Anda di halaman 1dari 10

PENGGUNAAN OBAT PRONICY (SIPROHEPTADIN) DAN DEKSAMETASON

SEBAGAI OBAT GEMUK

Salah satu cara instan mengemukkan adalah mengkonsumsi obat gemuk yang juga telah
banyak dipasarkan entah itu obat herbal, jamu bahkan obat sintetik pun digunakan. Obat
sintetik yang biasa digunakan adalah siproheptadin dan deksametason. Padahal kedua obat ini
bukanlah obat gemuk melainkan obat antihistamin (antialergi) dan antiinflamasi (antiradang).

Siproheptadin
indikasi:
- Manifestasi alergi di kulit atau pada urtikaria dan angioedema
- Cold urticaria
- Alergi rhinitis
- Vasomotor rhinitis
Kontra Indikasi:
- Penderita yang hipersensitif terhadap Siproheptadin atau obat yang struktur kimianya mirip
dengan Siproheptadin.
- Bayi baru lahir atau prematur.
- Penderita porpheria.
- Wanita menyusui.
- Penderita yang sedang mendapat terapi dengan monoamin oksidase.
- Glaukoma.
- Tukak lambung stenosis.
- Gejala hipertropi prostat.
- Obstruksi pyloroduodenal.
- Penderita usia lanjut dan lemah.
Komposisi:
Tiap kaplet salut selaput mengandung:
Siproheptadin HCL..................................................4 mg
Farmakologi:
Siproheptadin merupakan antihistamin dan antiserotonin yang berkompetisi dengan histamin dan
serotonin pada reseptor. Efek farmakologi dari Siproheptadin berdasarkan kerjanya secara sentral
dan perifer.
Peringatan dan Perhatian:
- Keamanan dan efektifitas pemakaian pada anak-anak di bawah 14 tahun belum diketahui dengan
pasti.
- Penderita harus diperingatkan untuk tidak melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan dan
koordinasi anatomik, seperti mengemudikan kendaraan atau menjalankan mesin.
- Siproheptadin bekerja mirip atropin, maka hati-hati jika diberikan pada penderita dengan riwayat
asma bronkial, kenaikan tekanan intraokular, hipertyroidism, penyakit jantung, hipertensi.
Efek Samping:
Efek samping yang paling sering adalah mengantuk.
Efek samping yang dilaporkan:
- Susuna saraf pusat: sedasi, mengantuk, pusing, gangguan koordinasi, konfusi, keglisahan,
eksitasi, nervous, tremor,irritability, insomnia, paresthesia, neuritis, konvulsi, euphoria, halusinasi,
histeria, pingsan.
- Integumentary: menifestasi alergi seperti rash dan edema, keringat berlebihan, urtikaria,
photosintesis.
- "Special senses": labirintitis akut, penglihatan kabur, diplopia, vertigo, tinnitus. - Hematologi:
anemia haemolitic, leukopenia, agranulocytosis, trombocytopenia.
- System pencernaan: mulut kering, epigastric distress, anoreksia, mual, muntah, diare,
konstipasi, jaundice.
- Saluran kemih: frekuensi urin bertambah, retensi urin.
- Saluran nafas: hidung dan tenggorokan kering, sekresi bronkial mengental.
- Lain-lain: lelah, menggigil, sakit kepala.
Interaksi Obat:
- Pemberian bersama-sama dengan alkohol atau obat penekan sistem saraf pusat (SSP) dapat
memperkuat efek mengantuk.
- Penghambat monoamin oksidase (MAO) dapat meningkatkan atau memperpanjang efek
kolinergik.
Dosis dan Cara Pemberian:
Dosis harus disesuaikan dengan respon dan kebutuhan penderita secara individual.
Dewasa: 1 - 5 tablet sehari (4 - 20 mg sehari dalam dosis terbagi). Dosis awal 1 tablet (4 mg) 3 kali
sehari, kemudian disesuaikan tergantung respon penderita. Dosis jangan melebihi 0,5 mg/kg BB
sehari atau maksimum 32 mg sehari.
Overdosis:
Gejala: depresi SSP, mulut kering, dilatasi pupil, flushing&.
Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar (di bawah 30 derajat Celcius).

Siproheptadin adalah suatu histamin yang mempunyai efek antagonis serotonin. Pada
binatang percobaan marmot, siproheptadin dapat melawan efek bronkokonstriksi serotonin.
Efek antiserotonin siproheptadin ini hampir sama kuatnya dengan LSD, yaitu dapat
menghambat efek serotonin pada otot polos bronkus dan uterus, serta dapat menghambat efek
udema oleh serotonin. Efek lain ialah efek depresi SSP ringan, dan juga memiliki efek
antikolinergik (Departemen Farmakologi FKUI, 2007).
Siprohepatadin, selain mempunyai efek utama menghambat reseptor histamin (antihistamin)
juga mempunyai efek samping sebagai antiserotonin. Siproheptadin sebenarnya adalah obat
alergi, digunakan untuk pilek karena alergi atau gatal-gatal karena alergi. Efek sampingnya,
selain merangsang nafsu makan, juga menimbulkan kantuk, lelah, kadang pingsan dan sesak
napas, dll (Paisal, 2007).
Salah satu cara terapi untuk alergi adalah terapi desensitasi yaitu terapi yang membuat tubuh
semakin kurang sensitif terhadap alergen dengan cara mengeksposnya terhadap alergen
dengan dosis yang semakin lama semakin besar sampai penderita kebal terhadap alergen
tersebut. Berdasarkan efek stimulasinya terhadap pertumbuhan jaringan normal, dahulu obat
ini banyak digunakan untuk pasien yang kurus dan buruk nafsu makannya. Lama kerjanya 4-
6 jam, daya antikolinergisnya ringan. Efek sampingnya umum; rasa kantuk biasanya lewat
sesudah seminggu. Namun, obat ini sekarang hanya dianjurkan hanya untuk digunakan
sebagai antihistaminikum. Dosis: oral 3 dd 4 mg (klorida) (Irawan, 2009).
Indikasi klinis
1. Penyakit alergi karena memiliki efek antihistamin dan efek antiserotonin.
2. Pengobatan dumping syndrome pascagastrektomi dan hipermotilitas usus pada karsinoid,
berdasar efek antiserotoninnya (Departemen Farmakologi FKUI, 2007).
Efek samping
Efek samping yang paling menonjol ialah sedasi. Gejala antikolinergik yang jarang timbul,
antara lain mulut kering, anoreksia, mual, dan pusing. Pada dosis tinggi dapat terjadi ataksia.
Berat badan dapat bertambah. Hal ini mungkin akibat aktivitas tubuh yang menurun karena
mengantuk (efek sedasi). Obat ini juga dikatakan dapat merangsang nafsu makan, terutama
pada anak (Departemen Farmakologi FKUI, 2007).
DEKSAMETASON (Dexamethasone)
Ak-Dex,Dalalone, Decadrol, Decadron, Dexsacen, Dexson, Dexon, Hexadrol, Mymethason,
Solurex, Lanadexon.
Klasifikasi:
Glukokortikoi/kortikosteroid kuat, sintesis (aksi lama), agen Anti- Inflamasi,
immunosupresan, antireumatik, anti alergi dengan pencegahan pelepasan histamine.
Deksametason (decadron) telah dipakai untuk respon peradangan berat karena trauma kepala
atau reaksi alergi.
I. Farmakokinetik
Deksametason dapaat diberikan secara oral, intramuskular (suntikan yang dalam),
intravena, topikal, intranasal, dan salep atau tetes mata. Pemberian obat secara
intravena, obat langsung berada di sirkulasi sistemik, didistribusikan, sebagian
berikatan dengan protein plasma dan sebgaian lagi berada dalam bentuk bebas.. Bentuk
oral dan intramuskular diabsorpsi dengan baik oleh mukosa saluran gastrointestinal,
ruang sinovial, dan otot. Presentase yang terikat protein tidak diketahui; waktu
paruhnya 2-5 jam. Deksametason dimetabolisasi oleh hepar, dan sebagian kecil
dieksresikan melalui urin.
Vd = 0.8 L/Kg, ketersediaan biologik = 20%, waktu paruh = 3 jam, ikatan protein
plasma = 70% (pada dosis yang lebih tinggi lebih kecil), terikat pada transcortin dan
pada albumin, eliminasi sekitar 3% terjadi di renal tanpa di ubah sisanya dimetabolisme
di dalam hati.
II. Absorpsi
Diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral dengan IM. Penggunaan kronis
dosis tinggi topikal juga inhalasi dapat menimbulkan absorpsi sistemik. Garam asetat
IM mempunyai aksi yang sama. Biasanya absorpsi terjadi pada 2 jam pertama.
III. Distribusi
Didistribusi secara luas, dengan menembus plasenta dan memungkinkan
memasuki ASI.
IV. Metabolisme dan Ekskresi
Kebanyakan (paling sedikit 70%) di metabolisme oleh hati, sejumlah kecil
diekskresi dalam bentuk yang tidak berubah oleh ginjal. Metabolit inaktif/berpotensi
rendah setelah penyuntikan IV, sebagian besar dalam waktu 72 jam disekresi dalam
urin, di feses dan empedu hampir tidak ada.
V. Waktu Paruh
110-210 menit, Supresi adrenal berlangsung 2,75 hari.
VI. Farmakodinamik
Kerja utama deksametason adalah untuk menekan proses peradangan akut. Awitan
kerja dari obat ini belum ditentukan; tetapi, bentuk obat yang diberikan secara oral dan
intramuskular memiliki lama kerja yang panjang (beberapa hari).
VII. Efek samping dan reaksi yang merugikan
Gangguan air dan elektrolit: retensi natrium, retensi air. Gagal jantung
kongensif pada penderita yang rentan, kehilangan Kalium, alkalosis
hipokalema, hipertensi.
Musculoskeletal: kelemahan otot, miopati steroid, hilangnya masa otot, fraktura,
nekrosis aseptic kaput femoris, dan reptura tendon.
Dermatologi: petechiae, achy mose, eretima fasial, bertambahnya keringat,
penekanan reaksi terhadap tes kulit, alergi kulit, urtikaris edema engioneurotik.
Endokrinologi: ketidakteraturan menstruasi, cushingoid, hambatan
pertumbuhan, tidak responsifnya adreno-kortikal dan pituitary, hipoglikemik
oral.
Saluran pencernaan: tukak lambung, perforasi, pancreatitis, distensi abdominal,
oesofagitis ulserativa, mual.
Mata: subkapsular posterior, peningkatan tekanan intraocular, glaucoma,
eksophthalamus.
Metabolik: penambahan berat badan, keseimbangan nitrogen yang negative.
Lain-lain: reaksi anafilaktoid atau hipersen-sitivitas-trombo-embolisme-malaise.
Efek samping dan reaksi yang merugikan dari glukokortikoid karena dosis tinggi
atau pemakaian yang lama mencankup peningkatan gula darah, deposit lemak yang
abnormal diwajah dan tubuh (moon face, muka rembulan, dan buffalo hump
penimbunan lemak di daerah pengecilan ukuran ekstremitas, musele waasting, edema,
retensi natium dan air, hipertensi, euforia atau psikosis, kulit tipis dengan pura pura,
meningkatkan tekanan okular (glaukoma), tukak petik dan reterdasi pertumbuhan,
insomnia, osteoporosis, retensi cairan tubuh. Pemakaian glukokortikoid jangka panjang
dapat menyebabkan adrofi adrenal (hilangnya fungsi kelenjar adrenal). jika terpi
dihentikan, mak dosis harus diturunkan perlahan lahan untguk memberikan
kesempatan bagi korteks adrenal untuk memproduksikan kortisol dan kortikosteroid
lain. penghentian obat memndadak dapat menyebabkan insufisiensi adrenokortikal
berat.
SSP : sakit kepala, psikosis, gelisah, depresi, euforia, perubahan
kepribadian, peningkatan intrakratanial.
Mata dan THT : katarak, peningkatan tekanan intraokuler
KV : Hipertensi
GI : mual, muntah, anoreksia, ulkus peptikum.
Derm : lambatnya penyembuhan luka , jerawat
VIII. Interaksi Obat
Glukokortikoid meningkatkan potensi obat, yang dipakai secara bersama-sama.
termasuk aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid (meningkatkan pendarahan dan
tukak gastrointestinal); diuretik tidak hemat kalium. peningkatan pelepasan kalium
menyebabkan hipokelamia). glukokortikoid dapat menurunkan efek antikoagulan oral.
Deksametason banyak berinteraksi dengan banyak obat. fenitoin, teofilin,
rifampin, barbiturat, dan antasid mengurangi kerja deksametason, sedangkan aspirin,
NSAID, dan estrogen meningkatkannya. deksametason mengurangi efek antikoagulan
oral dan antidiabetik oral. ketika obat diberhentikan bersama sama diuretik dan/atau
penisilin anti- Pseudamonas kadar kalium serum dapat berkurang secara nyata. dosis
insulin atau anti diabetik oral mungkin perlu ditingkatkan karena deksametason dapat
meningkatkan kadar gula darah.
IX. Indikasi
Digunakan secara sistemik dan lokal untuk berbagai macam gangguan seperti :
Kelainan endokrin: insufisiensi adrenokortikal primaer-sekunder, hyperplasia, adrenal
kongential, tiroiditis nonsupuratif, hiperklasemia.
Kelainan rematik: arthritis psoriatic, arthritis rheumatoid, arthritis juvenile spondilosis,
ankylosis, bursitis akuta-subkuta, osteoarthritis post traumatic, synovitis, apikondilitis.
Penyakit kolagen: eritematosus sistemik, karditis reumatik akuta.
Penyakit dermatologis: pemfigus, dermatitis bulosa hirpetiformis,, eritema multiformis,
sindom Steven-Jhonson, dermatitis eksfoliativa, mikosis fugoides, psoriasis berat,
dermatitis seborrhoik berat.
Keadaan alergi berat yang tidak bisa diobati dengan konvensional. Rhinitis, alergika
musisman, asma bronchial, dermatitis kontak-atopik, serum sickness, reaksi
hipersensitif, edema.
Penyakit mata: konjungtivitis alergika, keratitis, tukak corneal marginal alergik, herpes
zoster, opthalmikus, iritis, dan iridoskilitis, khoriorentinitis, inflamasi segmen anterior,
uveitis posterior difusa dan khoroiditis, neuritis optic, ophtalmia simpatetik.
Penyakit saluran pernafasan: sarkoidosis simpatomatik, sindrom Loeffler, berylliosis,
TBC pulmolar fulminan/diseminata, pneumonitis aspirasi.
Kelainan hematologis: trombosito-penia purpura idiopatik (oral, IV), sitopenia
sekunder, eritroblasttop, anemia hipoplas, hemolitik (autoimun).
Leukemia, limfoma.
Penyakit saluran cerna, ulsersativa, enteritis regional.
Meningitis tuberkuosa, trikhinosis, kelainan neurologis dan myukardial.
gangguan inflamasi kronis
alergi
penyakit hematologik
neoplasma
masalah autoimun
penatalaksanaan edema otak dan syok septik
agens diagnostik gangguan adrenal
Penggunaan tidak resmi :
Pemberian jangka pendek untuk ibu beresiko tinggi untuk persalinan untuk mencegah
terjadinya sindrom distres pernafasan pada bayi baru lahir.
X. Kontra Indikasi dan Perhatian
Dikontra Indikasikan Pada :
Sensitivitas deksametason.
Suntikan ke dalam sendi yg terinfeksi atau tidak stabil.
Infeksi fungal sistemik,
Infeksi Aktif yang tidak diobati (kecuali untuk meningitis)
Hindari Penggunaan kronik selama menyusui
Hipersensitif terhadap bisulfit, faraben atau alkohol - alkohol
Gunakan secara hati hati pada:
Pengobatan kronis (akan menyebabkan supresi adrenal)
jangan pernah menghentikan pemberian penggunaan obat ini secara mendadak
Dosis tambahan mungkin diperlukan selama stress
kehamilan
Anak anak
Gunakan dosis yang serendah mungkin dengan waktu yang sesingkat mngkin
XI. Kerja Obat dan Efek Farmakologi
mensupresi inflamasi dan respon imun normal
mempunyai efek obat metabolik intensif
mensupresi fungsi adrenal pada dosis kronis 0.75 mg/hari. Secara praktis mempunyai
aktivitas mineralkortikoid (retensi natrium).
Efek Terapeutik :
Supresi inflamasi dan modifikasi respon imun normal.
Deksametason obat antiinflamasi dan antialergi kuat. Tidak mempunyai aktivitas
mineral kortikosteroid dari cortisone atau hydrokortison, sehingga pengobatan untuk
kekurangan adrenokortikal tidak berguna.
Kerempeng Mana Keren" mungkin kalian pernah dengar slogan ini, dan tentu ini akan menyakitkan
bagi yang merasa dirinya kerempeng. Bahkan kata-kata ini juga dapat mempengaruhi psikologis dari
si kurus, ditambah dengan faktor lingkungan sekitar seperti ejekan atau ceemohan, WOW, pasti
akan membuat si kurus pengen segera gemuk. Gara-gara hal ini si kurus jadi pengen lebih cepat
gemuk dan menghalalkan segala cara termasuk cara instan.

Salah satu cara instan nya adalah mengkonsumsi obat gemuk yang juga telah banyak dipasarkan
entah itu obat herbal, jamu bahkan obat sintetik pun digunakan. Obat sintetik yang biasa digunakan
adalah siproheptadin dan deksametason. Padahal kedua obat ini bukanlah obat gemuk melainkan
obat antihistamin (antialergi) dan antiinflamasi (antiradang).

Mungkin yang akan menjadi pertanyaan kalian "kenapa kedua obat ini bisa berefek menggemukkan
padahal itu kan obat antialergi dan antiradang?". Nah, di artikel ini bakalan saya bahas hingga
teman-teman dapat mengerti.

Deksametason (dexamethasone) adalah obat golongan hormon kortikosteroid yang diindikasikan


sebagai anti radang, rematik dan alergi. Obat ini menyebabkan tertimbunnya cairan di dalam tubuh,
terutama di wajah dan pundak. Pipi akan terlihat lebih tembem dan agak bulat (bahasa
medisnya, moon face). Timbunan cairan yang cukup banyak ini tentunya berperan menaikkan berat
badan anda.

Siproheptadin merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi reaksi alergi seperti pilek alergi dan
gatal-gatal. Obat ini selain berefek sebagai anti alergi, obat ini juga berefek sebagai antiserotonin.
Efek ini menyebabkan meningkatnya nafsu makan. Makan yang banyak tanpa diimbangi dengan
pembakaran (olahraga) akan meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit termasuk di bawah
kulit perut. Seperti halnya cairan, lemak yang tertimbun juga berperan menaikkan berat badan.

Nah sekarang apa yang membuat obat ini berbahaya jika dikonsumsi jangka panjang?

EFEK BURUK PENGGUNAAN JANGKA PANJANG DEKSAMETASON

Sebenarnya tubuh dalam keadaan normal memproduksi kortikosteroid alami dalam jumlah yang
cukup. Fungsinya, untuk membantu metabolisme tubuh dan melawan stress. Konsumsi obat
kortikosteroid dari luar tubuh dalam waktu yang lama akan direspon oleh tubuh dengan
menghentikan produksi kortikosteroid alami. Jika sewaktu-waktu konsumsi obat kortikosteroid
dihentikan, tubuh akan segera kekurangan kortikosteroid (tubuh kita perlu waktu untuk
memproduksi kortikosteroid alami). Akibatnya, metabolisme tubuh akan kacau balau (rebound
phenomenon). Bahkan pada beberapa kasus dapat berakhir dengan kematian. Jalan keluarnya,
menghentikan penggunaan obat ini secara berangsur-angsur (tappering off).

Kortikosteroid juga mengakibatkan osteoporosis, peningkatan tekanan darah (Hipertensi),


peningkatan gula darah (Diabetes), penurunan daya tahan tubuh (jadi mudah tertular penyakit).
Pada anak yang sedang tumbuh, kortikosteroid dapat mengakibatkan terhentinya pertumbuhan
tulang.

EFEK BURUK PENGGUNAAN JANGKA PANJANG SIPROHEPTADIN

Siproheptadin memiliki efek samping yaitu mengantuk, mudah lelah, bahkan paling buruk bisa
pingsan. Hal penting untuk diketahui bahwa siproheptadin mempunyai cara kerja yang mirip dengan
atropin sehingga hati-hati jika diberikan pada penderita asma bronkial, hipertiroid (gondok),
penyakit jantung dan tekanan darah tinggi (hipertensi).

Nah bagaimana cara yang baik untuk menghentikan konsumsi obat ini jika sudah terlanjur
menggunakannya dalam jangka panjang?

Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa penggunaan deksametason (kortikosteroid) harus


dihentikan secara berangsur-angsur jika dikonsumsi dalam jangka panjang apalagi dengan dosis yang
besar. Jadi sarannya : tahap awal turunkan dosis konsumsi deksametason sebanyak setengahnya dan
tahap berikutnya turunkan frekuensi waktu minum sebanyak setengahnya misalnya sebelumnya
diminum 4 x turunkan jadi 2 x dengan dosis setengahnya. Tahap akhir turunkan frekuensi waktu
minum dan perlahan tapi pasti STOP secara total penggunaan deksametason. Saran tambahan dapat
juga mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin dan mineral serta
biji-bijan yang mengandung lemak esensial seperti kedelai, kecambah dan kacang tanah.

Hal ini tidak berlaku untuk siproheptadin karena siproheptadin bukan merupakan kortikosteroid jadi
siproheptadin dapat dihentikan segera.

Nah bagaimana cara sehat untuk menambah berat badan?

Jika ingin menambah berat badan, maka sebaiknya yang ditambah adalah otot dan bukan
lemak. Otot dibentuk dengan olahraga dan protein yang cukup. Yang penting lagi adalah hormon
harus dalam jumlah optimal. Seperti Human Growth Hormone, testosterone, dan lain-lain. Untuk itu
perlu diperiksa dan berkonsultasi dengan dokter.

Aturlah agar istirahat malam cukup sampai 8 jam, jangan sampai kurang tidur. Jumlah kalori yang
masuk melalui makanan harus lebih banyak daripada jumlah energi yang dipakai beraktivitas. Jadi
harus lebih banyak makan makanan yang mengandung kalori. Saran saya berupa protein, yaitu
daging, ikan , telur, serta karbohidrat sebagai sumber tenaga berupa nasi merah, dan lain-lain.
Vitamin berupa multivitamin atau bermacam-macam vitamin dan mineral, serta yang mengandung
zat besi. Multivitamin dapat meningkatkan kesehatan secara umum dan menambah selera
makan. Kalau bisa olahraga ditambah dengan mengangkat beban, beli dumbel yang beratnya 5
kguntuk latihan menambah massa otot.
http://wiro-pharmacy.blogspot.com/2012/03/stop-penggunaan-siproheptadin-dan.html

Daftar Pustaka

DOI (daftar Obat di Indonesia)


Farmakologi dan Terapi
Jodith Hopter Deglin. Pedoman Obat Untuk Perawat Edisi IV. Penerbit: Buku
Kedokteran
Joycee, L. Kee dan Evelyen. R. Hayes. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Penerbit:Buku Kedokteran
http://ffarmasi.unand.ac.id/berita/abam/955-obat-penambah-nafsu-makan-yang-berbahaya
http://ojaypharmacist.blogspot.com/2010/03/antiserotonin.html
DAFTAR PUSTAKA

Biworo, A. 2008. Antiserotonin.http://farmakologi.files.wordpress.com/2008/05/antiserotonin-


2008.ppt [diakses tanggal 23 Desember 2009]

Irawan, H. 2009. Mengenal Obat-obat Anti


Alergi.http://heryirawan.blogspot. com/2009_03_01_archive.html[diakses tanggal 23 Desember
2009]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit EGC.

Jose, S. 2009. Antiserotonin.http://www.anaspec.com/pdfs/53842.pdf [diakses 23 Desember 2009]

Paisal. 2007. Berat Badan Ideal, Cara Instan yang Tak


Sehat.http://www.wartamedika.com/2007/02/berat-badan-ideal-cara-instan-yang-tak.html [diakses
tanggal 23 Desember 2009]

Rani. 2009. Antihistamin dan Antiserotonin.http://www.scribd.com/doc/ 4825545/antihistamin-dan-


antiserotonin?autodown=ppt [diakses tanggal 23 Desember 2009]

Soemargo. 2005.
Migrain.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/04Migraine005.pdf/04Migraine 005.html [diakses
tanggal 23 Desember 2009]

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokeran UniversitasSriwijaya. 2004. Kumpulan


Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Jakarta. Penerbit EGC.

Tjay, T. H. & Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai