Anda di halaman 1dari 11

A.

SEJARAH ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Ilmu Administrasi Negara jika dilihat dari sejarah sebenarnya sudah ada semenjak dahulu
kala, asal mula Administrasi Negara yakni di Eropa dan Amerika Serikat. Administrasi
negara akan timbul dalam suatu masyarakat yang terorganisir. Dalam catatan sejarah
peradaban manusia di Asia Selatan termasuk di Indonesia, Cina dan Mesir Kuno, dahulu
sudah didapatkan suatu sistem penataan pemerintahan. Sistem penataan tersebut pada saat ini
dikenal dengan sebutan Administrasi Negara. Administrasi telah lebih banyak dipelajari
sebagai suatu hal yang bisa meberikan pelayanan terhadap pemberian saran dan
kebijaksanaan kepada menteri, dan sedikti dopelajari sebagai proses manajemen ke dalam
(internal management) dibandingkan dengan sebagian besar negara-negara lainnya. Pada
umumnya administrasi negara di Inggris lebih bersifat sentralisasi dengan sistem pengawasan
yang terpusatkan dalam Departemen Keuangan.
Administrasi Negara modern yang dikenal saat ini merupakan produk dari suatu
masyarakat feodal yang tumbuh subur di negara-negara Eropa. Negara-negara di daratan
Eropa yang semuanya dikuasai oleh kaum feodal, bangsawan dan kaum ningrat kerajaan
berusaha untuk mengkokohkan pemerintahannya. Dengan semakin tumbuhnya
perkembangan masyarakat, sentralisasi kekuasaan dan pertanggungjawaban dalam
pemerintahan monarki menimbulkan suatu kebutuhan untuk mendapatkan korps
administrator yang cakap, penuh dedikasi, stabil, dan integritas. Korps administrator ini pada
gilirannya nanti akan menjadi tenaga spesialis pada masing-masing bidang dan jabatan yang
beraneka pada tataran pemerintahan nasional. Kebutuhan akan suatu sistem mulai dirasakan,
yakni suatu sistem untuk menata sentralisasi kekuasaan dan pertanggungjawaban
pemerintahan.
Perkembangan Ilmu Administrasi Negara lahir sejak Woodrow Wilson (1887), yang
kemudian menjadi presiden Amerika Serikat pada 1913-1921, menulis sebuah artikel yang
berjudul The Study of Administration yang dimuat di jurnal Political Science Quarterly.
Kemunculan artikel itu sendiri tidak lepas dari kegelisahan Wilson muda akan perlunya
perubahan terhadap praktik tata pemerintahan yang terjadi di Amerika Serikat pada waktu itu
yang ditandai dengan meluasnya praktik spoil system (sistem perkoncoan) yang menjurus
pada terjadinya inefektivitas dan inefisiensi dalam pengelolaan negara. Studi Ilmu Politik
yang berkembang pada saat itu ternyata tidak mampu memecahkan persoalan tersebut karena
memang fokus kajian Ilmu Politik bukan pada bagaimana mengelola pemerintahan dengan
efektif dan efisien, melainkan lebih pada urusan tentang sebuah konstitusi dan bagaimana
keputusan-keputusan politik dirumuskan. Administrasi negara di negara-negara jajahan di
Amerika, baik dalam pemerintahan negara bagian, maupun pemerintahan nasional mulai
dengan suatu model yang dikembangkan dari negara induknya. Administrasi dilakukan oleh
para bangsawan yang berada di Selatan dan dijalankan oleh para bangsawan pedagang dan
industriwan di daerah Utara. Administrasi tidak dipahami sebagai suat jenis aktivitas atau
jabatan yangberbeda dan dapat dipisahkan, dan istilah ini tidak digunakan atau dicantumkan
dalam konstitusi Amerika.

Menurut Wilson, Ilmuwan Politik lupa bahwa kenyataannya lebih sulit


mengimplementasikan konstitusi dengan baik dibanding dengan merumuskan konstitusi itu
sendiri. Sayangnya ilmu yang diperlukan untuk itu belum ada. Oleh karena itu, untuk dapat
mengimplementasikan konstitusi dengan baik maka diperlukan suatu ilmu yang kemudian
disebut Wilson sebagai Ilmu Administrasi tersebut. Ilmu yang oleh Wilson disebut ilmu
administrasi tersebut menekankan dua hal, yaitu perlunya efisiensi dalam mengelola
pemerintahan dan perlunya menerapkan merit system dengan memisahkan urusan politik dari
urusan pelayanan publik. Agar pemerintahan dapat dikelola secara efektif dan efisien, Wilson
juga menganjurkan diadopsinya prinsip-prinsip yang diterapkan oleh organisasi bisnis ke
dalam Administrasi Negara.

Penjelasan ilmiah terhadap gagasan Wilson tersebut kemudian dilakukan oleh Frank J.
Goodnow yang menulis buku yang berjudul: Politics and Administration pada tahun 1900.
Buku Goodnow tersebut seringkali dirujuk oleh para ilmuwan administrasi negara sebagai
"proklamasi secara resmi terhadap lahirnya Ilmu Administrasi Negara yang memisahkan diri
dari induknya, yaitu Ilmu Politik. Era ini juga sering disebut sebagai era paradigma dikotomi
politik-administrasi. Melalui paradigma ini, Ilmu Administrasi Negara mencoba
mendefinisikan eksistensinya yang berbeda dengan Ilmu Politik dengan ontologi,
epistimologi dan aksiologi yang berbeda. Beberapa tahun kemudian, sebuah buku yang
secara sistematis menjelaskan apa sebenarnya Ilmu Administrasi Negara lahir dengan
dipublikasikannya buku Leonard D. White yang berjudul Introduction to the Study of Public
Administration pada 1926. Buku White yang mencoba merumuskan sosok Ilmu Administrasi
tersebut pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh berbagai karya ilmuwan sebelumnya yang
mencoba menyampaikan gagasan tentang bagaimana suatu organisasi seharusnya dikelola
secara efektif dan efisien, seperti Frederick Taylor (1912) dengan karyanya yang berjudul
Scientific Management, Henry Fayol (1916) dengan pemikirannya yang dituangkan dalam
monograf yang berjudul General and Industrial Management, W.F. Willoughby (1918)
dengan karyanya yang berjudul The Movement for Budgetary Reform in the State, dan Max
Weber (1946) dengan tulisannya yang berjudul Bureaucracy.

Era berikutnya merupakan periode di mana para ilmuwan administrasi negara berusaha
membangun body of knowledge ilmu ini dengan terbitnya berbagai artikel dan buku yang
mencoba menggali apa yang mereka sebut sebagai prinsip-pinsip administrasi yang universal.
Tonggak utama dari era ini tentu saja adalah munculnya artikel L. Gulick (1937) yang
berjudul Notes on the Theory of Organization di mana dia merumuskan akronim yang
terkenal dengan sebutan POSDCORDB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Co-
ordinating, Reporting dan Budgeting). Tidak dapat dipungkiri, upaya para ahli administrasi
negara untuk mengembangkan body of knowledge ilmu administrasi negara sangat
dipengaruhi oleh ilmu manajemen. Prinsip-prinsip administrasi sebagaimana dijelaskan oleh
para ilmuwan tersebut pada dasarnya merupakan prinsip-prinsip administrasi yang diadopsi
dari administrasi bisnis yang menurut mereka dapat juga diterapkan di organisasi pemerintah.

Perkembangan pergulatan pemikiran ilmuwan administrasi negara diwarnai sebuah era


pencarian jati diri Ilmu Administrasi Negara yang tidak pernah selesai. Kegamangan para
ilmuwan administrasi negara dalam meninggalkan induknya, yaitu Ilmu Politik, untuk
membangun eksistensinya secara mandiri bermula dari kegagalan mereka dalam merumuskan
apa yang mereka sebut sebagai prinsip-prinsip administrasi sebagai pilar pokok Ilmu
Administrasi Negara. Keruntuhan gagasan tentang prinsip-prinsip administrasi ditandai
dengan terbitnya tulisan Paul Applebey (1945) yang berjudul Government is Different.
Dalam tulisannya tersebut Applebey berargumen bahwa institusi pemerintah memiliki
karakteristik yang berbeda dengan institusi swasta sehingga prinsip-prinsip administrasi yang
diadopsi dari manajemen swasta tidak serta merta dapat diadopsi dalam institusi pemerintah.
Karya Herbert Simon (1946) yang berjudul The Proverbs of Administration semakin
memojokkan gagasan tentang prinsip-prinsip administrasi yang terbukti lemah dan banyak
aksiomanya yang keliru. Kenyataan yang demikian membuat Ilmu Administrasi Negara
mengalami "krisis identitas dan mencoba menginduk kembali ke Ilmu Politik. Namun
demikian, hal ini tidak berlangsung lama ketika ilmuwan administrasi negara mencoba
menemukan kembali fokus dan lokus studi ini.
Perkembangan evolusioner administrasi negara diuraikan melalui pendekatan tradisional,
pendekatan perilaku, pendekatan pembuatan keputusan (desisional) dan pendekatan ekologis.
Secara khusus, pendekatan tradisional mengungkapkan tentang pengaruh ilmu politik,
sebagai induk administrasi negara, pendekatan rasional dalam administrasi dan pengaruh
Gerakan Manajemen Ilmiah terhadap perkembangan administrasi negara. Di antara empat
pendekatan yang diajukan, tidak ada satu pun pendekatan yang lebih unggul daripada
pendekatan-pendekatan yang lain, karena setiap pendekatan berjaya pada sesuatu masa, di
samping kesadaran bahwa setiap pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Karena
administrasi mengandung berbagai macam disiplin, sehingga cara pendekatan dan
metodologi dalam administrasi juga beraneka ragam, maka administrasi negara merupakan
bidang kajian yang dinamis. Selanjutnya sukar untuk secara khusus menerapkan satu-satunya
pendekatan terbaik terhadap aspek administrasi tertentu. Kiranya lebih bermanfaat untuk
mempergunakan keempat cara pendekatan tersebut sesuai dengan aksentuasi dari sesuatu
gejala yang diamati.

Pengaruh politik terhadap administrasi negara selalu besar, tidak peduli kapan pun
masanya. Hal ini disebabkan oleh adanya gejala di semua negara yang menunjukkan bahwa
setiap pemerintah disusun di atas tiga cabang pemerintahan (legislatif, eksekutif, dan
yudikatif). Hubungan terus menerus administrasi dengan politik mencerminkan keberlanjutan
hubungan antara lembaga eksekutif dengan lembaga legislatif, sebagaimana dicerminkan
dalam dua tahap pemerintahan, yakni tahap politik dan tahap administrasi. Jika tahap pertama
merupakan tahap perumusan kebijakan, maka tahap kedua merupakan tahap implementasi
kebijakan yang telah ditetapkan dalam tahap pertama. Kesadaran bahwa lingkungan
pemerintahan dan bisnis cenderung mengembangkan nilai, tradisi dan kompleksitas yang
berbeda mendorong perlunya merumuskan definisi yang jelas tentang prinsip-prinsip
administrasi yang gagal dikembangkan oleh para ilmuwan terdahulu. Dwiyanto (2007)
menjelaskan bahwa lembaga pemerintah mengembangkan nilai-nilai dan praktik yang
berbeda dengan yang berkembang di swasta (pasar) dan organisasi sukarela.

Mekanisme pasar bekerja karena dorongan untuk mencari laba, sementara lembaga
pemerintah bekerja untuk mengatur, melayani dan melindungi kepentingan publik. Karena
karakteristik antara birokrasi pemerintah dan organisasi swasta sangat berbeda, maka para
ilmuwan dan praktisi administrasi negara menyadari pentingnya mengembangkan teori dan
pendekatan yang berbeda dengan yang dikembangkan oleh para ilmuwan yang
mengembangkan teori-teori administrasi bisnis. Dengan kesadaran baru tersebut maka
identitas Ilmu Administrasi Negara menjadi semakin jelas, yaitu ilmuwan administrasi
negara lebih menempatkan proses administrasi sebagai pusat perhatian (fokus) dan lembaga
pemerintah sebagai tempat praktik (lokus).
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

B. PENGERTIAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


Administrasi adalah sebuah istilah yang bersifat generik, yang mencakup semua bidang
kehidupan. Karena itu, banyak sekali definisi mengenai administrasi. Sekalipun demikian,
ada tiga unsur pokok dari administrasi. Tiga unsur ini pula yang merupakan pembeda
apakah sesuatu kegiatan merupakan kegiatan administrasi atau tidak. Dari definisi
administrasi yang ada, kita dapat mengelompokkan administrasi dalam pengertian proses,
tata usaha dan pemerintahan atau administrasi negara.
Administrasi juga dapat diartikan sebagai sebuah usaha dan kegiatan yang berkenaan
dengan penyelenggaraan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan. Pengertian administrasi
dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi : catat-mencatat, surat-menyurat,
pembukuan ringan ketik-mengetik agenda dan sebagainya yang bersifat teknis
ketatausahaan. Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua
orang atau lebih dalam mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana prasarana tertentu
secara berdaya guna dan berhasil guna.

C. TOKOH TOKOH ILMU ADMINISTRASI NEGARA DAN APA YANG DI


KEMUKAKAN TENTANG ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Paradigma administrasi publik


Paradigma I :
Dikotomi Politik-Administrasi (1900-1926)
Tokoh : Frank J Goodnow dan Leonard D. White
Frank J Goodnow dan Leonard D White dalam bukunya Politics and Administration
menyatakan dua fungsi pokok dari pemerintah yang berbeda:
1. Fungsi politik yang melahirkan kebijaksanaan atau keinginan negara,
2. Fungsi Administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan negara.
Penekanan pada Paradigma ini terletak pada Locusnya, menurut Goodnow Locusnya
berpusat pada (government Bureucracy ) birokrasi Pemerintahan. Sedangkan Focusnya yaitu
metode atau kakian apa yang akan dibahas dalam Administrasi Publik kurang dibahas secara
jelas. Administrasi negara memperoleh legitimasi akademiknya lewat lahirnya Introduction
To the study of Public Administration oleh Leoanrd D White yang menyatakan dengan tegas
bahwa politik seharusnya tidak ikut mencampuri administrasi, dan administrasi negara harus
bersifat studi ilimiah yang bersifat bebas nilai.
Paradigma II:
Prinsip-Prinsip Administrasi Negara (1927-1937)
Tokoh : Gulick dan Urwick, F.W. Taylor, Henry Fayol, Mary Parker Follet, dan Willooghby
Di awali dengan terbitnya Principles of Public Adminisration karya W F Willoughby. Pada fase
ini Administrasi diwarnai oleh berbagai macam kontribusi dari bidang-bidang lain seperti
industri dan manajemen, berbagai bidang inilah yang membawa dampak yang besar pada
timbulnya prinsip-prinsip administrasi,
Prinsip-prinsip tersebut yang menjadi Focus kajian Administrasi Publik sedangkan Locus dari
paradigma ini kurang ditekankan karena esensi prinsip-prinsip tersebut, dimana dalam
kenyataan bahwa bahwa prinsip itu bisa terjadi pada semua tatanan, lingkungan, misi atau
kerangka institusi, ataupun kebudayaan, dengan demikian administrasi bisa hidup
dimanapun asalkan Prinsip-prinsip tersebut dipatuhi.
Pada paradigma kedua ini pengaruh manajemen Kalsik sangat besar Tokoh-tokohnya
adalah :
F.W Taylor yang menuangkan 4 prinsip dasar yaitu ; perlu mengembangkan ilmu
manajemen sejati untuyk memperoleh kinerka terbaik ; perlu dilakukukan proses seleksi
pegawai ilmiah agar mereka bisa tanggung jawan dengan kerjanya ; perlua ada pendidikan
dan pengembangan pada pegawai secara ilmiah ; perlu kerjasama yang intim antara pegawai
dan atasan ( prinsip management ilmiah Taylor )
Kemudian disempurnakan oleh Fayol ( POCCC ) dan Gullick dan Urwick ( Posdcorb )
Paradigma III
Administrasi Negara Sebagai Ilmu Politik (1950-1970)
Tokoh : Nicholas Henry
Menurut HERBERT SIMON ( The Poverb Administration ) Prinsip Managemen ilmiah
POSDCORB tidak menjelaskan makna Public dari public Administration menurut Simon
bahwa POSDCORB tidak menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh administrator
publik terutama dalam decision making. Kritik Simon ini kemudian menghidupkan kembali
perdebatan Dikotomi administrasi dan Politik
Kemudian muncullah pendapat Morstein-Mark ( element Of Public Administration yang
kemudian kembali mempertanyakan pemisahan politik san ekonomi sebagai suatu hal yang
tidak realistik dan tidak mungkin
Kesimpulannya Secara singkat dapat dipahami bahwa fase Paradigma ini menerapkan
suatu usaha untuk menetapkan kembali hubungan konseptual antara administrasi saat itu,
karena hal itulah administrasi pulang kembali menemui induk ilmunya yaitu Ilmu Politik,
akibatnya terjadilah perubahan dan pembaruan Locusnya yakni birokrasi pemerintahan akan
tetapi konsekuensi dari usaha ini adalah keharusan untuk merumuskan bidang ini dalam
hubungannya dengan focus keahliannya yang esensial. Terdapat perkembangan baru yang
dicatat pada fase ini yaitu timbulnya studi perbandingan dan pembangunan administrasi
sebagi bagian dari Administrasi negara.
Paradigma IV:
Administrasi Negara Sebagai Ilmu Administrasi (1956-1970)
Tokoh : Henderson, Thompson, Caldwen
Istilah Administrative Science digunakan dalam paradigma IV ini untuk menunjukkan isi
dan focus pembicaraan, sebagai suatu paradigma pada fase ini Ilmu Administrasi hanya
menekankan pada focus tetapi tidak pada locusnya,
Ia menawarkan teknik-teknik yang memerlukan keahlian dan spesialisasi, pengembangan
paradigma ke-4 ini bukannya tanpa hambatan, banyak persoalan yang harus dijawab seperti
misal adalah apakah jika fokus tunggal telah dipilih oleh administrasi negara yakni ilmu
administrasi, apakah ia berhak bicara tentang public (negara) dalam administrasi tersebut
dan banyak persoalan lainnya.
Paradigma V:
Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara (1970)
Pemikiran Herbert Simon tentang perlunya dua aspek yang perlu dikembangkan dalam
disiplain AN:
1. Ahli Administrasi Negara meminati pengembangan suatu ilmu Administrasi Negara yang
murni
2. Satu kelompok yang lebih besar meminati persoalan-persolan mengenai kebijaksanaan
publik.
Lebih dari itu administrasi negara lebih fokus ranah-ranah ilmu kebijaksanaan (Policy
Science) dan cara pengukuran dari hasil- hasil kebijaksanan yang telah dibuat, aspek
perhatian ini dapat dianggap sebagi mata rantai yang menghubungkan antara fokus
administrasi negara dengan locusnya. Fokusnya adalah teori-teori organisasi, public policy
dan tekhnik administrasi ataupun manajemen yang sudah maju, sedangkan locusnya ialah
pada birokrasi pemerintahan dan persoalan-persoalan masyarakat (Public Affairs).
Paradigma VI
Model Birokrasi Klasik.
Tokoh : Taylor, Wilson, Weber,Gullick Urwick
Birokrasi adalah suatu usaha dalam mengorganisir berbagai pekerjaan agar terselenggara
dengan teratur. Pekerjaan ini bukan hanya melibatkan banyak personil (birokrat), tetapi juga
terdiri dari berbagai peraturan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan. Birokrasi
diperlukan agar penyelenggaraan tugas pemerintahan tersebut terlaksana secara efisien,
efektif dan ekonomis.
Dalam memahami lebih jelas pengertian birokrasi ini, maka dikemukakan ciri-ciri idealnya
dari Max Weber (Frederickson, 1984) yang dikenal sebagai salah satu tokoh dalam aliran
birokrasi klasik (atau aliran tradisional). Ciri-ciri ini antara lain; suatu birokrasi terdiri dari
berbagai kegiatan, pelaksanaan kegiatannya didasarkan pada peraturan yang konsisten,
jabatan dalam organisasi tersusun dalam bentuk hierarki, pelaksanaan tugas dengan
impersonality, sistem rekruitmen birokrat berdasar pada sistem kecakapan (karier) dan
menganut sistem spesialisasi, dan penyelenggaraan pemerintahan dilakukan secara terpusat
(sentralisasi).
Meskipun birokrasi klasik ini banyak dikritik, namun sampai sekarang, tetap ada beberapa
karakteristik dari model ini yang bertahan dalam birokrasi pemerintahan. Kelemahan-
kelemahannya antara lain, seperti terlalu kakunya peraturan yang menyertai model ini,
menyebabkan banyak ahli yang melakukan penelitian untuk penyempurnaannya.
Paradigma VII
Model Neo Birokrasi
Tokoh : Simon,Cyert, March,Gore
Model pendekatan neo-birokrasi merupakan salah satu model dalam erabehavioral. Nilai
yang dimaksimumkan adalah efisiensi, ekonomi, dan tingkat rasionalisme yang tinggi dari
penyelenggaraan pemerintahan. Unit analisisnya lebih banyak tertuju pada fungsi
pengambilan keputusan (decision making) dalam organisasi pemerintahan. Dalam proses
pengambilan keputusan ini, pola pemikirannya bersifat rasional; yakni keputusan-
keputusan yang dibuat sedapat mungkin rasional untuk dapat mencapai tujuan
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; model pengambilan keputusan didasarkan pada
prinsip manajemen modern; pendekatan dalam mengambil keputusan didasarkan pada
analisis sistem; dan di dalam praktiknya banyak menggunakan penelitian operasi (operation
research).
Kelebihan model ini, telah banyak dibuktikan melalui unit analisisnya yang lebih
didasarkan pada teknik-teknik ilmu manajemen yang telah mapan sebagai kelengkapan
pemecahan masalah dalam banyak organisasi besar, termasuk organisasi militer dan
pemerintahan. Teknik manajemen ilmiah telah banyak digunakan dalam kegiatan
penganggaran, penjadwalan proyek, manajemen persediaan, program perencanaan
karyawan, serta pengembangan produk untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Dibalik
kelebihannya, juga memiliki berbagai kelemahan, antara lain tidak semua persoalan dalam
pemerintahan dapat dikuantitatifkan dalam menerapkan prinsip manajemen ilmiah seperti
yang diharapkan dalam penerapan model ini.
Paradigma VIII
Model Kelembagaan
Tokoh : Lindbloom, J. Thompson, Mosher, Blau, Riggs
Model kelembagaan merupakan penjelmaan dari era behavioralisme. Ciri-cirinya, antara lain
bersifat empiris. Di samping memperhatikan aspek internal, juga pada aspek ekstemal,
seperti aspek budaya turut menjadi perhatian utama dalam kajian organisasi pemerintahan
(sistem terbuka).
Para penganut model ini lebih tertarik mempelajari organisasi pemerintahan apa adanya
(netral), dibanding mengajukan resep perbaikan (intervensi) yang harus dilakukan dalam
peningkatan kinerja organisasi pemerintahan. Namun demikian, hasil karya dari tokoh
penganut aliran sangat berjasa dalam pengembangan teori organisasi, karena hasil-hasil
karya yang ada sebelumnya cenderung menganalisis organisasi dengan sistem tertutup
tanpa memperhitungkan aspek eksternal organisasi, yang secara realita sangat menentukan
terhadap kinerja organisasi pemerintahan.
Paradigma IX
Model Hubungan Kemanusiaan
Tokoh : Mcgregor, Argyris
Model hubungan kemanusiaan mengkritik model-model birokrasi. pemerintahan yang ada
sebelumnya, yakni model birokrasi klasik dan model neo-birokrasi yang terlalu
memformalkan seluruh kegiatan dalam organisasi pemerintahan. Model hubungan
kemanusiaan melihat secara empiris, bahwa ternyata aturan yang terlalu kaku, dapat
menimbulkan kebosanan orang (birokrat) bekerja dalam organisasi.
Ciri-ciri model ini, antara lain melihat perlunya diperhatikan; hubungan antarpribadi,
dinamika kelompok, komunikasi, sanksi yang tidak perlu merata, pelatihan, motivasi kerja
dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintahan. Sejalan dengan ciri-ciri tersebut, maka nilai
yang dimaksimalkan adalah kepuasan kerja, perkembangan pribadi, harga diri individu
dalam organisasi pemerintahan. Model ini tetap menganjurkan perlunya pengawasan,
namun tidak perlu dilakukan secara ketat dan merata kepada semua anggota organisasi.
Hanya mereka yang memerlukan pengawasan adalah yang perlu diberikan. Hal yang paling
penting dilakukan adalah memperbaiki sistem organisasi agar tercipta suasana kerja yang
memungkinkan anggota organisasi dapat berhubungan secara baik dengan rekan kerjanya
agar tercipta suasana yang dapat meningkatkan inovasi aparatur pemerintahan.

Paradigma X
Model Hubungan Publik
Tokoh : Ostrom, Buchanan, Olson, Oppenheimer
Model birokrasi pilihan publik merupakan pendekatan yang paling mutakhir dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Pendekatan ini masih banyak bersifat teoretis dibanding
bukti empiris di lapangan. Resep-resep yang ada dalam penyelenggaraan pemerintahan
kebanyakan bersifat ideal, namun bukti penerapannya, masih tergolong langka. Hal ini
antara lain disebabkan karena pendekatan ini memang relatif masih muda usianya.
Ciri-cirinya, antara lain; lebih bersifat anti birokratis, berdasar pada distribusi pelayanan,
desentralisasi, dan tawar-menawar yang berorientasi kepada klien. Ada berbagai prasyarat
yang seharusnya terpenuhi dalam penerapan model ini, antara lain: (1) sistem politik harus
dapat menjamin partisipasi dalam mengemukakan pendapat secara objektif dan
bertanggung jawab; (2) sistem administrasi pemerintahan yang selalu dinamis, mampu
menyesuaikan diri dengan fungsi yang terus berubah; (3) birokrat harus mampu mengoreksi
diri sendiri, dan; (4) perlu ada langkah kongkrit yang dapat dilakukan dalam mengefektifkan
pemberdayaan masyarakat, antara lain adalah meningkatkan kesadaran kritis dalam hal
politik pada berbagai lapisan masyarakat. Langkah ini terlaksana apabila terjadi komunikasi
yang dialogis antara perumus kebijaksanaan dan masyarakat pengguna pelayanan.
Paradigma XI
Administrasi Negara Baru (New Public Administration
Tokoh : J. V. Denhard
Melayani warga masyarakat bukan pelanggan;
Mengutamakan kepentingan Publik
Lebih menghargai warga negara bukan kewirausahaan
Berfikir strategis dan bertindak demokratis
Menyadari akuntabilitas bukan suatu yang mudah
Melayani dari pada mengendalikan
Menghargai orang buka produktivitas semata
Konsep mutakhir administrasi negara adalah good governance yang memberikan lebih
banyak hal yang harus dihadirkan pemerintahan dalam pelayanan kepada masyarakat. Good
governance lahir di tengah-tengah masyarakat yang kompleks, kritis, dan turunnya sumber
daya yang dimiliki pemerintah jika dibandingkan permasalahan yang dihadapi, sehingga
konsep ini menjadi sangat relevan untuk diadopsi dalam penyusunan kabinet jika memang
benar presiden yang terpilih nantinya memiliki political will yang besar terhadap perbaikan
bangsa. JIka sungguh-sungguh ingin melaksanakan good governance, dari penyusunan
kabinet itu sudah tercermin.
Konsep Administrasi negara baru yang lahir pada tahun 1980-an, mendorong pemerintah
untuk tidak saja adil tetapi juga berpihak pada yang lemah
Paradigma Administrasi Negara Lama
Paradigma Administrasi Negara Lama dikenal juga dengan sebutan Administrasi Negara
Tradisional atau Klasik. Paradigma ini merupakan paradigma yang berkembang pada awal
kelahiran ilmu administrasi negara. Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah pelopor
berdirinya ilmu administrasi negara Woodrow Wilson dengan karyanya The Study of
Administration(1887) serta F.W. Taylor dengan bukunya Principles of Scientific
Management
Dalam bukunya The Study of Administration, Wilson berpendapat bahwa problem utama
yang dihadapi pemerintah eksekutif adalah rendahnya kapasitas administrasi. Untuk
mengembangkan birokrasi pemerintah yang efektif dan efisien, diperlukan pembaharuan
administrasi pemerintahan dengan jalan meningkatkan profesionalisme manajemen
administrasi negara. Untuk itu, diperlukan ilmu yang diarahkan untuk melakukan reformasi
birokrasi dengan mencetak aparatur publik yang profesional dan non-partisan. Karena itu,
tema dominan dari pemikiran Wilson adalah aparat atau birokrasi yang netral dari politik.
Administrasi negara harus didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen ilmiah dan terpisah
dari hiruk pikuk kepentingan politik. Inilah yang dikenal sebagai konsep dikotomi politik dan
administrasi. Administrasi negara merupakan pelaksanaan hukum publik secara detail dan
terperinci, karena itu menjadi bidangnya birokrat tehnis. Sedang politik menjadi bidangnya
politisi.
Ide-ide yang berkembang pada tahun 1900-an memperkuat paradigma dikotomi politik dan
administrasi, seperti karya Frank Goodnow Politic and Administration. Karya fenomenal
lainnya adalah tulisan Frederick W.Taylor Principles of Scientific Management (1911).
Taylor adalah pakar manajemen ilmiah yang mengembangkan pendekatan baru dalam
manajemen pabrik di sector swasta Time and Motion Study. Metode ini menyebutkan ada
cara terbaik untuk melaksanakan tugas tertentu. Manajemen ilmiah dimaksudkan untuk
meningkatkan output dengan menemukan metode produksi yang paling cepat, efisien, dan
paling tidak melelahkan.Jika ada cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas di sector
industri, tentunya ada juga cara sama untuk organisasi public.Wilson berpendapat pada
hakekatnya bidang administrasi adalah bidang bisnis, sehingga metode yang berhasil di
dunia bisnis dapat juga diterapkan untuk manajemen sektor publik.
Teori penting lain yang berkembang adalah analisis birokrasi dari Max Weber. Weber
mengemukakan ciri-ciri struktur birokrasi yang meliputi hirarki kewenangan, seleksi dan
promosi berdasarkan merit system, aturan dan regulasi yang merumuskan prosedur dan
tanggungjawab kantor, dan sebagainya. Karakteristik ini disebut sebagai bentuk kewenangan
yang legal rasional yang menjadi dasar birokrasi modern.
Ide atau prinsip dasar dari Administrasi Negara Lama (Dernhart dan Dernhart, 2003) adalah :
- Fokus pemerintah pada pelayanan publik secara langsung melalui badan-badan
pemerintah.
- Kebijakan publik dan administrasi menyangkut perumusan dan implementasi kebijakan
dengan penentuan tujuan yang dirumuskan secara politis dan tunggal.
- Administrasi publik mempunyai peranan yang terbatas dalam pembuatan kebijakan dan
kepemerintahan, administrasi publik lebih banyak dibebani dengan fungsi implementasi
kebijakan publik
- Pemberian pelayanan publik harus dilaksanakan oleh administrator yang
bertanggungjawab kepada elected official (pejabat/birokrat politik) dan memiliki diskresi
yang terbatas dalam menjalankan tugasnya.
- Administrasi negara bertanggungjawab secara demokratis kepada pejabat politik
- Program publik dilaksanakan melalui organisasi hirarkis, dengan manajer yang
menjalankan kontrol dari puncak organisasi
- Nilai utama organisasi publik adalah efisiensi dan rasionalitas
- Organisasi publik beroperasi sebagai sistem tertutup, sehingga partisipasi warga negara
terbatas
- Peranan administrator publik dirumuskan sebagai fungsi POSDCORB

Paradigma Administrasi Negara Baru


Paradigma ini berkembang tahun 1970an. Paradigma Administrasi Negara Baru (New Public
Administration) muncul dari perdebatan hangat tentang kedudukan administrasi negara
sebagai disiplin ilmu maupun profesi. Dwight Waldo menganggap administrasi negara
berada dalam posisi revolusi ( a time of revolution) sehingga mengundang para pakar ilmu
administrasi negara dalam suatu konferensi yang menghasilkan kumpulan makalah Toward
a New Public Administration : The Minnowbrook Perspective (1971). Tujuan konferensi ini
adalah mengidentifikasi apa saja yang relevan dengan administrasi negara dan bagaimana
disiplin administrasi negara harus menyesuaikan dengan tantangan tahun 1970an. Salah
satu artikel dalam kumpulan makalah ini adalah karya George Frederickson berjudul The
New Public Administration.
Paradigma New Public Administration pada dasarnya mengkritisi paradigma administrasi
lama atau klasik yang terlalu menekankan pada parameter ekonomi. Menurut paradigma
Administrasi Negara Baru, kinerja administrasi publik tidak hanya dinilai dari pencapaian nilai
ekonomi ,efisiensi, dan efektivitas ,tapi juga pada nilai social equity (disebut sebagai pilar
ketiga setelah nilai efisiensi dan efektivitas). Implikasi dari komitmen pada social equity,
maka administrator publik harus menjadi proactive administrator bukan sekedar birokrat
yang apolitis.
Fokus dari Administrasi Negara Baru meliputi usaha untuk membuat organisasi publik
mampu mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan secara maksimal yang dilaksanakan dengan
pengembangan sistem desentralisasi dan organisasi demokratis yang responsif dan
partisipatif, serta dapat memberikan pelayanan publik secara merata. Karena administrasi
negara mempunyai komitmen untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan
(social equity), maka Frederickson menolak pandangan bahwa administrator dan teori-teori
administrasi negara harus netral dan bebas nilai.

Paradigma New Public Management


Paradigma New Public Management (NPM) muncul tahun 1980an dan menguat tahun
1990an sampai sekarang. Prinsip dasar paradigma NPM adalah menjalankan administrasi
negara sebagaimana menggerakkan sektor bisnis (run government like a business atau
market as solution to the ills in public sector). Strategi ini perlu dijalankan agar birokrasi
model lama - yang lamban, kaku dan birokratis siap menjawab tantangan era globalisasi .
Model pemikiran semacam NPM juga dikemukakan oleh David Osborne dan Ted Gaebler
(1992) dalam konsep Reinventing Government.Osbone dan Gaebler menyarankan agar
meyuntikkan semangat wirausaha ke dalam sistem administrasi negara. Birokrasi publik
harus lebih menggunakan cara steering (mengarahkan) daripada rowing (mengayuh).
Dengan cara steering, pemerintah tidak langsung bekerja memberikan pelayanan publik,
melainkan sedapat mungkin menyerahkan ke masyarakat. Peran negara lebih sebagai
fasilitator atau supervisor penyelenggaraan urusan publik. Model birokrasi yang hirarkis-
formalistis menjadi tidak lagi relevan untuk menjawab problem publik di era global.
Ide atau prinsip dasar paradigma NPM (Dernhart dan Dernhart, 2003) adalah :
- Mencoba menggunakan pendekatan bisnis di sektor publik
- Penggunaan terminologi dan mekanisme pasar , dimana hubungan antara organisasi
publik dan customer dipahami sebagaimana transaksi yang terjadi di pasar.
- Administrator publik ditantang untuk dapat menemukan atau mengembangkan cara baru
yang inovatif untuk mencapai hasil atau memprivatisasi fungsi-fungsi yang sebelumnya
dijalankan pemerintah
- steer not row artinya birokrat/PNS tidak mesti menjalankan sendiri tugas pelayanan
publik, apabila dimungkinkan fungsi itu dapat dilimpahkan ke pihak lain melalui sistem
kontrak atau swastanisasi.
- NPM menekankan akuntabilitas pada customer dan kinerja yang tinggi, restrukturisasi
birokrasi, perumusan kembali misi organisasi, perampingan prosedur, dan desentralisasi
dalam pengambilan keputusan

Paradigma New Public Service dan Governance


Paradigma New Public Service (NPS) merupakan konsep yang dimunculkan melalui tulisan
Janet V.Dernhart dan Robert B.Dernhart berjudul The New Public Service : Serving, not
Steering terbit tahun 2003. Paradigma NPS dimaksudkan untuk mengcounter paradigma
administrasi yang menjadi arus utama (mainstream) saat ini yakni paradigma New Public
Management yang berprinsip run government like a businesss atau market as solution to
the ills in public sector.
Menurut paradigma NPS , menjalankan administrasi pemerintahan tidaklah sama dengan
organisasi bisnis. Administrasi negara harus digerakkan sebagaimana menggerakkan
pemerintahan yang demokratis. Misi organisasi publik tidak sekedar memuaskan pengguna
jasa (customer) tapi juga menyediakan pelayanan barang dan jasa sebagai pemenuhan hak
dan kewajiban publik.
Paradigma NPS memperlakukan publik pengguna layanan publik sebagai warga negara
(citizen) bukan sebagai pelanggan (customer). Administrasi negara tidak sekedar bagaimana
memuaskan pelanggan tapi juga bagaimana memberikan hak warga negara dalam
mendapatkan pelayanan publik. Cara pandang paradigma NPS ini ,menurut Dernhart (2008),
diilhami oleh (1) teori politik demokrasi terutama yang berkaitan dengan relasi warga
negara (citizens) dengan pemerintah, dan (2) pendekatan humanistik dalam teori organisasi
dan manajemen.
Paradigma NPS memandang penting keterlibatan banyak aktor dalam
penyelenggaraan urusan publik . Dalam administrasi publik apa yang dimaksud dengan
kepentingan publik dan bagaimana kepentingan publik diwujudkan tidak hanya tergantung
pada lembaga negara. Kepentingan publik harus dirumuskan dan diimplementasikan oleh
semua aktor baik negara, bisnis, maupun masyarakat sipil. Pandangan semacam ini yang
menjadikan paradigma NPS disebut juga sebagai paradigma Governance. Teori Governance
berpandangan bahwa negara atau pemerintah di era global tidak lagi diyakini sebagai satu-
satunya institusi atau aktor yang mampu secara efisien, ekonomis dan adil menyediakan
berbagai bentuk pelayanan publik sehingga paradigma Governance memandang penting
kemitraan (partnership) dan jaringan (networking) antar banyak stakeholders dalam
penyelenggaraan urusan publik.

Sumber :
Tri Kadarwati. 2001. Administrasi Negara Perbandingan. Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.

Yeremias T. Keban. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep, Teori dan Isu.
Penerbitan Gaya Media. Yogyakarta

Owen E.Hughes. Public Management and Administration: An Introduction. St. Martins


Press,Inc. New York.1994

Janet V. Dernhart dan Robert B. Dernhart. 2003. The New Public Service : Serving, not
Steering. M.E Sharpe, New York.
Robert B. Dernhart. 2008. Theories of Public Organization. Thomson & Wadsworth. USA.Fifth
Edition

daftar pustaka

motivation-information.blogspot.co.id/2014/11/sejarah-ilmu..

Anda mungkin juga menyukai