudian, ide membuat nama bisa bermacam-macam asalnya, contoh dari nama horor seperti
sedang booming saat ini, atau nama tersebut mampu menciptakan kesan funky dan energic
bagi produk/usaha yang menyasar kalangan remaja. Namun demikian, nama unik tetap tidak
mendapat perhatian lebih jika produk yang disajikan tidak memiliki kualitas yang bagus.
Sebuah merek juga harus bermakna positif dan memenuhi kebutuhan psikologis konsumen.
Karena hal itu ikut memberikan andil dalam keputusan seseorang membeli suatu jasa atau
produk. Seperti fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, banyak pengusaha yang menggunakan
nama asing atau terkesan asing untuk merek produknya untuk menarik minat konsumen yang
banyak berpendapat produk asing memiliki kualitas yang baik.
Setelah sebuah nama terlahir, langkah selanjutnya adalah pengenalan nama kepada konsumen.
Untuk itu dapat dilakukan beberapa strategi marketing. Salah satunya strategi marketing dari
mulut ke mulut yang saat ini masih efektif digunakan, terutama bagi kalangan pengusaha kelas
menengah ke bawah. Maklum, untuk target market ini orang lebih tertarik mencoba setelah
mendapatkan rekomendasi dari orang lain yang juga pernah memiliki pengalaman serupa
terhadap suatu produk/usaha. Strategi sederhana ini dapat ditunjang dengan cara memampang
papan spanduk di depan tempat usaha/di dalam kemasan produk, membuat selebaran/brosur.
Kemudian cara mujarab merawat brand tetap awet manakala suatu produk mampu menguasai
konsumennya dibandingkan dengan pesaing lainnya antara lain dengan tetap fokus terhadap
target market yang disasar, kemudian juga selalu melakukan komunikasi dengan target market
itu tentang apa saja yang mereka inginkan sehingga produk akan terinovasi dengan baik, selalu
memenuhi janji yang telah dipromosikan. Kemudian bagi usaha jasa agar selalu mengusahakan
untuk melakukan service yang berbeda dari tempat atau jasa pelayanan lainnya dan selalu
menjaga keunggulannya melalui berpromosi dan beriklan, selain tentu saja memperhitungkan
persaingan harga pada produk sejenis di pasaran.
1.Tentukan beberapa pertimbangan yang terkait dengan penciptaan nama mulai dari struktur
bahasa, simbolisme (arti kata yang melekat), asosiasi yang terakumulasi terhadap kata tersebut
dan arti asal katanya.
2.Hendaknya, nama tersebut harus menangkap esensi merek dan dapat dipakai di semua pasar
sasaran. Maksudnya, nama tersebut harus diterima di semua kawasan merek ini dipasarkan dan
tidak menimbulkan penafsiran ganda dalam budaya dan bahasa yang dapat merugikan merek.
Penyaringan ini mencakup pengucapan, arti kata, konotasi, dan kriteria-kriteria lainnya yang
berhubungan.
3.Nama merek harus enak didengar, mudah diingat, dan mengarahkan asosiasi konsumen
tentang manfaat dari posisi merek.
4.Harus dipastikan bahwa nama tersebut digunakan untuk suatu jenis produk tertentu, dan yang
paling penting tidak mempunyai masalah berkaitan dengan aspek legalitas di semua wilayah
pasar sasaran. Serta jangan lupa juga bahwa nama tersebut mendapat perlindungan hukum di
semua wilayah pemasaran.
5.Keunikan, maksudnya nama tersebut dapat menunjukkan sesuatu yang berbeda dan mudah
diingat. Keunikan itu sendiri dapat diambil dari suatu cerita yang sebenarnya sudah diketahui
oleh masyarakat sebagai sesuatu yang menyenangkan, menggelikan atau juga menakutkan.
Nama-nama tersebut bisa jadi tidak lazim dipakai, tetapi justru ketidaklaziman inilah yang
membuat rasa ingin tahu konsumen atau masyarakat menjadi semakin besar. Dengan catatan
bahwa keuikan itu sendiri tidak membawa akibat yang dapat merugikan kepentingan produsen
sendiri.
Kemasan
Pikirkan dan rancang kemasan produk semenarik mungkin. Jangan takut terhadap kemungkinan
tambahan biaya yang harus Anda keluarkan. Pengalaman salah satu pengusaha UKM yang
menjual susu kedelai. Tadinya pengusaha ini menjual susu dalam plastik tanpa merek seharga
Rp 1.000. lalu, dia memberi merek dan memperbaiki kemasannya. Setelah tampil menarik, dia
menjual kembali susu yang sama denga harga Rp 2000. Hasilnya, dagangannya ternyata lebih
laku daripada sebelumnya. Apa artinya keluar Rp 150, kalau untungnya dua kali lipat. Juga
disarankan agar kita lebih berorientasi konsumen dalam mengemas usaha. Kalau jualan bakso,
ya gerobaknya dirapiin dan mereknya ditempel. Kalau punya rumah makan, pakailah piring
yang bagus, buka piring plastik.
http://www.miswans.com/merek-dan-kemasan.html