1naskah Akademik Gresik Migas
1naskah Akademik Gresik Migas
TENTANG
CET
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam sistim perekonomian
daerah diharapkan dapat berperan disamping sebagai penyimbang
kekuatan pasar juga diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
meningkatkan pendapatan daerah melalui penyetoran deviden sebagai
bagian laba BUMD.
Dalam mewujudkan harapan tersebut diatas maka BUMD harus di
desain untuk mampu bersaing secara fair dan adil dengan entitas bisnis
swasta guna memperoleh laba dan memberikan kontribusi pendapatan
daerah berupa deviden sebagai bagian laba yang harus disetorkan kepada
pemerintah daerah guna memperkuat Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah pada setiap tahun.
Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan
keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia, nasional dan regional
maupun lokal yang semakin terbuka dan kompetitifi BUMD perlu
menumbuhkan budaya korporasi dan profosionalisme antara lain
pembenahan pengurusan dan pengawasan yang di dasarkan pada prinsip-
prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good coorporate governance)
melalui langka-langka restrukturisasi perusahaan.
Sejak beroperasi akhir tahun 2007 hingga akhir tahiun 2010 atau
selama 3 (tiga) tahun lebih, PT Gresik Mias menderita akumulasi kerugian
cukup besar sehingga equitas perusahaan (kekayaan bersih) menjadi minus.
Namun setelah diadakan restrukturisasi perusahaan khususnya bidang
manajemen dan orientasi peningkatan kinerja dan nilai tambah perusahaan
dalam kurun waktu 12 bulan per akhir tahun 2011 equitas dari minus
menjadi positif dan nilai ekuitas meningkat 14 (empat belas) kali lebih besar
dari modal disetor, sehingga tujuan utama PT Gresik Migas didirikan dapat
memberikan sumbangan deviden dapat diwujudkan.
Restrukturisasi perusahaan dimaksud antara lain meliputi peningkatan
kinerja dan nilai tambah perusahaan, perbaikan struktur keuangan dan
managemen, pemberdayaan BUMD yang mampu bersaing dan berorientasi
global, pengembangan struktur usaha dan sektor kegiatan usaha. Dengan
upaya tersebut diharapkan BUMD khususnya yang berbentuk Perseroan
Terbatas dengan tujuan utama memupuk keuntungan dan sepenuhnya
tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Perseroan
Terbatas akan mampu bersaing secara fair dan adil dengan entitas bisnis
swasta.
Melihat tingkat keberhasilan tersebut, restrukturisasi PT Gresik Migas
perlu dilanjutkan khususnya dibidang keuangan guna dapat mendukung
pengembangan struktur usaha dan sektor kegiatan usaha yang masih
punya peluang dan potensi untuk berkembang melalui penambahan modal
disetor dari Pemerintah Daerah sebagai pemilik mayoritas saham PT Gresik
Migas. Penambahan modal disetor tersebut dapat dilakukan berupa
pemindatanganan barang milik daerah yang disertakan sebagai
penambahan penyertaan modal pemerintah daerah maupun dalam bentuk
tunai melalui dana APBD.
Berdasarkan Pasal 81 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah,
disebutkan bahwa penyertaan modal pemerintah daerah atas barang milik
daerah dilakukan dalam rangka pendirian, pengembangan dan peningkatan
kinerja badan usaha milik negara/daerah atau badan hukum lainnya yang
dimiliki oleh pemerintah dan swasta. Barang milik daerah yang dijadikan
sebagai penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan dewan
perwakilan rakyat daerah. Pelaksanaan penyertaan modal Pemerintah
Daerah tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Di dalam Peraturan Daerah Pasal 1 Angka 40 Peraturan Daerah Nomor
10 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, ditegaskan
bahwa Penyertaan Modal Pemerintah Daerah merupakan pengalihan
kepemilikan barang milik daerah menjadi kekayaan daerah yang dipisahkan
untuk diperhitungkan sebagai modal/saham daerah pada Badan Usaha
Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada Latar Belakang maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah diperlukan penguatan modal PT Gresik Migas ?
2. Apakah penyertaan modal pemerintah daerah kepada PT Gresik Migas
perlu dibentuk dengan Peraturan Daerah?
3. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan pembentukan Peraturan
Daerah tentang Penyertaan Modal kepada PT Gresik Migas?
4. Apakah sasaran utama disertakannya modal kepada PT Gresik Migas?
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan Naskah Akademik ini adalah
metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah
data sekunder, baik yang berupa perundang-undangan, hasil pengkajian
dan referensi lainnya.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
A. Kajian Teoritis
Definisi secara umum penyertaan modal yaitu suatu usaha untuk
memiliki perusahaan yang baru atau yang sudah berjalan, dengan
melakukan setoran modal ke perusahaan tersebut.
Penyertaan modal Pemerintah Daerah adalah pengalihan kepemilikan
kekayaan Daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan
menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai
modal/saham daerah.
Maksud Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah upaya
meningkatkan produktifitas pemanfaatan tanah dan/atau bangunan serta
kekayaan lainnya milik Pemerintah Daerah dengan membentuk usaha
bersama dan saling menguntungkan
Tujuan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah untuk
meningkatkan :
1) sumber Pendapatan Asli Daerah;
2) pertumbuhan ekonomi;
3) pendapatan masyarakat; dan
4) penyerapan tenaga kerja.
B. Praktek Empiris
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah merupakan bentuk Investasi
jangka panjang pemerintah daerah yang dapat dianggarkan apabila jumlah
yang akan disertakan dalam tahun anggaran 2012 yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Perencanaan
Perencanaan penyertaan modal pemerintah daerah yang diatur
dalam Peraturan Daerah ini meliputi perencanaan penyertaan modal
oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dan
perencanaan kebutuhan penyertaan modal pemerintah daerah yang
berasal dari APBD.
Perencanaan penyertaan modal oleh Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah diatur dengan prinsip kehati-
hatian sehingga tujuan penyertaan modal pemerintah daerah terlaksana
dengan efektif dan efisien. Perencanaan Penyertaan Modal pemerintah
daerah memerlukan suatu koordinasi kelembagaan pada pengelolaan
penyertaan modal pemerintah daerah dalam rangka pencapaian efisiensi
dan efektifitas dalam pengelolaan penyertaan modal
4. Manajemen risiko
Dalam rangka pengelolaan Penyertaan Modal pemerintah daerah
disamping tingkat pendapatan yang diharapkan, hal penting yang harus
diperhatikan adalah timbulnya potensi kerugian yang akan berpengaruh
terhadap pendapatan dan modal Pemerintah Daerah. Oleh karena itu,
diperlukan penerapan manajemen risiko sebagai langkah antisipasi
terhadap munculnya variabel-variabel risiko Penyertaan Modal
pemerintah daerah.
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
1. Filosofis
Pemerintah Kabupaten Gresik mempunyai beberapa kebijakan dan
program prioritas yang strategis dan mendesak dalam rangka
meningkatkan PAD yang membutuhkan dana cukup besar, namun dengan
melihat keterbatasan Anggara Pembangunan dalam APBD Kabupaten
Gresik, maka dituntut Pemerintah Kabupaten Gresik untuk lebih jeli,
kreatif dan inovatif dalam melihat potensi yang dapat digali serta berusaha
mencari solusi maupun alternatif yang tepat, guna mencari sumber dan
pembiayaan bagi pembangunan, sekaligus dalam rangka antisipasi
terhadap perkembangan jangka panjang ekonomi daerah dan regional
terutama dalam menyongsong era global.
Bahwa kondisi geografis Kabupaten Gresik memiliki potensi
Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Buatan yang sangat besar maka
perlu diberdayakan secara optimal untuk memberikan kesejahteraan
masyarakat daerah melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Guna
mengantisipasi hal dimaksud diperlukan tindakan yang konkrit salah
satunya adalah dalam bentuk penyertaan modal pemerintah daerah
kepada PT Gresik Migas
Pengelolaan penyertaan modal pemerintah daerah sebagaimana diatur
dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas
sebagai berikut:
a. asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
di bidang penyertaan modal pemerintah daerah dilaksanakan oleh Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik,
Badan Usaha, Pimpinan Lembaga sesuai fungsi, wewenang, dan
tanggung jawab masing-masing.
b. asas kepastian hukum, yaitu penyertaan modal pemerintah daerah
harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. asas efisiensi, yaitu penyertaan modal pemerintah daerah diarahkan
agar dana penyertaan modal digunakan sesuai batasan-batasan standar
kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.
d. asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan penyertaan modal pemerintah
daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
e. asas kepastian nilai, yaitu penyertaan modal pemerintah daerah harus
didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai penyertaan modal
dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dana, divestasi serta
penyusunan laporan keuangan pemerintah.
2. Sosiologis
Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Gresik
Nomor 2 Tahun 2006 tentang Perseroan Terbatas Gresik Migas, PT Gresik
Migas didirikan dengan maksud dan tujuan untuk :
a. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah;
b. Memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya buatan yang
tersedia di daerah;
c. Meningkatkan dan mengembangkan perekonomian daerah;
d. Memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja dalam rangka
kesejahteraan masyarakat;
e. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan
jasa, yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajad hidup
orang banyak;
f. mendapatkan keuntungan.
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, dalam Pasal 5 Peraturan
Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun 2006 tentang Perseroan Terbatas
Gresik Migas, ditetapkan ruang lingkup usaha PT Gresik Migas meliputi :
a. Kegiatan yang berkaitan dengan usaha hilir migas yang mencakup
pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga.
b. Kedasama dengan Badan Usaha Milik daerahArlegara (BUMDIBUMN) dan
atau Badan Usaha Swasta (investor) yang bergerak dalam usaha Migas.
c. Usaha-usaha lain yang berkaitan dengan hilir Migas.
Sebagai aplikasi bidang usaha tersebut, pada tanggal 20 Mei 2010 telah
ditandatangani Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) antara Kontraktor Kontrak
Kerja Sama (KKKS) Weast Madura Offshore (WMO) yaitu Kodeco Energy Co.,
LTD, PT Pertamina Hulu Energi Weast Madura Offshore, CNOOC Madura
sebagai penjual dan PT Gresik Migas sebagai pembeli dengan volume gas
sebesar 17.000 MMBTU/D selama 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 201 I
sampai dengan 2015 dan kemudian diamandemen khusus untuk tanggal
dimulai yaitu semula tanggal I Pebruari 2011 menjadi tanggal l5 Maret 2011.
Seluruh hasil pembelian gas dari operator KKKS WMO langsung dijual habis
oleh PT Gresik Migas ke PT Alas Energi Indonesia (PT AEI) dan Perusahaan Gas
Negara (PGN). Karena PT Gresik Migas belum memperoleh Izin Niaga Gas dari
Ditjen Migas sebagai syarat untuk melaksanakan penjualan langsung ke
konsumen karena belum memiliki metering station, maka penjual; dalam hal ini
operator KKKS WMO melakukan jual beli dan penyerahan gas disisi hilir flensa
pertama dari fasilitas penjual yang secara langsung berhubungan dengan flensa
PT Perusahaan Gas Negara dan flensa PT AEI sebagai titik penyerahan
sementara hingga tanggal 15 Nopember 2011. Untuk itu PT Gresik Migas telah
membangun Station Metering dan memperoleh lzin Usaha Niaga Gas melalui
pipa dedicated hilir sementara sehingga mulai tanggal 15 Nopember 2011
penyerahan gas dilakukan melalui Titik Penyerahan Permanen di Metering
Station milik PT Gresik Migas .
Berdasarkan Laporan Keuangan PT Gresik Migas per 3l Desember 2010,
yang Harjosumarto, M.Si,Ak dan Rekan, PT Gresik Migas menderita kerugian
selama 3 tahun (2008 sampai dengan 2010) secara kumulatif menderita
kerugian sebesar Rp.3.107.667 .641,00 ditambah dengan biaya yang masih
harus dibayar berupa hutang gaji sebesar Rp.1.074.600.000,00, sehingga beban
yang harus dipikul oleh managemen hasil restrukturisasi secara keseluruhan
adalah sebesar Rp. 4.182.267.641,00.
Kondisi keuangan PT Gresik Migas selama tahun 2011 keadaan sampai
dengan akhir triwulan ke III menunjukan kondisi sebagaimana cukup baik.
Untuk menganalisa kondisi keuangan dan kinerja PT Gresik Migas dengan
menggunakan data pada laporan keuangan Trwiwulan ke III, maka dapat
diketahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan dengan cara menggunakan
alat yang biasa dipakai dalam pemeriksaan yaitu ratio keuangan.
Untuk menghitung rasio keuangan PT Gresik Migas, terlebih dahulu
menampilkan komparatif Neraca selama 3 (tiga) tahun terakhir (2009, 2010 dan
2011) keadaan sampai dengan akhir bulan September) sebagaimana tabel
berikut ini :
Berdasarkan data pada tabel 1 dan 2, maka dapat dihitung rasio keuangan
PT Gresik Migas selama 3 (tiga) tahun. Rasio keuangan merupakan suatu cara
yang membuat perbandingan data keuangan perusahaan sehingga menjadi
berarti. Rasio Keuangan menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan
penting mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan dan dapat dijadikan
sebagai salah satu acuan untuk megambil keputusan mengenai keuangan
perusahaan untuk masa yang akan datang.
Adapun rasio keuangan PT Gresik Migas selama 3 (tiga) tahun terakhir dan
untuk tahun 2011 baru berjalan 9 (sembilan) bulan dapat dilihat pada tabel 3.,
yang meliputi Ratio Likuiditas, Ratio Solvabilitas atau leverage dan Ratio
Profitabilitas.
Ratio Likuiditas sering disebut dengan rasio modal kerja merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa likuid suatu perusahaan untuk
membayar hutang-hutang jangka pendek yang jatuh tempo atau rasio untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi
kewajiban/utang pada saat ditagih. Rasio yang digunakan meliputi : Current
Ratio, Cash Ratio, Acid Test Ratio atau Quick Ratio, Working Capital to Total
Asset dan Perputaran Piutang.
Rasio likuiditas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
pengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai flengan utang. Dengan ratio
ini dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban kepada pihak lain dan mengetahui keseimbangan antara
nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal. Ratio yang digunakan
meliputi : Total Debt to Equity Ratio, Total Debt to Capital Asset Ratio, Long Term
Debt to Equity Ratio dan Long Term Debt to Total Asset Ratio.
Ratio Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan dan rasio ini memberikan ukuran tingkat
kemampuan managemen suatu perusahaan. Rasio yang digunakan meliputi :
Return On Equity, Return On Assel Gros Margin, Net Margin dan operating Ratio.
Berdasarkan tabel 3, ratio liquiditas PT Gresik Migas tahun 2009 dan tahun
2010 dapat dikatakan tidak likuid, karena perusahaan hampir tidak punya
kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendelg termasuk semua asset
perusahaan tidak mampu membayar kewajiban janga pendek. Dalam kurun
waktu 9 (sembilan) bulan pada tahun 2011 PT Gresik Migas dapat memperbaiki
ratio likuiditasnya hingga pada tingkat yang aman diatas 100%. Meskipun cash
ratio baru mencapai 23,50% dan working capital sebesar 27,09% pada tahun
2011, tetapi didukung oleh perputaran piutang 0.00 hari, maka kewajiban
jangka pendek atau kewajiban yang akan jatuh tempo PT Gresik Migas akan
mampu dibayarl dipenuhi karena piutang usahanya sangat likuid yaitu piutang
usaha dan utang usaha dapat diselesaikan secara bersamaan.
Ratio Solvabilitas atau Lavarage Ratio, sebagaimana data pada tabel 3.,
menunjukkan bahwa PT Gresik Migas secara keseluruhan mengalami
kekurangan modal, baik modal sendiri maupun total modal. Pada tahun 2009
pembiyaan hanya 30,99% dari total kewajiban yang disediakan oleh pemberi
pinjaman, tahun 2010 60,93 % dan tahun 2011 meningkat menjadi
1,278,85%. Sehingga apabila hutang tersebut jatuh tempo dan PT Gresik Migas
tidak ada kemampuan lain untuk membayamya maka PT Gresik tidak dapat
memenuhi kewajibannya karena PT Gresik Migas karena kemampuannya jauh
dibawah kewajiban yaqg harus dipenuhi. Pada tahun 2009, setiap satu rupiah
hutang masih dijamin Rp. 3,23 dari modal sendiri, pada tahun 2010 satu
rupiah hutang jaminannya turun menjadi Rp. 1,64 dan pada tahun 2011
jaminan dari modal sendiri tinggal Rp.0,08. Hal ini dapat menurunkan
kepercayaan calon kreditur untuk jangka panjang karena kondisi perusahaan
tidak solvabel atau berada pada kondisi isovabel. Melihat kondisi ini, maka PT
Gresik Migas sangat membutuhkan tambahan modal disetor dari pemegang
saham untuk memperkuat liquiditasnya. Satu kekuatan yang masih dapat
diandalkan dalam dalam kemampuan solvabitas adalah masih tingginya
perputaran modal kerja sebagaimana ditujukan dalam perhitung working
capital turnover, yaitu modal kerja berputar dalam satu periode sebanyak 17
kali lebih. Dengan tingkat perputaran piutang 0,00 hari menunjukkan modal
kerja yang tertanam semakin kecil dan ini merupakan daya tarik tersendiri
untuk pihak pemberi kredit day sales uncollected adalah 0,00 hari.
Untuk ratio Profitabilitas sebagaimana data pada tabel 3. ,menunjukan
bahwa manajemen PT Gresik Migas tingkat efektivitasnya cukup tinggi dalam
mencari keuntungan. Dalam perhitung Return on equity (ROE) atau rentabilitas
modal sendiri rasionya mencapai 535,83%. Tingginya ratio ROE ini
menunjukan bahwa modal sendiri digunakan dengan sangat efisien dan
menunjukkan posisi pemilik perusahaan sangat kuat karena perolehan laba
sebelum pajak dalam kurun waktu 9 (sembilan) bulan telah melampaui 5 (lima)
kali lebih besar dari modal sendiri. Meskipun demikian jika dilihat dari rasio
gross margin dan net margin masih berada dibawah 10%, sedang rata-rata
industri umumnya adalah l5%.
Dari kajian ratio solvabilitas, maka kebutuhan modal PT Gresik Migas, ratio
yang ideal adalah total hutang dibanding modal sendiri minimal 1:1 atau setiap
Rp1,00 hutang dijamin oleh Modal Sendiri Rp. 1,00, dan jika ratio ini dipakai
sebagai ukuran maka seharusnya modal sendiri atau penyertaan modal dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik yang harus disetor adalah sebesar total
hutang kewajiban kurang lebih sebesar Rp.25.000.000.000,00 . Jika 90% dari
modal dasar harus dimilik oleh Pemerintah Kabupaten Gresik, maka modal
disetor atau ditempatkan adalah sebesar Rp. 8.000.000.000,00 x 90% = Rp.
7.200.000.000,00 yang berarti Pemerintah harus menyediakan penyertaan
modal lagi sebesar Rp. 5.200.000.000,00 sehingga ratio antara hutang dan
modal sendiri akan menjadi sebesar 28,8% dan yang dibiayai dari pinjaman
hanya sebesar 7l,2%
Penambahan modal disetor tersebut akan dimanfaatkan oleh PT Gresik
Migas, penyertaan moodal pada PT Gerbang Oil dan Gas WMO, Holding
compeny dengan BUMD milik Pemerintah Kabupaten Gresik yang belum
beroperasi serta pengembangan sektor kegiatan usaha disisi hili seperti niaga
gas bumi, pengelolaan dan penyediaan LPG (SPPBE), pengelolaan gas kota dan
gas bumi untuk transportasi, serta pemanfaatan gas bumi untuk transportasi.
Mengingat kemampuan APBD Kabupaten Gresik belum memungkinkan
untuk menambah modal disetor dari dana APBD, maka penyertaan modal
dapat dilakukan dalam bentuk tanah dan /atau bangunan yang dimiliki oleh
Pemerintah Kabupaten Gresik.
3. Yuridis
Untuk setiap penyertaan modal yang dilakukan Pemda harus
dilakukan melalui Peraturan Daerah. Kewajiban ini diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Dalam Pasal 75 dinyatakan Penyertaan modal pemerintah daerah dapat
dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran
berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan
modal daerah berkenaan. Pasal 41 UU No. 1/2004 tentang
Perbendaharaan Negara dinyatakan Penyertaan modal pemerintah daerah
pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan
daerah. Mengacu pada Undang-undang ini, memang sudah tepat bila
setiap penyertaan modal Pemda ke BUMD harus dengan Peratruan Daerah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 173 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004, sebagaimana telah diubah kedua dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 Pemerintah Daerah dapat melakukan
Penyertaan Modal pada Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik
swasta. Penyertaan Modal tersebut dapat dikurangi, dijual kepada pihak
lain dan/atau dapat dialihkan kepada Badan Usaha Milik Daerah, yang
dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dengan akan disertakannya modal Pemerintah Daerah pada PT Gresik
Migas pada Tahun 2012 yang ditetapkan senilai Rp1.800.000.000,00 (Satu
Milyar Delapan Ratus Juta Rupiah), dianggarkan dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012 yang merupakan kekayaan daerah
yang dipisahkan yang diperoleh dari pengukuran nilai aset eks Kantor
Departemen Tenaga Kerja yang terletak di Jalan Wahidin Sudiro Husodo
termasuk tanah dan bangunan yang sudah diserahkan kepada Pemerintah
Kabupaten Gresik berdasarkan Berita acara serah terima Personil, Peralatan
Pembiayaan, dan Dokumen (P3D) dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur kepada
Pemerintah Kabupaten Gresik Nomor : 118/2641/012/2001 tanggal 21 Maret
2001 dan sudah tercatat dalam Inventaris Kekayaan Pemerintah Kabupaten
Gresik, maka perlu payung hukum pelaksanaan proses ini.
Berdasarkan Pasal 81 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah,
disebutkan bahwa penyertaan modal pemerintah daerah atas barang milik
daerah dilakukan dalam rangka pendirian, pengembangan dan peningkatan
kinerja badan usaha milik negara/daerah atau badan hukum lainnya yang
dimiliki oleh pemerintah dan swasta. Barang milik daerah yang dijadikan
sebagai penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan dewan
perwakilan rakyat daerah. Pelaksanaan penyertaan modal Pemerintah
Daerah tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Di dalam Peraturan Daerah Pasal 1 Angka 40 Peraturan Daerah Nomor
10 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, ditegaskan
bahwa Penyertaan Modal Pemerintah Daerah merupakan pengalihan
kepemilikan barang milik daerah menjadi kekayaan daerah yang dipisahkan
untuk diperhitungkan sebagai modal/saham daerah pada Badan Usaha
Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penetapan penambahan
penyertaan modal daerah perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Gresik tentang Penyertaan Modal pemerintah daerah kepada PT
Gresik Migas.
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI PERATURAN DAERAH
B. Materi yang akan diatur dalam Peraturan daerah ini adalah penormaan
tentang :
1. Maksud penyertaan modal Pemerintah Daerah kepada PT. Gresik
Migas adalah merupakan upaya meningkatkan efisiensi, produktifitas
dan efektifitas pemanfaatan sumber daya yang ada/ dimiliki.
2. Penyertaan modal Pemerintah Daerah kepada PT. Gresik Migas
bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kinerja PT. Gresik Migas sehingga mampu
memberikan keuntungan yang layak ; dan
b. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui Perolehan deviden;
c. meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Daerah dan dalam
rangka menggali potensi Pendapatan Asli Daerah.
3. Modal dasar PT. Gresik Migas sesuai dengan akte pendirian sebesar
Rp.8.000,000,000,00 (delapan miliar rupiah )
4. Penyertaan Modal yang telah dilakukan melalui Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007 sebesar Rp.
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
5. Penyertaan Modal dilakukan pada Tahun Anggaran 2012 senilai
Rp.1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah).
6. Penyertaan Modal dalap peraturan daerah ini merupakan bagian
modal Pemerintah Daerah yang disetor kepada PT. Gresik Migas.
7. Kekurangan modal ditempatkan, akan dianggarkan pada APBD sesuai
dengan kemampuan keuangan daerah yang dituangkan dalam
Peraturan Daerah APBD yang dilaksanakan dengan Peraturan Bupati.
8. Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada nomor 5, berupa
tanah dan bangunan aset Pemerintah Daerah eks Kantor
Transmigrasi dan /atau eks Kantor Satuan Polisi Pamong Praja di
jalan Wahidin Sudirohusodo Nomor 708 Kabupaten Gresik ;
9. Penyertaan modal Pemerintah Daerah diakumulasikan dan
diperhitungkan sebagai modal yang bersumber dari APBD.
10. Pemenuhan sebagian dari penyertaan modal dianggarkan dan diatur
dalam peraturan daerah tentang APBD pada pos pembiayaan
pengeluaran berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang
pelaksanaan teknis penyertaannya ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
11. Penambahan penyertaan modal dilakukan melalui mekanisme
perencanaan dengan berdasarkan kajian kelayakan investasi,
kebutuhan dan kemampuan keuangan Daerah.
12. Pemerintah Kabupaten Gresik berhak memperoleh Sertifikat
Kepemilikan Saham yang wajib dipenuhi oleh PT. Gresik Migas
setelah realisasi Penyertaan Modal Daerah dilakukan dan/ atau
setelah modal disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
13. Bagi hasil keuntungan dari Penyertaan Modal Pemerintah kepada PT.
Gresik Migas Daerah menjadi hak Daerah yang diperoleh selama
tahun buku anggaran PT. Gresik Migas. Bagi hasil keuntungan
tersebut disetor ke Kas Daerah dan dialokasikan dalam APBD sebagai
Pendapatan Daerah.
14. Atas dasar kepemilikan modal Pemerintah Daerah kepada PT. Gresik
Migas, Bupati membentuk Tim yang ditetapkan dengan Keputusan
Bupati dengan fungsi melakukan kegiatan pembinaan, monitoring,
dan/atau pengawasan.
15. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Gresik.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Bahwa berdasarkan uraian pada Naskah Akademik ini perlu
disusun materi penormaan yang lengkap terhadap pelaksanaan
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kepada PT Gresik Migas agar
tujuan menjadikan Peraturan Daerah ini sebagai landasan hukum dalam
pelaksanaan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kepada PT Gresik
Migas dapat tercapai.
Bahwa dengan disusunnya Naskah akademik ini, maka Rancangan
Peraturan Daerah ini menjadi prioritas penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah dalam Program Legislasi Daerah Kabupaten Gresik
Tahun 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Judul :
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
BUPATI GRESIK,
KONSIDERAN :
Menimbang : a. bahwa PT. Gresik Migas adalah Badan Usaha milik daerah
yang sahamnya milik Pemerintah Kabupaten Gresik, perlu
terus ditingkatkan permodalannya, sehingga dapat
mengembangkan usahanya , meraih laba untuk dapat
memberikan deviden kepada Pemerintah Kabupaten
Gresik sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli
Daerah;
b. bahwa berdasarkan Pasal 41 ayat (5) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, penyertaan
modal Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
kepada PT. Gresik Migas;
KONSIDERAN :
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Timur sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kota Praja Surabaya dan
Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
3. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286)
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana
telah diubah untuk keduakalinya dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4724);
7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4756);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4609);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun
2006 Tentang Perseroan Terbatas Gresik Migas
(Lembaran Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2006 Nomor
2 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Gresik Nomor
2)
15. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 8 Tahun
2009 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten
Gresik Pada Perseroan Terbatas (Pt) Gresik Migas
(Lembaran Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2009
Nomor 8);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 10 Tahun
2006 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2006 Nomor
10);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 32 Tahun
2011 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2012 (Lembaran Daerah Kabupaten
Gresik Tahun 2011 Nomor 20);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYERTAAN MODAL
PEMERINTAH DAERAH KEPADA PERSEROAN TERBATAS
GRESIK MIGAS.
Dalam rancangan peraturan daerah ini terdiri dari 6 Bab , 9 Pasal yang dapat
diuraikan sebagai berikut.
Hal
BAB I KETENTUAN UMUM ........................................................ ...
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN ..................................................... ...
BAB III PENYERTAAN MODAL ..................................................... ...
BAB IV BAGI HASIL KEUNTUNGAN ............................................. ...
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN .................................... ...
BAB VI KETENTUAN PENUTUP ................................................... ...