Anda di halaman 1dari 8

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melihat pemilikan lahan untuk bidang peternakan yang semakin sempit,

diperlukan pemilihan yang tepat terhadap jenis ternak dan metode beternak yang

cocok dikembangkan, mempunyai produktivitas tinggi dan mudah dalam

manajemen pemeliharaan. Domba merupakan jenis ternak yang memenuhi kriteria

tersebut sehingga pengembangan domba diharapkan dapat meningkatkan

pendapatan petani peternak dan membantu penyediaan protein hewani (Rizal dan

Herdis, 2010).

Sebagai ternak yang sudah memasyarakat, keunggulan ternak domba

adalah : 1) mudah dipelihara dan volume makanan yang dibutuhkan relatif kecil,

2) proses produksinya cepat karena umur kebuntingannya pendek dan dapat

melahirkan lebih dari satu ekor anak dalam satu kelahiran, 3) harganya relatif

murah sehingga terjangkau oleh konsumen atau petani peternak untuk

dikembangkan, dan 4) peluang pasar baik dalam maupun luar negeri masih

terbuka luas (Rizal dan Herdis, 2010).

Salah satu jenis domba yang ada di Indonesia adalah domba Merino yang

didatangkan dari Australia untuk meningkatkan mutu genetik domba di Indonesia.

Produktivitas domba Merino yang rendah menyebabkan permintaan bibit yang

sangat tinggi dari berbagai daerah sulit untuk dipenuhi. Penjualan domba Merino

yang tak dikendalikan bisa mengancam populasi domba Merino karena saat ini

1
2

perkembangbiakannya masih tergantung pada kawin alam tanpa didukung oleh

teknologi reproduksi (Sutama dan Budiarsana, 2011).

Upaya pemerintah dalam meningkatkan populasi ternak untuk keperluan

peningkatan produksi daging dan susu dilakukan melalui penyediaan bibit ternak

dan penerapan bioteknologi reproduksi (Dirjennak, 2005). Salah satu bioteknologi

reproduksi yang telah diterima oleh masyarakat peternakan dalam meningkatkan

produksi ternak adalah teknologi Inseminasi Buatan (IB). Menurut Rizal dan

Herdis (2010), salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatan populasi dan

produktifitas ternak adalah melalui penerapan bioteknologi reproduksi yaitu

Inseminasi Buatan (IB).


Inseminasi Buatan (IB) adalah salah satu bioteknologi dalam bidang

reproduksi ternak yang memungkinkan manusia mengawinkan ternak betina yang

dimiliki tanpa perlu seekor pejantan. Inseminasi Buatan merupakan suatu

rangkaian proses yang terencana dan terprogram karena menyangkut kualitas

genetik ternak di masa yang akan datang. Pelaksanaan dan penerapan teknologi

Inseminasi Buatan di lapangan dimulai dengan langkah pemilihan pejantan

unggul sehingga akan lahir anak yang kualitasnya lebih baik dari induknya,

selanjutnya dari pejantan tersebut dilakukan penampungan semen, penilaian

kelayakan kualitas semen, pengolahan dan pengawetan semen dalam bentuk cair

dan beku, serta teknik inseminasi ke dalam saluran reproduksi ternak betina

(Kartasudjana, 2001).

Program IB dibutuhkan penyediaan semen yang cukup secara kualitas dan

kuantitas dalam bentuk semen segar atau semen beku. Kualitas semen segar lebih

cepat menurun dibandingkan semen beku meskipun disimpan dalam medium


3

pengencer maupun tanpa medium pengencer. Cara penyimpanan semen dapat

dalam kondisi dingin (dalam refrigerator) atau dalam kondisi beku (nitrogen cair).

Semen hasil pendinginan mempunyai daya tahan relatif pendek, sedang bila

disimpan dalam kondisi beku memungkinkan penggunaan semen dalam jangka

waktu lama (Suyadi, 2003).

Semen beku yang berkualitas tinggi dapat dihasilkan apabila bahan

pengencer semen mampu mempertahankan kualitas spermatozoa selama proses

pendinginan, pembekuan, maupun pada saat thawing. Pengencer yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pengencer yang mengandung lesitin nabati. Pengencer

yang mengandung lesitin nabati telah terbukti dapat menghindari terjadinya

kontaminasi mikroorganisme pada semen karena pada pengencer yang

mengandung lesitin nabati tidak ditemukan adanya mikroorganisme yang

membahayakan bagi spermatozoa. Salah satu pengencer yang telah dikembangkan

adalah pengencer Andromed produksi Minitub Jerman. Pengencer Andromed

adalah pengencer semen komersial berisi bahan kimia yang komplit namun tidak

mengandung kuning telur, sehingga diharapkan tidak ada kontaminasi

mikroorganisme. Pengencer Andromed sangat mudah digunakan karena telah

tersedia dalam paket siap pakai (Surachman dkk., 2006).

Kriopreservasi adalah suatu peyimpanan gamet dalam waktu lama yang

dilakukan dalam bentuk beku pada suhu -196oC (dalam nitrogen cair) dalam

media dengan penambahan krioprotektan. Pada saat itu sel dalam keadaan

ditidurkan, sehingga metabolisme sel terhenti, tetapi masih mempunyai

kemampuan hidup setelah sel tersebut dibangunkan kembali dengan mencairkan


4

pada kondisi tertentu secara optimum. Penggunaan pengencer semen komersial

seperti Andromed dalam proses kriopreservasi semen selain dapat meningkatkan

kualitas semen beku, juga dapat mencegah terjadinya penularan bibit penyakit

yang mungkin terdapat di dalam kuning telur (Surachman dkk., 2006). Menurut

Widyaningrum (2011), bahwa pengencer Andromed mempunyai kualitas yang

baik untuk proses pembuatan semen beku.

Selama ini pengencer yang mengandung lesitin nabati yang digunakan

untuk pengenceran semen sapi atau domba adalah perbandingan 1 bagian

pengencer yang mengandung lesitin nabati : 4 bagian aquabidest, akan tetapi

perbandingan tersebut belum memberikan hasil yang baik bagi semen domba

karena membran spermatozoa domba Merino lebih rapuh dibandingkan dengan

spermatozoa hewan lain, sehingga dalam penelitian ini dicoba untuk membuat

konsentrasi pengencer lesitin nabati yang sesuai untuk semen domba Merino agar

dapat mempertahankan kualitas semen tersebut. Menurut Ismaya (2009),

kerusakan spermatozoa secara fisik lebih banyak terjadi pada spermatozoa domba

daripada spermatozoa sapi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut :


1. Apakah ada pengaruh pemberian pengencer yang mengandung lesitin nabati

dengan berbagai konsentrasi terhadap motilitas spermatozoa domba Merino

pada pemeriksaan before freezing?


5

2. Apakah ada pengaruh pemberian pengencer yang mengandung lesitin nabati

dengan berbagai konsentrasi terhadap viabilitas spermatozoa domba Merino

pada pemeriksaan before freezing?

1.3 Landasan Teori


Inseminasi buatan (IB) atau artificial insemination dapat didefinisikan

menjadi cara pemasukan atau deposisi semen ke dalam saluran kelamin betina

menggunakan alat bantuan manusia dan bukan secara alamiah. Artificial berarti

tiruan atau buatan, sedang insemination berasal dari inseminatus (latin) yang

berarti pemasukan, penyampaian atau deposisi, dan semen adalah cairan yang

mengandung benih jantan yang diejakulasikan pada saat kopulasi atau

penampungan semen (Hardijanto dkk., 2010).


Berhasilnya suatu program Inseminasi Buatan (IB) pada ternak tidak

hanya tergantung pada kualitas dan kuantitas semen yang diejakulasikan seekor

pejantan, tetapi tergantung juga pada kesanggupan untuk mempertahankan

kualitas dan memperbanyak volume semen tersebut untuk beberapa saat lebih

lama setelah ejakulasi sehingga lebih banyak betina akseptor yang akan

diinseminasi. Usaha untuk mempertahankan kualitas semen dan memperbanyak

semen dari pejantan unggul adalah dengan melakukan pengenceran menggunakan

beberapa bahan pengencer. Syarat bahan pengencer adalah harus dapat

menyediakan nutrisi bagi kebutuhan spermatozoa selama penyimpanan, harus

memungkinkan spermatozoa dapat bergerak secara progresif, tidak bersifat racun

bagi sperma, menjadi penyanggah bagi sperma, dapat melindungi sperma dari

kejutan dingin (cold shock) baik untuk semen beku maupun semen yang tidak

dibekukan (semen cair) (Solihati dan Kune, 2010).


6

Pengencer yang baik harus mempunyai tekanan osmosa isotonis dan dapat

mempertahankan tekanan isotonis selama penyimpanan, memberikan imbangan

unsur mineral yang dibutuhkan untuk kehidupan spermatozoa, menyediakan

bahan makanan bagi spermatozoa untuk proses metabolisme, memiliki lipoprotein

atau lesitin untuk melindungi spermatozoa terhadap kejutan dingin, menyediakan

penyanggah terhadap produksi akhir metabolisme yang bersifat racun terhadap

spermatozoa, sumber bahan reduksi untuk melindungi enzim seluler, serta bebas

dari substansi produk kuman atau organisme penyakit menular yang berbahaya

terhadap spermatozoa, alat reproduksi betina, proses fertilisasi, dan

pengembangan ovum yang difertilisasi (Feradis, 2010).

Lesitin adalah nama komersil dan populer untuk campuran phospolipid.

Kata lesitin berasal dari bahasa Yunani lekhitos yang berarti kuning telur dan

mulai terkenal setelah Gobley pada tahun 1864 berhasil memisahkan fraksi lesitin

dari kuning telur. Lebih lanjut dinyatakan bahwa lesitin adalah campuran fosfatida

dan senyawa-senyawa lemak yang meliputi fosfatidil kolin, fosfatidil etanolamin,

fosfatidil inositol yang merupakan penentu mutu dan khasiatnya serta merupakan

bahan penyusun alami pada hewan maupun tanaman (Aku dkk., 2007).

Kata lesitin mengalami perluasan makna dengan ditemukannya lesitin dari

tumbuhan (nabati), hewan dan produk hewan lain khususnya susu serta bagian

dari tubuh manusia. Lesitin hewan umumnya diperoleh dari kuning telur dan susu

sedangkan lesitin nabati dapat diperoleh dalam kacang kedelai, kacang tanah,

jagung, gandum dan bunga matahari. Menurut Aires et al. (2003) lesitin yang
7

berasal dari kacang kedelai merupakan pilihan yang tepat untuk sumber lesitin

bahan pengencer semen dimasa datang.

Pemanfaatan lesitin sebagai salah satu komponen penting untuk

kriopreservasi semen didasarkan pada berbagai hasil studi yang menunjukkan

bahwa umumnya membran plasma sel hewan dan manusia mengandung lesitin

sebagai salah satu komponen phospolipid penyusunnya (Aku dkk., 2007).

Menurut Toelihere (1993) untuk mengurangi kerusakan spermatozoa

akibat cekaman dingin semen harus ditambahkan bahan pelindung sebelum

didinginkan pada suhu 5oC. Bahan pelindung spermatozoa selama penyimpanan

dalam suhu dingin adalah lesitin. Sumber lesitin utama yang telah lama digunakan

untuk kriopreservasi semen adalah kuning telur dan susu.

Bousseau et al. (1998) membandingkan berbagai jenis pengencer dengan

sumber lipoprotein dan lesitin yang berbeda, dilaporkan bahwa bahan pengencer

yang mengandung kuning telur dan susu mengandung bakteri dan mycoplasma

sebanyak 60 CFU/ml sedangkan yang mengandung lipoprotein dan lesitin nabati

tidak ditemukan adanya mikroorganisme yang membahayakan baik bagi

spermatozoa maupun saluran reproduksi betina. Usaha untuk mengurangi

terjadinya kontaminasi mikroorganisme pada semen sehingga membahayakan

spermatozoa dan saluran reproduksi betina, telah dikembangkan bahan pengencer

siap pakai dalam bentuk kemasan dengan sumber lesitin kacang kedelai. Bahan

pengencer semen dengan sumber lesitin kacang kedelai yang siap pakai antara lain

Andromed produksi Minitub Germany.


8

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan

dengan tujuan untuk :


1. Mengetahui pengaruh pemberian pengencer yang mengandung lesitin nabati

dengan berbagai konsentrasi terhadap motilitas spermatozoa domba Merino

pada pemeriksaan before freezing.


2. Mengetahui pengaruh pemberian pengencer yang mengandung lesitin nabati

dengan berbagai konsentrasi terhadap viabilitas spermatozoa domba Merino

pada pemeriksaan before freezing.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan

informasi mengenai konsentrasi pengencer yang mengandung lesitin nabati yang

tepat untuk mendapatkan spermatozoa domba Merino dengan kualitas yang baik.

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai indikator dalam pembuatan

semen beku domba Merino yang berkualitas baik sehingga mampu meningkatkan

produktivitas dan populasi ternak domba Merino di Indonesia.

1.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Perbandingan pengencer yang mengandung lesitin nabati dengan berbagai

konsentrasi berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa domba Merino

pemeriksaan before freezing.


2. Perbandingan pengencer yang mengandung lesitin nabati dengan dengan

berbagai konsentrasi berpengaruh terhadap viabilitas spermatozoa domba

Merino pemeriksaan before freezing.

Anda mungkin juga menyukai