Anda di halaman 1dari 20

CASE REPORT

KATARAK SENILIS

Oleh

Elfrida Sihaloho, S.Ked

0818011057

Preceptor:

dr. Yul Khaizar, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNILA

SMF MATA RSUD JEND. AHMAD YANI METRO

DESEMBER 2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
kedua-duanya. Katarak senil adalah kekeruhan lensa dengan nukleus yang
mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60
tahun.2

Katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama karena penyakit


ini dapat menyebabkan kebutaan. Katarak kerap disebut-sebut sebagai penyebab
kebutaan nomor satu di Indonesia. Bahkan, mengacu pada data World Health
Organization (WHO), katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di
dunia. Menurut WHO di negara berkembang 1-3% penduduk mengalami
kebutaaan dan 50% penyebabnya adalah katarak. Sedangkan untuk negara maju
sekitar 1,2% penyebab kebutaan adalah katarak. Menurut survei Depkes RI
tahun 1982 pada 8 Propinsi, prevalensi kebutaan bilateral adalah 1,2% dari
seluruh penduduk, sedangkan prevalensi kebutaan unilateral adalah 2,1% dari
seluruh penduduk.3

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas
kepanitraan klinik dokter muda di RSUD Jenderal Ahmad Yani, kota Metro.

2
BAB II
CASE REPORT

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. S
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Alamat : Purbolinggo
Masuk RSAY : 5 Desember 2012

1.2 ANAMNESA ( Tanggal 5 Desember 2012 )


Keluhan Utama : Penglihatan mata kiri kabur sejak 1 bulan
yang lalu.
Keluhan Tambahan : Pasien merasa silau jika melihat cahaya.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poliklinik Mata RSAY Metro dengan keluhan penglihatan
mata kiri kabur (seperti melihat di belakang asap) sejak 1 bulan yang lalu.
Keluhan ini disertai dengan silau jika melihat cahaya. Semakin lama
penglihatan dirasa semakin kabur. Pasien belum pernah memeriksakan diri ke
dokter.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit kencing manis, darah tinggi, dan trauma pada mata
disangkal oleh pasien.

3
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini. Riwayat
keluarga dengan kencing manis dan darah tinggi disangkal pasien.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 180/90 mmHg
Nadi : 68 x/menit
Pernafasan : 20x/menit

Status Generalis

Kepala
Bentuk : normochepal
Mata : lihat status oftalmologi
Hidung : tidak ada kelainan
Telinga : tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada kelainan

4
Status Oftamologi

Lensa keruh merata Lensa keruh sebagian

Oculi Dextra Oculi Sinistra

6/20 Visus 1/300


Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Dalam batas normal Supersilia Dalam batas normal
Edem(-), Spasme (-) Palpebra Superior Edem(-), Spasme (-)
Edem(-), Spasme (-) Palpebra Inferior Edem(-), Spasme (-)
Dalam batas normal Silia Dalam batas normal
Baik ke segala arah Gerak bola Mata Baik ke segala arah
Ortoforia, eksoftalmus (-) Bulbus Oculi Orthoforia, eksoftalmus (-)
endoftalmus (-) endoftalmus (-)
Injeksi konjungtiva (-), Conjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva(-),
Hiperemi (-) Conjungtiva Fornices Hiperemi (-)
Hiperemi (-), Sekret (-), Conjungtiva Tarsalis Hiperemi (-), Sekret (-),
folikel (-) folikel (-)
Dalam batas normal Sclera Dalam batas normal
Jernih Kornea Jernih
Kedalaman cukup, bening Camera Oculi Anterior Kedalaman cukup,Bening
Kripta (+) Warna : Coklat Iris Kripta (+) Warna : Coklat
Bulat, regular, sentral, Pupil Bulat, regular, sentral,
3 mm. Refleks cahaya (+) 3 mm. Refleks cahaya (+)
Shadow test (-) Shadow test Shadow test (-)
Keruh sebagian Lensa Keruh merata
T ( digital) normal Tensio Oculi T (digital) normal

1.4 Diagnosis Kerja


OS : Katarak senilis matur
OD: Katarak senilis imatur
Hipertensi stage 2

1.5 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Thiazid : Hidroklorthiazid 2x12,5 mg

5
ACEI : Captopril 2 x 12,5 mg
Non-medikamentosa
Edukasi : menggunakan kaca mata hitam
mengurangi konsumsi garam, maksimal 2 gr/hari
Operasi : konsul dokter Sp.M

1.6 Anjuran
Pemeriksaan Slit lamp
Pemeriksaan Funduskopi
Pemeriksaan Tonometri
Pemeriksaan lab : Darah lengkap, GDS, CT, BT

1.7 Prognosis
Quo ad Vitam : ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Mata

6
Gambar 1. Potongan melintang bola mata4

B. Anatomi Fisiologi Lensa

Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah


(avaskular), tembus pandang, dengan diameter 9 mm dan tebal 5 mm. Ke depan
berhubungan dengan cairan bilik mata, ke belakang berhubungan dengan badan
kaca. Digantung oleh Zonula zinii (Ligamentum suspensorium lentis), yang
menghubungkannya dengan korpus siliaris. Permukaan posterior lebih cembung
daripada permukaan anterior. Lensa diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja
sebagai membran yang semipermiabel, yang akan memperoleh air dan elktrolit
untuk masuk.3
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar
subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan
kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dengan persambungan lamellae ini

7
ujung ke ujung berbentuk ( Y ) bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk ( Y ) ini tegak
di anterior dan terbalik di posterior. Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamen yang
dikenal zonula zinii, yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus
siliaris dan menyisip ke dalam ekuator lensa.2
Lensa terdiri atas 65% air dan 35% protein (kandungan tertinggi diantara
jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa berada di dalam
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada
dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di
lensa.

Gambar 2. Potongan melintang lensa5


Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Utuk
memfokuskan cahaya datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula zinii dan memperkecil diamter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga
berkas cahaya paralel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari
benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.
Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologis antar zonula, korpus
siliaris, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi.6
Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagaian posterior lebih konveks.
Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus

8
berlangsung perlahan-perlahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah
cepat, dimana nukleus menjadi besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua
lensa lebih besar, lebih gepeng, warnanya kekuningan, kurang jernih dan tampak
seperti gray reflek atau senil reflek, yang sering disangka katarak. Karna
proses sklerosis ini lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya
berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, dimana pada orang Indonesia dimulai
pada usia 40 tahun.6
Pemeriksaan Lensa

Pemeriksaan yang dilakukan pada penyakit lensa adalah pemeriksaan tajam


penglihatan dan dengan melihat lensa melalui slit lamp, oftalmoskop, penlight,
loop, sebaiknya dengan pupil dilatasi.2
Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium
dibagian anterior lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan kadar
Natrium lebih tinggi dibagian posterior lensa. Ion kalium bergerak ke bagian
posterior dan keluar ke humor aqueus, dari luar ion natrium masuk secara difusi
bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion kalium dan keluar melalui
pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan didalam
oleh Ca-ATPase.2
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur
HMP-shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga
untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah
enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi
fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.2

C. Definisi Katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata. 1 Penyebab katarak bermacam-macam


diantaranya disebabkan karena proses penuaan, faktor genetik, komplikasi dari

9
penyakit lain, infeksi maternal, herediter, penyakit metabolik (diabetes mellitus),
dan infeksi yang biasanya didapatkan karena trauma pada mata.2
D. Etiologi

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus
pada saat hamil muda. 2
Penyebab katarak lainnya meliputi:1,3,5

1. Penyebab paling banyak adalah akibat proses usia/degenerasi, yang


mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh (katarak senilis)
2. Dipercepat oleh faktor lingkungan seperti merokok, sinar ultraviolet, alcohol,
kekurangan vitamin E, radang menahun dalam bola mata, polusi timbale
3. Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,
bahan kimia yang merusak lensa (katarak traumatik)
4. Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan (katarak
kongenital)
5. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolic misalnya diabetes melitus
(katarak komplikata)
6. Obat-obata tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin, klorpromazin,
ergotamine, pilokarpin)

E. Gejala Klinis

Pasien biasanya datang dengan keluhan3:


1. Tajam penglihatan berkurang
2. Penglihatan buram tanpa disertai dengan nyeri
3. Fotofobia
4. Diplopia monocular

F. Pembagian Katarak

Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut2:


1. Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif.
2. Katarak kongenital, juvenvil, dan senil.
3. Katarak komplikata
4. Katarak traumatik.

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam2:

10
1. Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun.
2. Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah
40 tahun.
3. Katarak presenil, katarak sesudah usia 30 - 40 tahun.
4. Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.2

G. Katarak Senilis

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun kadang-kadang pada usia 40 tahun. Perubahan yang
tampak ialah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan korteks
lensa. Secara klinis, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan
kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul
pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopia.4

Katarak Senil dapat dibagai atas 4 stadium :

1. Stadium insipient
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi
dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya
terletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada permulaan
hanya tampak bila pupil dilebarkan. Bila dilakukan tes bayangan iris (shadow
test) akan negatif. 3,6
2. Stadium imatur
Pada stadium yang lebih lanjut ini maka akan terjadi kekeruhan yang lebih
tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat
bagian-bagian jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang
mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini
akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
miopia. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan
sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih sempit. Pada
stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium imatur

11
dimana terjadi pencembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium
intumesent. Shadow test pada keadaan ini positif. 3,6
3. Stadium matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegritas melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa
akan berukuran normal kembali. Sehingga iris tidak terdorong ke depan dan
bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada
stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium. Bila dilakukan tes bayangan iris akan terlihat
negatif.3,6
4. Stadium hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan
dapat keluar melalui kapsul lensa. Lensa mengeriput dan berwarna kuning.
Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks nucleus lensa tenggelam
ke arah bawah (katarak Morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan
bilik mata menjadi dalam. Shadow test memberi gambaran pseudopositip.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat timbul penyulit
berupa uveitis fakotoksik atau glaucoma fakolitik. 3,6

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Visus 6/6 (6/6 1/60) (1/300-1/~) (1/300-1/~)


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif

12
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

Tabel 1. Stadium katarak2

Gambar 3.
Katarak
insipien (kiri), katarak imatur (kanan)

Gambar 4. Katarak matur (kiri),


katarak hipermatur (kanan)

H. Pemeriksaan Katarak

Pada pasien katarak dianjurkan pemeriksaan:


1. Pemeriksaan visus
2. Refleks pupil
3. Tekanan intraokular
4. Fundus reflex
5. Pemeriksaan fungsi makula

I. Komplikasi Katarak

13
Komplikasi katarak antara lain3:
1. Glaukoma
2. Uveitis
3. Dislokasi Lensa

J. Penatalaksanaan

Tidak ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan katarak. Katarak hanya dapat
disembuhkan dengan pembedahan. Ada dua teknik pembedahan katarak, yaitu2:
1. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Pengambilan lensa dilakukan secara in toto sebagai satu potongan utuh,
dimana nukleus dan korteks diangkat didalam kapsul lensa dengan
menyisakan vitreus dan membrana Hyaloidea. Kapsula posterior juga
diangkat sehingga IOL (intra ocular lens) tidak dapat diletakkan di bilik mata
posterior. IOL dapat diletakkan di bilik mata anterior dengan risiko infeksi
kornea. Selain itu tidak ada lagi batasan antara segmen anterior dan posterior
yang dapat meningkatkan kemungkinan komplikasi lainnya seperti vitreus
loss, cystoid macular edema, dan endophtalmitis. Teknik ini digunakan dalam
kasus tertentu antara lain bila terjadi subluksasio lensa atau dislokasi lensa. 4

2. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Nukleus dan korteks diangkat dari kapsul dan menyisakan kapsula posterior
yang utuh, bagian perifer dari kapsula anterior, dan zonula zinii. Teknik ini
selain menyediakan lokasi untuk menempatkan intra ocular lens (IOL), juga
dapat dilakukan pencegahan prolaps vitreus dan sebagai pembatas antara
segmen anteror dan posterior. Ada 3 teknik operasi ECCE 6, yaitu :
a. Konvensional
b. Phacoemulsification
Untuk mencegah astigmat pasa bedah EKEK, maka luka dapat diperkecil
dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan fako ini lensa
yang katarak di fragmentasi dan diaspirasi.
c. SICS (Small Incision Cataract Surgery)

14
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih

menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.

Jenis tehnik bedah


Keuntungan Kerugian
katarak
Extra capsular Incisi kecil Kekeruhan pada kapsul
cataract extraction Tidak ada komplikasi vitreus posterior
(ECCE) Kejadian endophtalmodonesis lebih Dapat terjadi
sedikit perlengketan iris dengan
Edema sistoid makula lebih jarang kapsul
Trauma terhadap endotelium kornea
lebih sedikit
Retinal detachment lebih sedikit
Lebih mudah dilakukan
Intra capsular Semua komponen lensa diangkat Incisi lebih besar
cataract extraction Edema cistoid pada
(ICCE) makula
Komplikasi pada
vitreus
Sulit pada usia < 40
tahun
Endopthalmitis
Fakoemulsifikasi Incisi paling kecil Memerlukan dilatasi pupil
Astigmatisma jarang terjadi yang baik
Pendarahan lebih sedikit Pelebaran luka jika ada IOL
Teknik paling cepat
Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Tehnik-Tehnik Bedah Katarak6

Perawatan Pasca Bedah6


Segera setelah pembedahan, pasien akan diberi :
Obat pengurang rasa sakit
Antibiotik
Pelindung untuk menutup mata
Selanjutnya diberi :
Obat tetes mata steroid, untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan
bedah
Obat tetes yang mengandung antibiotik
Mata akan ditutup selama paling lambat 1 minggu. Untuk mendapatkan kaca mata
pasca bedah sebaiknya menunggu 8 minggu.

15
Terdapat beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan setelah pembedahan.

Yang boleh dilakukan :


Memakai dan meneteskan obat seperti dianjurkan
Memakai penutup seperti yang dinasehatkan
Melakukan pekerjaan yang tidak berat

Yang tidak boleh dilakukan :


Menggosok mata
Bungkuk terlalu dalam
Menggendong yang berat
Membaca yang berlebihan
Mengedan keras waktu buang air besar
Berbaring sisi mata yang baru dibedah
Terkena air

K. Prognosis

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan


tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan
kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian
penglihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman
penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan
paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang progresif lambat.
Sedangkan pada katarak senilis jika katarak dapat dengan cepat terdeteksi serta
mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat maka 95 %
penderita dapat melihat kembali dengan normal.2

16
L. Pencegahan

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak


dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui
adanya katarak. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun.
Pada saat ini dapat dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan6 :
Tidak merokok, karena merokok dapat meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak dapat bertambah.
Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak
pada mata.
Menjaga kesehatan tubuh dari penyakit seperti kencing manis dan penyakit
lainnya.

BAB IV

DISKUSI KASUS

Pada laporan kasus ini, laki-laki usia 68 tahun, pekerjaan petani, datang dengan
keluhan penglihatan mata kiri kabur (seperti melihat di belakang asap) disertai
dengan silau jika melihat cahaya. Pasien mengaku tidak ada riwayat trauma pada
mata. Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan bahwa lensa mata kiri mengalami
kekeruhan merata dan lensa mata kanan mengalami kekeruhan sebagian, refleks pupil
positif. Dari gejala yang timbul tersebut, diagnosis mengarah ke katarak senilis matur
okuli sinistra dan katarak senilis imatur okuli dextra.

Normalnya lensa merupakan struktur yang bening dan transparan. 4 Pada pasien
penglihatan kabur (seperti melihat di belakang asap) disebabkan oleh karena adanya
kekeruhan pada lensa yang menyebabkan terganggunya refraksi mata. Mata tidak

17
dapat melewati media refraksi secara normal karena terhalang oleh lensa yang
mengeruh. Kekeruhan lensa juga menyebabkan terjadinya pembiasan yang tidak
teratur sehingga pasien akan mengeluhkan silau jika melihat cahaya.

Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD: 6/20 dan VOS: 1/300. Pada mata kiri,
pasien hanya dapat melihat gerakan tangan pada jarak 1 meter. Pada mata kanan,
pasien dapat melihat huruf pada jarak 6 meter yang seharusnya dapat dilihat pada
jarak 20 meter pada mata orang normal, hal ini disebabkan karena kekeruhan pada
lensa. Penyakit katarak pada pasien ini dapat diduga disebabkan karena proses
degeneratif.

Pada pasien ini diberikan hidroklorthiazid dan captopril serta pembatasan konsumsi
garam untuk mengontrol tekanan darahnya. Sedangkan terapi untuk katarak yaitu
pembedahan. Pembedahan (EKIK, EKEK, Fakoemulsifikasi) serta mengganti lensa
dengan menggunakan IOL, kacamata afakia maupun dapat berupa softlens.
Pembedahan dilakukan pada katarak matur untuk mencegah berlanjutnya katarak ke
tahap hipermatur yang dapat menimbulkan komplikasi glaukoma fakolitik dan
uveitis fakotoksik. Sedangkan pada katarak imatur, tindakan operatif dapat ditunda
sampai katarak menjadi matur mengingat komplikasinya yaitu glaukoma sekunder.
Untuk mengurangi silau, os dapat menggunakan kaca mata hitam.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Adrian. 2003. Katarak Diabetes. Diunduh dari fkuii.org/tiki-


download_wiki_attachment.php? attId=1998&page=LEM%20FK%20UII.
(Diakses 8 Oktober 2012).
2. Ilyas S. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
3. Radjamin, Tamja, S.M. Akman, M. Marsetio, D. Sarwaono, P.N. Oka, E.G.
Aswan. S. Ilyas. 1984. Ilmu Penyakit Mata. Surabaya: Airlangga University
Press.
4. Vaughan, Daniel G. 2002. Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika
5. Victor V. Cataract Senile. Diunduh dari http://www.emedicine.com.
(Diakses 8 Oktober 2012).

19
6. Zuhri A., 2008. FK UGM Gelar Operasi Gratis Katarak. Diunduh dari
http://www.media-indonesia.com/berita.asp?id=160711.
(Diakses 8 Oktober 2012).

20

Anda mungkin juga menyukai