TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. ICU Delirium
gangguan kesadaran dan kognisi yang berkembang selama periode waktu yang
singkat (jam sampai hari) dan berfluktuasi dari waktu ke waktu (Margaret et al,
2008).
ICU delirium adalah jenis sindrom otak organik yang dimanifestasikan oleh
terjadi di ruang ICU yang berhubungan dengan peningkatan lama rawat di rumah
fungsi kognitif secara menyeluruh yang lazim pada pasien yang mengalami sakit
kritis, terutama orang tua dan pasien yang memerlukan ventilasi mekanis (Smith
et al, 2008).
gangguan persepsi, termasuk halusinasi dan ilusi serta gangguan perilaku, seperti
al, 2005).
antara lain:
1) Penyebab fisiologis
Faktor pengaruh kausal dasar untuk delirium adalah faktor medis dan telah
trauma kepala, gangguan pembuluh darah, dan luka intrakranial. Banyak obat-
penarikan.
dan struktural penyakit otak dan proses-proses fisiologis terkait dengan penuaan.
Beberapa penelitian telah menunjukkan korelasi yang tinggi antara kognisi dan
bahkan kematian.
2) Kurang Tidur
kejadian ICU delirium. Studi eksperimen pada sukarelawan dewasa yang sehat
menegaskan bahwa gerakan mata cepat (REM) dan tidur total kekurangan dapat
konsentrasi, disorientasi, dan gangguan visual. Efek kurang tidur pada kognisi dan
persepsi pada manusia berfluktuasi pada kerusakan kognitif yang dilihat pada
3) Lingkungan ICU
Pada pasien ICU, pasien yang tanpa pengawasan dapat menyebabkan isolasi
sosial, imobilisasi, lingku ngan yang tidak dikenalnya, kebisingan yang berlebihan,
dan sensorik monoton atau tidak adanya pencahayaan yang cukup dapat
karena jenis dan tingkat stres pada pasien di ICU sangat tinggi. Pasien secara
(medscape.com, 2001).
sekitar 40% (Wesley et al, 2002). Dalam praktiknya, diagnosais formal pada
bervariasi 15-60% dan merupakan komplikasi paling sering di rawat inap pasien
yang lebih tua (medscape, 2001). Dalam sebuah penyelidikan, perkembangan ICU
delirium terpilih sebagai salah satu dari tiga wilayah sasaran paling penting bagi
perkembangan ICU delirium. Pasien yang sangat rentan terhadap ICU delirium
sedangkan mereka yang memiliki kerentanan yang rendah memiliki resiko lebih
berbahaya untuk mengalami ICU delirium (medscape, 2001). Lebih jauh lagi,
prediksi klinis telah berulang kali menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk
delirium, tergantung dari jumlah faktor risiko yang muncul. Bahkan, dengan tiga
atau lebih faktor risiko, kemungkinan berkembang ICU delirium adalah sekitar
sakit, racun-racun (termasuk reaksi obat atau racun), luka otak, perawatan,
penyakit mulai dari dehidrasi ringan sampai dengan keracunan obat atau infeksi
yang bisa berakibat fatal bisa menyebabkan delirium. Lebih lanjut lagi Sims
delirium.
Inouye dkk (2004) mengatakan bahwa ada lima faktor presipitasi yang
menurunkan ambang ICU delirium pada usia lanjut yaitu: 1) Pria pada pria
elektrolit, garam dan mineral (misalnya kalsium, natrium atau magnesium) yang
tidak normal akibat pengobatan, dehidrasi atau penyakit tertentu, 4) Infeksi akut
cairan yang membantali otak tidak diserap sebagai mana mestinya dan menekan
menyebabkan linglung dan gangguan ingatan), 11) Patah tulang panggul dan
tulang-tulang panjang, 12) Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk dan
faktor predisposisi ICU delirium pada geriatri yang potensial. Pasien-pasien resiko
seperti gagal jantung kongestif atau sepsis yang mempengaruhi aliran darah otak
resiko ICU delirium, terutama pada pembedahan yang lama, demikian pula pasien
lanjut usia yang dirawat di bagian ICU beresiko lebih tinggi untuk mengalami
ICU delirium (Roan, 2007). Selanjutnya Roan mengatakan bahwa banyak kondisi
fungsi kolinergik dan menyebabkan ICU delirium (Nashville, 2004). Usia lanjut
Menurut Margaret et al. (2008) ICU delirium ditandai oleh kesulitan dalam:
Perubahan kepribadian dan afek , 8) Pikiran menjadi kacau, 9) Bicara ngawur, 10)
Menurut Wesley et al. (2004) ciri umum penderita ICU delirium adalah
dalam mengolah informasi yang baru dan tidak dapat mengingat peristiwa yang
baru saja terjadi, 2) Hampir semua penderita mengalami disorientasi waktu dan
menggigau dan terjadi inkoherensia, 4) Pada kasus yang berat, penderita tidak
delusi (percaya bahwa sedang terjadi hal-hal yang aneh), 5) Respon penderita
terhadap kesulitan yang dihadapinya berbeda-beda, ada yang sangat tenang dan
menarik diri, sedangkan yang lainnya menjadi hiperaktif dan mencoba melawan
delirium bisa berlangsung selama berjam-jam, berhari-hari atau bahkan lebih lama
delirium sering bertambah parah pada malam hari (suatu fenomena yang dikenal
sebagai matahari terbenam), 9) Pada akhirnya, penderita akan tidur gelisah dan
delirium (Sims,1995).
meliputi: (1) koreksi atau penghapusan faktor-faktor penyebab; (2) pilihan yang
sesuai, dosis, dan rute anxiolytic administrasi dan agen antipsikotik; (3)
pengurangan atau penghapusan sumber stres lingkungan; dan (4) pasien dan
kematian.
1.5.1. Nonfarmakologi
Pencegahan primer lebih disukai, namun, beberapa derajat igauan yang tak
1.5.2. Farmakologi
ICU delirium (Jacobi et al, 2002). Lebih lanjut Jakobi et al mengemukakan bahwa
penggunaan obat penenang yang tidak tepat atau analgesik dapat memperburuk
yang sering digunakan diruangan ICU untuk mengobati ICU delirium dapat
agresif) seringkali menghasilkan efek obat penenang. Haloperidol dan obat yang
sama misalnya droperidol belum diteliti secara ekstensif di ICU, meskipun kedua
terutama dengan afinitas reseptor yang lebih luas digunakan untuk pengobatan
ICU delirium.
Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang sakit gawat bahkan dalam
keadaan terminal yang sepenuhnya tergantung pada orang yang merawatnya dan
memerlukan perawatan secara intensif. Pasien ICU yaitu pasien yang kondisinya
Pasien ICU tidak hanya memerlukan perawatan dari segi fisik tetapi
(Hanafie, 2007; Rabb, 1998) yaitu: 1 ) Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang
melalui infus secara terus menerus, seperti pasien dengan gagal napas berat,
pasien pasca bedah jantung terbuka, dan syok septic, 2) Pasien yang memerlukan
dikurangi seperti pasien pasca bedah besar dan luas, pasien dengan penyakit
jantung, paru, dan ginjal, 3) Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk
Dari pemaparan di atas bahwa pasien yang dirawat di ruang ICU sangat
rentan untuk mengalami ICU delirium selain karena gangguan kesadaran dan