Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Hemoptisis merupakan ekspektorasi darah yang berasal dari paru atau


trekeobronkial, ini merupakan kondisi yang letal ( mematikan ) karena tingkat
keparahannya tidak dapat diprediksi.6 Secara garis besar hemoptisis berasal dari ateri
bronkial ( 95% ) dibandingkan dengan arteri pulmonal ( 5% ). Pengertian hemoptisis
masif menurut literatur bervariasi dari 200 mL sampai 1000 mL/24 jam, namun
banyak ahli yang mengadopsi 600 mL/24 jam sebagai batasan hemoptisis masif.6

Hemoptisis lebih sering merupakan tanda dan gejala dari penyakit dasar
sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. 5 Etiologi
tersering penyakit dasar dari hemoptisis di amerika adalah penyakit inflamasi paru
kronis dan karsinoma bronkogenik, sedang kan di daerah negara berkembang
Tuberkulosis merupakan penyebab tersering yang menimbulkan hemoptisis.5

Hemoptisis masif memerlukan penenganan segera karena dapat mengganggu


pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu hemodinamik penderita sehingga bila
tidak ditangani dengan baik dapat mengancam jiwa.5

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

HEMOPTISIS

1. Definisi

Hemoptisis diartikan sebagai ludah atau batuk yang bercampur dengan darah
yang diakibatkan perdarahan dari paru atau saluran trakeobronkial. 1 Hemoptisis
diklasifikasikan menjadi masif dan non masif berdasarkan jumlah darah yang
dikeluarkan.2 Hemoptisis dikatakan tidak masif jika darah yang dikeluarkan berjumlah
kurang dari 200 ml/24 jam, hemoptisis dikatakan masif jika jumlah darah yang
dikeluarkan berjumlah lebih dari 600 ml/24 jam. 2,3

Hemoptisis merupakan gejala dari beberapa penyakit, jika gejala ini ditemukan
perlu dilakukan investigasi diagnosis yang serius.1 Hemoptisis merupakan suatu
kedaruratan medis yang memerlukan penanganan khusus agar tidak berakibat fatal
dengan angka mortalitas hemoptisis masif 75% disebabkan oleh asfiksia, dan 70%
penyebab hemoptisis di Indonesia adalah tuberculosis.3

Bronkiektasis, Tuberkulosis paru dan kanker paru merupakan penyebab utama


dari hemoptisis.3 Dari hasil penelitian di rumah sakit persahabatan menunjukkan
penyebab hemoptisis masif 76,6% adalah tuberkulosis, 10% disebabkan jamur dan
14% disebabkan penyakit lainnya.3

2. Etiologi
Adanya hemoptisis merupakan tanda dari penyakit trakeopulmonary yang
serius.4 Karena ini merupakan gejala dari penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari
melalui pemeriksaan yang lebih teliti.5 Sumber perdarahan ini dapat berasal dari
sirkulasi pulmoner atau sirkulasi bronkial.5 Hemoptisis masif biasanya berasal dari
sirkulasi bronkial (95%).5
Etiologi dari hemoptisis terbagi atas4,5 :
Infeksi : tuberkulosis, bronkitis, bronkiektasis, infeksi jamur
Neoplasma : kanker paru, adenoma bronkial, tumor metastasis
Penyakit kardiovaskuler : mitral stenosis, endokarditis tricuspid
Kelainan hematologi : disseminated intravascular coagulation ( DIC ),
Idiopathic thrombocytopenic purpura ( ITP )
2
Kelainan pembuluh darah : aneurisma aorta, hipertensi pulmoner, malformasi
arterivena, aneurisma arteri bronkial.
Trauma : jejas toraks, ruptur bronkus
Iatrogenik : akibat tindakan bronkoskopi, biopsi paru

Kelainan sistemik : sindrom goodpasture, idiopathic pulmonary


hemosiderosis, systemic lupus erytematosus, vaskulitis (granulomatosis
wagener, purpura henoch schoenlein, sindrom chrug-strauss)
Obat : aspirin, antikoagulan, penisilamin, kokain
Lain-lain : endometriosis paru, hemoptisis kriptogenik, bronkiolotiasis

Penelitian yang dilakukan di RS persahabatan oleh Retno dkk : 323 pasien


hemoptisis di IGD RS Persahabatan didapatkan TB paru 64,43 %, bronkiektasis 16,71
% , karsinoma paru 3,4 % dan Maria : 102 pasien hemoptisis rawat inap dan IGD RS
Persahabatan didapatkan TB paru 75,6 %, bekas TB paru 16,7 %, bronkiektasis 7,8
%.5

3. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya perdarahan ini tergantung dari penyakit penyebabnya, antara
lain5 :
Bronchitis : timbulnya perdarahan adalah akibat dari pecahnya pembuluh
darah siperfisial di mukosa
TB paru : timbulnya perdarahan pada keadaan ini adalah akibat robekan atau
rupture aneurisma arteri pulmoner ( dinding kavitas aneurisma rassmussen)
Infeksi kronik : timbulnya perdarahan adalah akibat inflamasi sehingga terjadi
perbesaran dan proliferasi arteri bronkial
Kanker paru : timbulnya perdarahan adalah akibat pembuluh darah yang
terbentuk rapuh sehingga mudah terjadi perdarahan.

4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada hemoptisis ini dapat bervariasi tergantung dari
6
etiologinya. Sesak nafas bukan lah tanda yang biasa timbul pada pasien dengan
hemoptisis yang ringan kecuali kondisi yang menyebabkannya berhubungan dengan
hipoksemia, penurunan pertukaran gas di alveoli, infeksi parenkim paru yang luas,

3
neoplasma, atau mitral stenosis yang berat. 6 Namun pasien dengan hemoptisis masif
menunjukkan gejala sesak nafas yang sedang hingga berat. 6
Timbulnya nyeri dada nerupakan tanda yang disebabkan oleh aneurisma,
6
emboli paru dan infark pada paru. Demam merupakan tanda hemoptisis yang
diakibatkan oleh infeksi, namun ada beberapa keadaan lain yang dapat menimbulkan
demam seperti vaskulitis, neoplasma, atau emboli paru.
Jika timbul purpura atau ekimosis pada kulit pasien harus dicurigai penyebab
6
hemoptisis adalah kelainan darah. Ketika dijumpai diastolik murmur pada apeks
6
merupakan tanda mitral stenosis. Timbulnya rhinitis kronis, saddle nose, dan
perforasi septum nasi pada pasien dengan hemoptisis harus dicurigai penyebabnya
adalah granulomatosis wagener. 6
Perlu juga diketahui bahwa darah adalah berasal dari saluran trakeobronkial
bukan berasal dari saluran pencernaan. Kita harus membedakan antara hemoptisis dan
hematemesis.

Tabel beda hemoptisis dan hematemesis2

Keadaan Hemoptisis Hematemesis


Mual dan muntah Tidak ada Ada
Onset Dibatukkan Dimuntahkan
Tampilan Darah berbuih Darah tidak berbuih
Warna Merah segar Kecoklatan
Isi Campuran makrofag dan Bercampur dengan isi
neutrofil makanan
pH Alkali Asam

5. Penegakkan diagnosis
Riwayat penyakit
Dengan anamnesis cermat meliputi karakter, jumlah darah yang keluar,
keluhan tambahan seperti nyeri dada, demam, lama keluhan dan penyakit paru yang
mendasari maka diagnosis banding dapat dibuat. 6,7

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan saluran nafas atas harus dilakukan untuk menentukan sumber
perdarahan di tempat tersebut. Rongga mulut harus diperiksa dengan cermat. Suara
nafas tambahan seperti wheezing dan ronki dapat timbul akibat penyempitan saliran
nafas oleh gumpalan darah atau akibat dari penyakit yang menyebabkan timbulnya
hemoptisis.6

4
Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dapat digunakan untuk mengetahui penyebab dari
timbulnya hemoptisis, misalnya adanya tanda-tanda infeksi serta penurunan jumlah
trombosit.6,7 Pemeriksaan dahak harus dilakukan sebagai pemeriksaan awal untuk
mengetahui penyebab hemoptisis. Dengan pemeriksaan dahak ini dapat dievaluasi ada
tidaknya bakteri, jamur, pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) serta dilakukan kultur
dahak.6

Roentgen
Foto Thoraks
Pemeriksaan ini sangat membantu untuk menentukan penyebab dari
hemoptisis. Karakteristik dari patologi paru dapat dilihat ( seperti tumor, kavitas, atau
infiltrat ). 6

CT Scan Thoraks6
CT Scan thorak dapat membantu untuk mementukan penyebab hemoptisis
yang kurang jelas dengan pemeriksaan foto thoraks. Pemeriksaan CT Scan dengan
kontras sangat sensitif untuk menegakkan diagnosis bronkiektasis, carcinoma
bronkogenik, emboli paru. Pemeriksaan selektif bronkial angiografi tidak hanya dapat
mengidentifikasi lokasi perdarahan tetapi patologi dari pembuluh darah ( seperti
aneurisma, malformasi arterivena atau fistula

Gambar 1 Foto Thoraks

Tampak fibrosis dan kavitas pada pasien dengan TB

Gambar 2 CT Scan Thoraks

5
Dijumpai fungus ball pada CT Scan ini

Bronkoskopi 7
Bronkoskopi sangat bermanfaat untuk diagnosis dan terapi hemoptisis.
Dengan bronkoskopi dapat diketahui lokasi perdarahan, dapat mengetahui lesi yang
menyebabkan perdarahan, juga digunakan untuk mengambil material untuk
pemeriksaan. CT Scan thoraks umumnya dianjurkan dikerjakan ter;ebih dahulu
sebelum bronkoskopi pada hemoptisis yang stabil. Bila dengan pemeriksaan
bronkoskopi tidak bisa mengetahui penyebab sering dibutuhkan pemeriksaan
erteriografi bronkial dan pulmonal serta CT Scan thoraks.
Walaupun semua sarana diagnostik sudah dikerjakan untuk evaluasi
hemoptisis, 5 % - 15% dari kasus-kasus hemoptisis tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.7

6. Diferensial Diagnosis

Diferensial diagnosis pada pasien dengan hemoptisis sesuai dengan etiologi


dari penyakit yang mendasari timbulnya hemoptisis tersebut.

Infeksi : tuberkulosis, bronkitis, bronkiektasis, infeksi jamur


Neoplasma : kanker paru, adenoma bronkial, tumor metastasis
Penyakit kardiovaskuler : mitral stenosis, endokarditis tricuspid
Kelainan hematologi : disseminated intravascular coagulation ( DIC ),
Idiopathic thrombocytopenic purpura ( ITP )
Kelainan pembuluh darah : aneurisma aorta, hipertensi pulmoner, malformasi
arterivena, aneurisma arteri bronkial.
Trauma : jejas toraks, ruptur bronkus
Iatrogenik : akibat tindakan bronkoskopi, biopsi paru

6
Kelainan sistemik : sindrom goodpasture, idiopathic pulmonary
hemosiderosis, systemic lupus erytematosus, vaskulitis (granulomatosis
wagener, purpura henoch schoenlein, sindrom chrug-strauss)
Obat : aspirin, antikoagulan, penisilamin, kokain
Lain-lain : endometriosis paru, hemoptisis kriptogenik, bronkiolotiasis

7. Tatalaksana
Penatalaksanaan hemoptisis tergantung penyebab dan status penderita. 7 Tujuan
penatalaksanaan adalah mencegah aspirasi, menghentikan perdarahan dan mengobati
7
penyakit yang menyebabkan perdarahan. Hemoptisis masif jarang menyebabkan
kematian akibat kehilangan darah namun lebih sering 75% karena asfiksia/ sufokasi. 5,7
Penatalaksanaan dilakukan dalam tiga tahap
1. Proteksi jalan nafas dan stabilisasi pasien
Mempertahankan jalan nafas yang adekuat, pemberian suplementasi oksigen,
koreksi koagulopati, resusitasi cairan.
2. Lokalisasi sumber perdarahan dan penyebab perdarahan
Setelah pasien dalam keadaan stabil perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
mencari sumber perdarahan dan penyebab perdarahan. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan antara lain foto thoraks, CT Scan thoraks, angiografi, dan
bronkoskopi.
3. Terapi spesifik
Adalah menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan berulang. Tahap
ini terbagi 2 yaitu:
a.Dengan bronkoskop antara lain melakukan bilasan garam fisiologis,
epinefrin, pemberian thrombin fibrinogen, tamponade dengan balon
b. Tanpa bronkoskop antara lain dengan pemberian obat dan
antifibrinolitik pengobatan penyakit primernya.

Obat-obatan untuk menekan batuk tidak direkomendasikan karena dapat


menyebabkan retensi darah di paru-paru.6

7
BAB III

KESIMPULAN

1. Hemoptisis diartikan sebagai ludah atau batuk yang bercampur dengan darah yang
diakibatkan perdarahan dari paru atau saluran trakeobronkial.1
2. Pengertian hemoptisis masif menurut literatur bervariasi dari 200 mL sampai 1000
mL/24 jam, namun banyak ahli yang mengadopsi 600 mL/24 jam sebagai batasan
hemoptisis masif.6
3. Hemoptisis merupakan gejala dari beberapa penyakit, jika gejala ini ditemukan perlu
dilakukan investigasi diagnosis yang serius.1
4. Dari hasil penelitian di rumah sakit persahabatan menunjukkan penyebab hemoptisis
masif 76,6% adalah tuberkulosis, 10% disebabkan jamur dan 14% disebabkan
penyakit lainnya.3
5. Penelitian yang dilakukan di RS persahabatan oleh Retno dkk : 323 pasien hemoptisis
di IGD RS Persahabatan didapatkan TB paru 64,43 %, bronkiektasis 16,71 % ,
karsinoma paru 3,4 %
6. Mekanisme timbulnya perdarahan ini tergantung dari penyakit penyebabnya
7. Manifestasi klinis pada hemoptisis ini dapat bervariasi tergantung dari etiologinya.6
8. Diagnosis di tegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang ( Laboratorium, foto thoraks, CT Scan thoraks, angiografi atau
bronkoskopi )
9. Penatalaksanaan hemoptisis tergantung penyebab dan status penderita.7 Tujuan
penatalaksanaan adalah mencegah aspirasi, menghentikan perdarahan dan mengobati
penyakit yang menyebabkan perdarahan. 7

8
10. Hemoptisis masif jarang menyebabkan kematian akibat kehilangan darah namun lebih
sering 75% karena asfiksia/ sufokasi.5,7
11. Obat-obatan untuk menekan batuk tidak direkomendasikan karena dapat
menyebabkan retensi darah di paru-paru.6

DAFTAR PUSTAKA

1. F. Soares Pires, N. Teixeira, F. Coelho, dan C. Damas. Hemoptysis etiology,


evaluation and treatment in a university hospital. Elseviere.2010
2. Bidwell. J.L dan Pachner.R.W. Hemoptysis : Diagnosis and Management. Diambil
dari : http://www.aafp.org/afp/2005/1001/p1253.html
3. Marleen.F.S, Swidarmoko.B, Rogayah.R dan Pandelaki.J. Embolisasi Arteri Bronkial
Pada Hemoptisis. Diambil dari :
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/Refserlyt.pdf
4. Sirajuddin. A, Mohammed. T. L. a 44 year old man with hemoptysis: a review of
pertinent imaging studies and radiographic interventions. Diambil dari :
www.ccjm.org
5. Rasmin.M. Editorial hemoptisis. Diambil dari :
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/HEMOPTISIS%20editorial.pdf
6. Baptiste. E.J. Management of hemoptysis in the emergency department. Diambil dari :
http://www.turner-white.com/memberfile.php?PubCode=hp_jan05_manage.pdf
7. Margono.B.P, Maranatha.D, Alsagaf.H, dkk. Pedoman diagnosis dan terapi bag/smf
ilmu penyakit paru. RSU Dokter Soetomo. Surabaya, 2005.

Anda mungkin juga menyukai